Ipa Fi
Ipa Fi
Abstract
This work is the result of research on an East Javanese wayang character, which has never
been performed. This character is named Resa Putra. Although it has never been staged,
Resa Putra is quite popular among the East Java puppeteer community. This work aims
to present a puppet performance with the Resa Putra character. This work tells the story of
Resa Putra’s character from birth to death, therefore it is entitled Banjaran Resa Putra. This
work was created with reference to the theory of sambung rapet-greget saut. The method
used in creating this work is data collection with interview techniques. The preparation of
the script begins with the selection of characters, then exploration of characters and stories,
evaluation of sanggit, then describes the entire performance in detail. This work is an East
Javanese style puppet performance and is intended to convey the value of karma in the lives
of Javanese people.
Keywords: Resa Putra; wayang; Jawa Timuran style; banjaran
Abstrak
Karya ini merupakan hasil penelitian terhadap satu tokoh wayang Jawa Timuran, yang
tidak pernah dipentaskan. Tokoh ini bernama Resa Putra. Meskipun tidak pernah
dipentaskan, tetapi Resa Putra cukup populer di kalangan masyarakat pedalangan
Jawa Timuran. Karya ini bertujuan menghadirkan satu lakon dengan tokoh Resa
Putra tersebut. Karya ini mengisahkan tokoh Resa Putra sejak lahir hingga mati, oleh
karena itu diberi judul Banjaran Resa Putra. Karya ini diciptakan dengan mengacu
pada teori sambung rapet-greget saut. Metode yang digunakan dalam menciptakan
karya ini ialah pengumpulan data dengan teknik wawancara. Penyusunan naskah
dimulai dengan pemilihan tokoh, lalu eksplorasi tokoh dan cerita, evaluasi sanggit,
kemudian mendeskripsikan seluruh pertunjukan secara terperinci. Karya ini
merupakan pergelaran wayang gagrak Jawa Timuran dan dimaksudkan untuk
menyampaikan nilai karma dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Kata kunci: Resa Putra; wayang; gagrak Jawa Timuran; banjaran
117
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
Bambang Resa Putra merupakan putra Bambang Resa Putra yang berwujud raksasa
Begawan Jaya Singa dari Pertapan Bata Mirah. merupakan titisan Prabu Subali. Dalam lakon
Begawan Jaya Singa sendiri adalah anak dari Prabu Rabine Resa Putra, Bambang Resa Putra berusaha
Petak Banjaran. Sejak lahir, Bambang Resa Putra merebut Dewi Sumaliwati dari tangan Prabu
menderita penyakit gatal di kulit atau gudhig. Dasawalikrama. Dewi Sumaliwati adalah seorang
Penderitaan yang dialami Bambang Resa putri dari Negara Purwacarita. Dewi Sumaliwati
Putra tidak terlepas dari sumpah kakeknya sendiri sendiri merupakan titisan Dewi Tara, Prabu
yang bernama Prabu Petak Banjaran. Pada lakon Dasawalikrama adalah titisan dari Sugriwa, dan
Patiné Petak Banjaran diceritakan Prabu Petak Bambang Resa Putra titisan Prabu Subali. Prabu
Banjaran sedang menderita penyakit gudhig Dasawalikrama merupakan seorang Raja dari
sehingga dirinya memutuskan untuk bertapa di Negara Sunggela Manik, anak dari Prabu Dasamuka.
Bengawan Silugangga. Ketika dirinya bertapa, Pada peristiwa yang terjadi di Gua Warawangunan
air bengawan meluap hingga membanjiri seluruh tersebut Bambang Resa Putra berhasil membunuh
Negara Ngalengka. Prabu Dasamuka yang melihat Prabu Dasawalikrama. Sugriwa yang berada dalam
kejadian tersebut segera menghajar Prabu Petak tubuh Prabu Dasawalikrama merasa tidak terima
Banjaran, namun usaha yang dilakukan Prabu sehingga dirinya bersumpah bahwa kelak Sugriwa
Dasamuka gagal. Dasamuka tidak mampu akan membalas kematiannya pada Prabu Subali.
menandingi kesaktian Prabu Petak Banjaran. Ki Sareh pernah mempergelarkan lakon Subali
Prabu Dasamuka segera meminta pertolongan Palakrama. Setelah pengkarya cermati pertunjukan
pada gurunya yang bernama Prabu Subali. Tanpa Ki Sareh terdapat sanggit yang mengisahkan
berfikir panjang, Prabu Subali segera menghabisi Sugriwa berusaha merebut Dewi Tara dari tangan
Prabu Petak Banjaran hingga meninggal. Prabu Prabu Subali untuk dijadikan istri, tetapi usahanya
Petak Banjaran merasa tidak terima dengan gagal. Benih-benih persaingan untuk mendapatkan
tindakan Subali. Ia lalu mengutuk Prabu Subali, Dewi Tara sudah terjadi sejak awal. Maka tidak
kelak Prabu Subali akan menitis pada orang yang menutup kemungkinan dalam lakon Rabine Resa
menderita penyakit gudhig di seluruh tubuhnya. Putra, Prabu Subali, dan Sugriwa yang berwujud
Dengan adanya korelasi itulah kelak Prabu Subali sukma tetap berusaha untuk mendapatkan Dewi
menitis pada Bambang Resa Putra. Tara yang sedang menitis pada Dewi Sumali-
Di sisi lain, penderitaan yang dialami wati.
Bambang Resa Putra juga tidak terlepas dari Setelah berhasil membunuh Prabu Dasawali-
perbuatan ayahnya yang bernama Begawan Jaya krama, Bambang Resa Putra akhirnya dapat meni-
Singa terhadap Genthayasa. Genthayasa merupakan kah dengan Dewi Sumaliwati. Bambang Resa Pu-
ayah dari Bantheng Kistawa, sedangkan Bantheng tra mencipta Gua Warawangunan menjadi sebuah
Kistawa adalah ayah dari Sengkuni. Pada lakon pertapan/pertapaan yang disebut Pertapan Gebang
Babad Alas Ingas Begawan Jaya Singa mendapatkan Karawangunan. Diceritakan, Bambang Resa Putra
sebuah wangsit dari Dewa, apabila dirinya menjadi seorang pandita bergelar Begawan Gund-
menginginkan putranya terlahir ke dunia, Begawan hawijaya.
Jaya Singa harus bisa menyirnakan seseorang yang Pada lakon Rabine Narasuma, Begawan
bertindak sèdhèng/ngrusak pager ayu/mengganggu Gundhawijaya mempunyai seorang putri bernama
rumah tangga orang lain yang berada di Alas Ingas. Endang Gundhawati. Endang Gundhawati
Sesampainya di Hutan Ingas, Begawan Jaya Singa dikisahkan ingin menikah dengan Raden Narasuma.
mendapati Genthayasa bertindak tidak semestinya Raden Narasuma bersedia menikah dengan Endang
pada Dewi Respeni. Dewi Respeni sendiri Gundhawati dengan satu syarat yaitu Begawan
merupakan menantu Begawan Jaya Singa, istri Gundhawijaya harus mati di tangannya. Begawan
dari Begawan Bausena. Melihat kejadian tersebut Gundhawijaya yang merupakan titisan Prabu
Begawan Jaya Singa segera membunuh Genthayasa. Subali akhirnya dibunuh oleh Raden Narasuma
Genthayasa merasa tidak terima, dan mengutuk yang merupakan titisan Sugriwa. Sukma Prabu
bahwa kelak Begawan Jaya Singa memiliki seorang Subali pun mengutuk Sugriwa bahwa kelak dia
putra yang cacat. akan membalas kematiannya yaitu sewaktu Prabu
118
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
Subali menitis pada seorang raja yang memiliki Suwati menceritakan bahwa ia mengetahui cerita
darah putih yaitu Prabu Puntadewa. kelahiran Bambang Resa Putra bukan dari gurunya
Tokoh Bambang Resa Putra hanya terdapat yang bernama Ki Piet Asmoro. Pengetahuan itu
pada pedalangan gaya Jawa Timuran. Oleh didapatkan dari ayah kandungnya yaitu Ki Tomo.
karenanya, tidak banyak dalang yang mengetahui Menurut Nyi Suwati, cerita kelahiran Bambang
tentang lakon Laire Resa Putra. Dari hasil Resa Putra tidak pernah dimunculkan dalam
wawancara dengan beberapa dalang senior gaya pertunjukan. Adegan ini biasanya digedhong/
Jawa Timuran, dan pengamatan buku Layang diceritakan dalam Lakon Rabine Resa Putra.
Kandha Kelir Kumpulan Lakon Wayang Purwa Sewaktu Nyi Suwati masih belajar mendalang,
Gagrak Jawa Timuran oleh Ki Surwedi (2010), lakon yang menceritakan Bambang Resa Putra
pengkarya hanya menemukan jawaban tentang menjadi salah satu lakon favorit bagi masyarakat
Lakon Laire Resa Putra dari seorang dalang senior penggemar wayang gaya Jawa Timuran. Khusus
gaya Jawa Timuran bernama Nyi Suwati (Suwati, pada waktu hajatan pernikahan, Lakon Rabine Resa
2020). Data tersebut tidak berbentuk balungan Putra sering dipergelarkan karena diyakini sebagai
lakon melainkan berupa cerita tentang Prabu Jaya lakon pembawa berkah bagi kedua mempelai.
Singa yang mendapatkan kutukan dari Genthayasa Berdasarkan pemaparan di atas, pengkarya
yang kelak mempunyai anak dengan ciri cacat menemukan suatu fenomena yang tidak wajar.
fisik. Bambang Resa Putra merupakan salah satu tokoh
Menurut para dalang senior gaya Jawa wayang khas pedalangan gaya Jawa Timuran yang
Timuran, lakon Laire Resa Putra sangat jarang tidak dimiliki oleh gaya lain. Lakon Rabine Resa
dipentaskan. Para dalang yang identik sebagai Putra sempat menjadi lakon favorit masyarakat
dalang pecantrikan bahkan tidak pernah mengetahui Jawa Timur. Dibalik ketenaran lakon tersebut,
gurunya mementaskan lakon Laire Resa Putra. Bisa cerita kelahiran Bambang Resa Putra tidak
dikatakan bahwa lakon yang menceritakan kelahiran dipahami, bahkan tidak diketahui oleh para dalang
Bambang Resa Putra sulit ditemukan. Hal tersebut sampai saat ini. Menurut asumsi pengkarya, hal
dikarenakan adanya fenomena tradisi nyantrik yang tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran
dilakukan oleh para dalang. Nyantrik, dan ngèngèr dalam tradisi pecantrikan yang diterapkan oleh sang
adalah cara yang digunakan oleh para calon dalang guru sehingga cerita tentang kelahiran Bambang
atau penari agar ia dapat tampil seperti kemampuan Resa Putra sulit ditemukan. Adanya fenomena
yang dimiliki oleh gurunya (Soetarno, 2011, p. tersebut, pengkarya tertarik menggali ulang kisah
6). Tradisi pecantrikan atau biasa disebut dengan perjalanan hidup Bambang Resa Putra dari mulai
nyantrik adalah proses pembelajaran non formal lahir, menikah sampai mati.
yang dilakukan antara murid (calon dalang) dengan Dalam penyajian karya ini pengkarya meng-
guru (dalang sepuh/senior). Proses pembelajaran gunakan pola banjaran. Menurut Poerwodarminto,
dalam tradisi pecantrikan, seorang guru tidak lakon banjaran merupakan salah satu bentuk sajian
pernah memberikan materi pembelajaran secara lakon wayang yang mengisahkan peristiwa kehi-
langsung kepada muridnya, melainkan seorang dupan salah satu tokoh secara berkesinambungan
murid mencontoh gurunya sewaktu pentas dalam satu kesatuan pentas (Nugroho et al., 2011,
(Sareh, 2020). Suwati (2020) mengatakan bahwa p. 63). Kata banjaran berasal dari kata dasar banjar
dalam tradisi pecantrikan seorang murid sangat yang mendapat akhiran -an. Banjar berarti jajar,
takut dengan gurunya. Rasa takut itu bahkan deret, leret atau baris berdasarkan fase kehidupan
melebihi rasa takut terhadap orang tuanya sendiri tokoh utama yang terungkap di dalam sebuah
sehingga seorang murid apabila tidak paham lakon. Lakon-lakon banjaran dapat diklasifikasikan
dengan materi yang dipentaskan oleh gurunya menjadi tiga bentuk. Pertama, lakon banjaran
maka murid tersebut tidak berani bertanya secara yang menceritakan peristiwa kehidupan tokoh
tatap muka. Begitupun mengenai sebuah lakon, dari lahir sampai dengan mati, disebut banjaran
apabila seorang guru tidak pernah mementaskan wantah. Kedua, lakon banjaran yang menceritakan
salah satu lakon maka secara otomatis seorang peristiwa kehidupan tokoh pada fase tertentu. Sejak
murid tidak akan mengetahui lakon tersebut. Nyi lahir sampai dewasa atau sejak masa dewasa sampai
119
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
kematiannya. Bentuk lakon banjaran yang kedua dupan masyarakat Jawa yang disebut “sapa nandur
ini disebut banjaran jugag. Ketiga, lakon banjaran ngundhuh” atau siapa menanam akan menuai.
yang menceritakan peristiwa kehidupan tokoh Berdasarkan pemaparan di atas tampak bahwa
pada masa-masa kejayaannya saja. Bentuk lakon peristiwa yang dialami Bambang Resa Putra tidak
banjaran yang ketiga ini disebut banjaran kalajaya terjadi begitu saja. Peristiwa itu terjadi karena
(Nugroho et al., 2011, pp. 63–64). Berdasarkan ada sebab musabab yang berkaitan dengan lakon
pemahaman di atas, maka karya Banjaran Resa lain. Oleh karena itu, dalam karya ini pengkarya
Putra dikategorikan dalam banjaran wantah. akan menegaskan kembali bahwa peristiwa yang
Soetarno mengatakan bahwa seorang dalang dialami Bambang Resa Putra adalah akibat dari
dapat menyampaikan gagasan, atau ide, dan pesan- karmaphala/sapa nandur bakal ngundhuh.
pesannya melalui pertunjukan lakonnya (Soetarno Cerita mengenai Resa Putra sebagai sebuah
dalam Wicaksono, 2012, p. 1). Selain itu, seorang karya seni pedalangan tentu saja tidak pernah
dalang juga dapat menyampaikan pesan melalui lepas dari sumber cerita yang digunakan. Cerita
penggubahan lakon wayang. Adapun pesan-pesan lakon wayang masih menggunakan karya-karya
tersebut dapat bersifat individual maupun kolektif sastra sebagai sumber atau bahan baku cerita
yang dibangun menjadi sebuah lakon wayang. lakon hingga saat ini (Hadiprayitno, 2004, p. 59).
Gagasan tersebut dapat berupa sistem nilai atau Dari berbagai karya satra yang digunakan sebagai
ideologi, tetapi juga dapat berupa persoalan sumber cerita lakon wayang, banyak mengilhami
realitas hidup yang dijumpai dalam kehidupan para dalang maupun pecinta seni pewayangan
masyarakat sehari-hari. Adapun gagasan atau pesan untuk menciptakan cerita lakon wayang yang siap
yang disampaikan merupakan sebuah himbauan dipentaskan. Adapun karya sastra tersebut berupa
yang pada akhirnya menjadi sebuah pertimbangan karya sastra lakon, dan karya sastra fiksi (Wahyudi,
dalam diri individu masyarakat karena individu 2012).
memahami wayang untuk mendapatkan pengalam- Berdasarkan uraian tersebut, maka perancangan
an estetis yang memuaskan. Bagi seorang dalang karya Banjaran Resa Putra menggunakan beberapa
sejati, sajian wayang yang ditampilkan akan selalu sumber karya sastra lakon melalui wawancara
berusaha menyampaikan pesan (message) kepada kepada beberapa narasumber. Sumber-sumber yang
penonton, dan pesan-pesan itu dapat menyangkut digunakan dalam karya ini antara lain: lakon Resa
nilai religius, nilai moral, nilai-nilai kemanusian, Putra versi Nyi Suwati, lakon Rabine Resa Putra,
patriotisme, keadilan, kesetiaan, kesetiakawanan dan Narasuma Rabi menurut tradisi pedalangan
sosial yang semuanya disampaikan lewat garapan Ki Sareh, Lakon Resa Putra Versi Ki Wardono,
tokoh yang ditampilkan (Soetarno, 2011). Lakon Rabine Resa Putra dalam Layang Kandha
Karya berjudul Banjaran Resa Putra dikaitkan Kelir Kumpulan Lakon Wayang Purwa Gagrak Jawa
dengan peristiwa yang terjadi di dalam lakon wayang Timuran.
dengan fenomena yang terjadi di masyarakat.
Adapun fenomena tersebut adalah kerasnya 1. Lakon Resa Putra Versi Nyi Suwarti
menjalani hidup dengan segala permasalahannya
sehingga setiap individu, maupun masyarakat Lakon Resa Putra seperti diceritakan oleh Nyi
menyikapi hidup mereka dengan emosi, dan jalan Suwati dalam tulisan ini dapat dikelompokkan
pintas. Dengan hal itu, maka sering terjadi tindak sebagai sastra lakon lisan. Pada hari Sabtu, tanggal
kriminal berupa peristiwa pembunuhan dalam 1 Februari 2020, pengkarya melakukan wawancara
kehidupan masyarakat. Seorang individu yang dengan Nyi Suwati, seorang dalang senior gaya
melakukan tindakan pembunuhan seringkali tidak Jawa Timuran gagrak Trowulanan. Beliau tinggal
memikirkan tentang hasil dari suatu perbuatan di Dusun Gangmalang, Desa Bakalanrayung,
yang ia terima di kemudian hari sehingga perilaku Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang (Suwati,
pembunuhan dalam kehidupan masyarakat terus 2020).
berjalan. Melalui karya berjudul Banjaran Resa Bambang Resa Putra diceritakan Nyi Suwati
Putra ini, pengkarya ingin menyampaikan pesan memiliki tubuh yang penuh dengan penyakit
moral kepada masyarakat tentang konsep kehi- kulit/gudhig sejak lahir. Hal tersebut dikarenakan
120
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
ayahnya yang bernama Begawan Jaya Singa terkena untuk melerai. Batara Narada menegur Gajah Sena
kutukan sewaktu membunuh Patih Genthayasa yang telah mengakhiri tapanya sebelum waktunya.
yang sedang babad alas Plasa/membuka hutan Gajah Sena disuruh bertapa kembali selama seribu
Plasa. Patih Genthayasa sendiri adalah kakek dari tahun oleh Batara Narada. Bambang Resa Putra
Sengkuni. akhirnya menikah dengan Dewi Sumaliwati,
Cerita bermula ketika Begawan Jaya Singa dan tinggal di Pertapan Gebang Karawangunan.
menginginkan seorang anak. Dirinya mendapatkan Bambang Resa Putra menjadi seorang begawan
wangsit, jika ia ingin memiliki seorang anak, dengan sebutan Begawan Gundhawijaya. Dalam
dirinya harus membunuh seseorang yang sedang pernikahannya dengan Dewi Sumaliwati, Begawan
ngrusak pager ayu/merusak rumah tangga orang di Gundhawijaya mempunyai seorang putri bernama
Alas Ingas. Sesampainya Begawan Jaya Singa di Alas Dewi Pujawati.
Ingas, ia mendapati Genthayasa sedang merebut Diceritakan Dewi Pujawati bermimpi
Dewi Respeni dari tangan Begawan Bausena. menikah dengan Raden Narasuma. Ia memohon
Begawan Jaya Singa yang melihat kejadian tersebut pada ayahnya supaya mencarikan Raden Narasuma.
segera membunuh Genthayasa. Genthayasa merasa Dengan senang hati Begawan Gundhawijaya
tidak terima. Ia lalu mengutuk Begawan Jaya Singa mencari Raden Narasuma. Setelah Begawan
bahwa anaknya kelak akan memiliki penyakit kulit. Gundhawijaya dapat menemukan Raden Nara-
Cerita berlanjut pada lakon Rabine Resa Putra. suma, Begawan Gundhawijaya memohon pada
Nyi Suwati bercerita bahwa Bambang Resa Putra Raden Narasuma supaya bersedia dinikahkan
sedang mencari keadilan ke Kayangan Suralaya. Ia dengan anaknya yang bernama Dewi Pujawati.
tidak terima dirinya terlahir cacat. Sesampainya di Raden Narasuma mau menikah dengan Dewi
Kayangan Suralaya, Batara Guru memerintahkan Pujawati asalkan Begawan Gundhawijaya rela mati
Bambang Resa Putra menuju Gua Gebang di tangan Raden Narasuma. Hal itu dikarenakan
Karawangunan. Raden Narasuma malu mempunyai mertua
Pada adegan yang lain, Dewi Sumaliwati anak berwujud raksasa. Demi kebahagiaan seorang anak,
dari Prabu Sumalidewa, Raja Negara Purwacarita Begawan Gundhawijaya rela mati di tangan Raden
sedang diculik oleh keturunan Prabu Dasamuka Narasuma. Akhirnya Begawan Gundhawijaya mati
bernama Prabu Dasawalikrama. Bambang Resa di tangan Raden Narasuma.
Putra yang dalam perjalanan menuju Gua Gebang
bertemu Dewi Sumaliwati. Sang dewi segera 2. Balungan Lakon Rabine Resa Putra
meminta pertolongan Bambang Resa Putra. dan Narasuma Rabi menurut Tradisi
Bambang Resa Putra pun berperang melawan Pedalangan Ki Sareh
Prabu Dasawalikrama, dan menang.
Bambang Resa Putra melanjutkan perjalanan Ki Sareh juga merupakan seorang dalang
menuju Negara Purwacarita untuk menikah senior/sepuh pedalangan gaya Jawa Timuran gagrak
dengan Dewi Sumaliwati. Di tengah perjalanan Trowulanan. Beliau bertempat tinggal di Dusun
tersebut, ia bertemu Raden Kuswa Nalendra yang Jeruk Kuwik, Desa Bareng, Kecamatan Bareng,
ditugaskan Prabu Sumalidewa untuk mencari Dewi Kabupaten Jombang. Dari hasil wawancara dengan
Sumaliwati. Raden Kuswa Nalendra berperang Ki Sareh, pengkarya mendapatkan dua balungan
melawan Bambang Resa Putra, namun Raden lakon yang berkaitan dengan tokoh Resa Putra.
Kuswa Nalendra mengalami kekalahan. Raden Balungan lakon pertama merupakan balungan lakon
Kuswa Nalendra lalu meminta pertolongan Rabine Resa Putra, dan yang kedua balungan lakon
kakeknya yang bernama Gajah Sena. Gajah Sena Narasuma Rabi. Keduanya merupakan balungan
pada waktu itu sedang bertapa selama seribu hari, lakon menurut tradisi pedalangan keluarga Ki
tetapi kurang satu hari. Gajah Sena pun maju Sareh. Berikut adalah teks balungan lakon tersebut:
berperang melawan Bambang Resa Putra, dan A. Balungan Lakon Rabine Resa Putra
terjadi pertempuran yang hebat. 1) Jejer Negara Purwacarita
Batara Narada melihat Bambang Resa Putra Prabu Sumalidewa sedang duduk di
sedang bertengkar dengan Gajah Sena segera datang singgasananya. Persidangan pada hari itu
121
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
dihadiri Raden Sumaliwana, dan Patih diberi hadiah yaitu Dewi Sumaliwati. Raden
Rengga Maseta. Persidangan membahas Kuswa Nalendra dan Berjanggapati sanggup
tentang Prabu Dasawalikrama dari Negara untuk mengembalikan Prabu Dasawalikrama.
Sunggelamanik yang melamar Dewi Keduanya pun berangkat menuju Negara
Sumaliwati. Prabu Sumalidewa mengutus Purwacarita.
Raden Sumaliwana, dan Patih Rengga Maseta 4) Adegan Alun-alun Negara Purwacirata
untuk mengembalikan Prabu Dasawalikrama Sesampainya di Alun-alun Negara
yang sedang berada di alun-alun. Keduanya Purwacita, Raden Kuswanalendra dan
berangkat menuju Alun-alun Negara Berjanggapati segera menantang Prabu
Purwacarita. Dasawalikrama untuk berperang. Dalam
2) Adegan Alun-alun Negara Purwacarita peperangan itu Raden Kuswa Nalendra
Raden Sumaliwana dan Patih Rengga memanah kedua paha Prabu Dasawalikrama.
Maseta menemui Prabu Dasawalikrama Prabu Dasawalikrama yang terkena panah
yang sedang menunggu jawaban dari segera terbang ke angkasa. Dasawalikrama lalu
Prabu Sumalidewa. Raden Sumaliwana menuju ke Keputren untuk menculik Dewi
bersama Patih Rengga Maseta berniat untuk Sumaliwati. Melihat Prabu Dasawalikrama
mengembalikan Prabu Dasawalikrama meninggalkan peperangan, Raden Kuswa
ke negara asalnya karena lamaran Prabu Nalendra segera menemui Prabu Sumalidewa.
Dasawalikrama ditolak oleh Prabu 5) Gladhagan Negara Purwacarita
Sumalidewa. Mendengar jawaban bahwa Raden Kuswa Nalendra melapor pada
lamarannya ditolak, Prabu Dasawalikrama Prabu Sumalidewa bahwasannya Prabu
marah lalu menantang Raden Sumaliwana Dasawalikrama sudah mati, namun Semar dan
beserta Patih Rengga Maseta. Maka terjadilah Jombloh tidak mempercayainya. Menurut
peperangan. Dalam peperangan itu, Raden mereka, apabila Prabu Dasawalikrama sudah
Sumaliwana dan Patih Rengga Maseta mati, kenapa bangkai Prabu Dasawalikrama
kalah. Raden Sumaliwana lalu mundur, dan tidak ditemukan? Tidak lama kemudian
melapor pada ayahnya bahwa dirinya tidak datanglah seorang emban melaporkan
bisa mengalahkan Prabu Dasawalikrama. bahwa Dewi Sumaliwati diculik oleh Prabu
Prabu Sumalidewa segera menyuruh Raden Dasawalikrama. Mendengar laporan tersebut,
Sumaliwana untuk meminta pertolongan ke Prabu Sumalidewa marah, dan menyuruh
Negara Durjana. Raden Sumaliwana segera Raden Kuswa Nalendra menemukan Dewi
berangkat ke Negara Durjana. Sumaliwati. Dengan rasa malu dan takut,
3) Jejer Negara Durjana Raden Kuswa Nalendra berangkat untuk
Prabu Berjangga Lawa memimpin mencari Dewi Sumaliwati.
persidangan yang dihadiri oleh putranya 6) Adegan Perjalanan Dasawalikrama dan
yang bernama Raden Kuswa Nalendra, Dewi Sumaliwati
Berjanggapati, Semar, dan Jombloh. Prabu Dewi Sumaliwati yang sedang dibawa
Berjangga Lawa menceritakan bahwasannya terbang Prabu Dasawalikrama rupanya takut
dirinya bermimpi Negara Durjana terkena ketinggian. Dewi Sumaliwati meminta Prabu
bencana banjir bandang. Belum lama Prabu Dasawalikrama untuk turun. Keduanya lalu
Berjangga Lawa bercerita, suasana dikagetkan turun, dan tidak sengaja mendarat di Gua
dengan kedatangan Raden Sumaliwana. Karowangunan. Dewi Sumaliwati berkata
Raden Sumaliwana menceritakan bahwa, ia bersedia dinikahi oleh Prabu
maksud kedatangannya untuk meminta Dasawalikrama asalkan dirinya diboyong/
pertolongan supaya bisa menyirnakan Prabu dibawa seperti seorang pengantin. Prabu
Dasawalikrama yang sedang mengamuk di Dasawalikrama pun menyanggupinya. Prabu
Negara Purwacarita. Prabu Sumalidewa Dasawalikrama segera pergi meninggalkan
berjanji, apabila ada salah seorang yang bisa Dewi Sumaliwati di gua dengan ditunggu
mengalahkan Prabu Dasawalikrama akan dua Punakawan.
122
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
7) Jejer Negara Bata Mirah dan Berjanggapati tidak akan pernah bisa
Prabu Jaya Singa sedang dihadap mengalahkannya. Raden Kuswa Nalendra
keempat putranya yaitu Jatha Sura yang yang mendengar sumbar itu salah tangkap.
mempunyai penyakit lumpuh, Bausena, Resa Resa Putra dikira menantang kakeknya yang
Putra, dan Buta Warka. Bausena, Resa Putra, bernama Prabu Gajah Sena untuk berkelahi.
dan Buta Warka berniat untuk berpamitan Raden Kuswa Nalendra pun segera pergi
untuk mencari kemuliaan. Jatha Sura menemui Prabu Gajah Sena.
sebenarnya tidak merelakan kepergian tiga 9) Adegan Gunung Jamur Dwipa
saudaranya tersebut, namun lama kelamaan Prabu Gajah Sena yang sedang bertapa
Jatha Sura merelakannya. Bausena disuruh selama delapan belas tahun kurang satu hari
ayahnya untuk bertapa di Gunung Gendhing, digagalkan oleh Raden Kuswa Nalendra.
Resa Putra disuruh menjadi pandita di Gua Prabu Gajah Sena diberi tahu Raden Kuswa
Karowangunan, dan Buta Warka disuruh Nalendra bahwa dirinya ditantang berkelahi
suwita ke Begawan Kapiwara. Setelah ketiga oleh Resa Putra. Prabu Gajah Sena tidak
saudaranya berangkat, Jatha Sura akhirnya terima, dan segera menemui Resa Putra.
meninggal. 10) Adegan Gua Karawangunan
8) Adegan Gua Karawangunan Prabu Gajah Sena akhirnya berkelahi
Resa Putra dalam perjalanan menuju dengan Resa Putra. Batara Narada yang meli-
gua Karowangunan mendengar suara hat Resa Putra, dan Prabu Gajah Sena sedang
tangisan seorang wanita di dalam gua. Dua berkelahi segara melerai keduanya. Batara
punakawan penunggu gua dipaksa Resa Putra Narada memberi tahu bahwa Prabu Gajah
untuk membuka batu yang menutupi mulut Sena sebagai pihak yang bersalah dalam hal
Gua tersebut. Setelah batu penutup Gua ini. Prabu Gajah Sena disabda Batara Narada
dibuka, Resa Putra bertemu dengan Dewi menjadi raksasa. Prabu Gajah Sena diperin-
Sumaliwati. Setelah Dewi Sumaliwati yang tahkan Batahara Narada untuk menetap di
merupakan titisan Dewi Tara melihat Resa Alas Wanamarta dengan julukan Gendruwo
Putra sebagai titisan Subali, Dewi Sumaliwati Raja Bali. Di masa depan, Prabu Gajah Sena
segera memeluk Resa Putra. Dewi Sumaliwati akan menyatu dengan raga satria gagah per-
meminta pertolongan kepada Resa Putra kasa bernama Bratasena. Prabu Gajah Sena
karena dirinya sedang diculik oleh Prabu berangkat ke Alas Wanamarta. Raden Kuswa
Dasawalikrama. Nalendra disuruh Batara Narada pergi ke
Tidak lama kemudian datanglah Prabu Negara Giling Wesi, dan menjalani kehidu-
Dasawalikrama. Melihat Dewi Sumaliwati pan sebagai pengemis. Setelah kepergian Pra-
diambil oleh Resa Putra, Prabu Dasawali- bu Gajah Sena dan Raden Kuswa Nalendra,
krama marah dan berniat untuk memintanya Resa Putra akhirnya dinikahkan dengan Dewi
kembali. Maka terjadilah perkelahian dian- Sumaliwati. Tancep Kayon.
tara keduanya. Dalam perkelahian tersebut
Resa Putra dapat membunuh Prabu Dasawa- B. Balungan Lakon Narasuma Rabi
likrama dengan cara menggigitnya. 1) Jejer Negara Mandaraka
Setelah kematian Prabu Dasawalikrama, Prabu Mandrapati sedang dihadap oleh
datanglah Raden Kuswa Nalendra, Patih Tuhayata, dan Tumenggung Tambak
Berjanggapati, Semar, dan Jombloh. Baya. Dalam persidangan itu dibahas tentang
Kedatangannya mereka berniat untuk anaknya yang bernama Raden Narasuma tidak
meminta Dewi Sumaliwati, namun Resa mau diangkat sebagai raja, dan penolakan
Putra tidak memberikannya. Maka terjadilah dari putrinya yang bernama Dewi Madrim
perkelahian. Raden Kuswa Nalendra, dan untuk segera menikah padahal sudah banyak
Berjanggapati tidak kuasa menghadapi yang melamarnya.
kesaktian Resa Putra. Resa Putra bersumbar, Percakapan belum selesai kemudian
bahwasannya Raden Kuswa Nalendra datanglah Patih Dwipangga Sasra utusan
123
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
Prabu Kala Yaksa dari Negara Cempala Raden Narasuma. Raden Narasuma beserta
Manik. Kedatangan Patih Dwipangga Sasra Klamadarum pun berangkat berkenalan.
ke Negara Mandaraka untuk menghaturkan 3) Jejer Pertapan Gebang Karawangunan
surat lamaran dari rajanya kepada Dewi Begawan Gundhawijaya juga disebut
Madrim. Prabu Mandrapati memberi tahu Begawan Resa Putra sedang dihadap oleh
bahwa anaknya yang bernama Dewi Madrim putrinya yang bernama Endang Gundhawati.
masih belum ingin menikah. Mendengar Endang Gundhawati bercerita pada
pernyataan tersebut Patih Dwipangga Sasra ayahnya bahwasannya dirinya bermimpi
marah sehingga mengakibatkan kegaduhan menikah dengan Raden Narasuma. Endang
di persidangan. Patih Dwipangga menantang Gundhawati yang sudah terlanjur jatuh
Raja Mandrapati. Patih Dwipangga lalu ke cinta memohon pada ayahnya supaya
luar istana, dan menunggu berperang. bersedia mencari Raden Narasuma. Begawan
2) Alun-alun Negara Mandaraka Gundhawijaya berangkat mencari Raden
Patih Dwipangga yang lamarannya Narasuma.
tidak membuahkan hasil menjadi marah, 4) Jejer Kelurahan Karang Klethak (Gara-gara)
dan berujung peperangan. Patih Dwipangga Diceritakan, Semar, Bagong, dan
Sasra lalu berhadapan dengan Patih Tuhayata, Besut disuruh oleh Raja Astina yaitu Prabu
dan Tumenggung Tambak Baya. Peperangan Pandhu supaya berangkat kondangan/pesta ke
berlangsung sengit. Patih Tuhayata, dan Negara Mandraka karena Prabu Mandrapati
Tumenggung Tambak Baya tidak berhasil sedang menikahkan anaknya yang bernama
mengalahkan Patih Dwipangga Sasra. Raden Narasuma. Ketiga Punakawan segera
Keduanya mundur dari peperangan. Raden berangkat menuju Negara Mandaraka.
Narasuma yang melihat kejadian tersebut Di tengah perjalanan, Semar, Bagong,
segera mengeluarkan pusaka tindhih milik dan Besut bertemu dengan Raden Narasuma.
Negara Mandaraka untuk melawan kekuatan Raden Narasuma memberi tahu kepada
dari Patih Dwipangga Sasra. Patih Dwipangga ketiganya bahwa hajatan tersebut gagal. Lalu
Sasra akhirnya berhasil dikalahkan, dan Raden Narasuma mengajak Semar, Bagong,
terpental hingga Negara Cempala Manik. dan Besut supaya ikut berkelana bersamanya.
Raden Narasuma segera melapor Semuanya lalu berangkat.
kepada ayahnya bahwa klilip/musuh Negara Raden Narasuma dalam perjalanan
Mandaraka sudah hilang. Mendengar kabar di suatu hutan bertemu dengan Begawan
gembira tersebut, Prabu Mandrapati segera Gundhawijaya. Begawan Gundhawijaya
memberikan tawaran kepada Raden Narasuma memohon pada Raden Narasuma supaya
supaya bersedia untuk diangkat sebagai raja, bersedia untuk dinikahkan dengan anaknya
namun Raden Narasuma tetap menolak. yang bernama Endang Gundhawati,
Prabu Mandrapati terus memaksa Raden namun permintaan tersebut ditolak secara
Narasuma sehingga mengakibatkan Raden mentah-mentah oleh Raden Narasuma
Narasuma pergi dari Negara Mandaraka. sehingga mengakibatkan perkelahian.
Prabu Mandrapati segera menyuruh Patih Raden Narasuma tidak bisa mengalahkan
Tuhayata supaya mengejar Raden Narasuma, kekuatan Begawan Gundhawijaya sehingga
dan membujuknya pulang. Begawan Gundhawijaya berhasil membawa
Raden Narasuma mengajak Punakawan Raden Narasuma ke Pertapan Gebang
Klamadarum untuk berkelana mencari ilmu. Karawangunan.
Belum sempat melangkahkan kaki, Dewi 5) Adegan Pertapan Gebang Karawangunan
Madrim datang, dan meminta untuk ikut Endang Gundhawati yang berada di
berkelana. Sebenarnya Raden Narasuma dalam pertapan sedang gelisah menunggu
tidak mengijinkannya, namun Dewi kedatangan ayahnya. Tidak lama kemudian
Madrim terus memaksa. Dewi Madrim lalu Begawan Gundhawijaya datang dengan
dimasukkan kedalam kancing gelung milik membawa Raden Narasuma. Setelah melihat
124
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
kecantikan dari Endang Gundhawati, anak berjumlah empat orang yaitu Bambang
Raden Narasuma jatuh cinta, dan bersedia Wangsa Tanu, Bambang Wangsa Jalma (Jatha
menikah. Meskipun demikian, Raden Sura), Bambang Resa Putra, dan Buta Warka.
Narsuma mempunyai syarat yaitu dirinya Pada lakon Rabine Resa Putra diceritakan
menginginkan kematian dari Begawan Bambang Resa Putra berniat untuk melamar Batari
Gundhawijaya. Mendengar pernyataan Sri di Kayangan. Meski ayahnya tidak mengijinkan,
Raden Narasuma, Begawan Gundhawijaya namun Bambang Resa Putra tetap berangkat
marah, dan menggigit Raden Narasuma ke Kayangan Suralaya. Dalam perjalanannya,
hingga tewas. Endang Gundhawati yang Bambang Resa Putra bertemu Batari Uma yang
melihat orang yang dicintai mati menangis sedang memberikan ilmu Aji Cendhabirawa kepada
secara histeris, dan tak henti-henti. Begawan Batara Kala. Melihat Bambang Resa Putra datang,
Gundhawijaya pun bingung karena melihat Batari Uma dan Batara Kala lari meninggalkan
anaknya menangisi kematian Raden Resa Putra. Aji Cendhabirawa kemudian berubah
Narasuma. Begawan Gundhawijaya segera wujud menjadi buta bajang/raksasa cebol, dan
sedhakep saluku juga/bersemedi. Lalu sukma menyatu dengan Bambang Resa Putra. Setelah Aji
Subali keluar dari dalam dirinya. Sukma Subali Cendhabirawa menyatu dalam tubuhnya, Bambang
segera mengejar sukma Sugriwa yang keluar Resa Putra kembali melanjutkan perjalanannya
dari raga Raden Narasuma. Sukma Subali menuju ke Kayangan Nila Windu untuk melamar
mengajak sukma Sugriwa supaya kembali Dewi Sri. Setelah Bambang Resa Putra bertemu
ke dalam raga Raden Narasuma, namun dengan Batara Wisnu, Batara Wisnu tidak terima
sukma Sugriwa menolaknya sehingga terjadi karena istrinya dilamar Bambang Resa Putra. Maka
perkelahian. Akhirnya sukma Subali berhasil terjadilah perkelahian.
mengembalikan sukma Sugriwa ke dalam raga Diceritakan Batara Darmajaka yang berada
Raden Narasuma, dan dirinya juga kembali ke dalam raga Bambang Resa Putra keluar untuk
dalam raga Begawan Gundhawijaya. Endang menemui Batara Wisnu. Batara Darmajaka
Gundhawati merasa gembira karena Raden sebenarnya tidak berniat melamar Dewi Sri, tetapi
Narasuma hidup kembali, dan dirinya segera Batara Darmajaka ingin bertanya dengan Batara
memohon kepada ayahnya supaya dinikahkan Wisnu, kenapa Batara Darmajaka setiap menitis
dengan Raden Narasuma. Namun Raden selalu mempunyai wujud yang buruk rupa. Batara
Narasuma tetap meminta kematian dari Wisnu tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.
Begawan Gundhawijaya. Begitu Begawan Batara Wisnu lalu mengajak Batara Darmajaka
Gundhawijaya melihat putrinya bahagia menuju Kayangan Suralaya bertemu dengan Batara
bersama Raden Narasuma akhirnya dirinya Guru.
rela dibunuh oleh Raden Narasuma. Begawan Sesampainya di Kayangan Suralaya, Batara
Gundhawijaya pun mati terbunuh oleh Guru menjelaskan bahwasannya banyak sekali
Raden Narasuma. Raden Narasuma akhirnya kesalahan yang diperbuat Batara Darmajaka
menikah dengan Endang Gundhawati. sewaktu menitis pada Subali. Kesalahan itu
antara lain: pertama, Batara Darmajaka pernah
3. Lakon Resa Putra Versi Ki Wardono membunuh Prabu Petak Banjaran. Kedua, berebut
Cupuk Manik Astagina yang membuat celaka
Pada hari Minggu, tanggal 2 Februari 2020, saudaranya sendiri. Ketiga, Batara Darmajaka
pengkarya melakukan wawancara dengan seorang juga pernah membunuh Prabu Rama Wijaya, dan
dalang senior pedalangan gaya Jawa Timuran gagrak yang terakhir memberikan Aji Pancasonya kepada
Porongan bernama Ki Wardono. Ia bertempat orang yang sifatnya penuh angkara yaitu Prabu
tinggal di Dusun Durung, Desa Jiyu, Kecamatan Dasamuka.
Kutorejo, Kabupaten Mojokerto. Silsilah Resa Pura Batara Darmajaka memberi tahu kepada
diceritakan Ki Wardono dimulai dari Kumbakarna Batara Guru bahwa dirinya pernah berjanji dengan
yang mempunyai anak bernama Begawan Kumba istrinya, bahwasannya Batara Darmajaka tidak
Kinumba. Begawan Kumba Kinumba mempunyai akan menikah kalau tidak dengan titisan Batari
125
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
Mindaradi. Batara Guru memberi tahu kalau Batari Ki Surwedi terdapat balungan lakon Rabine Resa
Mindaradi saat ini menitis pada Dewi Sumaliwati Putra, dan lakon Rabine Narasuma (Surwedi,
yang berada di Gua Wara Wangunan. Saat ini 2010). Teks balungan lakon Rabine Resa Putra
Dewi Sumaliwati sedang diculik oleh titisan Raden adalah sebagai berikut.
Sugriwa yang bernama Prabu Jala Wali Krama. A. Jejer Negara Purwacarita
Diceritakan, Bambang Resa Putra akhirnya Prabu Sumalidewa yang sedang duduk di
dapat membunuh Prabu Jala Wali Krama, dan singgasana dihadap Patih Rangga Janu, Raden
dapat menikah dengan Dewi Sumaliwati. Gua Wara Sumalintana, dan para punggawa. Persidangan
Wangunan disabda menjadi sebuah pertapaan. itu membahas tentang anak dari Prabu
Ia lalu berbusana kapandhitan/pendeta dengan Sumalidewa yang bernama Dewi Sumaliwati.
julukan Begawan Gundhawijaya. Dewi Sumaliwati yang sudah berumur dewasa
Ki Wardono juga bercerita tentang kisah saat ini dilamar banyak raja dari berbagai negara,
kematian Resa Putra dalam lakon Rabine Narasuma. tetapi sang dewi belum menginginkan untuk
Beliau menceritakan bahwa Begawan Gundhawijaya menikah. Tidak lama kemudian datanglah Patih
mempunyai seorang putri bernama Dewi Setyawati. Braja Wasesa utusan Prabu Jala Walikrama dari
Putrinya tersebut sangat mengharapkan Raden Negara Sunggela Manik. Kedatangan Patih Braja
Narasuma menjadi suaminya. Demi menuruti Wasesa ke Negara Purwacarita adalah melamar
kemauan seorang anak, Begawan Gundhawijaya Dewi Sumaliwati untuk dijadikan seorang istri
mencari Raden Narasuma. Setelah bertemu oleh Prabu Jala Walikrama. Prabu Sumalidewa
dengan Raden Narasuma, Begawan Gundhawijaya belum bisa memberikan jawaban perihal
meminta supaya Raden Narasuma mau dinikahkan lamarannya itu. Prabu Sumalidewa menyuruh
dengan putrinya. Raden Narasuma mau menikah Patih Braja Wasesa supaya menunggu jawaban
dengan Dewi Setyawati dengan syarat Begawan di Alun-alun Negara Purwacarita.
Gundhawijaya mati di tangan Raden Narasuma.
Hal tersebut dikarenakan Raden Narasuma malu B. Adegan Alun-alun Negara Purwacarita
mempunyai mertua yang berwujud raksasa. Patih Rangga Janu menemui Patih Braja
Mendengar pernyataan Raden Narasuma, Begawan Wasesa yang sedang berada di Alun-alun Negara
Gundhawijaya murka, dan membunuh Raden Purwacarita. Patih Rangga Janu berniat untuk
Narasuma. Melihat Raden Narasuma mati, Dewi mengembalikan Patih Braja Wasesa karena
Setyawati ingin bunuh diri. Raden Subali yang lamaran dari Prabu Jala Walikrama ditolak
berada dalam tubuh Begawan Gundhawijaya oleh Prabu Sumalidewa. Patih Braja Wasesa
keluar untuk mengajak Raden Sugriwa supaya bisa yang tidak terima karena lamarannya ditolak
kembali ke raga Raden Narasuma. Raden Sugriwa menantang perang Patih Rangga Janu. Terjadilah
mau kembali asalkan Begawan Gundhawijaya perkelahian diantara keduanya. Patih Rangga
harus mati di tangan Raden Narasuma. Begawan Janu berhasil mengalahkan Patih Braja Wasesa
Gundhawijaya pun menyetujui permintaan Raden hingga mundur dari peperangan. Tidak selang
Sugriwa. Setelah Raden Sugriwa kembali ke raga berapa lama datanglah Prabu Jala Walikrama.
Raden Narasuma, Begawan Gundhawijaya lalu Prabu Jala Walikrama berperang melawan Patih
memberikan ilmu Aji Cendhabirawa, dan keris Rangga Janu, dan para punggawa kerajaan.
kepada Raden Narasuma. Raden Narasuma lalu Patih Rangga Janu, dan para punggawa berhasil
membunuh Begawan Gundhawijaya dengan keris dikalahkan oleh Prabu Jala Walikrama dengan
tersebut. Aji Petak.
Diceritakan Prabu Sumalidewa menerima
4. Lakon Rabine Resa Putra dalam Layang laporan dari Patih Rangga Janu bahwasannya
Kandha Kelir Kumpulan Lakon Wayang Patih Rangga Janu, dan para punggawa kalah
Purwa Gagrak Jawa Timuran menghadapi Prabu Jala Walikrama. Prabu
Sumalidewa akhirnya menyuruh anaknya yang
Dalam buku Layang Kandha Kelir Kumpulan bernama Raden Sumalintana untuk mencari
Lakon Wayang Purwa Gagrak Jawa Timuran tulisan pertolongan. Prabu Sumalidewa berjanji,
126
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
barang siapa yang bisa mengalahkan Prabu pun terbang ke angkasa, dan menculik Dewi
Jala Walikrama; apabila laki-laki masih muda Sumaliwati.
akan dijodohkan dengan Dewi Sumaliwati, dan Raden Kuswa Nalendra segera menghadap
apabila sudah tua akan diakui sebagai orang Prabu Sumalidewa. Setelah Raden Kuswa
tuanya. Raden Sumalintana berangkat mencari Nalendra sampai dihadapan Prabu Sumalidewa
pertolongan dengan meminta waktu tiga bulan segera melapor bahwa Prabu Jala Walikrama
lamanya. telah berhasil dikalahkannya. Mendengar
laporan tersebut Prabu Sumalidewa senang
C. Jejer Catur Marga (Gara-gara) hatinya, dan akan memberikan Dewi Sumaliwati
Putra dari Negara Jurjana Pura (Durjana kepada Raden Kuswa Nalendra sebagai putri
Pura) yang bernama Raden Perjangga Pati sedang hadiah. Tak lama kemudian, datanglah Emban
dihadap oleh Semar, Bagong, dan Besut. Raden Sepet Madu melapor bahwa Dewi Sumaliwati
Perjangga Pati meninggalkan negara Jurjana telah diculik oleh Prabu Jala Walikrama. Prabu
Pura karena disuruh oleh ayahnya yaitu Prabu Sumalidewa mendengar laporan tersebut marah
Berjangga Lawa. Ia disuruh mencari kakaknya besar kepada Raden Kuswa Nalendra. Raden
yang bernama Raden Kuswa Nalendra. Raden Kuswa Nalendra segera diusir untuk mencari
Kuswa Nalendra meninggalkan kerajaan sebab Dewi Sumaliwati. Dengan rasa malu Raden
dirinya tidak bersedia untuk dijadikan raja di Kuswa Nalendra pergi dari kerajaan beserta
Negara Jurjana Pura. Raden Perjangga Pati, Semar, dan Bagong.
Dalam perjalananya, Raden Perjangga Pati
mengalami pembegalan oleh para raksasa. Raden D.Jejer Pertapan Jenang Gangsa
Perjangga Pati pun berhasil menyirnakan para Di dalam sebuah pertapan, Begawan
raksasa tersebut. Raden Perjangga Pati segera Kumba Kinumba sedang dihadap putranya
meneruskan perjalanan mencari kakaknya. Di yaitu Bambang Wangsa Tanu, dan Bambang
tengah jalan, Raden Perjangga Pati bertemu Wangsa Jalma. Bambang Wangsa Tanu ingin
dengan Raden Kuswa Nalendra. Raden menjadi seorang pandita yang unggul. Bambang
Perjangga Pati berusaha membujuk Raden Wangsa Tanu disuruh oleh ayahnya untuk
Kuswa Nalendra supaya bersedia kembali bertapa mundur dengan syarat tidak berhenti
ke kerajaan, namun Raden Kuswa Nalendra sebelum membentur. Sedangkan Bambang
menolaknya. Akhirnya Raden Perjangga Pati, Wangsa Jalma menginginkan untuk menjadi
Semar, dan Bagong ikut Raden Kuswa Nalendra seorang Raja. Bambang Wangsa Jalma yang
berkelana. mempunyai ciri kaki dhingklang/pincang
Diceritakan di tengah perjalanan, Raden disuruh ayahnya untuk bertapa dengan mata
Perjangga Pati dan Raden Kuswa Nalendra tertutup. Dengan syarat tidak boleh berhenti
bertemu dengan Raden Sumalintana. Raden sebelum membentur apapun. Keduanya segera
Sumalintana segera meminta pertolongan melaksanakan perintah ayahnya.
supaya menyirnakan Prabu Jala Walikrama. Diceritakan, Bambang Wangsa Tanu yang
Raden Kuswa Nalendra dan Raden Perjangga bertapa mundur membentur gunung yang bisa
Pati bersedia, dan segeralah berangkat menuju bersuara seperti gamelan. Lalu gunung tersebut
Negara Jurjana Pura. dijadikan sebuah pertapaan dengan nama Per-
Sesampainya di Alun-alun Negara Jurjana tapan Gunung Gendhing. Sedangkan Bambang
Pura, Raden Kuswa Nalendra berperang melawan Wangsa Jalma yang melakukan tapa dengan
Prabu Jala Walikrama. Raden Kuswa Nalendra mata tertutup, membentur sebuah Candi yang
kalah dalam peperangan itu lalu dibantu oleh terbuat dari tumpukan batu bata merah. Candi
Raden Perjangga Pati. Raden Perjangga Pati tersebut dicipta oleh Bambang Wangsa Jalma
juga mengalami kekalahan melawan Prabu Jala menjadi sebuah negara dengan nama Negara
Walikrama. Akhirnya Raden Kuswa Nalendra Bata Mirah. Bambang Wangsa Jalma menjadi
mengambil panah untuk dibidikkan pada seorang Raja di Negara Bata Mirah dengan julu-
Prabu Jala Walikrama. Prabu Jala Walikrama kan Prabu Jatha Sura atau Prabu Wangsa Jalma.
127
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
128
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
membunuh Prabu Jala Walikrama. Gua Wara- Sumalidewa akan turun tahta, dan akan menjadi
wangunan lalu disabda Bambang Resa Putra seorang Brahmana. Begawan Gundhawijaya
menjadi sebuah pertapan dengan nama Perta- tidak menerima tawaran tersebut sebab dirinya
pan Gua Warawinangun (Gua Warawangunan). sudah menjadi seorang brahmana di Pertapan
Bambang Resa Putra akhirnya menikahi Dewi Gua Warawinangun. Begawan Gundhawijaya
Sumaliwati. Bambang Resa Putra lalu menjadi akhirnya memberikan tahta kerajaan kepada
seorang pandita berjuluk Begawan Gundhawi- Raden Sumalintana.
jaya atau Begawan Bagaspati. Raden Sumalintana kemudian dinobatkan
Begawan Gundhawijaya lalu mengajak menjadi Raja di Negara Purwacarita dengan
Dewi Sumaliwati berkunjung ke Negara julukan Prabu Sumalintana. Semua keluarga,
Purwacarita. Di tengah perjalanan, mereka dan masyarakat kerajaan mengadakan pesta
bertemu Raden Kuswa Nalendra, dan Raden kenaikan tahta tersebut. Tancep kayon.
Perjangga Pati. Raden Kuswa Nalendra, dan Ki Surwedi dalam bukunya juga menuliskan
Raden Perjangga Pati berniat merebut Dewi kisah kematian Begawan Gundhawijaya
Sumaliwati dari tangan Begawan Gundhawijaya dalam lakon Rabine Narasuma. Dikisahkan,
yang mengakibatkan perkelahian. Raden Kuswa Begawan Gundhawijaya sedang dihadap
Nalendra, Raden Perjangga Pati, Semar, dan putrinya yang bernama Dewi Sumaliwati.
Bagong digertak Begawan Gundhawijaya hingga Dewi Sumaliwati bercerita pada ayahnya,
jatuh di Repat Kepanasan, dan bertemu dengan bahwa ia bermimpi menikah dengan Raden
Prabu Gajah Sena. Raden Kuswa Nalendra segera Narasuma. Dewi Sumaliwati memohon pada
meminta bantuan kepada Prabu Gajah Sena Begawan Gundhawijaya untuk mencarikan
untuk menyirnakan Begawan Gundhawijaya. Raden Narasuma sampai ketemu. Tidak jauh
Prabu Gajah Sena segera menyiapkan dari Pertapan Gua Warawinangun, Begawan
pasukan yang berwujud endholan, bekasakan. Gundhawijaya bertemu dengan Raden
Mereka bernama Patih Jangget Kinolan, Narasuma. Raden Narasuma diminta bersedia
Gandarwa Raja Jailo, Ketepeng Reges, untuk dinikahkan dengan putrinya yang
Klunthung Waluh, dan lain-lain. Para pasukan bernama Dewi Sumaliwati, namun Raden
diperintahkan untuk menyirnakan Begawan Narasuma tidak menerima tawaran tersebut.
Gundhawijaya. Begawan Gundhawijaya Raden Narasuma mengira Dewi Sumaliwati
dengan Aji Cendhabirawa akhirnya berhasil juga berwujud raksasa seperti ayahnya.
mengalahkan Prabu Gajah Sena beserta Akhirnya, Begawan Gundhawijaya membawa
pengikutnya. Mereka digertak, dan terjatuh paksa Raden Narasuma bertemu dengan
di hutan Samarta Laya. Raden Kusa Nalendra, putrinya. Sesudah Raden Narasuma bertemu
Raden Perjangga Pati, Semar, dan Bagong berlari dengan Dewi Sumaliwati, Raden Narasuma
kalang kabut hingga menginjak batas Negara bersedia menikah dengan syarat Begawan
Giling Wesi. Lalu Begawan Gundhawijaya Gundhawijaya harus mati di tangannya karena
beserta istrinya meneruskan perjalanan menuju Raden Narasuma malu mempunyai mertua
Negara Purwacarita. berwujud raksasa. Mendengar permintaan
Diceritakan, Prabu Sumalidewa melihat Raden Narasuma, Begawan Gundhawijaya
putrinya pulang bersama Begawan Gundhawijaya marah lalu menggigitnya sampai mati. Dewi
merasa senang hatinya. Dewi Sumaliwati Sumaliwati yang melihat itu menangisi kematian
memberi tahu pada ayahnya bahwasannya kekasih hatinya. Begawan Gundhawijaya
Dewi Sumaliwati sudah menjadi istri dari melihat anaknya menangisi kematian Raden
Begawan Gundhawijaya. Dewi Sumaliwati juga Narasuma segera sedhakep saluku juga/
menceritakan bahwa Begawan Gundhawijaya bersemedi. Tak lama kemudian, arwah Raden
merupakan orang yang menolongnya dari Subali keluar dari dalam tubuh sang Begawan.
penculikan Prabu Jala Walikrama. Prabu Arwah Raden Subali mengejar arwah Raden
Sumalidewa lalu memberikan tahta kerajaan Sugriwa yang keluar dari raga Raden Narasuma,
kepada Begawan Gundhawijaya sebab Prabu dan mengajaknya kembali ke dalam raga Raden
129
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
Narasuma. Arwah Raden Sugriwa bersedia pengumpulan datam proses penyusunan naskah,
kembali ke raga Raden Narasuma dengan syarat, dan proses penyajian karya. Pengumpulan data
Begawan Gundhawijaya harus mati di tangan dilakukan dengan melakukan wawancara kepada
Raden Narasuma. Begawan Gundhawijaya narasumber. Tujuannya untuk mendapatkan
menerima syarat tersebut. Kedua arwah kembali refrensi, dan acuan cerita lakon untuk proses
ke raga masing-masing. Akhirnya, Begawan perancangan karya. Langkah kedua adalah
Gundhawijaya mati di tangan Raden Narasuma, penyusunan naskah yang terdiri dari beberapa
dan Ajian Cendhabirawa menyatu dengan langkah sebagai berikut:
Raden Narasuma. 1) Pemilihan tokoh yang sesuai dengan pesan
Agar tujuan serta pesan dalam karya moral yang akan disampaikan.
Banjaran Resa Putra dapat tercapai, dalam 2) Eksplorasi tokoh, dan cerita. Proses pencarian
penggarapan karya ini pengkarya memakai beberapa unsur-unsur pakeliran seperti sanggit
teori sambung rapet, dan greget saut seperti lakon, sanggit sabet, sanggit gunem, dan lain
yang telah dirumuskan oleh Wahyudi (2014). sebagainya yang bersumber dari wawancara.
Konsep sambung rapet dalam lakon wayang 3) Evaluasi sanggit yang telah diadaptasikan
memiliki arti jalinan antar peristiwa dalam melalui proses eksplorasi diteliti kembali,
lakon wayang yang menjadi satu kesatuan yang dan dipilih yang benar-benar akan dijadikan
utuh. Jalinan peristiwa, dan persoalan yang acuan pendukung dalam penyusunan naskah.
ada di dalam adegan, maupun antar adegan 4) Deskripsi, menguraikan dan menjabarkan
harus bergerak secara logis sesuai dengan tema seluruh pertunjukan dalam bentuk tulisan
lakon. Pergerakan cerita dalam lakon wayang secara rinci.
dilaksanakan oleh tokoh juga ditentukan oleh Langkah terakhir adalah proses penyajian
setting. Dengan demikian, hal yang berkenan karya. Hasil karya disajikan dalam bentuk
dengan sambung rapet ialah unsur dalam teks pementasan pakeliran gaya Jawa Timuran kurang
lakon meliputi alur, tokoh, tema, dan setting. lebih satu jam. Penyajian karya mengikuti
Konsep greget saut merupakan peng- tahapan berikut:
aktualisasian peristiwa dalam pakeliran oleh 1) Pendalaman naskah.
seorang dalang untuk mewujudkan peristiwa 2) Menafsirkan naskah dalam pakeliran.
yang hidup melalui penampilan peristiwa, baik 3) Latihan sesuai panduan naskah.
mengenai dialog, suasana, narasi, sulukan, serta 4) Latihan bersama untuk memadukan garap
aksi tokoh (olah sabet). Greget saut mencakup pakeliran dengan karawitan.
segala sesuatu yang dilihat, didengar, dan 5) Gladi kotor.
disaksikan baik dari audio maupun visual atas 6) Gladi bersih.
pertunjukan wayang. Berdasarkan teori sambung 7) Penyajian karya.
rapet, maka struktur dramatik wayang meliputi
tema, tokoh, setting, dan alur. Rumusan Konsep Karya
dramaturgi wayang oleh Wahyudi tersebut
mengikuti pandangan George Kernodle (1978) A. Garap Pakeliran
yang membagi unsur-unsur pokok wayang ke Pada karya Banjaran Resa Putra ini menggu-
dalam dua kategori yaitu struktur dramatik, dan nakan beberapa garap pakeliran yang meliputi: (1)
tekstur dramatik. pijakan tradisi, (2) bentuk pakeliran, (3) bentuk
Dengan memakai teori sambung rapet, iringan, (4) durasi. Adapun penjabarannya adalah
dan greget saut diharapkan ide serta tujuan dari sebagai berikut.
pengkarya dapat terealisasikan ke dalam karya 1. Pijakan Tradisi
Banjaran Resa Putra. Adapun untuk membangun Karya Banjaran Resa Putra disajikan dalam
struktur dramatik, dan tekstur dramatik lakon bentuk pakeliran gaya Jawa Timuran. Pakeliran
akan dijabarkan pada konsep karya. gaya Jawa Timuran memiliki beberapa ragam
Metode yang dilakukan dalam proses gagrak yang berkembang di masyarakat. Adapun
penggarapan penyajian karya ini adalah ragam gagrak tersebut meliputi Trowulanan,
130
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
Porongan, Jombangan, Malangan, Surabayan, dewasa ini. Garap-garap baru juga disajikan
dan lain sebagainya. Dalam penggarapan karya dalam karya dengan tujuan agar memperkuat
ini tidak terpacu pada satu gagrak, melainkan suasana yang dibutuhkan, dan sesuai dengan
menggunakan beberapa idiom pembentuk perkembangan zaman sekarang.
seperti gagrak Trowulanan, Porongan, dan 4. Durasi Waktu
Jombangan. Secara konvensional, pertunjukan wa-yang
2. Bentuk Pakeliran disajikan semalam suntuk dengan durasi kurang
Dalam penggarapan karya Banjaran Resa lebih tujuh jam. Pertunjukan tradisi biasanya
Putra menggunakan idiom-idiom pembentuk dimulai pukul sembilan malam sampai pu-
pakeliran gaya Jawa Timuran yang meliputi kul empat pagi menjelang subuh. Pada karya
sabet, pathet, sulukan, keprakan, serta dhodhogan. Banjaran Resa Putra ini pengkarya menyajikan
Untuk pembagian pathet pada pakeliran gaya pertunjukan dengan durasi waktu kurang lebih
Jawa Timuran memang berbeda dengan pakeliran satu jam.
gaya yang lainnya. Menurut Djumiran, R. A
seperti dikutip (Sugiarto, 1992, p. 2), pembagian Struktur Dramatik
pathet pada pakeliran gaya Jawa Timuran dibagi
menjadi empat yaitu pathet sepuluh, pathet wolu, A. Tema
pathet sanga, dan pathet serang. Persoalan hidup berdasarkan fenomena pada
Idiom-idiom garap baru juga disajikan masyarakat yang dijumpai pengkarya memunculkan
dalam karya Banjaran Resa Putra ini. Dengan sebuah ide yang menjadi dasar tema diangkat ke
tujuan agar membuat sajian pakeliran lebih dalam cerita yang disajikan. Tema yang diangkat
menarik, berbobot, dan sesuai dengan dalam karya Banjaran Resa Putra ini yaitu pesan
perkembangan pedalangan zaman sekarang. Hal moral tentang “Sapa nandur ngundhuh”.
tersebut dimaksudkan agar pertunjukan wayang Kalimat pribahasa atau pepatah Jawa “Sapa
kulit purwa gaya Jawa Timuran tetap lestari, nandur ngundhuh” secara harfiah diterjemahkan
namun terus berkembang dengan berbagai dalam bahasa Indonesia berarti siapa menanam
inovasi baru. menuai. Secara lebih luas lagi kalimat pepatah Jawa
3. Bentuk Iringan tersebut bermakna bahwa siapapun, dan apapun
Karawitan mempunyai fungsi sebagai yang diperbuat atau dilakukan oleh seseorang
pemantap, penguat, atau pembantu dalam maka orang itu sendirilah yang akan menanggung
membina suasana pakeliran. Garapan iringan perbuatannya.
karawitan dengan pakeliran saling isi mengisi, Pepatah Jawa tersebut sesungguhnya mengeru-
memantapkan, bahkan dapat memperkuat cut pada kepercayaan seseorang akan adanya hu-
dalam suatu sajian pakeliran sehingga karawitan kum timbal balik atau hukum keseimbangan
dengan pakeliran mempunyai hubungan yang dalam kehidupan. Oleh sebab itu, bagi seseorang
sangat erat, dan keterpaduannya di dalam yang mempercayai, dan meyakini tentang hal itu,
pementasan wayang kulit purwa tidak akan dirinya akan lebih berhati-hati dalam melakukan
disangsikan lagi (Sugiarto, 1992, p. 1). perbuatan apapun. Sebab, setidaknya seseorang sa-
Iringan merupakan salah satu pendukung dar bahwa segala perbuatannya akan berdampak
dalam sebuah karya. Ketika sebuah karya belum pada dirinya sendiri, dan bahkan kemungkinan
diiringi dengan musik maka karya tersebut akan berdampak pada keluarga, dan keturunannya.
belum dapat dirasakan sepenuhnya. Tetapi Pesan dalam ungkapan tersebut ditransformasikan
ketika hadir bersama-sama dengan iringan ke dalam cerita yang disajikan dengan mengang-
musik yang cocok, pertunjukan akan menjadi kat persoalan hidup berdasarkan fenomena yang
lengkap, dan lebih menarik. Penyajian musik dijumpai.
pada karya Banjaran Resa Putra ini berupa musik
live, menggunakan gamelan Jawa dengan laras B. Tokoh
slendro. Iringan musik menggunakan pola-pola Penokohan dalam dunia wayang tidak
tradisi gaya Jawa Timuran yang berkembang dikategorisasikan ke dalam tokoh antagonis, dan
131
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
132
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
133
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
134
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
135
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
136
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
137
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
C. Alur
Alur adalah kontruksi yang dibuat pembaca Gambar 21. Bayen (Foto: Zudhistiro Bayu Pamungkas,
tentang sebuah deretan peristiwa yang terjadi 2021; Koleksi Ki Sareh, Jombang)
138
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
139
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
kuasa menandingi kekuatan Batara Brama. Ia Sumaliwati yang merupakan titisan Dewi Tara.
lalu mengeluarkan Aji Candhabirawa. Keluarlah Sukma Sugriwa segera menitis ke tubuh Prabu
raksasa dari tubuh Bambang Resa Putra dalam Dasawalikrama. Prabu Dasawalikrama segera
jumlah yang sangat banyak hingga memenuhi melanjutkan perkelahian melawan Bambang
seluruh Repat Kepanasan. Batara Brama Resa
mencoba melawan Candhabirawa, namun usaha Putra, namun pada perkelahian tersebut
tersebut gagal. Bambang Resa Putra berhasil membunuh Prabu
Batara Narada segera memanggil sukma Dasawalikrama. Sukma Sugriwa yang berada
Subali untuk melawan Candhabirawa. Dalam dalam tubuh Prabu Dasawalikrama merasa tidak
perkelahian tersebut Candhabirawa menyerang, terima, dan menyumpahi Subali, “Bahwa kelak
dan menggigit Subali. Diceritakan Subali dirinya akan membalas kematiannya ini”.
mengeluarkan darah yang berwarna putih. 7. Jejer Pertapan Gebang Karawangunan
Melihat darah tersebut, Candhabirawa merasa Bambang Resa Putra diceritakan telah
kalah melawan Subali, dan kembali masuk ke menjadi seorang pendita di Gebang Karawa-
tubuh Bambang Resa Putra. Batara Narada segera ngunan dengan julukan Begawan Gundhawi-
mengutus Subali agar menyatu ke dalam tubuh jaya. Dalam pernikahannya dengan Dewi
Bambang Resa Putra, dan disuruh berangkat Sumaliwati, ia dikaruniai seorang anak perem-
ke Gua Warawangunan untuk mencari seorang puan bernama Endang Gundhawati. Endang
putri yang berasal dari Negara Purwacarita. Gundhawati menceritakan pada ayahnya, bahwa
Subali segera berangkat meninggalkan Repat dirinya bermimpi bertemu dengan pria bernama
Kepanasan. Raden Narasuma, dan saling jatuh cinta. En-
5. Jejer Negara Purwacarita dang Gundhawati memohon kepada ayahnya
Prabu Dasawalikrama berhasil mencuri supaya bersedia mencarikan Raden Narasuma.
kendaga yang berisi Dewi Sumaliwati dari Begawan Gundhawijaya berangkat mencari
tangan Prabu Sumalidewa. Kendaga tersebut Raden Narasuma.
dibawa kabur ke sebuah tempat yang bernama Begawan Gundhawijaya berhasil bertemu
Gua Warawangunan. dengan Raden Narasuma yang sedang berada
Kendaga disini pengkarya maknai sebagai di tengah hutan. Begawan Gundhawijaya
simbol. Secara nalar, seseorang manusia tidak memohon kepada Raden Narasuma supaya
mungkin apabila dimasukkan ke dalam kendaga. bersedia untuk dinikahkan dengan putrinya,
Kendaga disini merupakan simbol dari tempat namun Raden Narasuma menolak tawaran
penyimpanan harta yang paling berharga. Harta tersebut. Tidak berfikir panjang, Begawan
yang dimaksud tidak lain adalah putri dari Prabu Gundhawijaya segera membawa paksa Raden
Sumalidewa yang bernama Dewi Sumaliwati. Narasuma ke pertapannya.
Perlu kita ketahui bahwa harta paling berharga Sesampainya di Pertapan Gebang Kara-
dari seseorang di dunia ini adalah seorang anak. wangunan, Raden Narasuma jatuh cinta
6. Adegan Gua Warawangunan kepada Endang Gundhawati. Raden Narasuma
Dewi Sumaliwati berhasil kabur dari ta- akhirnya bersedia menikah dengan Endang
ngan Prabu Dasawalikrama. Dewi Sumaliwati Gundhawati. Begawan Gundhawijaya akhirnya
akhirnya bertemu dengan Bambang Resa Putra, menikahkan Endang Gundhawati dengan
dan meminta pertolongan agar diselamatkan Raden Narasuma. Sebagai ucapan terimakasih,
dari kejaran Prabu Dasawalikrama. Bambang Begawan Gundhawijaya menghadiahi Raden
Resa Putra segera menolong wanita tersebut Narasuma keris Kyai Udan Mas. Keris Kyai
dengan menantang Prabu Dasawalikrama untuk Udan Mas di sini merupakan simbol do’a, dan
berkelahi. Dalam perkelahian itu Resa Putra ber- harapan orang tua agar kehidupan rumah tangga
hasil memukul mundur Prabu Dasawalikrama. anaknya berlimpah rizki, dan keberkahan.
Dikisahkan, sukma Sugriwa sedang ngang- Pengkarya memberikan nama Keris Kyai
lang jagad/terbang mengelilingi jagat, melihat Udan Mas diambil dari salah satu nama pamor
Prabu Dasawalikrama memperebutkan Dewi dalam dhapur keris. Pamor udan mas sendiri
140
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
memiliki isoteri sebagai pembawa rejeki. Alasan Melihat ayahnya sekarat, Endang Gundha-
tersebut yang melatar belakangi Begawan wati berlari, dan menangis. Sebelum menghem-
Gundhawijaya memberikan pusaka Kyai Udan buskan nafas terakhir, Begawan Gundhawijaya
Mas kepada Raden Narasuma. memberikan Aji Cendhabirawa pada Raden
Ketika Begawan Gundhawijaya memberi- Narasuma. Setelah Aji Cendhabirawa menyatu
kan pusaka Kyai Udan Mas, Sukma Sugriwa dengan Raden Narasuma, Begawan Gundhawi-
yang sedang nganglang jagad melihat Raden jaya akhirnya mati. Sukma Subali yang berada
Narasuma menikah dengan Endang Gundhawati dalam tubuh Begawan Gundhawijaya keluar,
yang tidak lain adalah putri dari Begawan dan pergi mencari tempat menitis/panitisan.
Gundhawijaya. Sukma Sugriwa segera menitis/ Sukma Sugriwa kembali menitis pada Raden
masuk ke dalam tubuh Raden Narasuma. Raden Narasuma.
Narasuma tiba-tiba muncul perasaan malu
apabila mempunyai mertua yang berwujud D. Setting/Latar
raksasa. Raden Narasuma muncul keinginan Setting dalam karya Banjaran Resa Putra
untuk membunuh Begawan Gundhawijaya. sangat ditentukan oleh tokoh-tokoh yang dipilih.
Raden Narasuma segera menyuruh Endang Berdasarkan tokoh-tokoh yang terlibat, maka
Gundhawati untuk menyerahkan keris Kyai setting dalam karya Banjaran Resa Putra yaitu
Udan Mas kepada ayahnya dengan tujuan Sanggar Pamujan Pertapan Bata Mirah, Alas
supaya keris tersebut diberikan warangka. Ingas, Repat Kepanasan, Negara Purwacarita, Gua
Sewaktu Endang Gundhawati menerima keris Warawangunan, dan adegan tengah hutan. Dalam
pemberian Raden Narasuma, sukma Sugriwa karya ini juga diceritakan Begawan Gundhawijaya
segera menyusup ke dalam pusaka tersebut. mencipta Gua Warawangunan menjadi sebuah
Endang Gundhawati menceritakan pertapaan sehingga karya ini terdapat setting
semua yang telah diucapkan Raden Narasuma Pertapan Gebang Karawangunan.
kepada Begawan Gundhawijaya. Begawan
Gundhawijaya mengetahui maksud dari Tekstur Dramatik
Raden Narasuma. Begawan Gundhawijaya
segera menyuruh Endang Gundhawati untuk Adapun penjabaran tekstur dramatik pada
menjemput suaminya yang berada di luar. Pada karya Banjaran Resa Putra adalah sebagai berikut:
saat Endang Gundhawati berjalan keluar, sukma 1. Adegan Sanggar Pamujan Pertapan Bata Mirah
Sugriwa keluar dari dalam keris, dan merebut Pergerakan peristiwa dalam pathet wolu
keris yang dibawa Endang Gundhawati. Sukma dimulai dari kemunculan tokoh Begawan Jaya
Sugriwa segera menancapkan keris tersebut ke Singa dengan suasana hening. Dalang mem-
tubuh Begawan Gundhawijaya. Pada adegan berikan kocapan yang menceritakan seorang
ini diceritakan tak ada satu orang pun yang pandita dari Pertapan Bata Mirah bernama
melihat keberadaan sukma Sugriwa kecuali Begawan Jaya Singa yang sedang mencari tempat
sukma Subali yang berada di dalam tubuh untuk berdo’a agar dikaruniai seorang anak yang
Begawan Gundhawijaya. Di sini, sukma Subali dapat mikul dhuwur mendhem jero asmaning
telah menerima konsekuensi terhadap tindakan wong atua/menjunjung nama baik orang tua.
yang telah ia lakukan pada sukma Sugriwa Suasana hening tersebut digambarkan dengan
sewaktu menitis kepada Prabu Dasawalikrama. salah satu kata dalam kocapan yang berbunyi:
Maka, pada adegan ketika sukma Sugriwa akan Lamat-lamat sorote Sang Hyang Candra jroning
menancapkan keris, Begawan Gundhawijaya sanggar pamujan Pertapan Bata Mirah…
tidak memberikan perlawanan sama sekali.
Terjemahan:
Hal tersebut dikarenakan memang Begawan
Gundhawijaya tidak melihat keberadaan Samar-samar sinar Sang Hyang Candra di da-
sukma Sugriwa. Sukma Subali sendiri tak lam tempat berdoa Pertapaan Bata Mira...
dapat mengelak dengan jalan yang memang Suasana hening yang tercipta seketika
seharusnya terjadi. berubah setelah Begawan Jaya Singa teringat
141
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
masih ada satu tempat yang belum didatanginya ada, hujan abu bercampur kabut. Gelap gulita.
untuk bersemedi yaitu Alas Ingas. Berubahnya Bebek, burung sriti menyambar-nyambar seba-
suasana tersebut ditandai dengan berubahnya gai pertanda lahirnya bayi. Tiba-tiba muncul di
iringan ilustrasi menjadi iringan gemblak. depan Begawan.
2. Adegan Alas Ingas Setelah proses kelahiran bayi, tangga dramatik
Pada adegan ini tangga dramatik sedikit mengalami penurunan tangga dramatik ber-
mengalami penurunan dikarenakan berubahnya samaan hadirnya Sang Hyang Tunggal di
suasana menjadi roman antara Patih Genthayasa hadapan Begawan Jaya Singa. Tangga dramatik
dengan Dewi Respeni. Tak lama kemudian, kembali dinaikkan ketika Sang Hyang Tunggal
tegangan dramatik kembali naik dengan memberi nama bayi tersebut. Peritiwa itu
pergerakan Dewi Respeni terbangun dari ditandai dengan gunem sebagai berikut:
tidurnya, dan menendang Patih Genthayasa. Sang Hyang Tunggal : Merga anggon kita bisa
Suasana berubah menjadi tegang. Tegangan ngreksa sawutuhe, mula bocah iki tak
dramatik kembali dinaikkan ketika peristiwa paringi tenger Raden Resa Putra.
terbunuhnya Patih Genthayasa oleh Begawan
Jaya Singa, dan pengucapan sumpah Patih Terjemahan:
Genthayasa sebagai berikut: Sang Hyang Tunggal : Oleh karena kamu bisa
Genthayasa : Muga jagad nyeksenana anane merawat seutuhnya dengan baik,
lelakon iki. Aku ora nrimakna! maka anak ini saya beri nama Raden
Titenana! Besuk tedhak turunku Resa Putra.
bakal ngganggu gawe marang te- 3. Adegan Kayangan Pasetran Ganda Mayit
dhak turune wong Alas Ingas. Tegangan dramatik yang semula tercipta
Terjemahan: masih dalam tingkatan yang sama. Pada adegan
Batari Durga mengajarkan Aji Cendhabirawa ke-
Genthayasa : Semoga disaksikan oleh dunia, apa pada Batara Kala suasana seram tercipta. Peruba-
yang terjadinya saat ini. Saya tidak han suasana ditandai dengan iringan ilustrasi
terima! Ingat! Besok, anak ketu- serta gunem yang diucapkan oleh Bambang Resa
runanku akan selalu mengganggu Putra di luar Pelataran Pasetran Ganda Mayit.
keturunan orang-orang dari Alas Adapun gunem tersebut sebagai berikut:
Ingas.
Resa Putra : Jebul Kahyangan Suralaya apik te-
Ketegangan suasana semakin tercipta ke- men rek, guwedhene. La tapi kok
tika peristiwa lahirnya seorang bayi dihadapan sangar ngene, ngantek mrinding
Begawan Jaya Singa dengan ditandai sebuah kabeh awakku.
kocapan yang berbunyi:
Terjemahan:
“Sak sirnane sang Genthayasa, nganti nganakna
Resa Putra : Ternyata Kayangan Suralaya bagus
kagara-gara kagiri-giri gunung tumantiyung bumi
sekali rek, besar sekali. Tetapi ke-
di iyun di bandul ambal-ambalan kaya lindhu
napa menakutkan begini? Sampai
sedina kaping pitu. Lesus gumesus sindhung rewut
merinding semua badanku.
ngawrut-awut udan awu campur pedhut. Peteng
ndhedhet lelimengan bebek sriti seslamberan Suasana seram seketika berubah menjadi
minangka pratandha laire ponang jabang bayi. panik, dan tangga dramatik mengalami kenaikan
Jleg saknalika timbul ana ngarsane sang Begawan” ketika Aji Cendhabirawa yang diucapkan oleh
Batari Durga berubah wujud menjadi raksasa/
Terjemahan: kamanungsan. Suasana tersebut dibangun de-
Kematian Genthayasa sampai menimbulkan ngan iringan, serta aksi dari Batara Kala dan
gara-gara yang menakutkan. Gunung merunduk Batari Durga yang bergegas mengejar Aji
ke bumi diayun terus menerus bagaikan gempa Cendhabirawa. Tegangan dramatik sedikit
bumi sehari sebanyak tujuh kali. Angin puting mengalami penurunan ketika Aji Cendhabirawa
beliung berputar memporak porandakan yang menyatu ke dalam tubuh Bambang Resa Putra.
142
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
143
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
Tegangan dramatik yang mencapai klimaks Gundhawati. Suasana kembali berubah ketika
kembali diturunkan setelah adegan berganti Begawan Gundhawijaya memberikan keris Kyai
menjadi jejer Pertapan Gebang Karowangunan Udan Mas pada Raden Narasuma dengan ginem
yang mengisahkan Dewi Sumaliwati menikah sebagai berikut:
dengan Bambang Resa Putra, dan memiliki Gundhawijaya : Raden, sarehning sampun gam-
seorang anak bernama Endang Gundhawati. buh, minangka tandha sih tresna kula
Suasana hati yang galau tergambarkan dalam diri dhateng jengandika, kula badhe pa-
Endang Gundhawati yang sedang memikirkan ring pusaka wujud curiga awasta Kyai
pujaan hati yang bertemu dalam mimpi. Endang Udan Mas.
Gundhawati memohon kepada ayahnya supaya
Terjemahan:
mencarikan pujaan hatinya. Ia bernama Raden
Narasuma. Begawan Gundhawijaya lalu mencari Gundhawijaya : Raden, karena sudah berte-
Raden Narasuma. mu, dan cocok, sebagai tanda kasih
7. Adegan Tengah Hutan sayangku kepadamu, saya akan
Dalam perjalanannya, Begawan Gundha- memberimu pusaka berwujud keris
wijaya bertemu dengan Raden Narasuma yang bernama Kyai Udan Mas.
sedang berkelana di tengah hutan. Suasana Suasana sedih tersebut didukung oleh iringan
gembira tergambarkan dalam diri Begawan Gedhog Rancak yang notabene bersuasana
Gundhawijaya karena telah berhasil menemukan sedih. Diceritakan, sukma Sugriwa yang sedang
seseorang yang sedang dicarinya. Suasana gem- nganglang jagad melihat Raden Narasuma
bira tersebut digambarkan dengan Begawan menikah dengan anak Begawan Gundhawijaya.
Gundhawijaya duduk bersimpuh di hadapan Tegang-an dramatik mulai merangkak naik pada
Raden Narasuma. saat sukma Sugriwa masuk/menitis ke tubuh
Tegangan dramatik mulai merangkak naik Raden Narasuma, dan berkata seperti dialog
perlahan Ketika Raden Narasuma menolak berikut:
tawaran dari Begawan Gundhawijaya. Perubahan Sugriwa : Kakang Subali, titi kala mangsa wus
suasana ditandai dengan dhodhogan mbanyu mili tumeka aku kang abadan sukma bakal
yang mengisyaratkan seorang dalang meminta males utang pati marang sliramu kang.
iringan Gadhingan. Kenaikan tangga dramatik Terjemahan:
kembali dinaikkan, dan suasana berubah
menjadi tegang ketika dalang melantunkan Sugriwa : Kanda Subali, telah tiba waktunya aku
kocapan sebagai berikut: yang berwujud sukma akan membalas
hutang nyawa kepadamu kanda.
Tanpa kandha sang Narasuma kapondhong cemot
minggah ing jumantara campur dhali lelawatan. Suasana genting semakin merangkak naik ketika
dalang melantunkan kocapan sebagai berikut:
Terjemahan
Nalika ingkang raka maringaken pusaka Kyai
Tanpa banyak bicara, sang Narasuma digendong Udan Mas, nulya sukma Sugriwa lolos saking
terbang ke angkasa bak burung walet yang angganing Raden Narasuma sigra manjing ing
menyambar. sajroning pusaka. Bebrandangan ngeciprat sang
8. Adegan Pertapan Gebang Karawangunan Endang Gundhawati.
Sesampainya di pertapan, terjadilah perkela- Terjemahan:
hian antara Begawan Gundhawijaya melawan
Raden Narasoma. Pada adegan ini, tegangan Ketika kakaknya memberikan pusaka Kyai Udan
dramatik tetap pada levelnya. Penurunan sua- Mas, sukma Sugriwa segera meninggalkan tubuh
sana terjadi ketika Raden Narasuma melihat ke- Raden Narasuma. Segeralah, ia bersatu dengan
cantikan Endang Gundhawati. Suasana berubah pusaka. Berlarilah sang Endang Gundhawawti.
menjadi roman ketika Raden Narasuma me- Kenaikan tangga dramatik tersebut juga
nyatakan perasaannya kepada Endang Gundha- ditandai dengan iringan gemblak. Suasana yang
wati, dan kesediaannya untuk menikahi Endang semula tegang berubah menjadi sedih ketika
144
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
Endang Gundhawati menemui ayahnya, dan Semua tempat untuk bersemedi sudah
menceritakan semua yang diucapkan oleh Raden didatanginya, namun doanya belum juga
Narasuma. Tangga dramatik merangkak naik terkabul. Sang Begawan Jaya Singa kemudian
ketika Begawan Gundhawijaya menusukkan teringat bahwa masih ada satu tempat
keris tersebut pada tubuhnya hingga sekarat. untuk bersemedi. Tempat itu berada di Alas
Tangga dramatik mencapai klimaks ketika Ingas yang tidak lain adalah tempat tinggal
Begawan Gundhawijaya menghembuskan nafas putranya yang bernama Begawan Bausena.
terakhir, dan menyatunya Aji Candhabirawa Berangkatlah sang Begawan menuju Alas
pada Raden Narasuma. Peristiwa tangga Ingas.
dramatik mencapai klimaks ditandai dengan 2. Adegan Alas Ingas
kocapan sebagai berikut: Di dalam sebuah tempat peristirahatan
Senadyan badan kuthah ludira, nanging pari- terdapat seorang putri yang bernama Dewi
paksa sang Begawan Gundhawijaya ngrapal Aji Respeni. Dewi Respeni sendiri adalah istri
Candhabirawa. Lolosing ponang aji sigra nya- dari Begawan Bausena, putra dari Begawan
wiji mring Raden Narasuma, sinarengan oncat- Jaya Singa. Diceritakan, sewaktu Dewi
ing sukma, digdyawilapat Sang Gundhawijaya. Respeni tidur, ada seseorang yang masuk ke
dalam kamarnya. Orang tersebut Bernama
Terjemahan:
Genthayasa. Genthayasa sendiri sangat
Meskipun badan penuh darah, tetapi Sang mecintai Dewi Respeni sehingga dirinya
Gundhawijaya terpaksa merapal Aji Candha- ingin merebut Dewi Respeni dari tangan
birawa. Lepasnya ajian langsung menyatu ke- Begawan Bausena secara sembunyi-sembunyi.
pada Raden Narasuma, bersamaan lepasnya Pada waktu itu sang Dewi terbangun dari
sukma kesaktiannya berlipat Sang Gundhawi- tidurnya, dan terkejut melihat Genthayasa
jaya. sedang berada di hadapannya. Dewi Respeni
Tegangan dramatik mengalami penurunan pun segera menendang Genthayasa hingga
ketika sukma Subali keluar dari raga Begawan terjatuh lalu berlari. Genthayasa segera
Gundhawijaya, dan menyatu kembali ke Raden mengejar Dewi Respeni yang keluar dari
Narasuma. Tegangan dramatik mencapai titik dalam kamar.
netral ketika kayon ditancapkan di tengah kelir, Tak lama kemudian datanglah Begawan
tanda berakhirnya cerita. Jaya Singa. Sang Begawan merasa geram
karena melihat menantunya dikejar-kejar
Balungan Lakon oleh Genthayasa. Begawan Jaya Singa
segera menghentikan langkah Genthayasa,
A. Pathet Wolu dan menghajarnya hingga tewas. Sukma
1. Adegan Pertapan Bata Mirah Genthayasa merasa tidak terima dengan
Dikisahkan di dalam Sanggar Pamujan, perlakuan Begawan Jaya Singa. Dirinya
Begawan Jaya Singa merasa bingung karena bersumpah bahwa kelak anak turunnya
dirinya memohon dikaruniai seorang anak akan terus mengganggu keturunan orang
yang bisa mikul dhuwur mendhem jero asma- Alas Ingas.
ning wongatua belum terkabulkan. Dirinya Diceritakan setelah kematian Genthaya-
juga berdoa agar sumpah dari orang tuanya sa, sang Begawan Jaya Singa dikejutkan de-
yang bernama Prabu Petak Banjaran dapat ngan munculnya seorang bayi yang memi-
terlaksanakan. Dahulu kematian ayahnya liki penyakit kulit/gudhig dihadapannya. Tak
disebabkan oleh Prabu Subali. Prabu Petak lama kemudian, datanglah Sang Hyang Tung-
Banjaran bersumpah, kelak Prabu Subali gal. Sang Hyang Tunggal menjelaskan bahwa
akan merasakan apa yang dirasakan oleh bayi tersebut adalah anak dari Begawan Jaya
Prabu Petak Banjaran yaitu Prabu Subali Singa yang selama ini diminta. Kemudian
akan menitis pada seseorang yang memiliki bayi tersebut diberi nama Raden Resa Putra
penyakit kulit/gudhig. oleh Sang Hyang Tunggal.
145
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
146
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
147
Pamungkas, Wahyudi, Lakon Banjaran Resa Putra
panjang, Begawan Gundhawijaya segera itu terhalang oleh ring cincin jelek tersebut.
membawa Raden Narasuma dengan paksa. Maka dari itu, Raden Narasuma hanya ingin
3. Adegan Pertapan Gebang Karawangunan mengambil berliannya saja, dan membuang
Raden Narasuma merasa tidak terima jauh-jauh emban tersebut.
dengan perlakuan Begawan Gundhawijaya,
maka terjadilah perkelahian diantara C. Pathet Serang
keduanya. Endang Gundhawati melihat Endang Gundhawati masih belum paham
kejadian tersebut segera memisah keduanya. dengan isyarat yang diberikan Raden Narasuma
Setelah melihat kecantikan Endang pada dirinya. Dengan sedikit rasa kesal, Raden
Gundhawati, Raden Narasuma jatuh Narasuma mengeluarkan pusaka Kyai Udan
cinta pada pandangan pertama. Endang Mas, dan menyuruh Endang Gundhawati supaya
Gundhawati memohon pada Raden Narasuma menghaturkan pusaka tersebut pada ayahnya supaya
supaya bersedia menikah dengannya. diberikan warangka. Sewaktu Endang Gundhawati
Raden Narasuma yang sudah terlanjur menerima pusaka Kyai Udan Mas, sukma Sugriwa
jatuh cinta tidak bisa menolak tawaran berpindah ke pusaka tersebut. Endang Gundhawati
tersebut. Raden Narasuma pun menerima berjalan meninggalkan Raden Narasuma dengan
permintaan Endang Gundhawati. Begawan berat hati, dan terus menangis, seraya membawa
Gundhawijaya yang melihat keduanya saling Keris Kyai Udan Mas kehadapan ayahandanya.
jatuh cinta, akhirnya menikahkan mereka. Endang Gundhawati dihadapan Begawan
Sebagai wujud terimakasih karena sudah Gundhawijaya menghaturkan Keris Kyai Udan
menuruti kemauan putrinya, Begawan Mas. Endang Gundhawati menceritakan maksud
Gundhawijaya menghadiahi pusaka keris kedatangannya seraya membawa keris Kyai Udan
Kyai Udan Mas kepada Raden Narasuma. Mas. Endang Gundhawati menceritakan semua
Setelah memberikan pusaka, Begawan yang telah dikatakan Raden Narasuma padanya.
Gundhawijaya segera pergi meninggalkan Begawan Gundhawijaya mengetahui maksud
keduanya. dari Raden Narasuma. Dengan rasa sedih, Begawan
Dikisahkan sukma Sugriwa sedang Gundhawijaya merelakan nyawanya demi kebaha-
nganglang jagad untuk mencari tempat giaan seorang anak. Begawan Gundhawijaya
menitis yang bisa membalaskan karma segera menyuruh Endang Gundhawati supaya
Subali. Pada saat itu sukma Sugriwa melihat menjemput Raden Narasuma yang berada di
Raden Narasuma menikah dengan anak luar. Sewaktu Endang Gundhawati melangkahkan
dari Begawan Gundhawijaya. Sukma kakinya, sukma Sugriwa yang berada di dalam
Sugriwa yang mengetahui bahwa Begawan keris keluar, dan merebut Keris Kyai Udan
Gundhawijaya adalah titisan Subali, maka Mas dari tangan Endang Gundhawati. Sukma
segeralah ia menitis kepada Raden Narasuma. Sugriwa segera menancapkan keris tersebut ke
Raden Narasuma yang telah dititisi tubuh Begawan Gundhawijaya hingga tergeletak.
Sugriwa secara tiba-tiba timbul rasa benci, Melihat ayahnya berlumuran darah, Endang
dan malu karena mempunyai mertua yang Gundhawati beserta Raden Narasuma segera
berwujud Raksasa. Raden Narasuma pun berlari untuk menghampirinya. Dalam keadaan
mempunyai akal untuk melampiaskan sekarat Begawan Gundhawijaya merapal Aji
kebencian itu. Raden Narasuma bercerita Candhabirawa, dan memberikannya pada Raden
pada istrinya bahwasannya dirinya bertemu Narasuma. Menyatunya Aji Candhabirawa pada
dengan Endang Gundhawati sama halnya Raden Narasuma bersamaan dengan hilangnya
dengan mendapatkan sebuah cincin. Cincin sukma Begawan Gundhawijaya dari tubuhnya.
itu bermata berlian yang sangat cantik, Sukma Subali yang berada dalam tubuh Begawan
namun sayangnya emban/ring dari cincin Gundhawijaya keluar, dan pergi mencari tempat
tersebut hanya terbuat dari tembaga yang menitis. Sukma Sugriwa pun akhirnya kembali
sangat jelek, sehingga kecantikan dari berlian pada Raden Narasuma.
148
Wayang Nusantara | vol.5 no.2, September 2021
149