Anda di halaman 1dari 7

BAHAN BELAJAR EKSTRAKSI

Pelarut adalah suatu senyawa yang dapat melarutkan senyawa lain yang memiliki kepolaran
yang sama. Jenis pelarut dapat memengaruhi jumlah ekstrak yang dihasilkan (Romadanu,
dkk., 2014).
Pelarut yang sering digunakan adalah etanol atau metanol.
Etanol merupakan pelarut yang biasa digunakan pada sediaan farmasi dan kosmetik. Etanol
terbuat dari enzimatik terkontrol hasil fermentasi tepung, gula dan karbohidrat lainnya
(Rowe, dkk., 2009). Etanol merupakan pelarut universal yang dapat menarik semua jenis
senyawa termasuk polar, semi-polar dan nonpolar (Sukmawati, dkk., 2018).
Metanol dikenal sebagai pelarut polar. Kelebihan pelarut metanol adalah dapat melarutkan
senyawa-senyawa yang bersifat polar seperti golongan fenol (asam fenolik, flavonoid,
alkaloid, tannin dan lignin) (Triani, dkk., 2017)
Perbedaan Etanol dan Metanol
Metanol dan etanol termasuk dalam golongan alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut
organik. Etanol atau disebut juga etil alkohol memiliki rumus kimia C2H5OH, sedangkan
metanol atau metil alkohol memiliki rumus kimia CH3OH.
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415 Vol. 14 No. 2 Maret 2022 E-
ISSN: 2714-8025 EVALUASI EKSTRAK JAMUR KUPING (Auricularia)
MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL DAN METANOL Floreta Fiska Yuliarni 1 ,
Kinanti Ayu Puji Lestari 2 , Diah Kun Arisawati 3 , Ratna Dwi Winda Sari 4 , Kharisma
Ratna K. 5 .
Kelebihan Metode Ekstraksi (Maserasi)
Metode maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dingin sehingga tidak merusak
senyawa fitokimia yang berada di dalam ekstrak yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2014).
metode ekstraksi mempengaruhi kandungan/kadar senyawa yang dihasilkan.. Kelebihan dari
metode ekstraksi maserasi yaitu alat yang digunakan mudah untuk diperoleh. maserasi juga
metode yang cukup efektif, murah dan dapat mencegah kerusakan ekstrak yang biasanya
dapat terjadi pada ekstraksi yang dilakukan dengan metode panas, Serta metode ini lebih
sederhana, mudah dan tanpa pemanasan. Pemanasan dapat membuat kadar/kandungan
flavonoid berkurang (Aminah et al., 2017)33. Kekurangan metode ekstraksi maserasi yaitu
waktu ekstraksi yang digunakan cukup lama dan kebutuhan pelarut yang cukup tinggi (Dewi
et al., 2018)
Vol. 4 No. 2 Juni Tahun 2022 66 | Universitas Anwar Medika J-PhAM Journal of
Pharmaceutical Care Anwar Medika P-ISSN 2654-8364 E-ISSN: 2684-7361 Literatur
Review Kandungan Total Flavonoid Ekstrak Akar Mangrove dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis (Total Flavonoid Content of Mangrove Root Extract by UV-Vis
Spectrophotometry Method) Jannatus Mega Blezensky, Mahmiah, Giftania Wardani
Sudjarwo
Alasan Pemilihan Pelarut
Metanol merupakan pelarut yang bersifat polar (Awotedu et al., 2020) dan merupakan pelarut
yang bersifat universal sehingga dapat menarik sebagian besar senyawa yang bersifat polar
dan non polar pada suatu simplisia (Salamah & Widyasari, 2015). Dalam penelitian review
artikel ini terdapat beberapa pelarut yang digunakan. Diantaranya yaitu metanol, air, etil
asetat, etanol, kloroform, petroleum eter, dan hidroalkohol (50% metanol). Dengan tingkat
kepolarannya yaitu petroleum eter bersifat non-polar dan kloroform bersifat non-polar ,
Aqueous (air) bersifat polar, etanol bersifat polar dan aquadest bersifat polar Serta etil asetat
bersifat semi-polar (Santoso et al., 2012)
J-PhAM Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika P-ISSN 2654-8364 E-ISSN: 2684-
7361 Literatur Review Kandungan Total Flavonoid Ekstrak Akar Mangrove dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis (Total Flavonoid Content of Mangrove Root Extract by UV-Vis
Spectrophotometry Method) Jannatus Mega Blezensky, Mahmiah, Giftania Wardani
Sudjarwo
PROSES EKSTRAKSI
proses ekstraksi terjadi dengan mengalirnya pelarut ke dalam sel yang menyebabkan
protoplasma membengkak dan bahan yang terkandung dalam sel akan terlarut sesuai dengan
kelarutannya. Kemampuan melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut
dan kepolaran senyawa yang diekstraksi (Vogel, 1978). Semakin mirip kepolaran pelarut
dengan kepolaran zat yang terkandung dalam bahan yang diekstraksi maka akan semakin
banyak komponen zat yang dapat diekstraksi sehingga dapat terjadi peningkatan rendemen
yang diperoleh. Peningkatan tersebut disebakan oleh semakin mudahnya pengikatan zat
dalam bahan oleh pelarut. Setiap jenis pelarut memiliki polaritas yang berbeda, dan pada
jenis pelarut yang sama dengan konsentrasi yang berbeda juga memiliki polaritas yang
berbeda (Tan et al., 2013).
Polaritas dari pelarut secara berurutan adalah aquades (9), metanol (6,6), aseton (5,4), etanol
(5,2), dan etil asetat (4,3) (Barwick, 1997). Polaritas pelarut-pelarut ini akan semakin
meningkat seiring dengan penurunan konsentrasinya jika dilarutkan dalam air (Kumoro et al.,
2009).
Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal) Vol. 8, No. 2, 111-121, Juni
2019 111 IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK KASAR DAUN PEPE (Gymnema reticulatum Br.) PADA BERBAGAI JENIS
PELARUT Identification of Phytochemical Compounds and Antioxidant Activity of Pepe
Leaves (Gymnema reticulatum Br.) Crude Extract in Various Solvent Types Dewa Gede Eka
Prayoga1), Komang Ayu Nocianitri2), Ni Nyoman Puspawati2)

Metanol merupakan bentuk sederhana dari alkohol dengan rumus kimia CH3OH. Metanol
mudah diabsorbsi oleh tubuh, baik secara ingesti, inhalasi, maupun kontak langsung.
Sebenarnya metanol bukan merupakan zat yang berbahaya, namun hasil metabolismenya di
dalam tubuh menghasilkan zat yang dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia,
salah satunya adalah asam format bebas yang bersifat sangat toksik dengan organ sasaran:
Sistem pernapasan, paruparu, kulit, ginjal, hati, mata, sistem saraf pusat.5 Asam format
berperan sebagai inhibitor cytochrome-c oxidase yang dapat menyebabkan jaringan tidak
dapat menggunakan oksigen dengan maksimal. Selain itu, asam format dapat menembus
sawar darah otak (blood brain barier) sehingga dapat menyebabkan toksisitas sistem saraf
pusat.6 Toksisitas yang ditimbulkan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi retinal dan
gangguan pada nervus optik yang pada akhirnya menyebabkan gejala gangguan penglihatan
salah satunya berupa neuropati optik toksik yang dapat berdampak pada terjadinya degenerasi
akson.
MEKANISME ANTIBAKTERI
Mekanisme kerja antibakteri secara umum yaitu dengan menghambat sintesis dinding sel
bakteri, mengganggu permeabilitas membran sel, mengganggu metabolisme sel, merusak
asam nukleat, dan menghambat sintesis protein sel (Mariyatin dkk., 2014).
Jurnal Sain Veteriner, Vol. 40. No. 2. Agustus 2022, Hal. 128-138 DOI : 10.22146/jsv.58745
ISSN 0126-0421 (Print), ISSN 2407-3733 (Online) Tersedia online di
https://jurnal.ugm.ac.id/jsv. Kajian Potensi Daun Sirih Hijau (Piper betle L) sebagai
Antibakteri A Review of Green Betel Leaf (Piper betle L) Potency as Antibacterial Hilma
Halimatus Sadiah1 , Adi Imam Cahyadi2 , Sarasati Windria3*
Alasan Pemilihan Biji Kacang Tanah
Kacang tanah memiliki nilai ekonomi tinggi serta mempunyai peranan besar dalam
mencukupi kebutuhan bahan pangan jenis kacang-kacangan Sebagian besar masyarakat
mengetahui kacang tanah kaya akan nutrisi sehingga masyarakat banyak mengkonsumsi
kacang tanah dan diolah dalam berbagai bentuk. seperti bumbu kacang, makanan ringan atau
cemilan (direbus, digoreng, disangrai), bahan campuran atau isian kue dan roti, serta olahan
industri seperti minyak kacang, tepung dan pasta Jadi alasan saya memilih sampel biji kacang
tanah ini karena pemanfatannya sebagai obat masih sedikit. Diketahui menurut penelitian
franyoto dkk, 2021 kacang tanah mengandung banyak flavonoid yaitu Luteolin berperan
sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan antikanker. Dan juga pada beberapa penelitian biji
kacang tanah ini mengandung senyawa flavonoid, fenol, alkaloid, tannin yang memiliki
aktivitas antimikroba.
IDENTIFIKASI JAMUR Aspergillus sp. PADA KACANG TANAH (Arachis hypogaea L)
YANG DIJUAL DI PASAR YOUTEFA KOTA JAYAPURA PAPUA Ester Rampa
Biogenerasi Vol 7 No 1, Maret 2022 Biogenerasi Jurnal Pendidikan Biologi
Aktivitas lain kacang tanah
Kulit kacang tanah dianggap sebagai limbah dan biasanya hanya untuk pakan ternak dan
pupuk. Kulit kacang tanah ini ternyata banyak mengandung flavonoid dan kandungan
terbesar dari flavonoid itu adalah luteolin. Luteolin berperan sebagai antiinflamasi,
antioksidan, dan antikanker (Yu dkk., 2005). Radikal bebas merupakan salah satu senyawa
oksigen reaktif, yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak
berpasangan pada radikal bebas menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari
pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya.
Dampak reaktivitas senyawa radikal bebas bermacam-macam, misalnya kerusakan pada sel
atau jaringan, penyakit autoimun, penyakit degeneratif hingga kanker (Winarsi, 2007).
Langkah yang tepat untuk menghadapi radikal bebas adalah dengan mengurangi paparannya
atau menggunakan antioksidan. Antioksidan merupakan zat yang dapat melawan berbagai
pengaruh bahaya dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabolisme oksidatif
(Amrun dkk, 2007). Antioksidan dapat bekerja mengatasi efek-efek kerusakan pada kulit
manusia yang diakibatkan oleh radikal bebas.
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN FORMULASI SEDIAAN KRIM EKSTRAK
KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Yuvianti Dwi Franyoto1*, Mutmainah1,
Lia Kusmita1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang” Jurnal Ilmiah
Cendekia Eksakta
MATERI EKSTRAKSI
1. EKSTRAK
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai.
Macam-macam ekstrak
Berdasarkan sifatnya ekstrak dapat dibagi menjadi empat, yaitu ekstrak encer, ekstrak kental,
ekstrak kering, dan ekstrak cair.
a. Ekstrak encer (Extractum tenue) merupakan sediaan yang memiliki konsistensi seperti
cairan madu yang mudah mengalir.
b. Ekstrak kental (Extractum spissum) merupakan sediaan kental yang apabila dalam
keadaan dingin dan kecil kemungkinan bisa dituang.Kandungan airnya berjumlah sampai
dengan 30%.
c. Ekstrak kering (Extractum siccum) merupakan sediaan yang memiliki konsistensi kering
dan mudah dihancurkan dengan tangan. Melalui penguapan dan pengeringan sisanya akan
terbentuk suatu produk, yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
d. Ekstrak cair (Extractum fluidum) merupakan sediaan dari simplisia nabati yang
mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan
pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak
mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat (Depkes RI, 2014)

Macam-Macam Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut (Mukhriani, 2014): Cara dingin: 1.
Maserasi, metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sampel dan pelarut ke dalam wadah
yang tertutup rapat pada suhu kamar. Pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Kerugian dari metode ini adalah membutuhkan banyak pelarut dan waktu. Keuntungannya
dapat menghindari rusaknya senyawa yang bersifat termolabil. 2. Perkolasi, dilakukan dengan
cara serbuk sampel dibasahi perlahan dalam perkolator. Kelebihan dari metode ini adalah
sampel selalu dialiri pelarut baru. Kerugiannya membutuhkan banyak pelarut dan waktu serta
jika sampel tidak homogen, pelarut sulit untuk menjangkau sampel. Cara panas: 1. Refluks,
adalah ekstraksi pada suhu titik didih pelarutnya dengan waktu dan jumlah pelarut yang
terbatas serta terdapat pendinginan balik. 2. Soklet, adalah ekstraksi yang dilakukan dengan
alat khusus. Ekstraksi berlangsung secara kontinu dan konstan serta adanya pendinginan balik,
namun suhu yang digunakan pada metode ini tidak lebih tinggi dari suhu untuk metode refluks.
3. Digesti, adalah ekstraksi yang dilakukan di atas suhu kamar yaitu sekitar 40-50ºC dengan
cara diaduk secara kontinu. 4. Infusa, merupakan ekstraksi yang dilakukan menggunakan
bejana infus yang diletakkan di atas penangas air selama 15-20 menit. Pelarut yang digunakan
yaitu air. 5. Dekokta, adalah ekstraksi yang mirip dengan metode infusa namun waktu yang
diperlukan lebih lama dari infusa yaitu sekitar 30 menit dan pelarut air dipanaskan hingga
mencapai titik didihnya (90-100°C).
Rendemen
Rendemen adalah perbandingan berat kering ekstrak dengan jumlah bahan baku.
Nilai rendemen berkaitan dengan banyaknya kandungan bioaktif yang terkandung. Semakin
tinggi rendemen maka semakin tinggi kandungan zat yang tertarik ada pada suatu bahan baku.
Tujuan Rendemen
Tujuan dari analisa rendemen ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan pada
konsentrasi berapakah proses pembuatan serbuk ekstrak etanol daun dandang gendis ini
optimal.
Rendemen yang ideal adalah 100%.
Besar kecilnya hasil rendemen yang diperoleh dipengaruhi oleh keefektifan dalam proses
ekstraksi. Menurut Febrina (2015) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi adalah
waktu, suhu, pengadukan dan pelarut.
Rumus Rendemen
Bobot ekstrak dibagi dibagi bobot simplisia x 100%

Alat-alat yang digunakan untuk Ekstraksi


1. Alat Rotary Vacum Evaporator
Fungsi Evaporator, memisahkan pelarut atau solvent dari larutan, sehingga mendapatkan
larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
Evaporasi juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair(mendidih).
Proses evaporasi buatan dilakukan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut pada titik
didihnya, sehingga diperoleh larutan pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Dalam proses
evaporasi, larutan pekat merupakan produk yang diharapkan sebagai hasil, sedangkan uapnya
biasanya dibuang.
Prinsip Kerja
Rotary evaporator memiliki prinsip kerja yang sama dengan destilasi yaitu pemisahan akan
tetapi rotary evaporator bekerja dengan menurunkan tekanan sampel dan memutar sampel
(rotary) dengan kecepatan kostan untuk mempercepat proses pemisahan
2. Destilasi
Prinsip Kerja
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan.
3. Soxlet
Prinsip soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi
ektraksi kontinu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
4. Refluks
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari
lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu
5. Sonikator
Prinsip kerja Sonicator
Metode sonikasi sesuai digunakan untuk menghancurkan dinding sel dari jenis jaringan
suspensi sel. Prinsip kerja dari sonikasi adalah gelombang suara ultrasonik yang dihasilkan
oleh sonikator akan menghancurkan jaringan dengan menciptakan getaran-getaran yang
menyebabkan terjadinya pemecahan dinding sel secara mekanik.
PERBEDAAN EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI
Ekstraksi merupakan proses pengambilan bahan aktif dari suatu tanaman.
Fraksinasi merupakan metode pemisahan komponen campuran yang berasal
dari ekstrak hasil ekstraksi. Fraksinasi dilakukan untuk memisahkan golongan utama
kandungan yang satu dari golongan utama yang lainnya berdasarkan perbedaan kepolaran.

fraksi adalah suatu hasil yang didapatkan dari ekstrak

ALAT UNTUK PEMISAHAN SENYAWA


METODE KROMATOGRAFI

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam


(stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Teknik kromatografi digunakan untuk
memisahkan dan mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik
komponen organik maupun komponen anorganik
1. Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis merupakan metoda pemisahan fisikokimia. Lapisan yang
memisahkan, terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), dan larutan pengembang yang
cocok (fase gerak). Campuran yang akan dipisah berupa larutan, ditotolkan berupa noktah
atau pita dan pemisahan terjadi selama perambatan kapiler.
Prinsip KLT adalah distribusi senyawa antara fase diam berupa padatan diletakkan pada plat
kaca atau plastik dan fase gerak berupa cairan, yang bergerak diatas fase diam. Sejumlah
kecil dari senyawa (analit) ditotolkan pada titik awal tepat di atas bagian bawah plat KLT.
Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah pemisahan sampel berdasarkan perbedaan
kepolaran dari sampel versus pelarut fase gerak yang digunakan. Teknik KLT menggunakan
fase diam dalam bentuk plat tipis silika dan fase geraknya bisa berupa air atau pelarut
organik.

Retention/retardation factor(Rf) adalah sebuah nilai atau ukuran yang mana didapat
berdasarkan posisi noda setiap zat terlarut pada plat kromatografi lapis tipis.
Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut[4] : Rf = Jarak yang ditempuh
substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut Semakin besar nilai Rf dari sampel maka
semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis.

2. Kromatografi kolom
Kromatografi kolom merupakan salah satu metoda kromatografi dengan fase gerak cair dan
fase diam padat. Penggunaan fase gerak (eluen) disesuaikan dengan kepolaran senyawa
yang akan dipisahkan.

3.
Kromatografi vakum cair memisahkan komponen senyawa yang terkandung dalam suatu
ekstrak kedalam beberapa fraksi berdasarkan kepolarannya
Teknik ini berdasarkan pertimbangan pada kromatografi lapis tipis preparatif yang
dijalankan dalam bentuk kolom kromatografi dengan menggunakan vakum untuk
mempercapat aliran eluen. Ini berbeda dengan flash chomatography, dalam kolom VLC
dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi kemudian dikeringkan dan dielusi
kembali dengan eluen yang lebih polar
4. Kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC)
Kerja HPLC pada prinsipnya adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya,
alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan tertentu sebagai fasa geraknya.
Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC
digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit akan terpisah
berdasarkan kepolarannya, dan kecepatannya untuk sampai ke detektor (waktu retensinya)
akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak- puncaknya terpisah.
5. Kromatografi Radial
Kromatotron memiliki prinsip sama seperti kromatografi klasik dengan aliran fase gerak
yang dipercepat oleh gaya sentrifugal. Kromatografi jenis ini menggunakan rotor yang
dimiringkan dan terdapatdalam ruang tertutup oleh plat kaca kuarsa, sedangkan lapisan
penyerapnya berupa plat kaca yang dilapisi oleh silika gel. Plat tersebut dipasang pada
motor listrik dan diputar dengan kecepatan 800rpm. Pelarut pengelusi dimasukkan ke
bagian tengah pelarut melalui pompa torak sehingga dapat mengalir dan merambat melalui
lapis tipis karena gaya sentrifugal. Untuk mengetahui jalannya proses elusi dimonitor
dengan lampu UV.

Anda mungkin juga menyukai