1
Daftar Isi
I. Pendahuluan .............................................................................................. 3
2
I. Pendahuluan
3
negara yang cukup besar rata-rata 2% (Disabilitas, n.d.). Selain itu, penyandang
disabilitas selama ini belum benar-benar memperoleh haknya terhadap social
citizenship. Masyarakat yang masih menaruh stigma negatif kepada penyandang
disabilitas membuat penyandang disabilitas menjadi salah satu kelompok yang paling
terdampak di masa pandemi ini. Oleh karena itu, hak disabilitas terhadap social
citizenship selama pandemi merupakan topik yang relevan dan menarik untuk diteliti.
Penelitian mengenai hak disabilitas selama pandemi telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aziz et al (2021), Arimbawa et
al (2021), dan Sawitri et al (2021), dijelaskan bahwa selama pandemi Covid-19,
dilakukan pemberdayaan melalui pelatihan dan sosialisasi agar masyarakat mampu
untuk kembali bekerja. Pemberdayaan tersebut dilakukan melalui pelatihan
kewirausahaan, online marketing, hingga bantuan sosial. Selain itu, Erissa &
Widinarsih (2022), Luthfia (2020), dan Limbong & Rosdianti (2021), menjelaskan
bahwa pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak disabilitas penting untuk dilakukan
sebagai upaya penanganan dampak pandemi Covid-19. Pada penelitian-penelitian
tersebut juga dijelaskan bahwa penting bagi pemerintah untuk memenuhi hak-hak
disabilitas sebagai wujud keadilan sosial.
Namun, penelitian terkait pemenuhan hak disabilitas selama pandemi masih
terdapat celah dan kekurangan. Di mana penelitian-penelitian terdahulu seringkali
hanya menyoroti terkait pemenuhan hak ekonomi, hak kesehatan, dan hak
ketenagakerjaan. Selain itu, penelitian selama pandemi lebih banyak membahas
analisis dan evaluasi peran pemerintah serta lebih menggunakan pendekatan konsep
pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut memunculkan adanya kekosongan penelitian
yaitu penelitian belum membahas mengenai hak disabilitas dari sudut pandang social
citizenship. Kekosongan tersebut juga didukung oleh literatur yang hanya membahas
mengenai salah satu sisi dari social citizenship. Dari penelitian-penelitian terdahulu,
ditemukan bahwa terdapat kontradiksi dalam social citizenship. Di satu sisi, kelompok
disabilitas mendapatkan jaminan akses partisipasi, tetapi di sisi lain social citizenship
mengasumsikan bahwa warga negara harus mampu menjalankan peran sosial yang
produktif sehingga memunculkan eksklusivitas (Heckmann, 2011; Waldschmidt &
4
Sépulchre, 2019). Kondisi tersebut berdampak pada penerimaan bantuan sosial
seringkali disertai dengan hilangnya atau berkurangnya hak-hak sipil dan politik
(Waldschmidt & Sépulchre, 2019). Oleh karena itu, diperlukan adanya penelitian
komprehensif terkait kontradiksi konsep social citizenship dan penerapannya pada
pemenuhan hak-hak disabilitas selama pandemi Covid-19.
5
keberhasilan peran PPDI dalam hak penyandang disabilitas terhadap social citizenship.
Hasil penelitian ini nantinya dapat membantu dan menjadi kerangka bagi organisasi
lain, baik milik pemerintah maupun swasta dalam membantu kelompok penyandang
disabilitas agar dapat menjalankan social citizenship. Sedangkan pada kontribusi
teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menemukan celah terkait konsep social
citizenship serta kebaruan penelitian hak disabilitas dari sudut pandang social
citizenship.
6
II. Tinjauan Pustaka
7
sudah menyadari bahwa penyandang disabilitas memiliki kontribusi yang berharga
untuk dibuat bagi masyarakat luas (Smith, 2013).
Secara lebih luas, penyandang disabilitas sendiri masih “mencari” tempat yang
sah dan stabil dalam isu-isu kemanusiaan, pemerintahan, kemiskinan, pendidikan,
konflik, degradasi lingkungan dan perubahan iklim—tema-tema pembangunan yang
pokok. Hal ini terjadi karena seringkali penyandang disabilitas tidak diikutsertakan
dalam agenda-agenda penting di atas. Selama ini, kelompok penyandang disabilitas
masih berada di pinggiran atau di luar jangkauan kebijakan dan program pembangunan
di tingkat dunia dan negara. Disabilitas belum menjadi prioritas bagi para pembuat
kebijakan, praktisi, dan lainnya (Grech, 2016).
8
Ada beberapa aspek terkait relevansi citizenship bagi penyandang disabilitas
saat ini, yaitu hak sipil, politik, ekonomi, budaya dan sosial. (1) Hak sipil, merupakan
hak yang telah berkembang di berbagai titik dalam sejarah dan sekarang sedang
menyusun praktik multidimensi kewarganegaraan. penyandang disabilitas telah dan
terus berada di antara mereka yang hak-hak sipil dasarnya diabaikan. Praktik
penahanan penyandang disabilitas yang berlangsung lama di 'lembaga total'. (2) Hak
politik menyiratkan hak untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan kekuasaan politik,
sebagai anggota badan yang diinvestasikan dengan otoritas politik atau sebagai pemilih
dari anggota badan tersebut. (3) Hak ekonomi mengacu pada hak-hak yang relevan
untuk partisipasi dalam pasar bebas, termasuk pasar tenaga kerja. (4) Hak-hak budaya
yaitu hak yang mencakup dan mengakui pentingnya perbedaan bahasa, sejarah dan
tradisi, pengetahuan dan keterampilan sosial budaya. Dalam konteks disabilitas, hak
budaya juga penting. Misalnya, orang-orang tuli menggunakan mereka, ketika mereka
berjuang untuk pengakuan bahasa isyarat dan komunitas budaya mereka (5) Hak sosial
adalah hak untuk sedikit kesejahteraan ekonomi dan keamanan hak untuk berbagi
sepenuhnya dalam warisan sosial dan untuk menjalani kehidupan sebagai makhluk
yang beradab menurut standar yang berlaku dalam masyarakat (Waldschmidt &
Sépulchre, 2019).
9
hanya sebagai kelompok masyarakat yang membutuhkan perlindungan juga pelayanan
sosial, tetapi tidak diakui partisipasi dan hak otonominya. Kelompok masyarakat
penyandang disabilitas memiliki kemungkinan besar berakhir tidak dapat mengambil
keputusan bagi kepentingan mereka sendiri. Keseimbangan ketiga peran saat kelompok
masyarakat penyandang disabilitas menjalankan social citizenship ini juga harus
seimbang karena saat seseorang mampu menjalankan perannya sebagai subjek otonom
tetapi tidak didukung oleh ketentuan kesejahteraan sosial, mereka menghadapi risiko
hidup yang besar, termasuk kemiskinan. Terakhir, jika orang memiliki kesempatan
untuk memberikan pengaruh tetapi tidak menikmati otonomi pribadi maupun standar
hidup yang layak, hanya penyandang disabilitas yang berpendidikan dan kaya yang
dapat berpartisipasi. Oleh karena itu, hanya ketika jaminan sosial dijamin, hak otonomi
dapat menjadi kenyataan. Pada gilirannya, otonomi pribadi bersama dengan jaminan
sosial adalah prasyarat untuk pengaruh dalam urusan politik dan publik (Waldschmidt
& Sépulchre, 2019).
10
2.2 Research Frameworks
Dalam penelitian ini, penulis memposisikan peran Perkumpulan Penyandang
Disabilitas Indonesia (PPDI) sebagai variabel independen (independent variable),
pemenuhan hak kelompok disabilitas sebagai variabel mediator (mediating variable),
dan social citizenship selama pandemi Covid-19 sebagai variabel dependen (dependent
variable). Selain itu, ada juga variabel pandangan masyarakat terhadap disabilitas yang
berperan sebagai variabel moderator (moderating variable). Adapun ilustrasi
pemosisian variabel penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
11
III. Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis metode penelitian studi kasus berbentuk deskriptif. Pendekatan kualitatif
dipilih atas dasar kemampuan untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya,
pemahaman mendalam, fleksibilitas, dan mampu mengeksplorasi fenomena yang
sedang diteliti. Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian yang
mengeksplorasi antara satu sistem dengan sistem lainnya pada suatu fenomena (Poth
& Creswell, 2016). Selain itu, metode studi kasus berbentuk deskriptif merupakan
metode untuk meneliti suatu objek, kondisi, fenomena, atau kelompok manusia pada
masa sekarang. Tujuan dari digunakannya metode tersebut karena dapat
menggambarkan fakta dan realita atas fenomena yang terjadi sehingga hasil dari
penelitian tersebut dapat menjelaskan secara empiris terkait objek yang diteliti. Metode
penelitian tersebut merupakan metode yang paling sesuai untuk mendalami peran
organisasi Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) di masyarakat yang
kompleks sebagai bentuk pemenuhan inklusivitas di tengah eksklusifitas.
12
langsung dari perspektif responden sehingga memiliki data yang valid dengan
fleksibilitas sesuai dengan kebutuhan penelitian.
13
3. Instrumen wawancara a. Mengembangkan strategi pengambilan
sampel yaitu dengan menegaskan kembali
pihak yang penting bagi penelitian adalah
Perkumpulan Penyandang Disabilitas
Indonesia (PPDI) dan menemukan
responden melalui kontak media sosial pihak
terkait.
14
pengamatan (Nugrahani, 2014). Sedangkan, bentuk data yang diobservasi dapat
berupa gambaran tindakan, perilaku, sikap, dan seluruh interaksi antar manusia
(Raco, 2010). Observasi dilakukan untuk memahami lingkungan dan dinamika
yang terjadi di Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI). Lebih
detailnya, peneliti akan menyiapkan pertanyaan terbuka terhadap narasumber
(Ketua PDDI).
b. Anggota PPDI
15
4. Strategi penggunaan Panduan observasi dibagikan kepada masing-
instrumen masing peneliti yang kemudian akan dijawab
dan dideskripsikan sesuai dengan hasil temuan.
3. Studi Literatur merupakan data sekunder yang menjadi pelengkap dari data
primer dengan meninjau artikel seperti buku dan jurnal sesuai dengan topik
penelitian. Penelitian ini menelaah studi literatur melalui artikel jurnal yang
berkaitan dengan citizenship, hubungan citizenship dengan disabilitas, dan
hubungan social citizenship dengan disabilitas. Salah satu dasar yang menjadi
peneliti dalam studi literatur ini adalah Undang-Undang No. 8 tahun 2016 Tentang
Penyandang Disabilitas dan konsep yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka
sebagai dasar pemahaman.
Teknik atau prosedur analisis data dalam tulisan ini berangkat dari konsep yang
dijelaskan oleh Creswell (2014: 254-263). Berdasarkan konsep yang dijelaskan
Creswell langkah pertama dari proses analisis data yaitu pengumpulan data, lalu
dilanjutkan dengan menganalisis data tersebut dengan membuat catatan, langkah
selanjutnya adalah memahami data yang terkumpul, dan kemudian peneliti akan
membuat klasifikasi data yang akan diklasifikasikan untuk menyusun kode serta tema
pelaporan.
16
Gambar 2. Proses Analisis Data Menurut Creswell
17
Daftar Pustaka
Höglund, K., & Öberg, M. (Eds.). (2011). Understanding Peace Research: Methods and
Challenges. Routledge.
Hox, J. J., & Boeije, H. R. (2005). Data Collection, Primary vs. Secondary: In
Encyclopodia of Social Measurement. Amsterdam: Elsevier.
https://doi.org/10.1016/B0-12-369398-5/00041-4
18
Limbong, R. J., & Rosdianti, Y. (2022). Hak-hak Disabilitas di Simpang Jalan:
Menyoal Pelindungan Hak Atas Kesehatan di Tengah Pandemi COVID-19.
Masyarakat Indonesia, 47(1), 13-30.
Poth, C. N., Creswell, J. W. (2016). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing
Among Five Approaches. United States: SAGE Publications.
Revi, B. (2014). T.H. Marshall and his critics: Reappraising “social citizenship” in the
twenty-first century. In Citizenship Studies (Vol. 18, Nomor 3–4, hal. 452–464).
Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/13621025.2014.905285
Sawitri, A. P., Asjari, F., Adi, B., & Utomo, S. P. (2021). Penguatan UMKM
Penyandang Disabilitas Naeema Melalui Perijinan Usaha dan Modal Usaha.
Ekobis Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 80-87.
Setiawan, R. (2022). Disabilitas Selama Pandemi: 60% Sulit Akses Faskes, 50%
Kendala PJJ. https://tirto.id/disabilitas-selama-pandemi-60-sulit-akses-faskes-
50-kendala-pjj-gofu Diakses 10 Juni 2022
19
Smith, S. R. (2013). Citizenship and disability: Incommensurable lives and well-being.
Critical Review of International Social and Political Philosophy, 16(3), 403–
420. https://doi.org/10.1080/13698230.2013.795708
20