Anda di halaman 1dari 14

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

“ MORALITAS DAN HUKUM ”


“ MANUSIA PENDERITAAN DAN KEGELISAHAN ”
Kelompok 5
1. Nadya Anggraeni (RRA1C116003)
2. Oktari Handayani (A1C119020)
3. Faradhilla Bonita (A1C119085)
4. Elisabeth J Silaban (A1C119096)
5. Gito Giot Marito Simbolon (A1C119105)
Jawaban 10 pertanyaan :
1. Indriani A1C119066
Pertanyaan : Banyak sekali hambatan-hambatan yang terdapat dari
penegakan hukum diIndonesia.Lalu apa upaya pemerintah mengenai hal
tersebut dan bagaimana jika hambatan tersebut masih juga terjadi? Apa
dampaknya?
Jawaban :
Keberhasilan perlindungan dan penegakan hukum dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain sebagai berikut :

 Hukum
Hukum yang dimaksudkan adalah Undang-Undang (“UU”) atau peraturan
tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Pemerintah. Faktor hukum yang
dimaksud adalah bermula dari undang-undangnya itu sendiri yang bermasalah.
Penegakan hukum yang berasal dari UU itu disebabkan a). tidak diikutinya azas-
azas berlakunya, UU b). belum ada peraturan pelaksanaan yang sangat
dibutuhkan untuk menerapkan UU, c). Ketidak jelasan arti kata-kata dalam UU
yang akan berakibat  kesimpang siuran dalam penafsiran serta penerapannya.
Disamping itu adalah ketidakjelasan  dalam kata-kata yang dipergunakan dalam
perumusan pasal-pasal tertentu. Hal itu disebabkan, karena penggunaan kata-
kata yang artinya dapat ditafsirkan secara luas sekali. Konsekuensi ini peraturan
yang memuat pasal dengan kata-kata yang dapat ditafsirkan secara luas
(multiinterpretasi) dan menyebabkan kesimpang siuran dalam penafsiran atau
penerapannya sehingga pada akhirnya menimbulkan konflik. Artinya, faktor
hukum yaitu peraturan yang memiliki ketidakjelasan kata-kata dalam
perumusan pasal-pasalnya terbukti telah mempengaruhi penegakan hukum
terhadap sengketa di Indonesia.
Masalah itu tumbuh karena meskipun UU telah disahkan dan berlaku,
tetapi hingga batas waktu tertentu belum juga dibuat peraturan pelaksanaannya
sebagai perintah Undang-undang, sehingga akibatnya beberapa pasal dari UU
tidak dapat dijalankan. Misalnya, salah satu kewajiban perusahaan melakukan
Corporate Social Responsibility (CSR) yang diatur Pasal 74 ayat (3) dalam
Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) yang
mengatur bahwa : ”Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan
lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah”. Namun, hingga sekarang ini
Peraturan Pemerintah tersebut belumlah juga dibuat atau dikeluarkan oleh
Pemerintah. Akibat tiadanya Peraturan Pemerintah akan berdampak pada tidak
dapat dilaksanakan perintah dilakukannya Corporate Social Responsibility (CSR)
tersebut. Hal ini juga berarti bahwa tidaklah ada kewajiban bagi perusahaan
untuk melakukannya, karena memang tidak tahu bagaimana CSR seharusnya itu
dilaksanakan dan dijalankan, hingga nanti Peraturan Pemerintah itu dikeluarkan.
Dengan kondisi ini menjadikan dilemma yang tidak mudah bagi para
penegak hukum untuk menjalankan ketentuan yang telah diatur dalam UU
tersebut dan dampak negatif dari hal ini adalah UU hanya mengatur, tetapi
dijalankan. Yang menjadikan demikian ini adalah UU itu sendiri yang menjadi
penyebabnya. Mengatur, tetapi tidak berjalan dan berhenti sendirinya.
 Penegak hukum
Penegak hukum adalah pihak-pihak yang langsung maupun tidak
langsung terlibat dalam penegakan hukum mulai dari Polisi, Jaksa, Hakim, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Penasehat Hukum (Advokat) dan hingga petugas-
petugas sipir pemasyarakatan. Setiap profesi penegak hukum mempunyai
wewenang atau kekuasaan tugas masing-masing. Hakim berada dalam peranan
yang sangatlah menentukan ketika suatu keputusan diharapkan untuk lahir dan
pelaksanaan tugas tersebut, hakim berada di dalam kemandiriannya sendiri,
sedangkan tugas dari penegak hukum yang lainnya adalah meyakinkan dan
menjelaskan kepada hakim apa dan bagaimanakah permasalahan hukumnya,
sehingga akan diperoleh suatu keyakinan hakim untuk dapat memutuskanya
secara adil dan juga bijaksana.
Namun permasalahannya tidak sesederhana itu, sebab kenyataannya
penegakan hukum tidak berjalan dalam koridor yang benar, sehingga
penegakan hukum mengalami kendala dalam tingkatan teknis operasional di
masing-masing penegak hukum. Penyebabnya antara lain, pertama rendahnya
kualitas hakim, jaksa, polisi dan advokat; Kedua, Tidak diindahkannya prinsip the
right man in the right place; Ketiga, rendahnya komitmen mereka terhadap
penegakan hukum; Keempat, tidak adanya mekanisme penegakan hukum yang
terintegrasi, baik dan moderen; Kelima, kuatnya pengaruh dan intervensi politik
dan kekuasaan ke dalam dunia caturwangsa, terutama ke badan kepolisian,
kejaksaan dan kehakiman; Terakhir hal yang kuatnya tuduhan tentang adanya
korupsi dan organized crime antaranggota penegak hukum dengan tuduhan
mafia peradilan.
Praktek penegakan hukum semakin sulit, karena kurang lemahnya
koordinasi di antara penegak hukum, baik pada tataran teroritis dan kaidah,
maupun dalam tingkat operasionalnya. Padahal, koordinasi hukum itu adalah
salah satu faktor penting bagi pemberdayaan hukum kepada masyarakat.
Berpijak pada kurang baiknya koordinasi antarpenegak hukum ini, maka
kemudian bergemalah keinginan mewujudkan pendekatan hukum terpadu pada
keadilan (integrated justice system). Dengan keadaan demikian ini, maka
penegak hukum yang tidak dapat menjalankan UU sebagaimana yang
seharusnya telah diamanatkan di dalam UU dan akan berdampak negatif
terhadap penegakan hukumnya.
 Sarana dan fasilitas. 
Tanpa adanya atau dukungan sarana atau fasilitas yang memadai, maka
tidaklah mudah penegakan hukum berlangsung dengan baik, yang antara lain
mencakup tenaga manusia yang berpendidikan tinggi dan terampil, organisasi
yang baik, peralatan yang cukup memadai, keuangan yang cukup, dan
seterusnya. Kalau hal-hal tersebut tidak dipenuhi, maka sulitlah penegakan
hukum dapat mencapai tujuannya. Tenaga manusia yang berpendidikan tinggi
disini diartikan sebagai para penegak hukum yang mumpuni dan berkualitas
yaitu mampu atau dapat melayani dan mengayomi masyarakat sesuai dengan
tugas dan bidangnya masing-masing. Proses penerimaan menjadi penegak
hukum sebenarnya sudah memenuhi syarat menghasilkan, misalnya, aparat
kepolisian yang memiliki kemampuan baik melayani masyarakat. Tetapi di
dalam kenyataannya, sering kali proses penerimaan tersebut dinodai dengan
adanya suap atau jumlah orang yang sedikit untuk mau menjadi anggota
penegak hukum. Sehingga, kualitas daripada anggota penegak hukum tersebut
perlu dipertanyakan dan banyak yang tidak sesuai dengan yang telah
ditentukan. Akibatnya para penegak hukum cenderung lebih sedikit daripada
jumlah masyarakatnya yang terus bertambah banyak, sehingga aparat penegak
hukum tidak dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal sebagai sarana
penegakan hukum.
Disamping itu  juga faktor pihak manajemen pengadilan ikut menambah
sulitnya unsur penegakan hukum di lapangan. Sebagai contoh dapat  dilihat
dalam faktor-faktor penghambat lamanya proses penyelesaian dalam peradilan
yaitu banding dan kasasi : terlampau banyak kasus, berkas yang tidak lengkap,
rumitnya perkara, kurangnya komunikasi antar lembaga pengadilan, kurangnya
sarana atau fasilitas dan adanya tugas sampingan para hakim menambah
sulitnya penegakan hukum. Terdapatnya hambatan di dalam penyelesaian
perkara bukan semata-mata disebabkan karena banyaknya perkara yang harus
segera  diselesaikan, sedangkan waktu untuk mengadilinya dan juga usaha
menyelesaikannya adalah terbatas. Kalau yang dilakukan hanyalah dengan
menambah jumlah hakim untuk menyelesaikan perkara, maka hal itu hanyalah
mempunyai dampak yang sangat kecil terutama dalam jangka panjang. Oleh
karena itu, yang perlu diperhitungkan tidaklah hanya biaya yang harus
dikeluarkan apabila terjadi hambatan dalam penyelesaian perkara, akan tetapi
yang juga perlu diperhitungkan dengan matang adalah biaya yang harus ada
kalau hambatan penyelesaian perkara itu tidak terjadi lagi, sehingga
dimanfaatkan secara maksimal oleh para pencari keadilan. Termasuk juga
penguasaan bidang-bidang tertentu yang berkaitan dengan teknologi adalah
tantangan besar kebutuhan akan hadirnya sarana dan prasana dalam bidang
kejahatan berdimensi internet. Untuk itulah, maka kemampuan menguasai
sarana teknologi terbarukan adalah kewajiban yang tidak dapat ditolak sarana
dan prasana untuk maksud itu.
 Masyarakat
Dari sudut sosial dan budaya, Indonesia merupakan suatu masyarakat
yang majemuk dengan sekian banyaknya golongan etnik dengan ragam
kebudayaan-kebudayaan yang berbeda. Seorang penegak hukum harus
mengenal stratifikasi sosial atau pelapisan masyarakat yang ada dalam suatu
lingkungan beserta tatanan status/kedudukan dan peranan yang ada. Setiap
stratifikasi sosial pasti ada dasar-dasarnya. Hal lainnya yang perlu diketahui dan
dipahami adalah perihal lembaga-lembaga sosial yang hidup, serta sangat
dihargai oleh bagian terbesar warga-warga masyarakat yang ada. Dengan
mengetahui dan memahami hal-hal tersebut, maka dapat memudahkan
penegak hukum untuk mengidentifikasikan nilai-nilai dan norma-norma atau
kaidah-kaidah yang berlaku di lingkungan tersebut. Dalam garis besar,
masyarakat di Indonesia terbagi dua yaitu masyarakat kalangan atas (orang
kaya) dan kalangan bawah (orang miskin). Penegakan hukum diantara keduanya
pun sangat berbeda penyelesaiannya. Hal ini karena pola pikir dan pengetahuan
yang jelas berbeda.
Jika orang kalangan bawah, keinginan atau taatnya pada suatu hukum
oleh seseorang sangat kecil kemungkinannya atau tidak mau mematuhi hukum
yang telah diatur. Hal ini, disebabkan kurang pengetahuan dan pendidikan yang
mereka miliki sangat terbatas, dan tidak dapat mengetahui bahwa ada sanksi
yang akan mengikat jika dilanggar (blue collar crime). Sedangkan, orang-orang
kalangan atas cenderung mengikuti hukum atau aturan-aturan yang ada, karena
mereka lebih memiliki pengetahuan yang banyak tentang hukum dan
mengetahui sanksinya. Hal ini terjadi cenderung lebih bersifat tertib. Pada
kalangan atas ini jika terjadi kejahatan, maka dapat dikatakan white collar crime
(untuk kepentingan semata). Masyarakat di Indonesia semakin lama, jumlah
masyarakat miskinnya semakin banyak. Sehingga jika dilihat dari faktor
masyarakat, maka masalah kejahatan atau penegakan hukum ini ada di lapisan
ini. Setiap stratifikasi sosial memiliki dasar-dasarnya tersendiri, sehingga dapat
dilakukan dengan berbagai cara antara lain pemberian pengetahuan hukum
kepada masyarakat yang mungkin tidak begitu mengerti akan hukum sehingga
memudahkan mereka untuk mengidentifikasikan nilai-nilai dan norma-norma
yang berlaku di lingkungannya.
 Kebudayaan.
Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang sangat
besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu untuk mengatur agar manusia dapat
mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya
ketika berhubungan dengan orang lain. Pada dasarnya, kebudayaan mencakup
nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan
konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa saja yang dianggap baik (sehingga
dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Sebenarnya, faktor
kebudayaan memiliki kemiripan dengan faktor masyarakat. Hanya saja, di dalam
faktor kebudayaan lebih ditekankan mengenai masalah sistem nilai-nilai yang
ada di tengahnya masyarakat. Dalam faktor masyarakat, dikatakan bahwa
tingkat kepatuhan masyarakat terhadap ketataan aturan masyarakat masih
rendah. Hal ini, dikarenakan adanya budaya kompromistis sering terjadi
masyarakat Indonesia. Kenyataannya, akan terdapat kecenderungan budaya
masyarakat untuk meloloskan diri dari aturan yang berlaku menjadi-jadi.Dengan
kondisi demikian, maka penegakan hukum harus juga dapat memahami
permasalahan unsur budaya yang dapat mempengaruhi tegaknya hukum.
Pada zaman sekarang dikenal dengan adanya suap. Hal ini sudah tidak
asing lagi karena sudah menjadi rahasia umum untuk hampir semua instansi
pemerintah pernah mengalaminya. Suap ini dapat terus ada dan menjadi
budaya karena adanya penjual dan pembeli daripada suap tersebut dari waktu
ke waktu. Penjualnya adalah para penegak hukum, yang mengambil keuntungan
untuk pribadinya dan tidak menjalankan peraturan yang ada sebagaimana
mestinya. Sedangkan dari pembeli adalah orang yang bersedia membayar
aparat atau instansi tersebut supaya apa yang diinginkan agar dapat cepat
terealisasikan dengan mengabaikan hukumnya itu sendiri. Hal ini menunjukan
kelemahan budaya dalam penegakan hukum yang ada. Tentu sampai kapan pun
jika budaya ini tidak hilang, penegakan hukum akan berjalan sebagaimana
mestinya.

2. Riza Hanisa A1C119094


Pertanyaan : Ilmu sosial budaya dasar bukanlah ilmu mengenai kebudayaan
saja atau sejenisnya , melainkan ilmu yang diharapkan mampu menjadikan
manusia yang memepelajari lebih berbudaya atau lebih manusiawi , coba
saudara jelaskan faktor yang paling utama dalam pembentukan manusia
berbudaya?
jawaban :
Faktor yang paling utama dalam pembentukan manusia berbudaya:
a. Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi
tertentu. Setiap perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-
pola perilaku masyarakatnya.
b. Bahasa berfungsi sebagai alat berpikir dan berkomunikasi. Tanpa
kemampuan berpikir dan berkomunikasi budaya tidak akan ada.
c. Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia.
Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat produksi, dan alat transportasi.
3. Eni Eprianti A1C119063
Pertanyaan : Apakah efek dari penderitaan dan apakah sebaiknya
penderitaan itu dipendam atau diungkapkan?
Jawaban :
Penderitaan memiliki dampak" yang berbeda yaitu :
a. Dampak Negatif
Orang yang mengalami penderitaan mungkin memperoleh Dampak
bermacam- macam sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa
sikap negative, misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa,
putus asa, atau ingin bunuh diri.
b. Dampak Positif
Orang yang mengalami penderitaan mungkin juga akan memperoleh sikap
positif dalam dirinya. Sikap positif adalah sikap optimis mengatasi
penderitaan hidup, bahwa hidup bukan hanya rangkaian penderitaan,
melaikan juga perjuangan membebaskan diri dari penderitaan. Penderitaan
juga bisa menjadi introspeksi diri bagi diri kita agar bisa mengoreksi semua
kesalahan yang ada dalam diri kita agar kehidupan kita jauh lebih baik
Penderitaan ini sebaiknya di ungkapkan kepada keluarga, teman dekat, atau
pun melalui tulisan", siapa pun yang mendengarkan atau membaca
tulisannya akan memberikan penilaiannya. Penilaian itu dapat berupa
kemauan untuk mengadakan perubahan nilai-nilai kehidupan dalam
masyarakat dengan tujuan perbaikan keadaan. Keadaan yang sudah tidak
sesuai ditinggalkan dan diganti dengan keadaan yang lebih sesuai. Keadaan
yang berupa hambatan harus disingkirkan.
4. Riza Aulia A1C119018
Pertanyaan : Setiap manusia memiliki masalah dari masalah itu timbul
penderitaan. Lalu setiap orang juga menyikapi penderitaan yang
dirasakannya dengan berbeda cara. Bagaimana cara kita untuk menyikapi
penderitaan yang kita alami dengan cara yang baik agar menjadi keberkahan
dalam hidup kita?
Jawaban :
Cara menyikapi penderitaan :
1. Ingat, tak ada yang abadi di dunia ini termasuk juga penderitaan: Sama
halnya dengan kebahagiaan, penderitaan pun tidak abadi dan bertahan
selamanya. Ada saat dimana penderitaan itu juga akan pergi jauh dari
kehidupan kita, yang membedakan hanyalah cara dan cepat lambatnya
penderitaan tersebut berakhir.
2. Lihatlah penderitaan tersebut dari sudut pandang yang berbeda: Sama
halnya dengan kebahagiaan, penderitaan pun tidak abadi dan bertahan
selamanya. Ada saat dimana penderitaan itu juga akan pergi jauh dari
kehidupan kita, yang membedakan hanyalah cara dan cepat lambatnya
penderitaan tersebut berakhir.
3. Segera berfokus pada solusi, bukan pada penderitaan yang sedang kamu
alami
4. Berhenti menyalahkan keadaan
5. Cobalah belajar untuk melepaskan : Melepas disini maksudnya adalah
kamu merasa ikhlas dan tidak terikat pada hal-hal yang sebenarnya
membuatmu menderita.
6. Sadarilah, di luar sana mungkin saja masih banyak yang lebih menderita
darimu
5. Miken Pastiya A1C119069
Pertanyaan : Mengapa moral yang baik sangat diperlukan dalam kehidupan
dan bgaamaina tanggapan saudara tentang seseorang yang tidak bermoral ?
Jawaban :
Moral merupakan suatu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap
individu dalam bersosialisasi dengan sesamanya sehingga terjalin rasa
hormat dan menghormati antar sesama. Ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa moral adalah sesuatu yang dihasilkan oleh nilai budaya
dan nilai agama yang mengatur suatu individu dalam berperilaku antar
sesama manusia. Secara keseluruhan moral memiliki arti norma atau nilai-
nilai yang mengatur bagaimana suatu individu saling berinteraksi dengan
sesama manusia. 
Fungsi dan Manfaat Moral :
- Untuk memotivasi manusia untuk bertindak dengan penuh kebaikan yang
didasari dan dilandasi oleh kewajiban untuk bermoral.
- Moral akan meberikan sanksi sosial, sehingga setiap individu (manusia)
akan memikirkan dan mempertimbangkan semua tindakan yang akan
dilakukannya.
- Dengan adanya moral, manusia akan lebih menghormati satu sama lain.
Dengan saling menghormati maka setiap manusia akan dapat menghargai
perbedaan pendapat pada setiap individu, sehingga terjalin keselarasan dan
keharmonisan.
- Moral dapat membentengi kita dari hal buruk. Jika kita telah membentengi
diri kita dari hal buruk maka kita akan terhindar dari kejahatan-kejahatan dan
tetap bertindak benar meskipun ada godaan.
- Untuk menjaga keharmonisan dalam suatu hubungan sosial. karena dengan
adanya moral maka setiap manusia akan lebih percaya dan menghargai
orang lain
Nilai Moral Dalam Kehidupan :
- Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.
- Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
- Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
- Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi  berbagai  hambatan  belajar dan  tugas,  serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
- Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai  hambatan  belajar  dan  tugas,  serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya.
- Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban
dirinya dan orang lain.
- Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
- Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
- Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
- Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

Pengertian Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut


ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral
dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral
adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.

Ciri manusia bermoral atau manusia tidak bermoral, jika dilihat dari


pengertian dan beberapa istilah terkait pengertian moral ciri orang bermoral
dan tidak bermoral adalah jika seseorang melakukan tindakan sesuai dengan
nilai rasa dan budaya yang berlaku ditengah masyarakat tersebut dan dapat
diterima dalam lingkungan kehidupan sesuai aturan yang berlaku maka
orang tersebut dinilai memiliki moral.

6. Aneke Yunita A1C119054


Pertanyaan : Bagaimana cara mengontrol diri agar tidak panik dalam
menghadapai masalah. Karena yg saya tau ada sebagian orang yang over
rasa paniknya termasuk saya, bahkan terhadap permasalahan sepele?
Tolong jelaskan.
Jawaban :
untuk mengontrol diri kita agar tidak panik dalam suatu masalah bisa diatasi
oleh beberapa hal seperti :
1. menenangkan diri saat ini dimana
- bisa Lakukan latihan grounding untuk memfokuskan kembali perhatian
Anda. Grounding adalah metode cepat dan sederhana untuk mengalihkan
perhatian dari kegelisahan dan berfokus pada hal-hal yang ada di sekeliling
Anda saat ini.
- Tarik napas dalam-dalam untuk membantu diri relaks. Kalau mengalami
serangan panik, kemungkinan Anda mulai berhiperventilasi. Walaupun tidak
mengalaminya, bernapas dalam-dalam dapat membantu mengurangi stres
dan memberikan oksigen kepada otak sehingga bisa kembali berfokus. Ketika
Anda merasakan datangnya serangan panik, berhenti dan pelankan napas
Anda. Tarik napas yang pelan dan stabil melalui hidung, lalu lepaskan melalui
mulut,
- Berfokuslah pada pikiran dan perasaan saat ini. Selama serangan panik,
pikiran Anda bisa teraduk-aduk. Anda akan merasakan banyak sensasi
sekaligus sehingga kelima indra menjadi kewalahan. Berhenti untuk
memikirkan apa yang terjadi di tubuh dan pikiran dapat membantu Anda
merasa bisa lebih mengendalikan sensasi ini. Duduklah dengan tenang dan
coba jelaskan perasaan dan pikiran Anda, tanpa menilainya sebagai “baik”
dan “buruk”..
- Latih relaksasi otot progresif. Proses ini dilakukan dengan menelusuri tubuh
secara perlahan dan menegangkan serta merelakskan setiap kelompok otot.
Teknik ini memiliki 2 manfaat: memaksa Anda berkonsentrasi pada sesuatu
selain rasa takut, dan merelakskan otot. Awali dengan otot di wajah, lalu
lanjutkan ke bawah sampai Anda merelakskan semua otot di tubuh.
2. Mengendalikan kegelisahan
- Usahakan untuk menolak dan mengganti pikiran yang tidak
realistis. Caranya, hentikan pikiran yang menggelisahkan dan ganti dengan
sesuatu yang lebih damai atau membahagiakan.
- Gunakan imajinasi terarah untuk membantu menenangkan
diri. Imajinasi terarah dapat membantu merelakskan Anda dan mengurangi
kegelisahan.
- Rawat tubuh sehingga selalu merasa yang terbaik. Menjaga
kesehatan tubuh akan turut membantu menyehatkan jiwa. 
- uliskan perasaan supaya bisa lebih dikendalikan. Kalau Anda rentan
mengalami serangan panik atau kegelisahan, sebaiknya miliki buku harian
sehingga Anda bisa menuliskan penjelasan perasaan yang dialami di sana. 
- Gunakan terapi musik untuk membantu Anda relaks. Buat daftar
putar lagu-lagu yang bisa menenangkan atau membuat Anda merasa
bahagia.
- Minta bantuan teman. Jika Anda terjerumus dalam kegelisahan yang
dalam dan sepertinya tidak bisa berhenti, hubungi teman atau keluarga
untuk membantu Anda.
3. Memperoleh bantuan profesional
- minta saran dan rujukan dokter
- Temui terapis jika kegelisahan cukup parah atau
berkepanjangan. Kalau Anda mengalami serangan panik parah dalam
waktu lama, temui ahli kesehatan jika profesional untuk mendapatkan saran
dan terapi. Anda mungkin memiliki gangguan panik (panic disorder) atau
gangguan kecemasan menyeluruh (generalized anxiety disorder alias GAD),
yang keduanya bisa disembuhkan oleh profesional terlatih.
4. Mengenali serangan panik
- Periksa gejala fisik. Serangan panik dapat terjadi pada siapa saja, tetapi
jauh lebih sering menyerang orang yang memiliki gangguan panik, yaitu
gangguan kecemasan yang ditandai dengan serangan rasa takut atau
kecemasan yang intens dan sering. 
- Bedakan antara kegelisahan normal dan gangguan panik. Semua
orang pernah merasa stres, atau bahkan kegelisahan intens dari waktu ke
waktu. Namun, bagi kebanyakan orang, kegelisahan ini dipicu kejadian atau
situasi, misalnya ujian penting atau membuat keputusan vital. Kegelisahan
ini biasanya hilang ketika situasi sudah teratasi.
7. Marhaini maisurah A1C119060
Pertanyaan : Seperti yang kita alami dan ketahui saat ini, bangsa kita
sedang menghadapi wabah corona dimana begitu membuat negara kita
Kuala han menghadapi nya, lalu begitu banyak hukum atau Kebijakan
pemerintahan yang di keluar kan, apakah hukum itu benar diterap kan di
teng ah wabah ini oleh aparat dan masyarakat, jika benar diterap kan tolong
berikan faktanya, lalu apakah hukum atau Kebijakan itu sebenarnya sudah
bisa di katakan mampu mengatasi permasalahan yang saat ini terjadi, lalu
bagaimana pendapat kalian terhadap moral masyarakat ditengah wabah ini.
Jawaban :
Hukum dan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah merupakan salah
satu cara atau antisipasi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mencegah
penyebaran virus corona. Aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak
sepenuhnya direalisasikan oleh masyarakat salah satunya lockdown, tidak
semua masyarakat mengindahkan aturan tersebut, sangat disayangkan
banyak masyarakat yang mengabaikan dan berkeluyuran dalam urusan yang
tidak terlalu penting, contoh mahasiswa di Jambi masih saja nongkrong dan
masyarakat masih banyak di keramaian.
Kemudian jika kita melihat moral dari masyarakat indonesia saat ini dari
contoh yang saya paparkan bahwasanya masyarakat sangat bebal, tidak taat
aturan dan mengabaikan pemerintah.
8. Yohana Sabrina Sihombing A1C119042
Pertanyaan : Menurut kelompok kalian, apakah orang yang religius lebih
bermoral? kemudian bagaimana agama berhubungan dengan moralitas?
jelaskan dan kaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Jawaban :
Studi terbaru yang telah di lakukan, diketuai oleh psikolog Will Gervais,
menemukan prasangka moral yang meluas dan ekstrem terhadap ateis di
seluruh dunia. Di semua benua, orang berasumsi bahwa mereka yang
melakukan tindakan amoral, bahkan yang ekstrem seperti pembunuh
berantai, kemungkinan ateis.

Studi mereka merupakan pengungkapan pertama dari bias semacam itu


dalam skala global, tetapi keberadaan prasangka semacam itu tidaklah
mengejutkan.

Data survei menunjukkan bahwa orang Amerika kurang mempercayai ateis


dibandingkan kelompok sosial lain. Untuk sebagian besar politikus, pergi ke
gereja sering menjadi cara terbaik untuk meraih suara, dan mengaku sebagai
orang yang tidak beriman bisa menjadi bunuh diri politik. Bagaimanapun,
tidak ada ateis yang terbuka di Kongres AS. Satu-satunya wakil yang tidak
terafiliasi secara keagamaan menggambarkan dirinya sebagai bukan apa-
apa,“ tapi tetap menyangkal sebagai ateis.
Betul bahwa agama utama dunia peduli dengan perilaku moral. Karenanya,
banyak yang berasumsi bahwa komitmen agama adalah tanda kebajikan,
atau bahkan bahwa moralitas tidak bisa ada tanpa agama.
Untuk satu hal, cita-cita etis satu agama mungkin tampak amoral bagi
anggota agama lain. Misalnya pada abad ke-19, pengikut Mormon
menganggap bahwa poligami adalah perintah moral, sedangkan umat Katolik
melihatnya sebagai dosa berat.

Lebih jauh lagi, cita-cita religius mengenai perilaku bermoral sering kali
terbatas pada anggota kelompok, dan bahkan disertai dengan kebencian
langsung terhadap kelompok lain. Pada 1543 misalnya, Martin Luther, salah
seorang Bapak Protestanisme, menerbitkan risalah berjudul "Orang Yahudi
dan Kebohongan Mereka” yang menggaungkan sentimen anti-Semit yang
sudah menjadi kelaziman bagi berbagai kelompok agama selama berabad-
abad.

Contoh-contoh tadi juga mengungkapkan bahwa moralitas keagamaan bisa


dan memang berubah seiring pasang surut budaya di sekitarnya. Pada
beberapa tahun terakhir, beberapa gereja Anglikan telah merevisi pandangan
moralnya untuk mengizinkan kontrasepsi, pentahbisan perempuan dan
merestui pernikahan sesama jenis.
9. Maria Andriani Sinaga A1C119057
Pertanyaan : Bagaimana tanggapan saudara terhadap kecenderungan
beberapa mahasiswa yang lebih bermoral ketika berhadapan dengan
dosen(karna takut nilai IP nya bermasalah) daripada orangtuanya sendiri.
Jawaban :
Mahasiswa lebih bermoral kepada dosen dari pada ke orang tuanya sendiri.
Menurut kami penyebab nya adalah mahasiswa mengira dosen
mengintimidasi mahasiswa. contoh nya mahasiswa berpikir mahasiswa
tidak diberi kesempatan untuk memikirkan solusi dari masalah yang ada,
mahasiswa takut memberikan komentar karena takut tidak benar.
Dan mahasiswa juga berpikiran jika seseorang ingin menjadi mahasiswa
teladan dan disebut bermoral, beretika, mendapatkan nilai IP yang bagus,
harus selalu mengaminkan pendapat para dosen sekalipun itu salah. Bagi
mereka, tidak berhak seorang mahasiswa mengkritisi ketidakwajaran yang
terjadi di sekelilingnya, intinya menurut pemikiran mahasiswa, seorang
mahasiswa mesti manut apa kata dosen mereka.
Tambah lagi keadaan yang terjadi di banyak perguruan tinggi saat ini
pun sangat membingungkan, mahasiswa selalu dianggap tak beretika jika
mereka berani mengkritik keadaan yang tidak wajar, baik di luar maupun
dalam lingkungan kampus mereka sendiri. Sehingga membuat mahasiswa
lebih tambah bermoral nya pada dosen
Dan juga ditambah dengan isu pada zaman ini mahasiswa berpendapat
kalau mahasiswa selalu kebablasan ketika mereka diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat. Mahasiswa dianggap kelewat parah karena tak
bisa melihat konteks sedang berbicara dengan siapa. Mahasiswa dianggap
tidak punya sopan santun saat berbicara pada dosen. Mahasiswa kebanyakan
berpikiran seperti itu sehingga mereka lebih bermoral kepada dosen dan
lebih sopan dan segan.
Di bandingkan kepada orang tua, mahasiswa bukan nya tidak bermoral
kepada orang tapi, mahasiswa hanya beranggapan bahwa orang tua tidak
akan membenci anaknya sendiri kebanyakan mahasiswa berpikir:" kan dia
orang tua saya bagaimanapun saya adalah anaknya. Walaupun saya kurang
bermoral kepada orang tua saya, orang tua saya tidak Mungkin benci pada
saya, atau tidak mau membiayai perkuliahan saya". Itulah sebagian yang ada
dalam benak seorang mahasiswa sehingga membuat mahasiswa lebih
bermoral kepada dosen( atau takut nilai IP nya rendah) dibandingkan dengan
orang tuanya sendiri.
10. Nina Arista Rumahorbo A1C119083
Pertanyaan : Faktor" dari kegelisahan adalah kesulitan ekonomi, tidak
semua orang yang merasakan kesulitan merasa bahwa kesulitan ekonomi
yang dihadapi nya merupakan cara Tuhan untuk membuat nya berpikir
bagaimana caranya agar dapat terlepas dari kesulitan ekonomi tersebut
terkadang ada juga yang merasa sedih, terpuruk bahkan beranggapan bahwa
Tuhan itu tidak adil terhadap dirinya. Bagaimanakah cara kita untuk
menyadarkan dan mengubah pola pikir dari orang yang beranggapan seperti
itu.
jawaban :
Menurut kami perubahan besar bagi orang yang kurang optimis atau berpikir
negatif atau buruk dapat dirasakan bila orang tersebut mengubah cara
pikirnya dan memilih tempat kerja yang memeperkuat pandangan positif.
Beberapa tips cara mengubah pemikiran agar lebih positif.
1. Berpikir 'Abu-Abu'
Maksudnya di sini adalah agar tidak terlalu bergantung pada pemikiran yang
‘hitam-putih’. Pemikiran ‘hitam-putih’ yang dimaksud adalah berpikir “Apa
yang baik mengenai hal ini?” pemikiran tersebut akan membuat kita tidak
percaya dengan sisi baik dari suatu hal. Namun, optimisme justru dapat
digapai dengan bersikap lebih realistis dengan melihat hal baik dan buruk
dari sesuatu, kemudian baru diproses dalam pikiran.
“Tantang diri Anda dengan nuansa abu-abu. Ada jalan tengah. Tanya dirimu:
apa saja faktanya?”
2. Lingkungan yang Positif
bahwa pemikiran optimisme dapat diperkuat dengan cara menghabiskan
waktu bersama orang-orang yang memiliki pikiran positif (melihat segala
sesuatu hal dari sisi baiknya). Lingkungan yang berbeda juga akan
mempengaruhi cara kita berpikir dalam waktu singkat maupun lama.
3. Jurnal Rasa Terima Kasih
satu peneliti dalam studi yang sama, Eric Kim, mengatakan bahwa
seseorang dapat menjadi lebih optimis dengan membuat ‘jurnal rasa terima
kasih’. Caranya adalah dengan menulis tiga hal yang Anda syukuri setiap
hari, dan mencatat hal-hal baik yang Anda lakukan untuk orang lain.
3. Melatih Pikiran
Anda dapat melatih pikiran dengan cara membayangkan diri Anda mencapai
kesuksesan, serta juga memikirkan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk
mencapai kesuksesan tersebut. Selain itu, meditasi juga dapat dilakukan
untuk membantu kita melihat sisi baik dari sesuatu. Pastikan juga untuk
memiliki tidur yang cukup.
“Ketika kita lelah, kita menjadi emosional dan emosional biasanya berarti kita
takut. Kita memikirkan masa depan dan kita khawatir tentang bagaimana hal
itu akan terjadi dengan cara yang di luar kendali kita. Saat Anda lelah, lebih
sulit untuk bersikap logis. Mengubah cara pikir dibutuhkan waktu dan latihan.
latihan mengubah pola pikir mungkin akan berhasil dalam waktu satu tahun
hingga benar-benar tertanam di sepanjang hidup kita.
Sangat disarankan agar orang yang sedang berlatih mengubah cara pikir
untuk mencatat setiap perkembangan yang dirasakan.

Anda mungkin juga menyukai