Anda di halaman 1dari 2

Batas minimal diameter pohon ditebang di lahan gambut.?

Sistem silvikultur adalah rangkaian kegiatan berencana mengenai pengelolaan hutan yang
meliputi penebangan, peremajaan dan pemeliharaan tegakan hutan guna menjamin
kelestarian produksi kayu atau hasil hutan lainnya (Dirjen PH 1989). Sistem silvikultur yang
diberlakukan untuk hutan rawa gambut alam adalah sistem tebang pilih, yaitu hanya
menebang pohon komersial dengan batas diameter tertentu dengan meninggalkan pohon inti
untuk rotasi tebang berikutnya. Mula-mula digunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih
Indonesia (TPI) tahun 1972. Tahun 1989 diubah menjadi Sistem Silvikultur Tebang Pilih
Tanam Indonesia (TPTI) dan tahun 1996 dilakukan perubahan terhadap batas diameter
tebangan dan rotasi tebang. Jika pada TPTI 1989 batas diameter tebangan untuk ramin ≥ 35
cm sedangkan jenis komersial non ramin ≥ 50 cm dengan rotasi tebang 35 tahun maka pada
tahun 1996 diubah batas diameter tebangan disamakan menjadi ≥ 40 cm dengan rotasi tebang
40 tahun.
Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pengusaha Hutan Nomor: 564/Kpts/IVBPHH/ 1989,
penebangan hutan ramin campuran menggunakan batas diameter pohon yang di tebang untuk
jenis ramin ≥ 35 cm dan keatas, sedangkan untuk jenis nonramin ≥ 50 cm, batas diameter
pohon inti ramin 15 - 34 cm dan non ramin 20 - 49 cm, jumlah pohon inti per ha minimal 25
pohon dan rotasi tebang 35 tahun. Ketentuan ini mengakibatkan penebangan ramin seperti
tebang habis.
Penebangan ramin terjadi secara berlebihan, apalagi tidak adanya ketentuan proporsi
tebangan ramin dan non ramin. Akibatnya potensi dan populasi ramin sebelum penebangan
berlimpah namun setelah penebangan sulit sekali menemukan pohon inti dan permudaan
ramin. Di samping itu tidak adanya penanaman kembali atau tanaman perkayaan ramin
dengan alasan sulit tumbuh menambah menurunnya potensi dan populasi ramin setelah
penebangan.Penebangan dihutan rawa gambut dilakukan dengan peralatan chainsaw dengan
panjang bar 60 –70 cm. Batas diameter pohon yang dapat ditebang ≥ 50 cm.
DAFTAR PUSTAKA

Assmann E (1970). Prinsip-prinsip penelitian hasil hutan. Pergamon Press, Oxford, UK.

Avery, TE, BE Harold. 2002 Pengukuran Forest, edisi kelima. New York: McGraw-Hill. 426
p.Melompat^ Chapman, HH, 1921, Forest pengukuran, edisi kedua. New York: Wiley &
Sons, Inc.

Davis LS, Johnson KN, Bettinger PS, Howard TE (2001).Pengelolaan hutan: untuk
mempertahankan nilai-nilai ekologi, ekonomi, dan sosial (4 th edn). McGraw-Hill, New York,
Amerika Serikat.

Elias . 1988. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan.

Hutan.http://marwa89.blogspot.com/aspek-aspek-kegiatan-dalam pemanenan hutan (Diakses


tanggal 10/12/2012).

Husch, B., Miller, CI, dan TW Beers. 1982. Hutan pengukuran. Wiley. New York. 402 p.

Julius Z.Sigiro.2010. Perencanaan Pembuatan Jalan Sarad(Diakses tanggal 10/12/2012)

Marwa Prinando. 2010. Aspek-Aspek Kegiatan Dalam Pemanenan.

Pretzsch H (2009). dinamika hutan, pertumbuhan dan hasil. Springer Verlag, Berlin
Heidelberg, Jerman.

Vanclay JK (1994). Pemodelan pertumbuhan hutan dan hasil. CAB International, Patrick,
USA.

von Gadow K, Hui G (1999). Pemodelan pembangunan hutan. Kluwer Academic Publishers,
Dordrecht, Belanda.

Weiskittel AR, Hann DW, Kershaw JA, Vanclay JK (2011). pertumbuhan hutan dan
pemodelan yield. John Wiley & Sons, Ltd, Chichester, UK.

Anda mungkin juga menyukai