Anda di halaman 1dari 19

PEMERINTAH KOTA BENGKULU

RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK TINO GALO

KOTA BENGKULU

LAPORAN SUPERVISI IPCN


TIM PPI RSIA TINO GALO

Tahun 2023

Jl. Budi Utomo Kel. Beringin Raya Kec. Muara Bangkahulu Kota Bengkulu
Email : rsia.tinogalo.bkl@gmail.com
LAPORAN KEGIATAN BULANAN
KOMITE PENCEGAH DAN PENGENDALI INFEKSI RUMAH SAKIT

TAHUN 2023

I. Kegiatan Survailans HAIs


Kegiatan Survailence merupakan kegiatan pengumpulan data
kesehatan (masalah infeksi rumah sakit) yang penting secara terus menerus
sistematis, analisis dan interpretasi serta didesiminasikan kepada pihak pihak
yang berkepentingan secara berkala untuk digunakan dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi suatu tindakan pelayanan kesehatan.
Untuk menghitung besaran masalah infeksi adalah insiden rate.
Menghitung bisa menggunakan manual atau statistika
1. Rumus Insiden Rate untuk kasus ISK, IADP, IADP, VAP,
Flebitis,Dikubitus Numerator
x 1000

Denominator

Dalam kurun waktu satu bulan

2. Rumus Insiden Rate untuk IDO

Numerator

x 100

Denominator

Dalam kurun waktu satu bulan


Pengertian Numerator dan Denominator adalah:

Data numerator

Data numerator adalah kasus baru infeksi seperti infeksi saluran kemih
(ISK), infeksi aliran darah primer (IADP), Ventilator Associated Pneumonia
(VAP) Hospital Aquired Pneumonia (HAP), Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Data Denominator

Data denominator adalah jumlah pemakaian alat-alat kesehatan (kateter


urine menetap, ventilasi mekanik, kateter vena central, kateter vena perifer,
jumlah kasus operasi)
Khusus dalam penyampaian Laporan bulanan ini kami laporkan jenis HAIs dan
2 infeksi lainnya seperti yang tercantum dibawah ini, yaitu:
1. IADP ( Infeksi Aliran Darah Primer )

2. ISK ( Infeksi Saluran Kemih )

3. VAP (Ventilator Associated Pneumonia )

4. IDO ( Infeksi Daerah Operasi

5. Phlebitis (Radang Pembuluh darah balik)

6. Dikubitus ( Luka Yang Terjadi Akibat Tirah Baring


Lama ) 7.

A. PHLEBITIS

Grafik Insiden Rate Flebitis (Per Mil)

PLEBITIS
9
8
7
6
5
4
3 PLEBITIS
2
1
0

Tabel I
Distribusi Insiden Rate Phlebitis

No BANGSAL LHPA Rate


IVL PLEBITIS
1 ANAK 188 1 5.31
2 PENY.DALAM 350 3 8.57
3 BEDAH 158 1 6.32
4 VIP 55 0 0
5 ICU 74 0 0
6 VK 95 0 0
7 PERINA 130 0 0
8 KEBIDANAN 188 1 5.32
9 POLIKLINIK
TOTAL 1238 6 4.85

Dilihat dari grafik diatas bahwa angka kejadian flebitis pada tiap ruangan
terjadi infeksi tertinggi pada ruang Penyakit Dalam dengan insiden rate
13,58‰, tapi masih dibawah standar minimal yang RSIA TINO GALO
KOTA BENGKULU yaitu 15‰.

No HAIs LHPA angka rate


kejadian perMil
1 PHLEBITIS 1238 6 4.85

Tetapi secara keseluruhan data tersebut diatas, Insiden Rate Phlebitis


pada bulan 2022 tercatat sebanyak 6 kasus dari 1238 lama hari dirawat
dengan insiden rate 4.85‰

A. iSK ( INFEKSI SALURAN KEMIH )

Tabel II

Distribusi Insiden Rate ISK

BANGSAL LHPA Rate


UC ISK
1 ANAK 0 0 0
2 PENY.DALAM 0 0 0
3 BEDAH 35 0 0
4 VIP 0 0 0
5 ICU 20 0 0
6 VK 0 0 0
7 PERINA 0 0 0
8 KEBIDANAN 73 0 0
9 POLIKLINIK 0 0 0
TOTAL 128 0 0

Kalau dilihat dari grafik diatas bahwa kejadian ISK pada bulan MEI tidak ada
dengan insiden rate 0‰ dan target dari Standar Pelayanan Minimal yang di
RSUD Kaur yaitu sebesar 15‰

No HAIs LHPA angka rate


kejadian perMil
2 ISK 128 0 0

B. IADP ( INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER )

Tabel III

Distribusi Insiden Rate IADP

IADP
No BANGSAL LHPA Rate
CVL IADP
1 ANAK 0 0 0
2 PENY.DALAM 0 0 0
3 BEDAH 0 0 0
4 VIP 0 0 0
5 ICU 0 0 0
6 VK 0 0 0
7 PERINA 0 0 0
8 KEBIDANAN 0 0 0
TOTAL 0 0 0

Grafik insiden rate IADP ( Infeksi Aliran Darah Primer ) ( Per Mil )

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0

Untuk pemasangan CVC hanya di ruang ICU


No HAIs LHPA angka rate
kejadian perMil
3 IADP 0 0 0,0

Dari data tersebut diatas, Insiden Rate IADP pada bulan Juni 2023tercatat
sebanyak 0‰, tdk ada kejadian karena tidak ada pemasangan CVC
C. VAP ( VENTILATOR ASSOSIATED PNEUMONIA )

Tabel IV

Distribusi Insiden Rate VAP


VAP
No BANGSAL LHPA Rate
ETT VAP
1 ANAK 0 0 0
2 PENY.DALAM 0 0 0
3 BEDAH 0 0 0
4 VIP 0 0 0
5 ICU 0 0 0
6 VK 0 0 0
7 PERINA 0 0 0
8 KEBIDANAN 0 0 0
TOTAL 0 0 0

Grafik insiden rate VAP ( Ventilator Assosiatied Pneumonia )

1
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0

No HAIs LHPA angka rate


kejadian perMil
4 VAP 0 0 0

D. IDO

Tabel V

Distribusi Insiden Rate IDO


IDO
No BANGSAL Jumlah Rate
operasi

1 ANAK
2 PENY.DALAM
3 BEDAH
4 VIP
5 ICU
6 VK
7 PERINA
8 KEBIDANAN
9 POLIKLINIK
TOTAL

Grafik insiden rate IDO ( Infeksi Daerah Operasi )

60

50

40

30
OPERASI
IDO
20
RATE
10

Kejadian IDO terjadi pada saat pasien rawat jalan dipoliklinik dan
kejadiannya 3 pasien dari total 50 pasien yang control ulang di poliklinik
dengan insiden rate 6%, tidak melebihi standar pelayanan minimal yang
kita tentukan 15%.

JML
No HAIs angka rate
PS OP
kejadian persen
1 IDO Poliklinik

Dari data tersebut diatas,


E. DEKUBITUS

Tabel VI

Distribusi Insiden Rate Dikubitus

DIKUBI TUS
No BANGSAL LHPA Rate
TIRAH
BARING DIKUBITU
S
1 ANAK
2 PENY.DALAM
3 BEDAH
4 VIP
5 ICU
6 VK
7 PERINA
8 KEBIDANAN

Grafik insiden rate Dikubitus


No HAIs LHPA angka rate
kejadian perMil

4 DIKUBITUS

Dari data tersebut diatas, Insiden Rate Dikubitus pada bulan Juni 2023
tercatat hari rawat degan tirah baring sebanyak 963 dan tidak adanya
kejadian dikubitus jadi insiden ratenya sebanyak 0 ‰.

II. RATE INFEKSI RUMAH SAKIT

Tabel V
Distribusi Insiden
Rate HAIs

No Jenis HAIs Insiden Rate Infeksi


1 PHLEBITIS 4.8 Per Mil
5
2 ISK 0 Per Mil
3 IADP 0 Per Mil
4 VAP 0 Per Mil
5 IDO ruang 0 Persen
bedah
6 IDO ruang 0 persen
kebidanan
7 IDO 6 persen
Poliklinik
8 DIKUBITUS 0,0 Per Mil

GRAFIK ANGKA KEJADIAN HAIS


7

3 RATE

0
PHLEBITIS ISK IADP VAP IDO ruang IDO ruang IDO DIKUBITUS
bedah kebidanan Poliklinik

III. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan Data diatas di dapatkan kasus Kejadian Infeksi Daerah


Operasi ( IDO ) sebanyak 6% di poliklinik, kemudian flebitis
sebanyak (4,85 ‰) Sedangkan ISK, IADP dan Dikubitus tidak
ditemukan kasusnya ( 0,0 ‰ )

1. IDO ( Infeksi Daerah Operasi )

IDO memang menempati urutan yang pertama kejadian HAIs terutama


IDO di poliklinik.
Faktor penyebab terjadinya IDO dipoliklinik diantaranya :

a. Edukasi dari perawat yang kurang ke pada pasien tentang


pentingnya kontrol dan pemberian nutrisi yang bergizi
b. Sumber Daya Manusia yang rendah dengan latar belakang
pendidikan banyak yang SD dan SMP.
c. Faktor malnutrisi yang sering terjadi karena setelah post operasi
biasanya pasien mengurangi banyak makanan yang mengandung
protein hewani dengan pemikiran bahwa luka tidak cepat sembuh

d. Jarak antara Rumah Sakit dan tempat tinggal yang jauh sehingga
membuat pasien sering menunda hari kontrol yang sudah ditetapkan
e. Perawatan Luka Post Operasi selama dirumah yang kurang
memeperhatikan cara rawat luka yang benar.
Rekomendasi :

a. Kepatuhan kebersihan tangan merupkan keberhasilan menurunkan


angka kejadian HAIs.
b. Penerapan BUNDLES IDO harus tetap dilakukakan untuk semua
pasien yang mau melakukan operesi diantaranya
 Cukur kalau perlu saja dan diharapkan menggunakan Cliper
Elektrik sehingga tidak menggalami luka pada daerah yang
akan dilakukan operasi.
 Antibiotik profilaksis maksimal 1 jam sebelum operasi dan
diharapkan untuk semua operasi bersih tidak diberikan
antibiotik karana ini juga mengurangi terjadinya Resisten
Antibiotik.
 Temperatur, yaitu suhu tubuh pasien tidak boleh melebihi 37,5
pada saat akan dilakukan operasi jadi harus diturunkan dulu
suhu tubuhnya sebelum dilakukan operasi.
 Gula darah harus normal jadi pada saat mau operasi pasien
harus dicek gula darah terlebih dahulu sebelum dilakukan
tindakan operasi
 dan tidak kalah penting juga harus diperhatikan mandi
menggunakan chlorhexidine 4% pagi dan sore sebelum
dilakukan operasi.
c. Melakukan perawatan sesuai SOP yang ada yaitu dengan perawatn
luka satu set alat untuk satu pasien.
d. Penggunaan APD yang direkomendasikan oleh PPI

e. Edukasi oleh perawat dan dokter kepada pasien harus lebih sering
dilakukan terutama untuk kepatuhan minum obat, makanan yang
bergizi, perawatan luka selama dirumah klao tidak ada bisa
langsung dilakukan di RSU, dan kepatuhan untuk melakukan kontrol
ulang kepoliklinik.
f. Kejadian IDO pada operasi bedah umum data ditemukan pada
bedah umum dan di poli kandungan dengan post sc tidak ada kasus
2. Insiden rate flebitis

Angka kejadian Phlebitis masih sangat tinggi dari hari rawat 1238 masih
ada 6 kasus terjadinya flebitis Insiden Rate 4,85 ‰ Standart Pelayanan
Minimun yang di tetapkan oleh RSUD Kaur15 ‰
Faktor penyebab terjadinya flebitis diantaranya:

a. Ketidak tahuan pasien dalam beraktifitas yang aman terhadap kondisi


dirinya yang tengah terpasang infus.
b. Kurangnya evaluasi/ Observasi aktif dari petugas ruangan terhadap
pasien yang terpasang infus.
c. Masih rendahnya motivasi petugas untuk menggunakan Dressing
Transparan dalam pemasangan Infus, terlihat masih enggan
meninggalkan penggunaan plester.
d. Tindakan aseptik dalam pemasangan infus belum sesuai standart.

e. Edukasi yang kurang maximal terhadap keluarga pasien.

f. Masih banyaknya petugas yang melakukan tindakan sesuai dengan


kebiasaan bukan dengan SPO yang benar
g. Masih banyaknya petugas yang tidak melakukan cuci tangan pada
saat sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Rekomendasi

1. Petugas harus mengkaji faktor predisposisi yang dapat menyebabkan


Phlebitis seperti:
a. Bagaimana seharusnya mobilisasi / aktifitas pasien

b. Apakah laju pemberian terapi cairan sesuai dengan kebutuhan


pasien.

c. Apakah konsentrasi terapi cairan sesuai dengan petunjuk


penggunaan

d. Perlu diperhatikan juga konsentrasi obat injeksi yang diberikan


lewat intravena apakah sudah sesuai dengan petunjuk
2. Menggunakan tehnik aseptic yang sesuai dengan standart

3. Petugas aktif dalam pengamatan dan perawatan infus sesuai dengan


standart prosedur operasional

4. Diharapkan petugas dapat memberikan informasi dan edukasi pada


pasien yang terpasang infus jika akan melakukan aktifitas Kepala
Ruang / IPCLN agar selalu memonitor staffnya untuk melakukan
tindakan sesuai dengan standart
5. Petugas patuh melakukan kebersihan tangan 6 langkah sesuai WHO
dengan 5 momentnya
6. Tersedianya Fasilitas pendukung

7. Segera diaktifkan Fungsi dan Kerja dari CSSD secara maksimal,


guna menjamin kesetrilan dan kebersihan alat.
8. Perlunya Transfer Knowledge secara berkala sesuai
kebutuhan. 10.Penerapan BUNDLES Flebitis
 Kebersihan tangan

 skin antiseptik permukaan kulit

 pemilihan lokasi
 tehnik insersi

 observasi sehari – hari

3. Insiden Rate ISK,DIKUBITUS dan IADP

Tidak di temukan angka kejadian ISK, Dikubitus dan IADP. Dari data
diatas di dapatkan angka kejadian/ Insiden Rate ISK, Dikubitus dan
IADP sebanyak 0 ‰

IV. KEPATUHAN KEBERSIHAN TANGAN PERAWAT DI RUANGAN


BULAN JUNI 2023

DATA CUCI TANGAN di RUANGAN PERAWAT

NO NAMA SBLM SBL STLH SETEL SETELAH TOTAL


RUAN KONTA M TERPAP AH DR
G K TIND AR KONTA LINGKUN
AN PASIEN K CAIRAN K GA
ASEPTIK PASIEN N PASIEN
1 IRNA
ANAK
2 IRNA
PENY.D
ALAM
3 IRNA
BEDAH
4 VIP
5 VK
6 PERINA
7 Zal 82% 87% 88% 96% 90% 88,6%
Kebida
n
An
8 IGD 82% 95% 95% 93% 89% 90,8%
9 OK 86% 87% 90% 95% 90% 89,6%
10 POLI 88% 90% 90% 95% 90% 90,6%
84,5 88,1% 93,7 93,9 89,7% 89,98%
% % %

Berdasarkan data diatas bahwa kepatuhan kebersihan tangan sudah mulai


naik terutama pada moment yang pertama yaitu 84,5% dibanding bulan april
82,4% dan pada bulan maret 61.4%. Kemudian secara keseluruhan kepatuhan
cuci tangan dari perawat juga sudah mulai naik diatas 84 % tetapi belum
memenuhi target yang harus 100% mungkin perlu perbaikan strategi lagi
tentang kepatuhan kebersihan tangan .

Faktor penyebab rendahnya kepatuhan kebersihan tangan

faktor penyebabnya juga masih sama dengan bulan yang lalu :

a. Kesadaran dari perawat yang kurang tentang pentingnya kebersihan tangan

b. Tidak patuh terhadap SPO dari semua tindakan invasif

c. Perawat belum sadar kalau dengan kebersihan tangan bisa mengurangi


angka infeksi HAIs
d. Peran IPCLN yang kurang maksimal tentang kepatuhan cuci tangan.

Rekomendasi

a. Kita lakukan lagin sosialisi tentang kebersihan tengan disetiap ruangan

b. Mengingatkan lagi tentang SPO yang ada disetiap tindakan invasif yang
mengharuskan melakukan kebersihan tangan
c. Mengingatkan lagi kepada perawat bahwa dengan kita patuh melakukan
kebersihan tangan akan mengurangi angka kejadian HAIs
d. Mengoptimalkan kembali kerja dari IPCLN yang selama ini kurang
optimal untuk tetap mengingatkan kembali tentang pentingnya
kebersihan cuci tangan.
V . PENUTUP

Demikian laporan kegiatan ini dibuat dengan sebenar-benarnya besar


harapan kami kedepan akan jadi acuan untuk selalu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu untuk berdaya dan berhasil guna demi kemajuan RSIA
TINO GALO KOTA BENGKULU menghadapi persaiangan diera globalisasi.

Anda mungkin juga menyukai