Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

KEKERASAN TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS DARI SUDUT


PANDANG “KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”
SILA KE DUA PANCASILA

DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Azainil, M.Si

DISUSUN OLEH:
Fadila Meriska Putri (1709035038)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur SAYA panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Penyayang karena dengan
limpahan kasih sayang-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kekerasan
terhadap Penyandang Disabilitas”. Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila pada semester dua perkuliahan.
Makalah ini tidak akan dapat saya susun secara maksimal jika tidak mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak. Saya mengucapkan terimakasih setulusnya kepada bapak Dr.
Azinil, M.Si. Karena beliau yang telah membimbing saya dalam proses penyusunan makalah
ini.. Hingga makalah ini dapat terselesaikan meskipun masih banyak kekurangan.
Saya menyadari terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sebagai bahan evaluasi saya dalam penyusunan
makalah berikutnya.

Samarinda, 23 Mei 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................................................................. 5
D. Manfaat ............................................................................................................................... 5

BAB II PERMASALAHAN ......................................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................. 8


A. Situasi Kasus Kekerasan terhadap Penyandang Disabilitas di Indonesia ........................... 8
B. Hubungan Kasus Pelanggaran Kekerasan terhadap Penyandang Disabilitas dengan
Implementasi Nilai Pancasila sila ke-2 ............................................................................... 8
C. Faktor-faktor Penghambat dalam Penanganan Kasus Kekerasan terhadap Penyandang
Disabilitas di Indonesia ....................................................................................................... 9
D. Cara Mengatasi Kasus Kekerasan terhadap Penyandang Disabilitas di Indonesia ........... 10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................... 12


A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak orang di Indonesia yang menganggap penyandang disabilitas merupakan suatu


hal yang sangat buruk. Mereka mengganggap orang dengan kelainan fisik dan mental
tersebut sebagai hambatan karena tidak memiliki kemampuan, kurang produktif, dan
sepenuhnya mengganggu. Hal tersebut membuat penyandang disabilitas di Indonesia
dipinggirkan dari masyarakat. Selain itu, banyak dari mereka yang diperlakukan sangat
tidak baik dan tidak manusiawi. Populasi penyandang disabilitas menurut Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012 adalah sebesar 2,45% (6.515.500 jiwa) dari
244.919.000 estimasi jumlah penduduk Indonesia tahun 2012. Rata-rata skor disabilitas
(mencerminkan derajat disabilitas) tertinggi di Provinsi Gorontalo dan tertinggi di DI
Yogyakarta. Saat ini, data terbaru dari pemerintah menunjukkan terdapat 18.800 orang
yang masih di pasung di Indonesia.

Kekerasan terhadap penyandang disabilitas merupakan masalah sosial yang masih kurang
mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Disabilitas bukanlah halangan untuk
penyandangnya untuk memperoleh hak asasi manusianya. Hal ini tentunya telah
menyimpang serta melanggar hak asasi manusia dan implementasi dari nilai-nilai
pancasila, khususnya sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Berdasarkan sila ke-2 pancasila bahwa setiap orang seharusnya mendapat perlakuan yang
adil dan beradab serta menjunjung nilai kemanusiaan.

Oleh karena itu, sebagai warga Negara Indonesia, kita harus mengupayakan perlindungan
dan memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas terhadap berbagai tindakan
kekerasan dan diskriminasi untuk mendapatkan perlakuan khusus. Perlakuan khusus
tersebut berupa pengobatan dan pelayanan kesehatan maupun sosial yang sepantasnya.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana situasi kasus kekerasan terhadap penyandang disabilitas di Indonesia?
2. Bagaimana hubungan kasus pelanggaran kekerasan terhadap penyandang disabilitas
dengan implementasi nilai pancasila sila ke-2?
3. Bagaimana faktor-faktor penghambat dalam penanganan kasus kekerasan terhadap
penyandang disabilitas di Indonesia?
4. Bagaimana cara mengatasi kasus kekerasan terhadap penyandang disabilitas di
Indonesia?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
tujuan sebagai berikut:
A. Untuk mengetahui situasi kasus kekerasan terhadap penyandang disabilitas di
Indonesia.
B. Untuk mengetahui hubungan kasus pelanggaran kekerasan terhadap penyandang
disabilitas dengan implementasi nilai pancasila sila ke-2.
C. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam penanganan kasus kekerasan
terhadap penyandang disabilitas di Indonesia.
D. Untuk mengetahui cara mengatasi kasus kekerasan terhadap penyandang disabilitas
di Indonesia.

D. Manfaat
Hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak antara lain :
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai penyandang disabilitas.
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap penyandang disabilitas.
3. Menjadi bahan rujukan agar pemerintah atau instansi dapat melakukan kebijakan
untuk menangangi permasalahan ini.

5
BAB II
PERMASALAHAN

Kondisi para penyandang disabilitas di Indonesia sangat memprihatinkan. Orang-orang dengan


kelainan fisik dan mental diperlakukan dengan sangat buruk. Banyak peyandang disabilitas
dikurung. Mereka diikat dengan rantai, atau dikurung di tempat kecil dan sempit. Mereka
dikurung di rumah, di gudang atau di kandang hewan.

Salah satu contoh kasus mengenai kekerasan terhadap penyandang disabilitas diantara banyak
kasus yang terjadi di Indonesia yaitu, Ikram merupakan penyandang disabilitas yang mengidap
kelainan mental dari Brebes, Jawa tengah. Ikram telah dikurung di dalam kandang selama
bertahun-tahun oleh keluarganya sendiri. Ia sering mengamuk dan ia bahkan menampar wajah
orang tuanya tanpa alasan yang jelas. Oleh sebab itu, ia diikat oleh saudaranya dengan tali dan
tiap kali dia berontak dan memukul, saudaranya langsung menaruhnya di kandang.

Keluarganya beberapa kali telah membawa Ikram ke dokter dimana ia mendapat pelayanan dan
pengobatan yang layak. Kurun waktu, kondisi Ikram mulai membaik. Ia bahkan mulai dapat
tinggal di dalam rumah kembali bersama keluarganya. Akan tetapi, sesaat setelah obat mulai
habis kondisi Ikram kembali seperti semula. Keluarganya pun tidak melanjutkan pengobatan
tersebut karena tidak memiliki waktu untuk menempuh jarak ke rumah sakit karena akses yang
tidak terjangkau dari kediaman Ikram, dan tidak mempunyai biaya untuk pengobatan. Ikram pun
dikembalikan ke dalam kandang seperti semula.

Selain itu, terdapat kasus serupa yaitu pria 29 tahun dari Pusat Rehabilitas Yayasan Galuh di
Bekasi. Ia penyandang disabilitas yang mengidap gangguan kesehatan jiwa. Ia mengaku sejak
pertama kali datang ke Galuh bahwa ia sering dirantai dikarenakan berkelahi dengan yang lain.
Selain itu, ia sering mendapat perlakuan kekerasan seperti ditampar dan dipukul oleh petugas
karena buang hajat ditempat.

6
Mengurung, merantai, memasung, dan melakukan tindak kekerasan terhadap seseorang seperti
yang disebutkan diatas disebut merupakan tindakan melanggar hukum. Pemerintah telah telah
membuat peraturan dan melakukan sesuatu untuk menghentikannya. Tetapi, pemasungan masih
banyak terdapat di Indonesia. Terkadang, mereka ditaruh di tempat kesehatan mental untuk
waktu yang lama tanpa alasan yang jelas. Ada beberapa tempat dimana orang-orang menaruh
para penyandang disabilitas. Diantaranya seperti rumah sakit jiwa atau tempat yang dijalankan
oleh orang-orang tertentu di suatu komunitas. Mereka mengurung orang secara semena-mena
apabila mereka melakukan sesuatu yang tidak disukai pengurusnya. Mereka juga disakiti atau
melakukan hal-hal seksual kepada mereka yang tidak mereka inginkan. Mereka dikurung di
tempat kesehatan mental dalam waktu yang sangat lama. Dan terkadang keluarga mereka
meninggalkan mereka secara sengaja dan tidak kembali lagi untuk menemui mereka. Tempat
tinggal mereka sangatlah kotor karena mereka makan, minum, tidur, buang air besar, dan buang
air kecil di tempat yang sama.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Situasi Kasus Kekerasan terhadap Penyandang Disabilitas di Indonesia

Di Indonesia, para penyandang disabilitas yang memiliki masalah kesehatan mental tidak
mendapatkan perhatian dan pelayanan yang cukup dan diperlakukan sebaliknya.
Pemerintah memperkitakan ada 18.000 yang masih di pasung. Praktik pasung sebenarnya
ilegal dan dilarang sejak 1977. Namun praktik ini masih berlangsung di Indonesia.
Mereka diperlukakan tidak manusiawi seperti, di pasung, di rantai di kerangkeng karena
mereka memiliki depresi. Mereka dibelenggu di dalam rumah oleh keluarga, atau dalam
panti rehabilitasi mental, penyembuhan tradisional, maupun rumah sakit jiwa.

Situasi mereka sangat memprihatikan sebab mereka biasanya dikurung disuatu ruang
yang sempit dan kecil dengan kondisi seperti itu akan sangat sulit untuk berdiri karena
kurungan yang pendek sehingga hanya dapat duduk. Selain itu, mereka harus tidur, buang
air besar, buang air kecil, makan, minum ditempat yang sama. Bermacam masalah
bermunculan, seperti penyakit akibat masalah kebersihan, otot atrofi dimana ukuran otot
mengecil dan kekurangan nutrisi. Dari segi kesehatan mental dapat menyebabkan trauma.
Dan secara social, mereka kehilangan kesempatan untuk mendapatkan kehidupan normal.

B. Hubungan Kasus Pelanggaran Kekerasan terhadap Penyandang Disabilitas dengan


Implementasi Nilai Pancasila Sila ke-2.

Penyandang disabilitas seharusnya mendapatkan perhatian khusus oleh masyarakat dan


pemerintah. Hal ini dikarenakan mereka memiliki keterbatasan fisik, intelektual, dan
mental dalam berinteraksi dengan sesamanya maka para penyandang disabilitas harus
dijaga dan diperlakukan dengan baik. Akan tetapi, mereka mendapat perlakuan yang
sebaliknya. Hal ini tentunya telah melanggar implementasi nilai-nilai pancasila
khususnya sila ke-2 yang merupakan salah satu landasan bagi perlindungan penyandang

8
disabilitas di Indonesia, dapat dilihat dalam Pancasila sila ke-2, yakni: “Kemanusiaan
yang adil dan beradab”.

Berdasarkan sila ke-2 pancasila berarti menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan
keadilan. Bahwa setiap orang termasuk para penyandang disabilitas memiliki kedudukan
yang sama serta harus diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Negara berkewajiban menjamin keamanan serta
melindungi hak dan kewajiaban asasi setiap manusia tanpa terkecuali. Para peyandang
disabilitas harus bebas dari tindakan kekerasan dan perlakuan semena-mena yang tidak
manusiawi. Selain itu, hak-hak mereka harus dihormati termasuk didalamnya hak untuk
hidup dimana hak untuk hidup merupakan hak asasi yang paling dasar bagi seluruh
manusia. Dan hak untuk mendapatkan hidup yan layak termasuk didalamnya hak untuk
mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial maupun kesehatan yang baik. Oleh
karena itu, kita harus senantiasa saling mencintai sesama manusia, mengembangkan sikap
saling tenggang rasa, menghormati hak orang lain, dan tidak menggunakan hak milik
orang untuk merugikan orang lain untuk menciptakan kehidupan yang adil dan
berperikemanusiaan.

C. Faktor-faktor Penghambat dalam Penanganan Kasus Kekerasan terhadap


Penyandang Disabilitas di Indonesia

Ada beberapa faktor-faktor penghambat dalam penangan kasus kekerasan terhadap


penyandang disabilitas diantaranya, pertama, kurangnya pemahaman dan kepedulian
mengenai kesehatan mental dan jiwa di masyarakat. Kebanyakan dari masyarakat awam
mempercayai bahwa kondisi kesehatan jiwa disebabkan oleh roh jahat yang merasuki diri
penderitanya karena telah melakukan perbuatan dosa. Keluarga yang bersangkutanpun
biasanya membawa penderita ke dukun atau kiai bukannya mencari bantuan medis.
Keluarga mengurung penderita karena tidak mempunyai pilihan karena tidak mempunyai
dukungan dari sosial, pemerintah, maupun biaya.

9
Kedua, kurangnya pelayanan sosial dan kesehatan serta tenaga medis yang ahli bagi
penyandang disabilitas. Untuk mendapatkan layanan medis merupakan hal yang sulit
sebab dari data Kementerian Kesehatan menunjukkan hampir 90 persen rang tidak bisa
mengakses layanan kesehatan jiwa. Indonesia yang berpenduduk sekitar 250 juta jiwa ini
hanya mempunyai 48 rumah sakit jiwa dan sedikitnya jumlah psikiater terlatih yang ada
di Indonesia.

Ketiga, ketidaktegasan pemerintah terhadap peraturan yang telah dibuat. Pemerintah telah
melarang pemasungan di Indonesia sejak 1977 akan tetapi pemasungan terhadap
penyandang disabilitas masih meraja lela di Indonesia. Salah satu peraturan mengenai
peyandang disabilitas yaitu UU Nomor 8 Tahun 2016.

Keempat, kurangnya kesadaran akan implementasi nilai-nilai pancasila. Apabila tiap


orang memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai pancasila di dalam kehidupan
sehari-hari dengan baik maka pelanggaran serta penyimpangan terhadap penyandang
disabilitas dapat teratasi. Akan tetapi, realita di masyarakat sekarang masih kurang
kesadaran akan pentingnya nilai-nilai tersebut.

D. Cara Mengatasi Kasus Kekerasan terhadap Penyandang Disabilitas di Indonesia

Penanganan kasus kekerasan terhadap penyandang disabilitas dinilai kurang maksimal


maka berikut rekomendasi yang dapat dilakukan yaitu, pertama, sosialisasi. Sosialisasi
tentang penanaman pemahaman mengenai nilai-nilai pancasila sebagai landasan
berkehidupan mengenai penyandang disabilitas agar masyarkat dapat
mengimplementasikan nilai-nilai tersebut sehingga tercipta kehidupan yang adil dan
beradab. Penting bagi seluruh masyarakat untuk mengetahui, melindungi dan menghargai
serta meningkatkan kesadaran akan hak-hak penyandang disabilitas sama pentingnya
sebagai hak asasi seluruh manusia agar terhindar dari tindakan kekerasan.

Kedua, Negara menjamin dan melindungi hak-hak penyandang disabilitas. Pemerintah


harus lebih tegas dalam menegakkan peraturan yang telah ada dan menertibkan tempat-

10
tempat pelayanan sosial yang masih memberlakukan praktik pemasungan serta memberi
sanksi tegas bagi pengurus atau instansi yang melanggar dengan melakukan pengawasan
yang ketat.

Ketiga, menyediakan tenaga medis yang profesional. Hal ini dilakukan sehingga dalam
melakukan tugasnya para petugas, pengurus, dan dokter professional pula untuk
meminimalisir kekerasan yang dilakukan oleh petugas-petugas yang semena-mena. Hal
ini diharapkan dapat menghilangkan bentuk perlakuan dan perawatan paksa dari tempat-
tempat pelayanan sosial yang ada.

Keempat, pemerataan tenaga medis dan pelayanan sosial di daerah terpencil. Kurangnya
tenaga medis dan pelayanan sosial di Indonesia merupakan hambatan dalam penanganan
kasus ini. Oleh sebab itu, diharapkan pemerintah dapat mengadakan pemerataan dengan
menyediakan dan memastikan setiap provinsi dan daerah tak terjangkau memiliki tenaga
professional dan pelayanan kesehatan jiwa.

Kelima, mengalokasikan subsidi kesehatan. Pemerintah dapat mengalokasikan anggaran


subsidi kesehatan khususnya bantuan untuk rumah sakit jiwa dan pelayanan kesehatan
mental yang dinilai masih kurang agar pengobatan dapat diakses bagi masyarakat
kalangan bawah. Hal ini dikarenakan faktor ekonomi untuk biaya pengobatan penghalang
bagi masyarakat kalangan bawah untuk mengakses pelayanan kesehatan mental bagi
penyandang disabilitas.

11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai kekerasan terhadap penyandang disabilitas maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Situasi kasus kekerasan terhadap penyandang disabilitas di Indonesia yang memiliki
masalah kesehatan mental tidak mendapatkan perhatian dan pelayanan yang cukup
dan diperlakukan sebaliknya. Pemerintah memperkitakan ada 18.000 yang masih di
pasung.
2. Berdasarkan sila ke-2 pancasila berarti menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan
keadilan. Bahwa setiap orang termasuk para penyandang disabilitas memiliki
kedudukan yang sama serta harus diperlakukan sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
3. Ada beberapa faktor-faktor penghambat dalam penangan kasus kekerasan terhadap
penyandang disabilitas diantaranya, kurangnya pemahaman dan kepedulian
mengenai kesehatan mental dan jiwa di masyarakat, kurangnya pelayanan sosial dan
kesehatan serta tenaga medis yang ahli bagi penyandang disabilitas, ketidaktegasan
pemerintah terhadap peraturan yang telah dibuat, kurangnya kesadaran akan
implementasi nilai-nilai pancasila.
4. Penanganan kasus kekerasan terhadap penyandang disabilitas dinilai kurang
maksimal maka berikut rekomendasi yang dapat dilakukan yaitu, sosialisasi. Negara
menjamin dan melindungi hak-hak penyandang disabilitas, menyediakan tenaga
medis yang profesional, pemerataan tenaga medis dan pelayanan sosial di daerah
terpencil, mengalokasikan subsidi kesehatan.

B. Saran
Sebaiknya pemahaman tentang nilai-nilai pancasila khususnya sila ke-2 dapat
diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta masyarakat yang
berkehidupan adil, beradab, dan menjunjung tinggi perikemanusiaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Diono, Agus. 2014. Program Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Dan Pergeseran
Paradigma Penanganan. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Semester II: 17-
19. (Diakses tanggal 18 Mei 2018).

Sharma, Kriti. 2016. Hidup di Neraka Kekerasan terhadap Penyandang Disabilitas Psikososial
di Indonesia. https://www.hrw.org/id/report/2016/03/20/287718. (Diakses tanggal 19
Mei 2018).

13

Anda mungkin juga menyukai