Anda di halaman 1dari 20

Analisis Peran Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dalam

Pemenuhan Hak Kelompok Disabilitas dan Social Citizenship Selama Pandemi


Covid-19
Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Metodologi Penelitian Sosial
Dosen Pengampu: Puguh Prasetya Utomo, SIP, MPA.

Disusun oleh Kelompok Enam:


Fadhli Widya Ramadhan (21/476641/SP/30172)
Sonia Nuramalia (21/478870/SP/30334)
Zhafar Akmal (21/480578/SP/30422)
Syakira Isyraf Qasamah (21/473677/SP/30050)
Vinda Permata Khairunisa (21/473325/SP/30031)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022

1
Daftar Isi

Halaman Judul ............................................................................................................ 1

Daftar Isi ...................................................................................................................... 2

I. Pendahuluan .............................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3

1.2 Pertanyaan Penelitian .............................................................................................. 5

1.3 Manfaat Penelitian................................................................................................... 5

II. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 7

2.1 Literature Review .................................................................................................... 7

2.2 Research Frameworks ........................................................................................... 11

III. Metode Penelitian .................................................................................... 12

Daftar Pustaka ........................................................................................................... 18

2
I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan pada seluruh masyarakat
tak terkecuali terhadap kelompok disabilitas. Pada Januari 2022, Jaringan DPO Respon
Covid-19 Indonesia merilis hasil survei terkait dampak Covid-19 terhadap penyandang
disabilitas. Survei yang melibatkan 1.597 responden di 34 provinsi di Indonesia ini
menunjukkan bahwa penyandang disabilitas di Indonesia mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan pokok, mengakses fasilitas kesehatan, mendapat pendamping
kegiatan sehari-hari, mengalami penurunan pendapatan, dan mengalami kesulitan
mengikuti pembelajaran daring (Setiawan, 2022). Kondisi tersebut dikarenakan adanya
keterbatasan akses teknologi dan diperburuk oleh distribusi bantuan yang tidak merata
akibat pendataan yang kurang komprehensif. Selain itu, di masa pandemi, penyandang
disabilitas juga masih mengalami kesulitan untuk menyuarakan aspirasi dan
pendapatnya. Meskipun dalam Pasal 1 ayat 8 Undang Undang Nomor 8 Tahun 2016
telah dijelaskan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak yang sama seperti manusia
lainnya, tetapi dalam implementasinya masih terdapat kesenjangan pemenuhan hak
disabilitas. Hal tersebut dikarenakan kurangnya aksesibilitas informasi dan
implementasi program serta kebijakan pemerintah masih berdasar pada pada konsep
belas kasih (charity) (Philona & Listyaningrum, 2021).
Berdasarkan berbagai permasalahan hak disabilitas tersebut peran pemerintah
dalam memenuhi social citizenship belum dapat dikatakan berhasil. Social citizenship
adalah istilah yang merujuk pada komitmen moral dan sipil untuk kesetaraan dan
keadilan (Valdivielso, 2005). Social citizenship mencakup berbagai aspek mulai dari
hak sebagai warga negara, standar kesejahteraan ekonomi dan keamanan, hingga hak
untuk sepenuhnya ikut dalam tatanan sosial untuk menjalani kehidupan menurut
standar yang berlaku dalam masyarakat. Social citizenship bagi penyandang disabilitas
ini merupakan komponen penting dalam suatu negara karena penyandang disabilitas
merupakan bagian yang cukup besar dari populasi yaitu sebanyak 9,7 persen atau
sekitar 26 juta orang dan implementasi kebijakan disabilitas mewakili jumlah uang

3
negara yang cukup besar rata-rata 2% (Disabilitas, n.d.). Selain itu, penyandang
disabilitas selama ini belum benar-benar memperoleh haknya terhadap social
citizenship. Masyarakat yang masih menaruh stigma negatif kepada penyandang
disabilitas membuat penyandang disabilitas menjadi salah satu kelompok yang paling
terdampak di masa pandemi ini. Oleh karena itu, hak disabilitas terhadap social
citizenship selama pandemi merupakan topik yang relevan dan menarik untuk diteliti.
Penelitian mengenai hak disabilitas selama pandemi telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aziz et al (2021), Arimbawa et
al (2021), dan Sawitri et al (2021), dijelaskan bahwa selama pandemi Covid-19,
dilakukan pemberdayaan melalui pelatihan dan sosialisasi agar masyarakat mampu
untuk kembali bekerja. Pemberdayaan tersebut dilakukan melalui pelatihan
kewirausahaan, online marketing, hingga bantuan sosial. Selain itu, Erissa &
Widinarsih (2022), Luthfia (2020), dan Limbong & Rosdianti (2021), menjelaskan
bahwa pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak disabilitas penting untuk dilakukan
sebagai upaya penanganan dampak pandemi Covid-19. Pada penelitian-penelitian
tersebut juga dijelaskan bahwa penting bagi pemerintah untuk memenuhi hak-hak
disabilitas sebagai wujud keadilan sosial.
Namun, penelitian terkait pemenuhan hak disabilitas selama pandemi masih
terdapat celah dan kekurangan. Di mana penelitian-penelitian terdahulu seringkali
hanya menyoroti terkait pemenuhan hak ekonomi, hak kesehatan, dan hak
ketenagakerjaan. Selain itu, penelitian selama pandemi lebih banyak membahas
analisis dan evaluasi peran pemerintah serta lebih menggunakan pendekatan konsep
pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut memunculkan adanya kekosongan penelitian
yaitu penelitian belum membahas mengenai hak disabilitas dari sudut pandang social
citizenship. Kekosongan tersebut juga didukung oleh literatur yang hanya membahas
mengenai salah satu sisi dari social citizenship. Dari penelitian-penelitian terdahulu,
ditemukan bahwa terdapat kontradiksi dalam social citizenship. Di satu sisi, kelompok
disabilitas mendapatkan jaminan akses partisipasi, tetapi di sisi lain social citizenship
mengasumsikan bahwa warga negara harus mampu menjalankan peran sosial yang
produktif sehingga memunculkan eksklusivitas (Heckmann, 2011; Waldschmidt &

4
Sépulchre, 2019). Kondisi tersebut berdampak pada penerimaan bantuan sosial
seringkali disertai dengan hilangnya atau berkurangnya hak-hak sipil dan politik
(Waldschmidt & Sépulchre, 2019). Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian
komprehensif terkait kontradiksi konsep social citizenship dan penerapannya pada
pemenuhan hak-hak disabilitas selama pandemi Covid-19.

1.2 Pertanyaan Penelitian


Untuk mengisi kekosongan penelitian tersebut, penelitian ini akan
membuktikan asumsi mengenai kontradiksi hak disabilitas terhadap social citizenship
selama pandemi tersebut melalui PPDI (Perkumpulan Penyandang Disabilitas
Indonesia). PPDI hadir sebagai organisasi yang bergerak untuk menaungi dan
meningkatkan kesejahteraan kelompok disabilitas. PPDI melakukan pemberdayaan
pada kelompok disabilitas dan menyuarakan aspirasi mengenai hak-hak disabilitas.
Terkait kondisi tersebut, penelitian akan membahas mengenai peran organisasi PPDI
dalam pemenuhan hak disabilitas dan menyuarakan aspirasi kelompok disabilitas
selama pandemi Covid-19 dengan menggunakan pendekatan social citizenship. Hal ini
penting mengingat PPDI merupakan organisasi payung dari berbagai organisasi
disabilitas di Indonesia sekaligus penghubung antara kelompok disabilitas dengan
pemerintah serta berperan signifikan dalam proses pemenuhan hak disabilitas. Dengan
begitu, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana peran
Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dalam membangun konsep
social citizenship untuk penyandang disabilitas? dan (2) Bagaimana peran
Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dalam memenuhi hak
penyandang disabilitas terhadap social citizenship?

1.3 Manfaat Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peran Perkumpulan
Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) dalam membangun konsep social citizenship
dan memenuhi hak penyandang disabilitas terhadap social citizenship. Pada kontribusi
praktikal, penelitian ini bermanfaat untuk mengevaluasi serta menganalisis

5
keberhasilan peran PPDI dalam hak penyandang disabilitas terhadap social citizenship.
Hasil penelitian ini nantinya dapat membantu dan menjadi kerangka bagi organisasi
lain, baik milik pemerintah maupun swasta dalam membantu kelompok penyandang
disabilitas agar dapat menjalankan social citizenship. Sedangkan pada kontribusi
teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menemukan celah terkait konsep social
citizenship serta kebaruan penelitian hak disabilitas dari sudut pandang social
citizenship.

6
II. Tinjauan Pustaka

2.1 Literature Review


1. Citizenship

Citizenship dalam banyak literatur klasik merepresentasikan dorongan untuk


terjadinya inklusi sosial. Konsep ini diyakini memiliki potensi untuk mewujudkan
kondisi sosial yang inklusif dalam praktik di tingkat negara hingga individu. Menurut
Marshall (1950) konsep citizenship adalah konsep yang mencakup mengenai tiga
komponen penting yaitu sipil, sosial, dan politik. Ketiga komponen tersebut terintegrasi
di demokrasi Barat, yaitu pemerintah daerah, parlemen, pengadilan kehakiman,
pelayanan sosial, dan sistem pendidikan (Turner, 2001).

Sebelum masuk ke penelitian, tentunya dibutuhkan pemahaman mengenai


konsep social citizenship bagi penyandang disabilitas, penting bagi kita untuk
mengetahui terlebih dahulu citizenship bagi penyandang disabilitas secara menyeluruh
karena social citizenship merupakan perpanjangan dari konsep citizenship. Citizenship
didasarkan pada gagasan 'kontrak sosial', yang menyiratkan tidak hanya hak bagi
anggota individu tetapi juga tugas dan kontribusi kepada masyarakat. Citizenship bagi
penyandang disabilitas pada dasarnya sama dengan citizenship pada umumnya, yakni
tersusun atas seperangkat hak sipil, politik, ekonomi, budaya dan sosial. Namun, pada
praktiknya perlu ada kaitan antara hak citizenship dengan Konvensi Hak-Hak
Penyandang Disabilitas (CRPD) (Waldschmidt & Sépulchre, 2019)

Konsep Citizenship bagi kelompok penyandang disabilitas, berorientasi pada


penghapusan halangan yang mereka hadapi dengan tujuan mengakomodasi mereka
supaya dapat berkehidupan normal. Dari kerangka model medis, kelompok disabilitas
memang diasumsikan perlu mendapatkan perhatian khusus karena kondisi mereka.
Namun, kerangka model sosial mengasumsikan penyandang disabilitas dapat dan harus
menjadi warga negara yang aktif dengan syarat yang sama dengan orang pada
umumnya. Kondisi ini perlu didukung oleh pandangan masyarakat luas yang harus

7
sudah menyadari bahwa penyandang disabilitas memiliki kontribusi yang berharga
untuk dibuat bagi masyarakat luas (Smith, 2013).

2. Citizenship dan Disabilitas

Keterkaitan citizenship dengan penyandang disabilitas sangatlah erat. Pertama,


konsep citizenship sangatlah jelas menekankan nilai-nilai keagenan, otonomi individu,
penentuan nasib sendiri, hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial, ekonomi
masyarakat, dan sebagainya yang merupakan nilai-nilai dengan tingkat keterukuran
yang akan berbeda di tiap kelompok masyarakat. Sudah jelas jika kelompok
penyandang disabilitas seringkali memiliki keterbatasan akses terhadap sumber daya
ekonomi, sosial, edukasi, pelayanan publik, dan ketenagakerjaan dibandingkan
kelompok masyarakat pada umumnya (Smith, 2013).

Salah satu cara untuk mempertimbangkan citizenship bagi penyandang


disabilitas adalah dengan mendengarkan apa yang mereka katakan tentang kehidupan
sehari-hari mereka di mana citizenship dipraktikkan. Untuk mewujudkan kehidupan
yang inklusif bagi kelompok disabilitas perlu dimulai dari kehidupan sehari-hari. Pada
kehidupan nyata, banyak kelompok disabilitas mengalami kesulitan mendapatkan
kesempatan kerja yang membuat mereka terhambat dalam mengimplementasikan
citizenship mereka. Hal ini tentunya menjadi salah satu ciri bahwa pemerintah gagal
mewujudkan kesejahteraan publik (Chalachanová et al., 2021).

Secara lebih luas, penyandang disabilitas sendiri masih “mencari” tempat yang
sah dan stabil dalam isu-isu kemanusiaan, pemerintahan, kemiskinan, pendidikan,
konflik, degradasi lingkungan dan perubahan iklim—tema-tema pembangunan yang
pokok. Hal ini terjadi karena seringkali penyandang disabilitas tidak diikutsertakan
dalam agenda-agenda penting di atas. Selama ini, kelompok penyandang disabilitas
masih berada di pinggiran atau di luar jangkauan kebijakan dan program pembangunan
di tingkat dunia dan negara. Disabilitas belum menjadi prioritas bagi para pembuat
kebijakan, praktisi, dan lainnya (Grech, 2016).

8
Ada beberapa aspek terkait relevansi citizenship bagi penyandang disabilitas
saat ini, yaitu hak sipil, politik, ekonomi, budaya dan sosial. (1) Hak sipil, merupakan
hak yang telah berkembang di berbagai titik dalam sejarah dan sekarang sedang
menyusun praktik multidimensi kewarganegaraan. penyandang disabilitas telah dan
terus berada di antara mereka yang hak-hak sipil dasarnya diabaikan. Praktik
penahanan penyandang disabilitas yang berlangsung lama di 'lembaga total'. (2) Hak
politik menyiratkan hak untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kekuasaan politik,
sebagai anggota badan yang diinvestasikan dengan otoritas politik atau sebagai pemilih
dari anggota badan tersebut. (3) Hak ekonomi mengacu pada hak-hak yang relevan
untuk partisipasi dalam pasar bebas, termasuk pasar tenaga kerja. (4) Hak-hak budaya
yaitu hak yang mencakup dan mengakui pentingnya perbedaan bahasa, sejarah dan
tradisi, pengetahuan dan keterampilan sosial budaya. Dalam konteks disabilitas, hak
budaya juga penting. Misalnya, orang-orang tuli menggunakan mereka, ketika mereka
berjuang untuk pengakuan bahasa isyarat dan komunitas budaya mereka (5) Hak sosial
adalah hak untuk sedikit kesejahteraan ekonomi dan keamanan hak untuk berbagi
sepenuhnya dalam warisan sosial dan untuk menjalani kehidupan sebagai makhluk
yang beradab menurut standar yang berlaku dalam masyarakat (Waldschmidt &
Sépulchre, 2019).

3. Social Citizenship dan Disabilitas

Dalam literatur yang sama, penyandang disabilitas dalam menjalankan peran


social citizenship memiliki ekspektasi untuk berkontribusi menjalankan pekerjaan di
tempat bekerja layaknya kelompok masyarakat pada umumnya. Mereka mengharapkan
kesetaraan akses terhadap perlindungan sosial, pelayanan sosial, dan pendidikan. Hal
ini berkesinambungan dengan peran kemasyarakatan mereka yang mereka harapkan
lainnya, seperti menjadi masyarakat yang mandiri secara otonomi dan berpolitik.
Meskipun kita membahas ketiga peran secara terpisah, perlu dicatat bahwa, dalam
praktiknya, mereka saling berhubungan. Ketiganya perlu ada dan dijalankan dengan
seimbang supaya kewajiban yang dijalankan penyandang disabilitas tidak
mendominasi dengan mengorbankan hak. Penyandang disabilitas seringkali dianggap

9
hanya sebagai kelompok masyarakat yang membutuhkan perlindungan juga pelayanan
sosial, tetapi tidak diakui partisipasi dan hak otonominya. Kelompok masyarakat
penyandang disabilitas memiliki kemungkinan besar berakhir tidak dapat mengambil
keputusan bagi kepentingan mereka sendiri. Keseimbangan ketiga peran saat kelompok
masyarakat penyandang disabilitas menjalankan social citizenship ini juga harus
seimbang karena saat seseorang mampu menjalankan perannya sebagai subjek otonom
tetapi tidak didukung oleh ketentuan kesejahteraan sosial, mereka menghadapi risiko
hidup yang besar, termasuk kemiskinan. Terakhir, jika orang memiliki kesempatan
untuk memberikan pengaruh tetapi tidak menikmati otonomi pribadi maupun standar
hidup yang layak, hanya penyandang disabilitas yang berpendidikan dan kaya yang
dapat berpartisipasi. Oleh karena itu, hanya ketika jaminan sosial dijamin, hak otonomi
dapat menjadi kenyataan. Pada gilirannya, otonomi pribadi bersama dengan jaminan
sosial adalah prasyarat untuk pengaruh dalam urusan politik dan publik (Waldschmidt
& Sépulchre, 2019).

Sudah banyak literatur yang berbicara mengenai kontekstualisasi, social


citizenship. Perspektif bottom up dapat dilakukan dalam social citizenship karena
memungkinkan perluasan arti social citizenship melalui diskusi antropologi politik
yang menghasilkan pengertian bahwa social citizenship mencakup hak sosial, praktik
jaminan sosial, berbagai tingkat pemerintahan. Social citizenship sama-sama memiliki
banyak segi yang menempatkan seluruh individu memiliki daftar hak yang sama,
seperti akses terhadap pekerjaan yang layak, perumahan yang layak, hak-hak buruh,
dukungan sosial dan standar lain tentang kehidupan yang layak dan harapan untuk
dimiliki. menuju masyarakat yang lebih baik. Titik masuk kedua untuk penilaian
kembali social citizenship adalah melalui fokus pada berbagai bidang tindakan politik,
termasuk jenis aktor politik dan lokalitas, yang dapat dianggap tidak lazim untuk
diskusi integrasi ke dalam proses politik dan ekonomi global (Yalçin-Heckmann,
2011).

10
2.2 Research Frameworks
Dalam penelitian ini, penulis memposisikan peran Perkumpulan Penyandang
Disabilitas Indonesia (PPDI) sebagai variabel independen (independent variable),
pemenuhan hak kelompok disabilitas sebagai variabel mediator (mediating variable),
dan social citizenship selama pandemi Covid-19 sebagai variabel dependen (dependent
variable). Selain itu, ada juga variabel pandangan masyarakat terhadap disabilitas yang
berperan sebagai variabel moderator (moderating variable). Adapun ilustrasi
pemosisian variabel penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Ilustrasi Pemosisian Variabel Penelitian


Pemosisian ini sesuai dengan pendapat Smith (2013) yang menyatakan bahwa
konsep citizenship bagi kelompok penyandang disabilitas mendorong mereka untuk
menjadi warga negara yang aktif dengan syarat yang sama seperti orang pada
umumnya. Kondisi ini perlu didukung oleh pandangan masyarakat yang harus sudah
menyadari bahwa penyandang disabilitas memiliki kontribusi yang berharga seperti
halnya masyarakat luas (Smith, 2013). Dengan demikian, ada variabel moderator
(moderating variable) di dalam penelitian ini, yaitu pandangan masyarakat terhadap
disabilitas yang mempengaruhi kekuatan hubungan antara variabel independen (peran
PPDI) dengan variabel dependen (social citizenship selama pandemi Covid-19).

11
III. Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis metode penelitian studi kasus berbentuk deskriptif. Pendekatan kualitatif
dipilih atas dasar kemampuan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya,
pemahaman mendalam, fleksibilitas, dan mampu mengeksplorasi fenomena yang
sedang diteliti. Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian yang
mengeksplorasi antara satu sistem dengan sistem lainnya pada suatu fenomena (Poth
& Creswell, 2016). Selain itu, metode studi kasus berbentuk deskriptif merupakan
metode untuk meneliti suatu objek, kondisi, fenomena, atau kelompok manusia pada
masa sekarang. Tujuan dari digunakannya metode tersebut karena dapat
menggambarkan fakta dan realita atas fenomena yang terjadi sehingga hasil dari
penelitian tersebut dapat menjelaskan secara empiris terkait objek yang diteliti. Metode
penelitian tersebut merupakan metode yang paling sesuai untuk mendalami peran
organisasi Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) di masyarakat yang
kompleks sebagai bentuk pemenuhan inklusivitas di tengah eksklusifitas.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


eksplorasi data primer dan data sekunder. Data primer sendiri merupakan data yang
yang didapatkan secara langsung dari objek penelitian (Hoex & Boeije, 2005) sehingga
data yang diterima masih berupa pernyataan dan memerlukan penyesuaian terlebih
dahulu. Dalam penelitian ini, data primer didapatkan dengan cara wawancara
mendalam (in-depth interview) dan observasi terhadap penyandang disabilitas yang
tergabung dalam Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI). Penelitian ni
juga menggunakan data sekunder berupa studi literatur melalui penelusuran tulisan
ilmiah seperti jurnal atau buku yang sesuai dengan tema penelitian. Secara rinci, teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam (in-depth interview), digunakan peneliti untuk


mempertajam dan memperdalam pemahaman terkait kompleksitas masyarakat
yang sedang mengalami konflik tertentu (Brounéus, 2014 dalam Höglund & Öberg,
2011). Wawancara diadakan bertujuan untuk mendapatkan informasi secara

12
langsung dari perspektif responden sehingga memiliki data yang valid dengan
fleksibilitas sesuai dengan kebutuhan penelitian.

No Bagian Data Wawancara Deskripsi

1. Topik wawancara Peran Perkumpulan Penyandang Disabilitas


Indonesia (PPDI) dalam usaha untuk
membangun konsep social citizenship dan
memperjuangkan pemenuhan hak kelompok
disabilitas.

2. Sumber data a. Drs.Gufroni Sakaril, MM (Ketua Umum


PPDI)

b. Bambang Prasetyo (Ketua Bidang


Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat)

13
3. Instrumen wawancara a. Mengembangkan strategi pengambilan
sampel yaitu dengan menegaskan kembali
pihak yang penting bagi penelitian adalah
Perkumpulan Penyandang Disabilitas
Indonesia (PPDI) dan menemukan
responden melalui kontak media sosial pihak
terkait.

b. Menulis panduan wawancara yang berisi


pertanyaan terkait topik yang diambil.

c. Melakukan proses wawancara dengan


menghubungi responden yaitu Drs.Gufroni
Sakaril, MM dan Bambang Prasetyo.

d. Menganalisis hasil wawancara dengan


memahami temuan terkait topik pertanyaan.

4. Strategi penggunaan Keterbatasan akses untuk melakukan


instrumen wawancara secara tatap muka karena wabah
virus korona membuat peneliti beradaptasi
menggunakan teknologi digital. Berdasarkan
situasi tersebut, wawancara akan dilaksanakan
secara online menggunakan platform zoom
meeting sehingga proses wawancara dapat
dilakukan secara interaktif.

2. Observasi non-partisipatif, merupakan salah satu cara mengumpulkan data


primer dengan tidak terlibat secara langsung dengan objek penelitian, yaitu melalui

14
pengamatan (Nugrahani, 2014). Sedangkan, bentuk data yang diobservasi dapat
berupa gambaran tindakan, perilaku, sikap, dan seluruh interaksi antar manusia
(Raco, 2010). Observasi dilakukan untuk memahami lingkungan dan dinamika
yang terjadi di Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI). Lebih
detailnya, peneliti akan menyiapkan pertanyaan terbuka terhadap narasumber
(Ketua PDDI).

No. Bagian Data Observasi Deskripsi

1. Target observasi a. Lingkungan tempat tinggal dan tempat


kerja responden.

b. Dinamika kehidupan responden

c. Hak disabilitas yang didapatkan


responden dalam sudut pandang social
citizenship

d. Peran PPDI bagi responden yang


tergabung dalam organisasi tersebut

2. Sumber data a. Drs.Gufroni Sakaril, MM (Ketua Umum


PPDI)

b. Anggota PPDI

3. Instrumen observasi Observasi akan dilakukan dengan panduan


observasi yang telah disepakati sebagai
pedoman peneliti dalam mengamati fenomena
yang terjadi.

15
4. Strategi penggunaan Panduan observasi dibagikan kepada masing-
instrumen masing peneliti yang kemudian akan dijawab
dan dideskripsikan sesuai dengan hasil temuan.

3. Studi Literatur merupakan data sekunder yang menjadi pelengkap dari data
primer dengan meninjau artikel seperti buku dan jurnal sesuai dengan topik
penelitian. Penelitian ini menelaah studi literatur melalui artikel jurnal yang
berkaitan dengan citizenship, hubungan citizenship dengan disabilitas, dan
hubungan social citizenship dengan disabilitas. Salah satu dasar yang menjadi
peneliti dalam studi literatur ini adalah Undang-Undang No. 8 tahun 2016 Tentang
Penyandang Disabilitas dan konsep yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka
sebagai dasar pemahaman.

Teknik atau prosedur analisis data dalam tulisan ini berangkat dari konsep yang
dijelaskan oleh Creswell (2014: 254-263). Berdasarkan konsep yang dijelaskan
Creswell langkah pertama dari proses analisis data yaitu pengumpulan data, lalu
dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut dengan membuat catatan, langkah
selanjutnya adalah memahami data yang terkumpul, dan kemudian peneliti akan
membuat klasifikasi data yang akan diklasifikasikan untuk menyusun kode serta tema
pelaporan.

16
Gambar 2. Proses Analisis Data Menurut Creswell

17
Daftar Pustaka

Arimbawa, I. M. G., Mahadi, M., & Dana, I. N. (2021). Pelatihan Peningkatan


Kompetensi Komputer Desain Bagi Disabilitas di Yayasan Bunga Bali. JPPM
(Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat), 5(2), 183-194.

Aziz, I. S. A., Amlayasa, A. A. B., Nitiwidari, D. A. P., & Ganawati, N. (2021).


Pemberdayaan Yayasan Disabilitas Bhakti Senang Hati Dalam Meningkatkan
Pendapatan Di Desa Siangan Gianyar. Jurnal Terapan Abdimas, 6(2), 204–210.

Bellamy, R. (2008). Citizenship: A very Short Introduction. In Oxford University


Press. Oxford University Press. https://doi.org/10.1109/iitc.2004.1345705

Chalachanová, A., Jaeger Fjetland, K., & Gjermestad, A. (2021). Citizenship in


everyday life: stories of people with intellectual disabilities in Norway. Nordic
Social Work Research, 00(00), 1–15.
https://doi.org/10.1080/2156857x.2021.1981985

Erissa, D., & Widinarsih, D. (2022). Akses Penyandang Disabilitas Terhadap


Pekerjaan: Kajian Literatur. Jurnal Pembangunan Manusia, 3(1).
https://doi.org/10.7454/jpm.v3i1.1027

Grech, S. (2016). Disability and Development: Critical Connections, Gaps and


Contradictions Shaun Grech Introduction. In Disability in the Global South,
International Perspectives on Social Policy, Administration, and Practice (hal.
3–19). Springer International Publishing Switzerland.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-42488-0

Höglund, K., & Öberg, M. (Eds.). (2011). Understanding Peace Research: Methods and
Challenges. Routledge.

Hox, J. J., & Boeije, H. R. (2005). Data Collection, Primary vs. Secondary: In
Encyclopodia of Social Measurement. Amsterdam: Elsevier.
https://doi.org/10.1016/B0-12-369398-5/00041-4

18
Limbong, R. J., & Rosdianti, Y. (2022). Hak-hak Disabilitas di Simpang Jalan:
Menyoal Pelindungan Hak Atas Kesehatan di Tengah Pandemi COVID-19.
Masyarakat Indonesia, 47(1), 13-30.

Luthfia, A. R. (2020). Urgensi Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Di Masa


Pandemi. Kebijakan : Jurnal Ilmu Administrasi, 11(2), 38–44.
https://journal.unpas.ac.id/index.php/kebijakan/article/view/2897

Philona, R., & Listyaningrum, N. (2021). Implementasi Aksesibilitas Bagi Penyandang


Disabilitas di Kota Mataram. Jatiswara, 36(1), 38–48.
https://doi.org/10.29303/jatiswara.v36i1.274

Nugrahani, F. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: LPPM Univet


Bantara.

Poth, C. N., Creswell, J. W. (2016). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing
Among Five Approaches. United States: SAGE Publications.

Raco, R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan


Keunggulannya. Jakarta: PT Grasindo.

Revi, B. (2014). T.H. Marshall and his critics: Reappraising “social citizenship” in the
twenty-first century. In Citizenship Studies (Vol. 18, Nomor 3–4, hal. 452–464).
Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/13621025.2014.905285

Sawitri, A. P., Asjari, F., Adi, B., & Utomo, S. P. (2021). Penguatan UMKM
Penyandang Disabilitas Naeema Melalui Perijinan Usaha dan Modal Usaha.
Ekobis Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 80-87.

Setiawan, R. (2022). Disabilitas Selama Pandemi: 60% Sulit Akses Faskes, 50%
Kendala PJJ. https://tirto.id/disabilitas-selama-pandemi-60-sulit-akses-faskes-
50-kendala-pjj-gofu Diakses 10 Juni 2022

19
Smith, S. R. (2013). Citizenship and disability: Incommensurable lives and well-being.
Critical Review of International Social and Political Philosophy, 16(3), 403–
420. https://doi.org/10.1080/13698230.2013.795708

Valdivielso, J. (2005). Social citizenship and the environment. Environmental Politics,


14(2), 239–254. https://doi.org/10.1080/09644010500055142

Waldschmidt, A., & Sépulchre, M. (2019). Citizenship: reflections on a relevant but


ambivalent concept for persons with disabilities. Disability & Society, 34(3),
421-448.

Waldschmidt, A., & Sépulchre, M. (2019). Citizenship: reflections on a relevant but


ambivalent concept for persons with disabilities. Disability and Society, 34(3),
421–448. https://doi.org/10.1080/09687599.2018.1543580

Yalçin-Heckmann, L. (2011). Introduction: Claiming social citizenship. Citizenship


Studies, 15(3–4), 433–439. https://doi.org/10.1080/13621025.2011.564806

Yalçın-Heckmann, L. (2011). Introduction: claiming social citizenship. Citizenship


Studies, 15(3-4), 433-439.

20

Anda mungkin juga menyukai