Anda di halaman 1dari 12

Notulen Temu Inklusi 2014 “ Workshop Ketenagakerjaan ”

Hari : Sabtu, 20 Desember 2014

Waktu : 09.00 – 12.00 WIB

Tempat : Rumah warga setempat (Bu Min, Klapok RT 02, Yogyakarta)

Mater Diskusi : Menuju Masyarakat yang Inklusi

Pembicara Diskusi :

- Sigit Sapto Nugroho ( Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan


Transmigrasi
- Dwi Suka Sulistyaningsih (CIKAL)
- Tata Taufik (Fasilitator)

Workshop ”Menuju Pasar Tenaga Kerja yang Inklusi” dihadiri :

Pembawa Acara : Dwi Suka Sulistyaningsih

Notulen Diskusi : Poppy Ariesta Rahmadani

Peserta : 29 Orang

Pelaksanaan Workshop Ketenagakerjaan

Tema: “ Menuju Pasar Kerja yang Inklusi “

Doa, pembukaan acara

Pengenalan narasumber

Tata (cikal) : Tujuan workshop: menemu, kenali penyebab disabilitas tidak mengetahui
rekuitmen,menemukan solusi agar penyandang disabilitas dapat bekerja dalam
pasar tenagakerja yang inklusi, merumuskan rekomendasi agar terujudnya
pasar tenagakerja yang inklusi.
Hasil yang diharapkan dari workshop ini adalah mendorong
btercipta/berkembangnya pasar tenaga kerja yang inklusi.
Berdasarkan tujuan yang ngin dicapai kita bias melakukan beberapa proses,
yang pertama terlibat dalam proses identifikasi mengenai masalah-masalah
yang mendasari dalam hal ketenagakerjaan bagi difabel. Ini juga dapat
menjadi awalbagi kita untuk mengetahui masalah yang lebih luas. Masalah
yang akan dibahas adalah masalah yang dialami difabel dalam rekuitmen dan
masalah difabel dalam tingkat kompetisi dan bertahan di dunia kerja. Kedua,
mencari tahu solusi yang tersedia untuk rokomendasi masalah ini lebih lanjut.
Pasar kerja adalah bicara tentang kesempatan kerja & angkatan kerja, dan
interaksi keduanya, fokusnya berada pada interaksi antar kedua komponen ini
secara baik
Pasar kerja yang inklusi adalah memiliki tujuan untuk membri kesempatan
dalam usia kerja (15-60 thn) untuk berpartisipasi dalam pasar kerja. Focus
pasar kerja inklusi ini diperuntukan kepada mereka yang kesulitan dalam
memasuku/kembali ke dunia kerja. Pada dunia disabilitas ada kesulitan yang
dialami yaitu mendapatkan pekerjaan dan mempertahankan pekerjaan yang
dimiliki dikarenakan para difabel mengalam tantangan yang kerja yang
berbeda dan membutuhkan prilaku yang khusus dalam dunia kerja (fasilitas
yang mendukung pekerjaan difabel sesuai kebutuhan mereka, pengertian dari
pihak perusahaan kepada difabel). Pasar kerja inklusi bukan hanya mengenai
penyandang disablitas tetapi menyangkut semua.

Sigit : Dulu para difabel selalu menjadi objek, tapi sekarang harus menjadi subjek
dalam tenaga kerja.
Tidak ada peraturan yang membatasi difabel untuk bekerja sebagai pegawai
negeri, pegawai swasta, di BUMN/BUMD, BUMS, dll.
Belum ada sanksi yang tegas dari pemerintah bagi pelanggar peraturan yang
mengatur ketenagakerjaan bagi difabel.
Banyak kesempatan kerja yang tersedia, tapi di daerah Sleman para difabel
jarang ada yang melamar di instansi dinas, mungkin dikarenakan kurangnya
informasi, sosialisasi mengenai lowongan tersebut. Hal ini menyebabkan
pemerintah kurang mengetahui seberapa besar antusias difabel untuk bekerja
sebagai pegawai negeri.
Fakta Indonesia saat ini ada 15% dari 1 miliyar pendudk di dunia adalah
penyandang disabilitas, 85% penyandang disabiitas berada di Negara
berkembang, 785 juta orang berada di usia angkatan kerja (kebanyakantidak
bekerja), dan banyak penyandang disabilitas diantaranya tidak bersekolah.
Di jogja penduduknya 2013 ada 3541,872 juta jiwa, penyandang disabilitas
33,295 juta jiwa, usia kerja 29,179, sebagian besar pera penyandang disabilitas
bekerja di pertanian sebesar 87%, sisanya di bekerja sebagai PNS/swasta. (data
dinas social)
Peran pemerintah di pendidikan&ketenagakerjaan:
- Dukungan kebijakan  PP, Perpres
- Koordinasikan Program Lintas Sektor & Program
- Membuat Norma Standar
- Fasiltasi pendidikan dan pelatihan ketrampilan
- Fasilitasi/pembinaan/supervisi

Koordinasi program: dalam koordinasi kerja sudah dilakukan kerjasama ke


berbadai pihak untuk disabiitas seperti bursa kerja. Bagi yang tidak
tertampung di sector formal bias ditampung di sector non formal dengan cara
pemberian pelatih, dan bimbingan usaha mandiari.
Dukungan pemerintah terhadap penyandang disabilitas:
1. UU 45 pasal 27 ayat 2 : “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
2. UU NO 4/1997, tentang penyandang disabilitas
Bab IV KESAMAAN KESEMPATAN
Pasal 13 : Setiap Penyandang Cacat mempunyai kesamaan kesempatan
untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis derajat
kecacatannya.
Pasal 14 : Perusahaan Negara dan Swasta memberikan
Kesempatan dan perlakuan yang sama kepada Penyandang Cacat
dengan mempekerjakan Penyandang Cacat diperusahaannya dengan
jenis dan derajat kecacatan, pendidikan dan kemampuannya yang
jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan dan atau kwalifikasi
perusahaan.
Pasal 27 : Pemerintah memberikan penghargaan kepada
perusahaan yang mempekerjakan Penyandang Cacat.
Bab VII : KETENTUAN PIDANA
Pasal 28 : Barang siapa dengan sengaja melakukan
pelanggaran Pasal 14 diancam dengan pidana kurungan selama 6 Bulan
dan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp. 200.000.000,-
3. UU NO 13/2003, TENTANG KETENAGAKERJAAN
Bab III – Kesempatan dan Perlakuan yang Sama
Pasal 5 : Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan
yang sama tanpa diskriminasi untuk
memperoleh pekerjaan
Pasal 6: Setiap pekerja./buruh berhak memperoleh
perlakuan yang sama tanpa diskriminasi
dari pengusaha
Bab V PELATIHAN KERJA
Pasal 19 : Pelatihan Kerja bagi Tenaga Kerja Penyandang Cacat
dilaksanakan dengan memperhatikan jenis, derajat kecacatan, dan
kemampuan tenaga kerja penyandang Cacat yang bersangkutan
Bab VIPENEMPATAN TENAGA KERJA
Pasal 31 : Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan
yang sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan
memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri
Bab X PERLINDUNGAN, PENGUPAHAN DAN
KESEJAHTERAAN
Pasal 67 : Pengusaha yang mempekerjakan Tenaga Kerja
Penyandang Cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan
jenis dan derajat kecacatannya yang mengacu pada peraturan
Perundangan yang berlaku
Bab XVI : KETENTUAN PIDANA DAN SANKSI
ADMINISTRASI
Pasal 187: Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam (antara lain pasal 67), dikenakan sangsi pidana
kurungan paling singkat satu bulan dan paling lama dua belas bulan
dan atau denda paling sedikit Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 100.000.000,- (Seratus juta rupiah)
4. PP NO.43/1998, Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Penca
Bab II KESAMAAN KESEMPATAN
Pasal 26 : Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang sama kepada
tenaga kerja penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan
kualifikasi pekerjaan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis dan
derajat kecacatannya.
Pasal 27 : Pengusaha wajib memberikan perlakuan yang sama kepada
pekerja penyandang cacat
Pasal 28 : Perusahaan harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu
orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kwalifikasi
pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya untuk setiap 100 (seratus)
orang pekerja perusahaannya.
Pasal 29 ayat (1) :Pengusaha harus mempekerjakan sekurang kurangnya 1
(satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan
kualifikasi pekerjaan sebagai pekerja pada perusahaannya, bagi yang memiliki
pekerjaan kurang dari 100 (seratus) orang tetapi usaha yang dilakukannya
menggunakan tehknologi tinggi
ayat (2) : Penggunaan teknologi tinggi dalam usaha dan jumlah rasio
pekerjaan sebagian dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh menteri yang
bertanggung jawab dibidang ketenaga kerjaan setelah mendapat persetujuan
dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang perindustrian.
5. UU NO 25/2009 TENTANG LAYANAN PUBLIK
Pasal 29 : Penyedia layanan umum harus memberikan layanan
khusus kepada penyandang disabilitas sesuai dengan
peraturan.
6. UU NO 28/2002 TENTANG PEMBANGUNAN GEDUNG Fasilitas
pembangunan gedung harus aksesibel bagi penyandang disabilitas
(mudah, aman, menyenangkan)
7. PERMENAKERTRANS NO KEP-205/MEN/1999 : Pasal 7 : Orang
dengan disabilitas berhak atas sertifikat pelatihan kejuruan.
8. SURAT EDARAN MENAKERTRANS No : 01.KP.01.15.2002
Penyaluran pekerjaan dengan disabilitas disektor swasta.
9. Perda No. 4/2012, tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak
Penyangdang Disabilitas
Agar tercapainya pasar tenaga kerja yang inklusi bagi difabel, pemerintah
memberikan penghargaan kepada perusahaan yang mempekerjakan difabel.
Hal ini suadah dilakukan dimana salah satu perusahaan di Yogyakarta
menempati posisi kedua.
Fasilitas penempatan disabilitas di sector formal:
- Pelatihan kerja
- Pelayanan Informasi Pasar Kerja
- Sosialisasi dan syarat-syarat kerja
- Bursa kerja
- Pelayanan Pencari kerja (AK 1)
- Pengantar kerja memadai
- Aksebilitas
MENINGKATKAN PENEMPATAN
DI SEKTOR FORMAL MENUJU :
1. KUOTA 1 % PENEMPATAN TENAGA KERJA DI PEGAWAI
NEGERI
2. KUOTA 1 % PENEMPATAN TENAGA KERJA DISABILITAS DI
BUMN/BUMD
3. KUOTA PENEMPATAN 1 % TENAGA KERJA DISABILITAS DI
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN
Intrupsi dari pesrta workshop : saat sudah bekerja penyandang
disabilitas banyak yang memutuskan untuk berhenti dikarenakan tidak
tahan dengan lingkungan kerja yang kurang mendukung difabel
(perasaan minder/di kucilkan) jadi bagaimana jika kuota 1%
penempatan tenaga kerja disabilitas di tambah menjadi 10%.
Tanggapan : itu semua akan diusahakan demi kebaikan di masa depan.
Sector non fomal :
program adalah kewirausahaan akan dibuat lebih mandiri yang sudah berjalan
adalah usaha jahit, salon, boga, laundry semua ini tergantung minat para
difabel, beliau melatih dan mendanai para difabel yang ingin mengikuti
program ini bisa datang ke dinas ketenagakerjaan yang akan dilayani. Tapi ada
syarat yaitu berkelompok tidak boleh sendiri jadi ada saling kerja sama. Ada
satu contoh difabel yang memiliki keahlian dalam berbahasa inggris jadi dia
memberi bimbel inggris, ini bias kita jadikan inspirasi untuk menggunakan
kemampuan individu dalam mencari kerja. Kalo ada difabel yang ahli dalam
seni akan ada sertifikat yang menyetarakan seperti lulusan sma dan s1.
Jadi kita bersama-sama akan ketenagakerjaan yang inklusi.
Sigit :Kita dalam satu ruangan adalah burik tetapi jika sudah diluar diskusi kita
adalah satu. Tidak ada pembatasan bagi difabel untuk kerja di segala sector
dan ada uu tetapi tidak ada hukuman bagi yang melanggar dan tidak harus
minder. Jika ada yang membutuhkan bantuan mereka biasa ke dinas tenaga
kerjaan atau kontak langsung ke bpk Sigit (08164263555).

Dwi suka Dasar hukum dalam pasar kerja inklusi :


- UNCRPD yang diratifikasi dengan UU No. 19 Tahun 2011 pasal 27
- Penyandang disabilitas berhak untuk diterima di pasar tenaga kerja,
lingkungan kerja yang terbuka, inklusif, dan aksesibel
- Prinsip kesetaraan dan non-diskriminasi
Untuk meujudkan pasar tenaga kerja inklusi :
- Regualsi dan guideline yang jelas sehingga tidak membingungkan,
- Data based yang selalu up date
- Tenaga kerja yang sesuai kebutuhan pasar, sehingga penyediaan
pelatihan harus melihat kebutuhan pasar terkini
- Pada lolongan kerja harus diperhatiakan pencantuman penerimaan bagi
disable jadi difabel tidak ragu untuk melamar
- Dapat diakses oleh panyandang disabilitas. Seperti burssa kerja online
- Perlu kerja sama antara Pemerintah-Pemberi Kerja-Organisasi
disabilitas-stakeholder terkait  penyebaran informasi.
- Pada bursa kerja online diharapkan para pencari kerja dan perusahaan
terdaftar di busa kerja online tsb untuk menghindari terjadinya
penipuan
- Dalam mengisi form di bursa kerja perlu ditambahkan form bagi
disabilitas seperti jenis disabilitas dan fasilitas yang dibutuhkan bagi
disabilitas.

Regulasi/kebijakan: Sistem afirmatif: pemberian kuota, ada arahan detail dan


aplikatif, sanksi dan reward

System kuota: PERDA DIY No. 4 tahun 2012 kuota 1%, bagi difabel di setiap
perusahaan
Sanksi: Penerapan sanksi hendaknya tidak memperlakukan pelanggar sebagai
pelaku kriminal, tapi lebih bersifat edukatif, namun bisa menimbulkan efek
jera. Sanksi berupa pembayaran sejumlah uang bukan dimaksudkan sebagai
denda, namun sebagai kompensasi bagi perusahaan untuk berkontribusi dalam
pemenuhan hak penyandang disabilitas.
Diperlukan unit dan lembaga yang bertanggung jawab dalam penegakkan
hukum, contohnya di jepang jika ada perusahaan yang melanggar aturan maka
nama perusahaan akan diumumkan kepadi public sehingga menimbulkan efek
malu/jera.
Sesi Tanya Sesi 1:
jawab - Ajiwan arif (peliput/tunanetra) pengalaman dulu ngelamar di salah satu
penerbit tanpa mencantumkan identitas difabelnya, ia diterima sampai
tahap interview tapi setalah itu tidak ada pemanggilan lanjut(tidk
diterima). Pengalaman kedua pernah melamar di call center, ia lolos di
tingkat interview lalu lanjut ke tahap traning tapi saat traning teknologi
disana tidak mendukung keterbatasan dia(tunanetra) jadi dia berhenti,
lalu melamar lagi ke penerbit dengan mencantumkan identitasnya
sebagai difabel dan tidak diterima. Bagaimana solusi agar akesibilitas
kerja bagi difabel mudah?
- Ratna (Bandung) : dalam implemintasi kuota tenaga kerja difabel
setiap perusahaan 1% sudah ada dari 1997 tapi mengapa sekarang
belum terjadi/terwujud selama 17 tahun ini. Bagaimana kerja
pemerintah dalam pewujutannya? Untuk lowongan kerja difabel
bagaimana pihak perusahaan dalam infrastruktur, fasilitasnya?
Pemerintah diharapkan ada monitoring dan evalusai agar pelatihan
keterampian dan usaha yang diberikan tepat sasaran.
- Warsito (Klaten) : umumnya saat rekuitment pegawai perusahaan
mewajibkan pencantuman ijazah, tetai kendalanya adalah para difabel
banyak yang tidak memiliki ijazah sekolah formal, yang dimiliki hanya
ijazah keterampian (non formal), jadi para difabel merasa minder,
bagaimana solusi mengatasi masalah ini?
- Di klaten para difabel ada mendirikan pusat informasi bisnis, mereka
juga berencaa mendirikan showroom tetapi tempatnya tidak strategis
jadi jika ingin mencari penyelesain masalah ini dengan bantuan
pemerintah, pemerintah mana yang akan dituju ?
- Dari dinas biasanya setelah pelatihan ada kewajiban lapor untuk
mentindak lanjuti pelatihan tersebut tapi saat ada yang melaporkan
tidak ada tanggapa/pendampingan.
Jawab
Sigit:
1. (tanggapan untuk pertanyaan Arif) : dia untuk dicantumkan ttg
lowonga kerja yang dibutuhkan maka aksesibilitas akan diketahui lebih
dulu, dalam hal ini perusahaan hanya ingin untung. Jadi kita secara
bersama sama mencari penyelesain. Walaupun di dalam aturan ada
yang.
2. Kita sudah mencoba selama 17 tahun, tapi saat awalm emang banyak
yang melakuakn hal tersebut, jadi banyak yang berhenti karna minder,
lama kelamaan perusahaan jadi tidak mematuhi peraturan tersebut
karena tidak ada hukum/sanksi yang kuat. Jadi kita perlu merubah
sanksi yang tidak memposisikan merekan sebagai pelaku criminal
tetapi lebih ke dalam hal pembelajaran dan pemberian jera. Dalam
masalah gedung akan dibenahi . dia akan mengajukan surat ke
perusahaan yang belum sesuai dengan standar difabel. Di Jogja jika
selesai pelatihan tidak akan didiamkan tapi akan menyiapkan tindak
lanjutnya dalam bentuk modal dan pendampingan.
3. Masalah Ijazah kita menetapkan system wajib belajar 9 tahun sehingga
mereka dapat bersekolah di tempat yang khusus agar mendapatkan
ijazah jadi saat melamar pekerjan yang membutuhkan ijazah mereka
tidak terhalaingi lagi. Keluhan nya akan disampaikan ke jateng dan
jabar. Pasar kerja yg dapt diakses mudah jadi meraka minder danbutuh
wadah .
Tambahan mengenai ijazah di klaten sekolah untuk inklusi masih sulit
(ditolak)
Akan bantu menghubungi pemerintah Jateng supaya menanganinya. Di
Mendagri terdapat aturan pembatassan/pelarangan pemberian bantuan dari
satu daerah ke daerah lain, jika dia bukan bagian masyarakat daerah tersebut
jadi pemberian bantuan harus melalui pemerintah di daerah asal. Contohnya
adalah keinginan pemerintah Kalsel untuk membangun mesjjid di Jogja itu
ditolak izinnya.
Sesi 2 Suratno : disabilitas sulit mengakses lowonga pekerjaan yang menerima
difabel, bagaimana solusinya?
Di jogja kan sudah ada aturan bagi perusahaan yang melanggar ada hukuman
pembayar 200jt, padahal 200jt itu adalah nilai yang ringan bagi perusahaan,
jadi mungkin perusahaan akan lebih memilih untuk membayar daripada
menerima pekerja difabel, bagaimana solusinya?
Pendamping yang akan mengajaran diharapkan adalah orang yang
menegetahui secara pasti kerjanya bukan hanya teori, lalu usaha mandiri yang
belangsung harus diawasi kebutuhannya seperti pelatihan lanjutan agar
berkembang.
Duran (Bantul) :
Apaka dinas ketenagakerjaan mengadakan pelatiha? Kapan? Dan dimana?
Untuk bantuan perkelompok apakah harus satu kelurahan atau bias beda
kelurahan?
Di sebuah perusahaan jogja ada diskriminasi tenaga kerja difabel, saat
melamar dipertengahan jalan proses rekuitment dipertanyakan tujuan dia
(penyandang difabel) melamar kerja padahal tidak penting dan sudah tau
hasilnya.
Anto (Bandung) :
Apa setiap perusahaan sudah mengetahui mengenai UU tentang disabilitas?
Apakah ada pelatihan bagi perusahaan menyangkut UU ini?

Jawab:
Di Indonesia kita lebih melihat ijazah formal, itu adalah salah satu yang
menghambat berkembangnya difabel di Indonesiadan juga penyebab Indonesia
tidak maju. Kita ambil contoh prilaku masyarakat Indonesia yang
menyebabkan mereka sulit untuk maju, saat Pak Sigit mengikuti workshop di
Singapura, dia melihat tempat duduk yang diduduki oleh peserta workshop,
orang Singapura kebanyakan duduk di baris depan, orang Thailand duduk di
depan sebelah kiri, orang Malaysia akan kebanyakan duduk di depan sebelah
kanan, kalo orang Indonesia kebanyakan duduk di baris belakan walaupun
kursi di tengahnya kosong,
Buat pak suratno, beliau (Pak Sigit) akan mencoba membuat surat kepada
perusahaan mengenai masalah ini. Setelah pendampingan dia harap
mendampingi tapi SDM di dinas ketenagakerjaan kurang.jadi diharapkan
kerjasama difabel untuk aktif, bukan hanya menunggu pemerintah yang
kadang lambat, harus bias bergerak sendiri. Dan diusahakan pengamping yang
mengajar akan professional. Para difabel juga diharapkan mengembangkan
kemampuan /inofasi dalam usaha maupun keterampilan mereka.
Pelatihan biasanya diadakan pada buan Maret, bagi yang berminat dapat
langsung ke dinas ketenagakerjaan dengan syarat yang sudah ditetapkan
seperti proposal, penduduk daerah asli, dll. Akan dicoba untuk menyediakan
seorang pelatih adalah penyandang disabilitas jadi dia dapat lebih mengetahui
apa yg harus dilakukan.
Ngaklik:
Jika ada difabel yang memiliki bakat seni bagaimana tindak lanjutnya?
Banyak aktifitas seni yang dilakukan para difabel, tapi mereka tidak memiliki
penyaluarannya seperti menampilkan tarian mereka ke umum. Bagaimana
solusinya?
Di dinas kebudayaan, nanti ada anggaran untuk kepentinagan budaya iitu bias
digunakan. Untuk masalah penyaluran bias mengisi acara dimasa depan.
Tanggapan untuk anto: mengenai perusahaan yang tidak mau tahu mengenai
kuota tenaga kerja buat difabel, cikal pernah diminta untuk melakukan
monitoring perusahaan di bantul, ada perusahaan yang memperkerjakan
disabilitas tapi perusahaan belum aksessibel.

Peutupan acara

Doa bersama

Anda mungkin juga menyukai