Anda di halaman 1dari 7

Tokoh-tokoh pembaruan dalam Islam

1.Muhammad Ali Pasya (Mesir)

Muhammad Ali Pasya adalah seorang tokoh pembaharuan Islam dari Mesir yang lahir dari keluarga
sederhana. Ia berhasil membangun karier sebagai pemungut pajak, kemudian masuk ke dinas
kemiliteran dan menjadi perwira. Ketika Napoleon Bonaparte menyerang Mesir pada tahun 1798,
Muhammad Ali Pasya dikirim untuk memimpin pasukannya melawan Prancis dan mampu
menyelesaikan misinya dengan baik.

Setelah berhasil memukul mundur pasukan Prancis, Muhammad Ali Pasya mendapat simpati dari rakyat
Mesir dan diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1805. Ia kemudian
melakukan reformasi politik, ekonomi, sosial, dan militer di Mesir dengan tujuan untuk memodernisasi
negaranya dan mengembalikan kejayaan Islam.

Beberapa reformasi yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasya antara lain adalah:

-Membangun industri modern seperti tekstil, senjata api, kapal perang, dan mesin uap.

-Meningkatkan produksi pertanian dengan memperluas lahan irigasi dan menanam tanaman komersial
seperti kapas.

-Membentuk angkatan bersenjata yang terlatih dan disiplin dengan bantuan ahli militer dari Eropa.

-Membuka sekolah-sekolah modern yang mengajarkan ilmu pengetahuan alam, matematika, bahasa
asing, dan seni militer.

-Mengirim para pelajar Mesir untuk belajar di Eropa dan membawa kembali ilmu-ilmu baru ke Mesir.

-Melakukan ekspansi wilayah ke Sudan, Hijaz, Suriah, Palestina, dan Anatolia untuk menghadapi
ancaman dari Utsmaniyah dan Inggris

Muhammad Ali Pasya meninggal pada tahun 1849 dan digantikan oleh anak-anaknya yang melanjutkan
reformasi-reformasinya. Ia dianggap sebagai bapak bangsa Mesir modern dan salah satu tokoh
pembaharuan Islam terbesar di dunia.

2. Jamaluddin al-Afghani (Iran)

Jamaluddin al-Afghani adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan
aktivitasnya berpindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain. Ia lahir di Iran pada tahun 1838 dari
keluarga Sayyid yang memiliki garis keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Ia belajar ilmu-ilmu agama di
Iran, Irak, India, dan Afghanistan. Ia juga menguasai beberapa bahasa seperti Persia, Arab, Turki, Urdu,
Hindi, Prancis, dan Inggris.

Jamaluddin al-Afghani memiliki visi untuk menyatukan umat Islam di seluruh dunia dalam satu gerakan
pembaharuan yang bersifat politik dan intelektual. Ia ingin membangkitkan kesadaran umat Islam akan
pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk menghadapi dominasi Barat yang kolonial
dan imperialistik. Ia juga ingin mereformasi pemikiran Islam yang telah terkontaminasi oleh taqlid
(meniru) dan taklid (mengikuti) tanpa kritis.

Beberapa aktivitas yang dilakukan oleh Jamaluddin al-Afghani antara lain adalah:

-Mendirikan organisasi rahasia bernama Al-Urwah al-Wuthqa (Ikatan Kuat) yang bertujuan untuk
menyebarkan ide-ide pembaharuan Islam di berbagai negara.

-Menulis artikel-artikel kritis tentang masalah-masalah sosial, politik, ekonomi, dan agama di surat kabar
seperti Al-Urwah al-Wuthqa (Mesir), Al-Irshad (India), Al-Muqtataf (Libanon), Al-Muwahhidun (Prancis),
dan The Times (Inggris).

-Mengadakan diskusi-diskusi publik dengan para ulama tradisional maupun modernis tentang isu-isu
kontemporer seperti hubungan antara agama dan sains, hak-hak wanita dalam Islam, nasionalisme Arab
versus pan-Islamisme, dll.

-Memberikan pengaruh kepada para tokoh-tokoh pembaharuan lain seperti Muhammad Abduh (Mesir),
Syekh Ahmad Sirhindi (India), Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab (Arab Saudi), dll.

Jamaluddin al-Afghani meninggal pada tahun 1897 di Istanbul setelah sempat diasingkan oleh
pemerintah Turki karena dianggap sebagai penghasut. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh pembaharuan
Islam paling berpengaruh di dunia .

3. Muhammad Abduh (Mesir)

Muhammad Abduh adalah seorang ulama pembaharuan Islam dari Mesir yang lahir pada tahun 1849
dari keluarga petani. Ia belajar ilmu-ilmu agama di Al-Azhar dan menjadi murid dari Jamaluddin al-
Afghani ketika ia datang ke Mesir pada tahun 1871. Ia juga belajar ilmu pengetahuan modern dari buku-
buku Barat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Muhammad Abduh memiliki misi untuk mereformasi sistem pendidikan Islam di Mesir agar lebih sesuai
dengan tuntutan zaman. Ia ingin menggabungkan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu rasional
dalam kurikulum pendidikan. Ia juga ingin membuka pintu ijtihad (penalaran) bagi para ulama agar
dapat menafsirkan kembali ajaran-ajaran Islam sesuai dengan konteks sejarah dan sosial.

Beberapa karya yang dilakukan oleh Muhammad Abduh antara lain adalah:
-Menulis buku-buku tentang pemikiran-pemikiran pembaharuan seperti Risalah al-Tauhid (Buku Tentang
Tauhid), Tafsir al-Manar (Tafsir Berdasarkan Petunjuk), Al-Islam wa al-Nasraniyyah ma’a al-‘Ilm wa al-
Madaniyyah (Islam dan Kristen Bersama Ilmu Pengetahuan dan Peradaban), dll.

-Mendirikan majalah Al-Manar (Petunjuk) yang menjadi media penyebaran ide-ide pembaharuan Islam
kepada masyarakat luas.

-Menjadi mufti besar Mesir pada tahun 1899 yang memberikan fatwa-fatwa progresif tentang masalah-
masalah hukum Islam seperti perbankan syariah, poligami, jilbab, dll.

-Menjadi anggota Dewan Pendidikan Tinggi Mesir yang mereformasi sistem pendidikan Al-Azhar agar
lebih modern.

-Menjadi anggota Dewan Pendidikan Tinggi Mesir yang mereformasi sistem pendidikan Al-Azhar agar
lebih modern dan mengakomodasi ilmu-ilmu rasional.

-Muhammad Abduh meninggal pada tahun 1905 dan dianggap sebagai salah satu ulama pembaharuan
Islam terkemuka di dunia

4.Syekh Ahmad Sirhindi (India)

Syekh Ahmad Sirhindi adalah seorang sufi pembaharuan Islam dari India yang lahir pada tahun 1564 dari
keluarga Sayyid yang memiliki garis keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Ia belajar ilmu-ilmu agama
dari ayahnya dan guru-gurunya di India dan Arab. Ia juga bergabung dengan tarekat Naqsyabandiyah
yang merupakan salah satu tarekat sufi terbesar di dunia.

Syekh Ahmad Sirhindi memiliki visi untuk memurnikan ajaran Islam dari pengaruh-pengaruh bid’ah
(sesat) dan syirik (menyekutukan Allah) yang merajalela di India pada masa pemerintahan Kaisar Akbar.
Kaisar Akbar adalah seorang penguasa Muslim yang toleran terhadap agama-agama lain, namun juga
menciptakan agama baru yang disebut Din-i Ilahi (Agama Ilahi) yang menggabungkan unsur-unsur Islam,
Hinduisme, Zoroastrianisme, dan Kristen.

Syekh Ahmad Sirhindi menentang keras agama baru ini dan berusaha untuk mengembalikan kemurnian
tauhid (kesatuan Allah) dalam ajaran Islam. Ia juga menekankan pentingnya syariat (hukum) sebagai
sumber ajaran Islam selain tasawuf (mistisisme).

Beberapa karya yang dilakukan oleh Syekh Ahmad Sirhindi antara lain adalah:
-Menulis surat-surat yang berisi pemikiran-pemikiran pembaharuan Islam yang kemudian dikumpulkan
dalam buku Maktubat Imam Rabbani (Surat-surat Imam Rabbani).

-Menyebarkan ajaran-ajaran pembaharuan Islam melalui murid-muridnya yang tersebar di berbagai


wilayah India dan Asia Tengah.

-Memberikan pengaruh kepada para penguasa Muslim seperti Kaisar Jahangir dan Kaisar Aurangzeb
yang mendukung gerakan pembaharuan Islam di India.

-Memberikan pengaruh kepada para tokoh-tokoh pembaharuan lain seperti Syekh Abdul Haq Muhaddis
Dehlawi (India), Syekh Waliullah Dehlawi (India), Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab (Arab Saudi), dll.

-Syekh Ahmad Sirhindi meninggal pada tahun 1624 dan dianggap sebagai mujaddid (pembaharu) abad
ke-11 Hijriyah

5. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab (Arab Saudi)

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah seorang ulama pembaharuan Islam dari Arab Saudi yang
lahir pada tahun 1703 dari keluarga ulama. Ia belajar ilmu-ilmu agama dari ayahnya dan guru-gurunya di
Arab Saudi, Irak, Iran, dan Suriah. Ia juga belajar ilmu-ilmu rasional seperti logika, matematika, dan
astronomi.

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab memiliki misi untuk membersihkan ajaran Islam dari praktik-
praktik bid’ah (sesat) dan syirik (menyekutukan Allah) yang banyak dilakukan oleh masyarakat Arab pada
masa itu. Praktik-praktik tersebut antara lain adalah menyembah kuburan para wali, meminta syafaat
kepada orang-orang mati, mengadakan perayaan-perayaan yang tidak sesuai dengan sunnah, dll.

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab menyerukan kembali ajaran Islam yang murni berdasarkan Al-
Quran dan Sunnah serta pemahaman salafus shalih (generasi terdahulu yang saleh). Ia juga menegakkan
hukum-hukum syariat secara ketat dan menentang segala bentuk bid’ah dan syirik.

Beberapa karya yang dilakukan oleh Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab antara lain adalah:

-Menulis buku-buku tentang pemikiran-pemikiran pembaharuan Islam seperti Kitab al-Tauhid (Buku
Tentang Tauhid), Kashf al-Shubuhat (Pembongkaran Keraguan), Al-Ushul al-Thalatha (Tiga Prinsip Dasar),
dll.
-Mendirikan gerakan dakwah yang dikenal sebagai gerakan Wahhabi atau Salafi yang bertujuan untuk
menyebarkan ajaran-ajaran pembaharuan Islam kepada masyarakat luas.

-Bersekutu dengan Muhammad bin Saud, pemimpin suku Banu Hanifah, yang memberikan dukungan
politik dan militer kepada gerakan Wahhabi.

-Melakukan perang jihad melawan penguasa-penguasa Muslim yang tidak mau mengikuti ajaran-ajaran
pembaharuan Islam dan merebut wilayah-wilayah seperti Najd, Hijaz, Bahrain, dll.

-Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab meninggal pada tahun 1792 dan dianggap sebagai salah satu
ulama pembaharuan Islam terpenting di dunia .

Tokoh Pembaruan Islam dari Indonesia

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Sejak masuknya Islam ke
Indonesia pada abad ke-13 hingga sekarang, telah banyak tokoh-tokoh pembaruan Islam yang lahir di
tanah air kita. Tokoh-tokoh ini memiliki peran besar dalam mengembangkan dan memperbaharui
pemikiran dan praktik Islam di Indonesia sesuai dengan kondisi sosial, budaya, politik, dan ekonomi
masyarakat Indonesia.

Beberapa tokoh pembaruan Islam dari Indonesia antara lain adalah:

-Raden Ajeng Kartini (1879-1904): seorang tokoh perempuan yang memperjuangkan hak-hak
perempuan dalam pendidikan, sosial, ekonomi, dan politik. Ia juga menulis buku Habis Gelap Terbitlah
Terang yang berisi pemikiran-pemikiran progresif tentang perempuan dalam Islam.

-Ki Hajar Dewantara (1889-1959): seorang tokoh pendidikan yang mendirikan Taman Siswa sebagai
sekolah nasionalis yang mengajarkan ilmu pengetahuan modern dan nilai-nilai kebangsaan. Ia juga
menulis buku-buku tentang pendidikan seperti Pendidikan Nasional Indonesia dan Pendidikan Nasional
dalam Perspektif Agama.

-Ahmad Dahlan (1868-1923): seorang ulama pembaharuan yang mendirikan Muhammadiyah sebagai
organisasi sosial keagamaan yang bertujuan untuk memperbaharui pemahaman dan praktik Islam sesuai
dengan Al-Quran dan Sunnah. Ia juga mendirikan sekolah-sekolah modern seperti Madrasah Mu’allimin
Muhammadiyah dan Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah di Irak. Beliau mendapat pendidikan agama
dari ayahnya sendiri sebelum melanjutkan ke Mekah pada usia 15 tahun. Di sana beliau berguru kepada
ulama-ulama besar seperti Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Syekh Muhammad Mahfudh At-
Tarmasi, sama seperti KH Hasyim Asy’ari.
Setelah pulang ke Cirebon pada tahun 1921, beliau bergabung dengan Persis dan menjadi salah satu
tokoh utamanya. Beliau juga menulis banyak artikel-artikel tentang isu-isu keislaman di majalah-majalah
Persis seperti Al-Munir, Pembela Islam, dan Al-Ikhwan. Beliau juga menjadi salah satu pendiri Universitas
Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta pada tahun 1945. Beliau wafat di Bandung pada 28 Oktober 1958 dan
dimakamkan di Cikutra

Pemikiran Islam sebelum pembaruan

1.pemikiran Islam sebelum pembaruan modern

Pada periode pertengahan, telah muncul pemikiran dan usaha pembaharuan Islam dikerajaan Usmani di
Turki. Akan tetapi usaha itu gagal karena ditentang golongan militer dan ulama. Pada abad ke-17,
kerajaan Usmani mulai mengalami kekalahan dalam peperangan dengan Negara Eropa.

Kekalahan itu mendorong raja dan pemuka kerajaan Usmani untuk menyelidiki sebab-sebabnya.
Kemudian diketahui bahwa penyebabnya adalah ketertinggalan mereka dalam teknologi militer. Mereka
selidiki pula rahasia keunggulan Barat. Mereka temukan bahwa rahasianya adalah karena Barat memiliki
sains dan teknologi tinggi yang diterapkan dalam kemiliteran.Karena itulah, pada 1720, kerajaan Usmani
mengangkat Celebi Mehmed sebagai utusan kerajaan untuk Perancis. Dia bertugas mempelajari
benteng-benteng pertahanan, pabrik-pabrik, serta institusi-institusi Perancis lainnya. Laporan Celebi
Mehmed tertuang dalam bukunya,Seferetname. Berdasarkan laporan itu, diupayakanlah pembaharuan
di Kerajaan Usmani.

Usaha pembaharuan itu mendapat tantangan. Tantangan pertama datang dari tentara tetap yang
disebut Janissary. Janissary mempunyai hubungan erat dengan Tarekat Bektasyi yang berpengaruh besar
dalam masyarakat. Tantangan kedua datang dari pihak ulama. Ide-ide baru yang didatangkan dari Eropa
itu dianggap bertentangan dengan paham tradisional yang dianut masyarakat Islam ketika itu. Karena
itu, usaha pembaharuan pertama di Kerajaan Usmani tidak berhasil seperti yang diharapkan.

Di India, sebelum periode modernisasi, muncul juga ide dan usaha pembaharuan. Pada awal abad ke-18,
kesultanan mogul memasuki zaman kemunduran. Perang saudara untuk merebut kekuasaan sering
terjadi. Golongan hindu yang merupakan mayoritas, ingin melepaskan diri dari kekuasaan mogul. Selain
itu, inggris juga telah mulai memperbesar usahanya untuk memperoleh daerah kekuasaan di India.
Suasana itu menyadarkan para pemimpin Islam India akan kelemahan umat Islam. Salah seorang yang
menyadari hal itu ialah Syah Waliyullah (1703-1762) dari Delhi. Ia berpendapat bahwa salah satu
penyebab kelemahan umat Islam ialah perubahan system pemerintahan dari system khilafah ke system
kerajaan. System pertama bersifat demokratis, sedang system kedua bersifat otokratis. Karena itu
system ke Khalifahan seperti pada masa al-Khulafa al-Rasyidun perlu dihidupkan kembali.

Gerakan pembaharuan Islam juga muncul melalui tasawwuf. Gerakan ini disebut neo sufisme, yaitu
tasawwuf yang di perbaharui dan tampil dalam bentuk aktifis. Neo sufisme berawal di Afrika Utara
melalui tarekat sanusiyah. Sanusiyah adalah cabang Ordo Idrisiyah yang didirikan di Arab Saudi oleh
Ahmad Ibnu Idris (w. 1837). Tarekatnya ini dinamakan juga Tariqah Muhammadiyyah.

Tujuan tarekat ini ialah memperbaharui moral kaum muslim melalui tindakan politik. Tarekat ini
membangun banyak tempat peribadatan. Yang paling penting diantaranya adalah Di Kafra dan Jaghbub.
Disana orang tidak hanya diajari agama, tetapi juga dilatih menggunakan senjata dan didorong untuk
melibatkan diri dalam usaha professional seperti bertani dan berdagang.

Tarekat ini tidak bermaksud untuk menghilangkan ide tradisional tentang kehidupan akhirat. Kehidupan
akhirat itu tetap penting. Ide pembaharuan mereka berada dalam batas pembaharuan moral dan
kesejahteraan sosial. Mereka hanya melakukan pergeseran dan penekanan, pergeseran inilah yang
menandai fenomena pembaharuan sufisme pada periode pra modern

Anda mungkin juga menyukai