Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan

Volume 13 Nomor 3, September 2021


e-ISSN 2549-8118; p-ISSN 2085-1049
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan

POTENSI PENDIDIKAN KESEHATAN TOILET TRAINING PADA KEJADIAN


ENURESIS DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH: LITERATUR REVIEW
Isna Dewi Aulia*, Yuni Susilowati
Program Studi Keperawatan, STIKes Yatsi Tangerang, Jl. Aria Santika No.40A, RT.005/RW.011, Margasari,
Kec. Karawaci, Kota Tangerang, Banten 15114, Indonesia
*isnaaualia2505@gmail.com

ABSTRAK
Anak adalah termasuk salah satu populasi terbesar di dunia. Anak dengan usia pra sekolah dimulai
saat anak berumur 3 tahun sampai umur 6 tahun. Gangguan kesehatan yang biasa atau mungkin terjadi
pada anak dengan usia pra sekolah adalah enuresis. Salah satu cara untuk mengatasi masalah enuresis
adalah dengan melakukan pelatihan toilet training. Tujuan toilet training adalah agar anak mampu
mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Pada penelitian ini menggunakan
metode penelitian yaitu Literatur review Pra Prisma dan pencarian artikel melalui satu database jurnal,
yaitu google scholar, sehingga didapatkan tiga artikel dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini,
terdapat dua artikel yang tidak memiliki pengaruh dan satu artikel yang memiliki pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan mengenai toilet training terhadap penurunan angka kejadian enuresis pada anak
dengan usia prasekolah. Kesiapan anak dan kesiapan orang tua dalam melakukan latihan toilet training
merupakan kunci keberhasilan dari toilet training. Jika salah satu pihak tidak siap, maka toilet
training tidak dapat berhasil. Selain itu faktor waktu penelitian juga berpengaruh dalam keberhasilan
pelatihan toilet training. Penelitian ini memiliki pengaruh terhadap penurunan kejadian enuresis, jika
orang tua harus lebih memperhatikan faktor kesiapan dari anak dan orang tua.

Kata kunci: anak prasekolah; enuresis; toilet training

POTENTIAL OF TOILET TRAINING HEALTH EDUCATION IN THE EVENT OF


ENURESIS WITH PRESCHOOL AGE CHILDREN: LITERATURE REVIEW

ABSTRACT
Children are one of the largest populations in the world. Children with pre-school age begin when the
child is 3 years old until 6 years old. A common health problem or may occur in children with pre-
school age is enuresis. One way to solve the problem of enuresis is to do toilet training. The purpose
of toilet training is to enable children to control urination (BAK) and defecation (BAB). This study
used a research method, namely Pre-Prism Literature review and article searches through a journal
database, namely Google Scholar, so that three articles were obtained in this study. The results of this
study, there are two articles that have no effect and one article that has the effect of providing health
education on toilet training on reducing the incidence of enuresis in children with preschool age. The
readiness of children and the readiness of parents in doing toilet training is the key to the success of
toilet training. If either party is not ready, toilet training cannot be successful. In addition, the time
factor of the study also affects the success of toilet training training. This study has an effect on
reducing the incidence of enuresis, if parents should pay more attention to the readiness factor of
children and parents.

Keywords: enuresis; preschool children; toilet training

509
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 509 - 518, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Anak adalah termasuk salah satu populasi terbesar di dunia. Berdasarkan survei tahun 2017
dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa anak dengan usia 0-17 tahun di Indonesia ada 30,5%
atau 79,6 juta jiwa penduduk. Secara umum, mulai tahun 2017 sampai tahun 2025 jumlah
anak-anak diperkirakan akan menjadi hal yang diperhatikan oleh masyarakat. Ini artinya
bahwa hampir dari satu diantara tiga atau lebih penduduk adalah anak-anak. (BPS, 2018).
Masa anak-anak merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan investasi
serta harapan bangsa sebagai penerus generasi dimasa yang akan datang. Pada masa ini anak
akan muncul rasa keingintahuan yang tinggi pada suatu hal, sehingga keberadaan anak
menjadi suatu hal yang perlu dipehatikan oleh orang tua, masyarakat umum dan pemerintah.
Pada anak usia dengan usia prasekolah terdapat 3 fase yaitu: autonomi (anak mengambil
keputusan sendiri, mampu melakukan secara mandiri, kadang melakukan penolakan jika ia
tidak ingin melakukannya), fase anal (fase dimana anak sudah mulai memasuki dalam tahapan
penerapan toilet training), dan fase praoperasional (anak sudah mulai mampu melakukan
penilaian sendiri) (Khoiruzzadi & Fajriyah, 2019).

Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat berpengaruh terhadap lingkungan sekitar serta
pola asuh. Salah satu tugas perkembangan dan pertumbuhan anak adalah mampu membentuk
pribadi yang mandiri, disiplin dan peka terhadap emosi anak (Ibung dalam Kurniasih, 2011).
Anak dengan usia pra sekolah dimulai saat anak berumur 3 tahun sampai anak berumur 6
tahun. Pada usia pra sekolah akan banyak mengalami masalah yang terjadi pada dirinya yang
meliputi masalah kesehatan, gangguan belajar, gangguan perilaku dan gangguan
perkembangan yang dapat menentukan kualitas kesehatan anak (Septiarini dalam Janah,dkk,
2017). Selain itu, masalah yang mungkin muncul pada tahap perkembangan keluarga dengan
anak usia prasekolah meliputi masalah komunikasi keluarga, tumbuh kembang anak, masalah
mensosialisasikan anak, dan masalah pengasuhan anak serta penelantaran. Setiap anak
memiliki perkembangan yang berbeda-beda, sehingga setiap anak juga memiliki
kemungkinan dapat terjadinya suatu gangguan (Pratiwi, Dinda & Usep Kustiawan, 2017).

Gangguan kesehatan yang biasa atau yang sering terjadi pada anak dengan usia pra sekolah
adalah enuresis atau kebiasaan mengompol. Enuresis adalah ketidakmampuan mengendalikan
pengeluaran urin yang terjadi pada anak yang sudah mampu untuk berkemih atau buang air
kecil (BAK) secara normal, sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Biasanya hal ini
terjadi karena anak sulit untuk dibangunkan saat tidur, sehingga terjadi pengosongan kandung
kemih spontan pada saat anak tertidur di siang atau malam hari. Biasanya enuresis dialami
oleh anak-anak dan juga orang dewasa. Enuresis menjadi masalah umum yang memengaruhi
lebih dari 50 juta anak dengan usia 5 sampai 15 tahun. Prevelensi kejadian enuresis masing-
masing anak pun juga berbeda-beda sesuai usia. Pada usia 5 tahun, prevelensi enuresis pada
anak dengan jenis kelamin laki-laki adalah 7 persen, sedangkan pada anak dengan jenis
kelamin perempuan adalah 3%. Pada anak dengan usia 10 tahun prevelensi enuresis anak
laki-laki adalah 3% dan anak perempuan 2%. Sedangkan pada usia 18 tahun, anak perempuan
jarang mengalami enuresis, sedangkan prevelensi pada anak laki-laki adalah 1% (Suprihatin,
dkk, 2015).

Belum dapat diketahui secara pasti dan rinci mengenai penyebab dari enuresis. Tetapi
terdapat beberapa faktor yang dapat diduga menjadi penyebab enuresis adalah karena
keterlambatan pematangan sistem saraf sehingga tidak dapat menerima sinyal ke otak, faktor
keturunan, gangguan perkembangan yang menyebabkan otak dan kandung kemih tidak dapat
berkomunikasi secara efektif, trauma emosional dan kondisi medis lainnya (Mumpuni &
Romiyanti, 2016). Enuresis jika diabaikan akan menimbulkan dampak negatif secara sosial

510
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 509 - 518, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dan kejiwaan pada anak. Hal ini dapat menyebabakan anak merasa malu, tidak percaya diri,
takut untuk tidur diluar rumah, membuat anak merasa bersalah, dan anak sulit untuk
bersosialisasia karena merasa berbeda dengan teman sebayanya.

Berdasarkan data dari Amerika Serikat diporeleh anak yang sudah mengalami enuresis
sekitar 5-7 juta anak, dengan anak dengan jenis kelamin laki laki tiga kali lebih sering
mengalami enuresis dibandingkan dengan anak dengan jenis kelamin perempuan. Sedangkan
berdasarkan survei di Jakarta bahwa prevelensi anak yang sering mengalami kejadian enuresis
sekitar 2,83% pada anak laki-laki dan 2,79% pada anak perempuan. Kemudian 82,4%
mengalami enuresis noktural dan 17,6% mengalami enuresis diurnal , serta 97% bersifat
primer dan 3,3% bersifat sekunder ( Sunarti & Yusrah dalam Janah, 2017).

Terdapat salah satu cara untuk mengatasi masalah enuresis adalah dengan melakukan
pelatihan toilet training. Pelatihan Toilet training adalah salah satu terapi nonfarmakologi
yang bertujuan untuk agar anak dapat mengontrol dalam melakukan buang air kecil (BAK)
dan buang air besar (BAB). Selain itu toilet training juga dapat mengajarkan anak untuk
tidak membuang kotorannya di sembarang tempat dan dapat membuang kotorannya di tempat
yang sudah ditentukan, sehingga terbentuk sikap disiplin dan mandiri pada anak. Toilet
training diharapkan terjadi pengaturan rangsangan atau impuls agar anak mampu mengontrol
berkemih ketika ingin buang air kecil. Dengan demikian masalah enuresis yang terjadi pada
anak dengan usia prasekolah dapat mengalami penurunan. Selain itu, jika anak sudah mampu
untuk ke toilet sendiri, maka juga berdampak terhadap ketergantungan penggunaan popok
pada anak, sehingga anak bisa lebih mendiri (Hayati, Dalety & Suparno, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sunarti & Yusrah (2019) di TK
Tumbuh Kembang Borong Raya di wilayah Kota Makassar menunjukkan hasil bahwa dari
terdapat 90% anak yang telah mengalami enuresis sebelum dilakukan pemberian pendidikan
kesehatan menganai toilet training¸ dan mengalami penurunan enuresis menjadi 13,3%. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pelatihan enuresis dengan
kejadian enuresis pada anak dengan usia pra sekolah. Pada penelitian yang sudah dilakukan
oleh Suprihatin, dkk (2015) di wilayah Kelurahan Bangsal pada Kota Kediri menunjukkan
hasil bahwa tidak ada korelasi yang bermakna antara toilet training oleh orang tua terhadap
frekuensi kejadian enuresis pada anak-anak karena dari 27 responden yang diteliti masih
mengalami enuresis setelah diberikan penyuluhan toilet training. Sedangkan, hasil pada
penelitian yang telah dilakukan Hikmatul Jannah, dkk (2017) di Pemalang bahwa tidak ada
pengaruh pemberian pendidikan kesehatan toilet training terhadap penurunan angka kejadian
enuresis pada anak dengan usia pra sekolah.

Beberapa orang tua yang kurang memahami tentang pelaksanaan toilet training. Kegagalan
toilet training dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan oleh orang tua mengenai toilet
training. Terkadang orang tua berangggapan bahwa kebiasaan toilet training akan muncul
sendirinya pada diri anak. Pola asuh dan tingkat pengetahuan orang tua adalah kunci utama
dalam kesuksesan melakukan toilet training. Fenomena yang biasa terjadi di masyarakat
adalah dimana konsep tiotel training tidak diajarkan dengan benar kepada anak, sehingga
anak tidak mamupu untuk melakukan pengendalian atau mengontrol BAK secara mandiri
(Warlend, Sherly & Rini Novita, 2016).

Peran perawat sebagai edukator untuk menurunkan angka kejadian enuresis yang terjadi pada
anak adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan mengenai pemberian toilet training.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses upaya pemberian informasi dan keterampilan

511
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 509 - 518, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

mengenai kesehatan yang diberikan untuk tingkat individu, kelompok dan masyarakat agar
mereka peduli terhadap kesehatan baik kesehatan fisik, kesehatan sosial dan kesehatan
lingkungan mereka (Induniasih & Ratna, 2017). Pendidikan kesehatan mengenai pemberian
toilet training perlu diberikan kepada orang tua dengan harapan dapat meningkatkan
kemampuan anak dengan usia pra sekolah untuk dapat melakukan toilet training sehingga
terjadi penurunan enuresis. Berdasarkan uraian tersebut mengenai pendidikan kesehatan toilet
training pada kejadian enuresis, penulis tertarik mereview beberapa mengenai pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap kejadian enuresis, dengan tujuan untuk mengetahui gambaran
pendidikan kesehatan toilet training pada anak usia prasekolah, gambaran kejadian enuresis
pada anak prasekolah, dan potensi pendidikan kesehatan toilet training pada kejadian enuresis
pada anak usia pra sekolah.

METODE
Metode penelitian adalah suatu langkah yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan
informasi yang didapatkan dan mengolah data yang telah didapatkan tersebut. Metode
penelitian merupakan suatu tata cara atau langkah yang sudah sistematis dan sudah
terstruktur serta dilakukan oleh peneliti dengan tujuan menjawab rumusan masalah dalam
penelitian yang dilakukan. Literature review ini menggunakan metode Literature review
Prisma (Prefered Reporting Items For Systematic Reviews and Meta-Analyses) . Adapun cara
yang akan digunakan pada tulisan ini adalah dengan mencari artikel penelitian melalui dua
database jurnal, yaitu google scholar dan mendelay. Penelurusan artikel penelitian dengan
menggunakan tiga kata kunci dengan menuliskan kata “enuresis” dan “toilet training” dan
“anak usia prasekolah”.

Kriteria inklusi pada literatur review ini adalah artikel tertulis dalam bahasa indonesia,
dipublish pada bulan januari 2015 sampai bulan desember 2020, hasil publikasi, dan berisi
tentang pengaruh pemberian pendidikan kesehatan menganai toilet training pada penurunan
angka kejadian enuresis pada anak dengan usia prasekolah. Selain itu, kriteria eksklusi pada
literatur review ini adalah tidak full paper, artikel yang diduplikat atau digandakan, dan
penelitian yang tidak dilakukan di Indonesia. Dalam melakukan pencarian artikel, penulis
juga memperhatikan dan menerapkan metode “PICO“ yaitu P (Population): Anak usia
prasekolah, I (Intervention): Melakukan pelatihan toilet training, C (Comparison):
Membandingkan beberapa jurnal mengenai pemberian pendidikan kesehatan mengenai toilet
training pada penurunan angka kejadian enuresis pada anak dengan usia prasekolah, dan O
(Outcome): Terjadi penurunan angka kejadian enuresis. Dalam melakukan pencarian artikel
penelitian, penulis memperhatikan jurnal sesuai dengan kata kunci, tahun dari artikel
penelitian, abstrak artikel penelitian, metode penelitian yang digunakan, kesimpulan dari
penelitian, dan membaca seluruh teks jurnal agar diperoleh jurnal yang sesuai dengan jurnal
yang akan ditelaah oleh penulis. Selain itu, penulis juga menuliskan ringkasan dari beberapa
jurnal yang diperoleh yaitu berupa judul penelitian, tahun penelitian, jumlah responden yang
diambil dalam penelitian, metode penelitian, dan hasil penelitian. Berdasarkan kriteria-
kriteria tersebut, didapatkan tiga jurnal dalam penyusunan tulisan ini.

512
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 509 - 518, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Pencarian Literatur
Basis data : Google Scholar dan
Identification mendelay

Hasil pencarian
n = 16 artikel

Artikel tidak Hasil pencarian Hasil pencarian


Screening dapat diakses akan diproses tidak dapat diproses
secara kembali kembali
menyeluruh oleh n= 8 artikel n= 5 artikel
peneliti
n=3 artikel

Artikel disaring dengan melihat


keseluruhan teks

Tidak diproses
kembali
Eligibility Diproses kembali
n= 2 artikel
n= 6 artikel

Penyaringan berdasarkan daftar referensi dari


artikel

Yang relevan
Included dengan penelitian
n=5

Bagan1. Format PRISMA

HASIL
Berikut beberapa literature review jurnal yang telah ditelaah oleh peneliti yaitu sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan Sunarti dan Yusrah Taqiyah dengan 30
responden dan menggunakan uji statistik dan T-Test (Uji T berpasangan) didapatkan hasil
p-value = 0,000. Dengan demikian, didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pelatihan
terhadap enuresis noctural pada anak usia pra sekolah yang dilakukan di TK Tumbuh
Kembang Borong Raya pada wilayah Kota Makassar. Terdapar sample pada penelitian ini
adalah sebanyak 30 responden dengan usia 3-6 tahun yang berada di Taman kanak-kanan
Tumbuh Kembang Borong Raya pada wilayah Kota Makassar.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik dengan
menggunakan metode pendekatan pra eksperimen dengan rencangan one group pre and
post test design. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan total
sampling. Alat dalam pengumpulan beberapa data yang telah digunakan adalah dengan
menggunakan basis data primer dan basis data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil

513
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 509 - 518, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

melakukan wawancara dan sebelumnya observasi terhadap orang tua anak dan guru di
Taman Kanak-Kanak Tumbuh Kembang Borong Raya pada wilayaha Kota Makassar.
Sedangkan beberapa dari data sekunder telah diperoleh dari hasil survey, jurnal, buku dan
media internet. Peneltian yang dilakukan oleh Sunarti dan Yusrah terhadap 30 responden
di Taman Kanak-Kanak Tumbuh Kembang Borong Raya mendapatkan hasil bahwa
responden sebanyak 26 anak (86,7%) sudah tidak mengalami enuresis noctural dan
terdapat 4 anak (13,3%) yang masih mengalami enuresis noctural. Peneliti berpendapat
bahwa 4 orang anak yang masih mengalami enuresis kemungkinan karena faktor usia dan
faktor kepedulian orang tua dalam melatih anaknya untuk melakukan toilet training. Jika
orang tua sibuk dan malas untuk melatih anak, maka akan berdampak pada keberhasilan
dalam melakukan toilet training pada anak.

Selain itu, pelatihan toilet training yang dilakukan selama 4 minggu (satu bulan) berjalan
efektif dengan perubahan enuresis noctural STD = 0,403 dan perubahan keberhasilan toilet
training STD = 0,407. Hal ini dibuktikan dengan hasil sebelum dilakukannya pelatihan
pemberian tindakan toilet training yaitu 1,90 atau kurang lebih 0,305, sedangkan setelah
dilakukan pelatihan toilet training keberhasilan mengalami beberapa peningkatan yang
sudah signifikan yaitu 1,10 atau kurang lebih 0,800.

2. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Suprihatin, Vitaria Wahyu,
dan Erva Elli dengan 36 responden dan uji statistik dengan menggunakan Spearman Rho
yang menggunakan nilai kemaknaan α ≤ 0,05 dan hasil p = 0,791, sehingga didapatkan
hasil p > α. Hal ini menunjukkan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima yang artinya adalah
tidak memiliki hubungan antara toilet training oleh orang tua terhadap frekuensi kejadian
enuresis pada anak dengan usia prasekolah di RW II kelurahan Bangsal Kota
Kediri.Populasi pada penelitian yang telah dilakukan ini adalah semua orang tua yang
memiliki anak dengan usia pra sekolah (2-5 tahun). Sedangkan subyek pada penelitian ini
adalah 36 responden yang berada di RW II Kelurahan Bangsal di wilayah Kota Kediri.
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling
dengan jenis purposive sampling. Metode penelitian yang telah dilakukan oleh
Suprihatin,dkk yaitu menggunakan metode korelasional. Sedangkan pengambilan data dari
penelitian yang telah dilakukan ini ialah dengan menggunakan kuesioner yang selanjutnya
akan dianalisa untuk melihat hubungan antara variabel. Berdasarkan hasil penelitian,
didapatkan hasil bahwa pemberian toilet training terhadap anak yang dilakukan dengan
baik adalah sebanyak 34 responden (94,4%) dan pemberian toilet training yang sudah
cukup terhadap anak ada sebanyak 2 responden (5,6%).

3. Hasil penelitian yang dilakukan Hikmatul Janah, Livana PH, Hermanto dengan 42
responden adalah ada pengaruh toilet training terhadap tingkat kognitif orang tua dan tidak
ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan mengenai toilet training terhadap frekuensi
penurunan kejadi enuresis pada anak usia pra sekolah di RW 07 di Kelurahan Wanarejan
Selatan Kecamatan Taman pada wilayah Kabupaten Pemalang. Sampel dalam yang sudah
diambil pada penelitian ini adalah sebanyak 42 responden dengan menggunakan total sam
pling. Frekuensi umur responden penelitian ini yaitu terdapat 24 responden yang berusia 3
tahun (57,1%), 11 responden yang berusia 4 tahun (26,2%), dan 7 responden yang berusia
5 tahun (16,6%). Sedangkan responden anak laki-laki sebanyak 24 anak dan anak
perempuan sebanya 18 anak.

Metode penelitian yang telah digunakan yaitu dengan desain quasi experiment dengan
menggunakan pendekatan pre dan post tesr design. Sedangkan instrument yang telah

514
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 509 - 518, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

digunakan pada penelitian ini yaitu kuesioner, power point dan leaflet. Kuesioner tersebut
menggunakan bentuk pertanyaan tertutup yang berjumlah 16 pertanyaan yang terdiri dari
14 pertanyaan mengenai materi toilet training dan 2 pertanyaan mengenai enuresis. Selain
itu, hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian toilet trainig pada kejadian enuresis
didapatkan hasil bahwa terdapat 25 responden yang banyak mengalami enuresis dan 17
responden yang sedikit mengalami enuresis. Sedangkan setelah diberikan toilet training
hanya 1 responden yang mengalami penurunan frekuensi enuresis

4. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Brivian Florentis Yustanta dengan 40 responden
adalah terdapat 20 responden (50%) yang tidak mengalami enuresis dan terdapat 20
responden yang mengalami enuresis, sehingga diperoleh hasil perhitungan statistik
menggunakan chi square dengan nilai p value 0,000< α = 0,005, maka H0 telah ditolak dan
H1 telah diterima yang berarti ada hubungan antara penerapan toilet training terhadap
kebiasaan kejadian enuresis pada anak denan usia prasekolah di TK Dharma Wanita
Kecamatan Pakel pada wilayah Kabupaten Tulungangu.Penelitian ini menggunakan
metode penelitian analitik korelasional dengan

5. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sofiatul Tamila dengan 4 responden adalah dua
anak yang masih mengalami enuresis atau tidak menerapkan toilet training dengan benar
dan dua anak lainnya sudah menerapkan toilet training dengan tepat.Penelitian dilakukan
pada tahun 2019. Penelitian yang dilakukan oleh Sofiatul telah menggunakan metode
penelitian kualitatif. Responden pada penelitian ini sebanyak 4 orang dengan rentang usia
1-4 tahun. Penelitian ini berlokasi di Tempat penitipan anak paud yasmin di kecamatan
SumbersariInstrument dalam penelitian ini digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
peneliti sendiri dengan melakukan wawancara yang berpedoman pada daftar pertanyaan
wawancara yang sudah dibuat oleh peneliti dan melakukan observasi. Dari hasil yang
diperoleh didapatkan dua anak yang masih mengalami enuresis atau tidak menerapkan
toilet training dengan benar dan dua anak lainnya sudah menerapkan toilet training dengan
tepat.

PEMBAHASAN
Enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak disadari atau disebut mengompol (Mumpuni &
Romiyanti, 2016). Enuresis juga merupakan pengeluaran air kemih atau air seni yang tidak sadari dan
dirasakan oleh seorang anak yang diharapakan sudah tercapai dalam melakukan pengendalian
kandung kemih (Ball dalam Salvianto, 2013). Enuresis biasanya masih terjadi pada anak dengan usia
pra sekolah dengan usia 3-6 tahun, dimana mereka sudah memiliki kemampuan untuk mengontrol
pengeluaran urin. Berdasarkan data dari Amerika Serikat terdapat 5-7 juta anak masih mengalami
enuresis. Sedangkan dari survey di Jakarta terdapat data bahwa enuresis adalah sekitar 2,83% dan
pada anak perempuan sekitar 2,79% (Sunarti & Yusrah, 2017). Beberapa faktor penyebab dari
enuresis yaitu karena keterlambatan pematangan sistem saraf sehingga tidak dapat mengirimkan sinyal
ke otak untuk memberitahukan bahwa kantong kemih telah penuh, faktor keturunan, gangguan
perkembangan yang menyebabkan otak dan kandung kemih tidak dapat berkomunikasi secara efektif,
trauma emosional seperti kecemasan atau suatu kejadian yang akan membawa perubahan besar bagi
dirinya, dan kondisi medis lainnya seperti gejala diabetes, infeksi saluran kencing dan ginjal, sembelit,
dan lain-lain (Mumpuni & Romiyanti, 2016).

Responden yang diteliti oleh Brivian Florentis (2019) ada sebanyak 40 responden pada usia 4-5 tahun
pada anak usia prasekolah, sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Hikmatul, dkk (2017)
ada sebanyak 42 responden pada usia 3-5 tahun. Faktor usia sangat mempengaruhi keberhasilan
melakukan toilet training karena apabila toilet training diberikan sedini mungkin akan menyebabkan
kesulitan pada anak (Freud dalam Sofiatul, 2019). Setiap anak memiliki proses pemahaman yang
berbeda-beda. Ada beberapa anak yang mengalami kesulitan belajar, sehingga dalam menjalani toilet

515
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 509 - 518, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

training waktunya sedikit tertunda. Hal ini menyebabkan latihan toilet training membutuhkan waktu
yang lebih lama daripada anak-anak yang lain dan orang tua harus lebih sabar dalam mengajarkan
anak dalam latihan toilet training (Mackonochie, 2009). Selain itu, jenis kelamin juga dapat
mempengaruhi keberhasilan dari toilet training. Menurut Wong dalam Janah, dkk (2017), bahwa
kapasitas kandung kemih pada anak laki-laki lebih kecil dibandingkan kapasitas kandung kemih pada
anak perempuan. Hal ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hikmatul, dkk (2015)
dengan responden laki-laki sebanyak 24 anak dan responden perempuan sebanyak 18 anak, sehingga
penelitian ini tidak berpengaruh pada penurunan kejadian enuresis.

Pada penelitian yang dilakukan Hikmatul, dkk (2017) bahwa pendidikan terakhir orang tua adalah
SMP. Hal ini menyebabkan ketidakberhasilan pada penerapan melakukan toilet training pada anak
dengan usia prasekolah. Pendidikan terakhir orang tua juga sangatlah penting karena akan
mempengaruhi pengetahuan mereka terhadap kesehatan. Pendidikan orang tua juga berperan dalam
keberhasilan anak dalam menyelesaikan tugasnya untuk melakukan kebiasaan toilet training pada usia
prasekolah, sehingga anak sudah tidak mengalami enuresis pada usia prasekolah (Jannah, dkk, 2017).
Dengan pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi seseorang dalam memperoleh dan
menelaah informasi sehingga akan banyak pengetahuan yang didapatkan (Notoadmojo dalam
Suprihatin, dkk, 2015).

Pengumpulan data pada penelitian juga berpengaruh terhadap pencapaian toilet training yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sunarti & Yusrah (2019) yang menggunakan kuesioner, wawancara,
dan melakukan observasi dalam mengumpulkan data penelitian. Hal ini bersamaan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Sofiatul (2019) yang mengumpulkan data dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data sangatlah berpengaruh untuk
memperoleh beberapa data yang lengkap mengenai responden yang akan diteliti dan mendapat hasil
yang maksimal dalam penelitian. Berbeda dengan penelitian yang teah dilakukan oleh Suprihatin,dkk
(2015) dan penelitian Hikmatul, dkk (2017) yang hanya menggunakan kuesioner dalam pengumpulan
data, sehingga kurang mendapat hasil yang maksimal dalam penelitian yang dilakukan. Selain itu, juga
terdapat beberapa jurnal yang tidak mencantumkan teknik pengambilan sampling dalam penelitiannya.
Berbeda dengan beberapa jurnal yang mencantumkan teknik pengambilan sampling seperti pada
penelitian yang telah dilakukan Sunarti dan Yusrah (2019) yang menggunakan teknik total sampling,
adapula penelitian yang sudah dilakukan oleh Suprihatin,dkk (2015) yang menggunakan teknik
pengambilan sample dengan non-probalitiy sampling dengan purposive sampling, dan penelitian yang
telah dilakukan oleh Brivian (2015) yang menggunakan teknik stratified random sampling pada
penelitiannya. Sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Hikmatul,dkk (2017) tidak
mencantumkan teknik pengambilan sampel dan hal ini akan mempengaruhi hasil dalam suatu
penelitian.

Salah satu kunci dari penurunan frekuensi enuresis adalah dengan melakukan penerapan toilet training
pada anak dengan usia prasekolah dan memberikan pelatihan dan pendidikan kesehatan kepada orang
tua agar mereka mampu untuk mengajari anaknya melakukan toilet training. Penelitian tentang
pemberian pendidikan kesehatan toilet training memiliki pengaruh terhadap penurunan angka
kejadian enuresis pada anak dengan usia prasekolah. Hal ini dibuktikan dari data sebelum dilakukan
pelatihan toilet training terdapat 30 anak yang mengalami sudah enuresis dan setelah dilakukan
pelatihan dan pendidikan kesehatan mengenai toilet training hanya terdapat 4 anak yang mengalami
enuresis (Sunarti & Yusrah, 2019). Selain itu terdapat beberapa penelitian juga memiliki pengaruh
terhadap penurunan enuresis. Selain memiliki pengaruh terhadap penurunan kejadian enuresis, toilet
training juga sangat bermanfaat bagi anak karena anak sudah mandiri untuk melakukan kegiatan toilet
training sendiri, meningkatkan kedisiplinan, anak sudah memiliki rasa malu untuk tidak buang air
besar (BAB ) atau buang air kecil (BAK) disembarangan tempat, anak akan mengenal kebersihan diri
sejak kecil, dan akan memberikan pendidikan seks saat anak-anak melakukan kegiatan toilet training
dengan mempelajadi anatomi dan fungsi tubuhnya sendiri (Suprihatin,dkk, 2015). Orang tua juga
akan mendapatkan manfaat dari keberhasilan dalam penerapan toilet training pada anak karena orang
tua langsung membantu anak untuk belajar toilet training. Tetapi dalam penelitian ini juga memiliki
kelemahan yaitu harus adanya kesiapan anak dan kesiapan orang tua dalam melakukan latihan toilet

516
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 509 - 518, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

training triming. Jika salah satu pihak tidak siap, maka toilet training tidak dapat berhasil. Penelitian
yang telah dilakukan oleh Suprihatin,dkk (2015) menyatakan bahwa toilet training tidak berpengaruh
pada penurunan angka kejadian enuresis pada anak dengan usia prasekolah. Hal ini sama dengan
penelitian telah yang dilakukan oleh Janah, dkk (2017) karena beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya kegagalan dalam pelatihan toilet training.

Tanda kesiapan anak diantaranya adalah tanda kesiapan fisik, tanda kesiapan kognitif, dan tanda
kesiapan jiwa, emosional dan sosial (Kelly dalam Suprihatin,dkk, 2015). Sedangkan faktor orang tua
diantaranya adalah kesiapan orang tua yang meliputi orang tua harus mengenal kesiapan anaknya
dalam BAK dan BAB, keinginan orang tua untuk meluangkan waktu untuk melatih anaknya dalam
BAK dan BAB, serta tidak adanya faktor emosional dari orang tua seperti mengalami konflik atau
stress. Dan faktor lainnya adalah karena faktor lingkungan seperti kamar mandi yang terlihat gelap,
jauh dari kamar, dan kebersihan toilet yang tidak terjaga (Suprihatin, dkk, 2015). Berdasarkan hasil
penelitian dari Suprihatin, dkk (2015) bahwa terdapat beberapa orang tua yang belum siap menerapkan
toilet training kepada anaknya. Beberapa orang tua yang bekerja dan jarang berada dirumah sehingga
tidak mampu mengontrol anaknya untuk melakukan toilet training. Rasa malas untuk membangunkan
anak dimalam hari juga yang menyebabkan anak masih mengalami enuresis, sehingga sangat
diperlukan peran aktif orang tua dalam keberhasilan toilet training.

Selain itu, salah satu dari ketidaksiapan orang tua dalam melakukan penerapan toilet training terhadap
anaknya adalah anak masih menggunakan pampers terutama saat anak tertidur di malam hari karena
orang tua tidak ingin direpotkan anaknya untuk buang air kecil di malam hari. Hal ini menyebabkan
anak merasa nyaman saat tidur di malam hari dan mengakibatkan ketergantungan untuk tidak dapat
mengontrol keinginan berkemih secara mandiri dan menghambat proses anak sehingga anak akan
terus mengalami enuresis di malam hari (Suprihatin, dkk, 2015). Dalam penelitian ini juga yang perlu
diperhatikan orang tua adalah faktor beberapa minuman dan beberapa makanan yang dikonsumsi
anak. Hal ini memicu terjadinya enuresis pada anak. Pada saat menerapkan toilet training hal yang
perlu diperhatikan orang tua untuk mencegah anak yang mengalami dan memiliki kebiasaan enuresis
adalah dengan memperhatikan makanan dan minuman anak yaitu dengan membatasi anak minum
dimalam hari atau menjelang anak tidur. Selain itu, orang tua juga harus menjaga anak untuk tidak
mengonsumsi makan-makanan dan juga beberapa minuman yang mengandung kafein, seperti cokelat,
teh, minuman bersoda, dan lain-lain (Mumpuni & Romiyanti, 2016).

SIMPULAN
Hasil literature review ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan mengenai pemberian toilet
training terbukti dapat menurunkan frekuensi angka kejadian enuresis pada anak dengan usia
prasekolah dengan memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor kesiapan anak dan kesiapan orang tua.
Jika salah satu faktor tidak dapat terpenuhi, maka bisa menyebabkan kegagalan dalam melakukan dan
menerapkan toilet training pada anak dengan usia prasekolah. Selain memiliki pengaruh terhadap
penurunan kejadian enuresis, toilet training juga sangat bermanfaat bagi anak karena anak sudah
mandiri untuk melakukan kegiatan toilet training sendiri, meningkatkan kedisiplinan, anak sudah
memiliki rasa malu untuk tidak buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) disembarangan
tempat, anak akan mengenal kebersihan diri sejak kecil, dan akan memberikan pendidikan seks saat
anak melakukan beberapa kegiatan mengenai toilet training dengan mempelajadi anatomi dan fungsi
tubuhnya sendiri

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2018. Profil Anak Indonesia 2018. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Pelindungan Anak (KPPPA).

Hayati, Dalety Jelita, & Suparno, Suparno. (2020). Efektivitas Buku Cerita Bergambar pada
Keberhasilan Toilet Training Anak Usia 3-4 Tahun. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 4(2), 1041. https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.498

517
Jurnal Keperawatan Volume 13 No 3, Hal 509 - 518, September 2021 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Induniasih & Wahyu Ratna, 2017. Promosi Kesehatan Pendidikan Kesehatan Dalam
Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Janah, H., Ph, L., & Hermanto, H. (2017). Pengaruh Toilet Training Terhadap Tingkat
Kognitif Orang Tua Dan Frekuensi Enuresis Pada Anak Usia Prasekolah di Pemalang.
Jurnal Smart Keperawatan, 4(2), 67–75. https://doi.org/10.34310/jskp.v4i2.11

Khoiruzzadi, Muhammad, & Fajriyah, Nur. (2019). Pembelajaran Toilet Training dalam
Melatih Kemandirian Anak. JECED : Journal of Early Childhood Education and
Development, 1(2), 142–154. https://doi.org/10.15642/jeced.v1i2.481

Mackonochie, Alison. 2009. Latihan Toilet. Tangerang : Karisma Publishing Group.

Mumpuni, Yekti & Romiyanti. 2016. 45 Penyakit Yang Sering Hinggap Pada Anak.
Yogyakarta : Publishing.

Pratiwi, Dinda Aryani, & Kustiawan, Usep. (2017). Pembelajaran Toilet Training bagi Siswa
Tunagrahita. Jurnal ORTOPEDAGOGIA, 3(2), 91–95.
https://doi.org/10.17977/um031v3i22017p091

Salvianto, Y. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Bladder-Retention Training terhadap


Kejadian Enuresis pada Anak Usia Prasekolah di Surakarta. Skripsi Thesis.

Suprihatin ,Wahyu Astuti, V., & Kristanti. (2015). Toilet Training Pada Enuresis Anak
Prasekolah Di Rw Ii Kelurahan Bangsal Kota Kediri Toilet Training To Preschool
Children With Enuresis in RW II Kelurahan Bangsal Kota Kediri. 64–74.

Sunarti, S., & Taqiyah, Y. (2019). Pengaruh Pelatihan Toilet Training Terhadap Enuresis
Nokturnal pada Anak Usia Pra Sekolah di TK Tumbuh Kembang Borong Raya Kota
Makassar. Jurnal Penelitian Kesehatan “SUARA FORIKES” (Journal of Health
Research “Forikes Voice”), 10(3), 203. https://doi.org/10.33846/sf10309

Tamila, Sofiatul. (2019). Implementasi toilet training pada anak usia 1-4 tahun di Tempat
Penitipan Anak PAUD Yasmin Universitas Muhammadiyah Jember Tahun Pelajaran
2018-2019. Universitas Muhammadiyah Jember.

Warlenda, Sherly Vermita, & Sari, Rini Novita. (2017). Pengetahuan Ibu Berhubungan
dengan Pelaksanaan Toilet Training pada Anak Usia 3-5 Tahun di PAUD Islam
Cerliana Kota Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Komunitas, 3(3), 105–109.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol3.iss3.125

Widyastuti, Kurniasih. 2011. Pengaruh Penyuluhan Toilet Training Pada Orang Tua
Terhadap Kejadian Enuresis Di Taman Kanak-Kanak Bhakti Siwi Kalimeneng Kemiri
Purworejo.
http://digilib.unisayogya.ac.id/1101/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20TUTI.pdf.

Yustanta, Brivian Florentia. Application Of Toilet Training And The Habits Of Enuresis In
Preschool Children At Kindergarten Dharma Wanita Pakel Subdistrict Tulungagung
Regency. http://jurnal.bhmm.ac.id/index.php/jurkes/article/view/166.

518

Anda mungkin juga menyukai