Sesi Diskusi
1. Prioritas dalam perekrutan IBK itu sendiri, bagaimana merekrutnya? Apakah
masih ada prioritas orang yang normal disbanding penyandang disabilitas dalam
dunia pekerjaan? (Fatma Hijrie)
Perusahaan banyak yang lebih memprioritaskan orang normal. Perusahaan
mempertimbangkan faktor-faktor. Orang yang disabilitas membutuhkan fasilitas lebih
dalam pekerjaan. Tentunya masih ada yang memprioritaskan orang normal namun tidak
diperlihatkan, namun meskipun begitu masih ada juga perusahaan yang melihat
kompetensi dari penyandang disabilitas itu dan mempertimbangkan segala aspek dalam
perekrutannya meskipun calon pekerja tersebut merupakan penyandang disabilitas.
Tambahan dari Ayesha Zafar : Prioritas untuk perekrutan pekerja normal akan lebih
besar karena pada pasal 53 ayat (1) UU Penyandang disabilitas menyebutkan pemerintah,
pemerintah daerah, BUMN, BUMD wajib memperkerjakan minimal 2% penyandang
disabilitas dari jumlah pegawai, dan pada ayat (2) perusahaan swasta diwajibkan
mempekerjakan penyandang disabilitas minimal 1% dari jumlah pegawai.
Namun, ada hal-hal khusus yang perlu diperhatikan dalam mempekerjakan pekerja
penyandang disabilitas sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Pasal 5 : Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang
sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan.
Ada hal-hal khusus yang perlu diperhatikan dalam mempekerjakan pekerja penyandang
disabilitas, antara lain:
- Pelatihan kerja bagi pekerja penyandang disabilitas dilaksanakan dengan
memperhatikan jenis, derajat disabilitas, dan kemampuan pekerja penyandang
disabilitas yang bersangkutan
- Pemberi kerja yang mempekerjakan pekerja penyandang disabilitas wajib
memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat disabilitasnya. Misalnya
penyediaan aksesibilitas, pemberian alat kerja, dan alat pelindung diri yang
disesuaikan dengan jenis dan derajat disabilitasnya
- Pemberi kerja harus memerhatikan hak-hak pekerja penyandang disabilitas dalam
Pasal 48 UU 8/2016 yang kami terangkan di atas.
Adapun perjanjian kerja dibuat secara tertulis atau lisan. Untuk perjanjian kerja yang
dipersyaratkan secara tertulis dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku, antara lain perjanjian kerja waktu tertentu, antarkerja antardaerah, antarkerja
antarnegara, dan perjanjian kerja laut. Selain itu, pemberi kerja perlu menuangkan hal-hal
khusus yang perlu diperhatikan pada Pasal 19 UU Ketenagakerjaan (tentang pelatihan
kerja bagi tenaga kerja penyandang disabilitas), Pasal 67 UU Ketenagakerjaan (tentang
perlindungan penyandang disabilitas di tempat kerja), dan Pasal 48 UU 8/2016 (tentang
penempatan tenaga kerja penyandang disabilitas) dalam perjanjian kerja dengan pekerja
penyandang disabilitas yang bersangkutan.