Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUA

A. Latar Belakang

Keluarga adalah satu lingkup lingkungan sosial terkecil yang dimiliki


setiap individu. Meskipun dalam lingkup kecil, namun hubungan yang terbangun
antar anggota keluarga lebih erat dan intim. Hal ini karena keluarga adalah
kelompok orang yang terikat dalam hubungan darah. Keluarga merupakan tempat
yang pertama dan utama bagi anak. Selain itu keluarga juga merupakan pondasi
bagi perkembangan anak, karena keluarga merupakan tempat anak untuk
menghabiskan sebagian besar waktu dalam kehidupannya. Kehadiran keluarga
bagi seseorang sangatlah berharga. Namun, terkadang kita tidak sadar akan nilai
keberhargaan tersebut. Dalam sebuah keluarga tidak jarang menimbulkan
harapan-harapan yang tidak sesuai baik dari pihak suami ataupun istri. Banyak
hal-hal yang dianggap sepele kemudian menimbulkan kekecewaan, seperti egois,
keras kepala, mudah marah dll. Akibat dari kondisi tersebut sering timbul
pertengakaran dalam keluarga sehingga menimbulkan kehancuran atau perceraian.

Salah satu hal yang paling ditakuti seorang anak yaitu perceraian orang
tua. Ketika perceraian terjadi, anak akan menjadi korban utama. Orang tua yang
bercerai harus tetap memikirkan bagaimana membantu anak untuk mengatasi
penderitaan akibat perceraian tersebut. Perceraian orang tua dianggap sebagai
salah satu penyebab utama kegagalan masa depan anak. Anak akan kehilangan
orientasi masa depan karena hilangnya kasih sayang dari orang tua. Keluarga
tanpa komunikasi akan menimbulkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa
anak-anak sehingga tidak sedikit anak-anak meninggalkan rumahnya tanpa pamit
karena mereka merasa tidak nyaman dan tidak betah tinggal dirumahnya sendiri.
Banyak orang tua yang tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi
dalam arti yang sungguh- sungguh yaitu bukan basa-basi atau sekedar bicara
pada hal-hal yang perlu atau
1
penting saja, seorang anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-
masalahnya dan terbuka. Mereka lebih bnyak berdiam diri saja.

Perilaku anak yang menyimpang dapat berakar pada kurangnya dialog atau
kominikasi pada masa kanak-kanak dan masa berikutnya di dalam keluarga,
karena orang tua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang paling
mendasar adalah cinta, kasih sayang, dan perhatian diabaikan. Akibatnya anak
menjadi terlantar dalam kesendiriannya dan kebisuannya. Ternyata perhatian
orang tua dengan memberikan kesenengan material belum mampu menggantikan
kedudukannya dengan benda mahal dan bagus sekalipun. Awal terjadinya
perselisihan keluarga biasanya disebabkan karena suami mau memenangkan
pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri juga ingin mempertahankan
pendapat dan pendiriannya sendiri tanpa ada yang mengalah. Keharmonisan
dalam keluarga sangtlah di idam-idamkan oleh semua anak. Keluarga yang
harmonis adalah keluarga yang rukun yang selalu terjalin cinta kasih antara suami,
istri dan anak yang digambarkan dalam perilaku saling menghargai, saling
menutupi kelemahan dan kekurangan masing-masing. Dari ketidak harmonisan
keluarga tersebut yang mengakibatkan perceraian orang tua terjadi. Anak akan
merekam semua kejadian itu dan akan mulai merasa tidak betah dan berusaha
untuk keluar dari rumah.

Keretakan rumah tangga atau ketidak harmonisan sebuah keluarga


berakibat buruk pada perkembangan anak bahkan dampak pada prestasi belajar
anak serta keaktifan anak dalam belajar semakin menurun. Pengaruh terhadap
perilaku anak sangatlah signifikan. Karena anak belajar dari kehidupannya. Jadi
bila hubungan hubungan orang tua retak, tidak harmonis lagi makan akan
berakibat buruk pada anak. Disnilah peran Guru Bimbingan dan Konseling
diharapkan mampu membantu memberikan solusi bagi siswa yang benar-benar
membutuhkan bimbingan dalam mengantisipasi atau menyelesaikan permasalahan
dirumahnya, sehingga perilaku siswa di sekolah tetap konsisten.

Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Perilaku Belajar Karena
Perceraian Orang Tua Siswa Ma Abil Hasan Asy Syadzily Krembung”.
2
Lokasi sekolah yang peneliti pilih yaitu di MA Abil MA Hasan Asy
Syadzily Ploso, Kec. Krembung, Kab. Sidoarjo dimana sekolahan tersebut
terdapat beberapa siswa yang orang tuanya bercerai dengan latar belakang yang
berebeda-beda dan akibat dari perceraian tersebut, terdapat beberapa siswa yang
memiliki perilaku yang tidak baik dan keaktifan siswa di sekolah menurun.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh perceraian orang tua terhadap perilaku siswa di
sekolah?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh perceraian orang tua terhadap perilaku siswa di
sekolah

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah wawasan sekaligus Ilmu Pengetahuan khususnya
pada bidang Psikologi Pendidikan.
b. Sebagai sumber informasi tentang pengaruh perceraian orang tua
terhadap perilaku siswa di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa mampu melaksanakan assesmen terhadap subjek penilitian
b. Mahasiswa dapat menerapkan teori-teori yang telah didapatkan di kampus.
c. Mahasiswa dapat menyelesaikan dan lulus mata kuliah Praktek Kerja
Nyata.

3
E. Metode Penelitian
1. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap Persiapan
Membuat proposal dan meminta surat pengantar dari fakultas untuk
melakukan Praktek Kerja Nyata dan dikirimkan ke MA Abil Hasan Asy
Syadzily Krembung. Hal ini dilakukan untuk meminta ijin melakukan Praktek
Kerja Nyata, yaitu studi kasus.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pertama berdiskusi dengan guru BK tentang siswa yang bermasalah
dan berpotensi menjadi subyek penelitian. Kemudian melakukan observasi.
Dilanjut dengan wawancara terhadap wali kelas, guru BK, orang tua, teman
sebangku, dan juga subyek itu sendiri. Terakhir mencari tahu hasil belajar
subyek dari nilai rapor.
c. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini peneliti mengetahui pengaruh perceraian orang tua terhadap
perilaku dan keaktifan siswa. Setelah itu peneliti mempertanggung jawabkan dan
merevisi. Setelah itu, laporan akan dijilid dan dikumpulkan untuk memenuhi
mata kuliah Praktek Kerja Nyata.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dan
wawancara.
a. Observasi Sistematis
Diawali dengan membuat pedoman observasi yang berisi indikator
perilaku yang akan diteliti. Kemudian melakukan observasi sesuai pedoman dan
mencatat hasil observasi. Pedoman observasi dapat dilihat dalam lembar
lampiran. Observasi dilakukan ketika subyek melakukan kegiatan belajar
mengajar disekolah, sesuai indikator yang diteliti.
b. Wawancara Semi-Terstruktur
Wawancara dilakukan dengan mengacu kepada pedoman wawancara dan
sesuai dengan indikator yang diteliti. Pedoman wawancara dapat dilihat dalam

4
lembar lampiran. Wawancara dilakukan secara langsung terhadap subyek, wali
kelas, guru BK dan teman sebangku subyek.

Anda mungkin juga menyukai