A. Defini
Definisi
si Pneumo
Pneumonia
nia
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari satu infeksi saluran pernafasan bawah akut, dengan gejala batuk disertai sesak nafas
yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, fungi (microplasma) dan aspirasi
substansi asing berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat
dilihat
dilihat melalui
melalui gambaran
gambaran radiologis
radiologis (Nursalam,
(Nursalam, 2015). Menurut
Menurut WHO (World Health
Organnization) pneumonia adalah bentuk infeksi pernafasan akut yang menyerang paru-
paru pada bagian alveoli yang berfungsi sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2, ketika
pasien menderita pneumonia alveoli akan dipenuhi cairan dan nanah yang membuat
pernafasan terasa menyakitkan dan membatasi asupan oksigen. Secara klinis pneumonia
didefinisikan sebagai suatu peradangan parenkim paru distal dari bronkiolus terminalis
yang
yang mencak
mencakup
up bronki
bronkiolu
oluss respirat
respiratori
orius
us dan alveol
alveolii serta
serta menimb
menimbulk
ulkan
an konsol
konsolida
idasi
si
jaringan paru dan gangguan pertukaran
pertukaran gas setempat (Sudoyo, 2015).
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan dan
jaringan intersittel. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneuomonia
pneuomonia antara lain
virus dan bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya dan
beratnya pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi,
GER, dan aspirasi (Daud Dasril, 2013). Pneumonia adalah peradangan pada parenkim
paru yang biasanya terjadi apada anak-anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal
a wal
masa kanak-kanak dan secara klinis penumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer
atau komplikasi dari penyakit lain (Hockenberry dan Wilson, 2009 dalam Seyawati Ari,
2018). Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PPDI) tahun 2017 pnemunonia
dibedakan menjadi dua yaitu pneumonia kominiti dan pneumonia nosokomial.
Pneumonia komunitas adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar rumah
sakit, sedangkan pneumonia nosokomial
nosokomial adalah pneumonia yang terjadi lebih dari 48 jam
atau lebih setelah dirawat di rumah sakit. Pneumonia dapat diklasifikasikan dalam
berbagai cara, klasifikasi paling sering ialah menggunakan klasifikasi berdasarkan tempat
didapatkannya pneumonia (pneumonia komunitas dan pneumonia nosokomial), tetapi
pneumonia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan ar
area
ea paru yang terinfeksi (lobar
pneumonia, multilobar
pneumonia, bronchial pneumonia, dan intertisial pneumonia) atau agen kausatif. (Dahlan
Z. 2009).
B. Etio
tiolog
logi
2. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negatif (E. coli, Klebsiella pneumonia),
pneumonia),
Pseudomonas Aeruginosa, Staphylococcus Aureus,
Aureus, anaerob oral.
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet atau sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh p. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
ke
kead
adaan
aan pa
pasie
sien
n sepert
sepertii ke
keke
keba
balan
lan tubu
tubuh
h da
dan
n pe
peny
nyak
akit
it kr
kron
onis,
is, po
polu
lusi
si ling
lingku
kung
ngan
an,,
penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru paru organism
bermultiplikasi dan, jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi
pneumonia. Menurut Nursalam, 2015 selain di atas penyebab terjadinya pneumonia
inang diantaranya
diantaranya ISPA, Penyalahgunaa
Penyalahgunaan
n etanil,
etanil, merokok,
merokok, gagal jantung,
jantung, penyakit
penyakit paru
obstru
obstruksi
ksi kronik
kronik (PPOK)
(PPOK).. Kerusa
Kerusakan
kan inang
inang juga
juga dapat
dapat diperp
diperparah
arah dengan
dengan
Immunosuppressive tubuh misalnya AIDS, Leukemia, Limfoma, dan penyalahgunaan
kortikosteroid serta obat imunosupresif lainnya.
C. Manif
Manifest
estasi
asi Klinis
Klinis
Gejala khas dari pneumonia
pneumonia adalah demam, menggigil,
menggigil, berkeringat
berkeringat,, batuk (baik non
produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir,
berlendir, purulen, atau bercak darah),
sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada 5 yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu,
kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural friction
fr iction
rub (Sudoyo, 2015).
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran pernafasan atas
akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam dan suhu tubuh meningkat hingga
40oC, sesak nafas, nyeri dada, batuk dahak, pada sebagian penderita juga ditemui gejala
lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly, 2016). Usia
meru
merupa
paka
kan
n fakt
faktor
or pe
pene
nent
ntu
u da
dala
lam
m ma
mani
nifet
fetst
stasi
asi kl
klin
inis
is pn
pneu
eumo
moni
nia.
a. Neon
Neonat
atus
us da
dapa
patt
menunjukan gejala demam tanpa ditemukannya gejala fisis pneumonia. Pola klinis yang
khas pada pasien pneumonia viral dan bakterial umumnya berbeda antara bayi yang lebih
tua dan anak walaupun perbedaan tersebut tidak selalu jelas. Demam, menggigil,
takipneu,
batuk, malaise, nyeri dada akibat pleuritis, retraksi dan iritabilitas akibat sesak respiratory
sering terjadi pada bayi yang lebih tua dan anak.
Pneumonia virus lebih sering berasosiasi dengan batuk, mengi, atau stridor dan gejala
demam lebih tidak menonjol dibanding pneumonia bakterial. Pneumonia bakterial secara
tipikal
tipikal berasosiasi
berasosiasi dengan
dengan demam tinggi, menggigil,
menggigil, batuk,
batuk, dispneu
dispneu dan pada auskultasi
ditemukan adanya tanda konsolidasi paru. Pneumonia atipikal pada bayi kecil ditandai
oleh gejala khas seperti takipneu, batuk, ronki kering(crackles) pada pemeriksaan
auskultasi
auskultasi dan sering ditemukan
ditemukan bersamaan
bersamaan dengan
dengan adanya
adanya konjungti
konjungtivitis
vitis chlamydial.
chlamydial.
Gejala
Gejala klinis
klinis lai
lainny
nnyaa dapat
dapat ditemu
ditemukan
kan distres
distresss pernap
pernapasan
asan termas
termasuk
uk cuping
cuping hidung
hidung,,
retrak
retraksi
si interc
intercost
ostaa dan subkos
subkosta
ta dan merint
merintih
ih (grunt
(grunting
ing)) (Karen
(Karen et al, 2010
2010 dalam
dalam
Setyawati Ari, 2018).
Tabel 1.1 Manifestasi Klinis Pneumonia Berdasarkan Etiologi (Soemantri, 2017).
Jenis Etiologi Pneumonia Faktor Risiko Tanda dan Gejala
Sindrom Streptococcus a. Sindecell diseases a. Mendadak
Mendadak meng
mengigg
iggil
il
o o
Tipikal Pneumoniae (tanpa dan b.Hipogamma (39 C – 40 C)
dengan penyulit) globulinema b. Nyeri pleuritis
c. Multiple myeloma c. Bentuk
Bentuk produk
produktif
tif,,
sputum purule (dapat
mengandung bercak
darah, dinding hidung
kemerahan)
d. Retraksi
Retraksi intercostal
intercostal
Sindrom a. Ha
Haem
emop
ophi
hili
liss a. Us
Usia
ia Tua
Tua a. Onset
Onset bertah
bertahap
ap dala
dalam m
Atipikal Influenzae b. COPD 3-5 hari
b. Staphylococus Aureus (Chronic b. Malaise, nyeri kepla,
Obstuctive nyeri tenggorokan, dan
Pulmonary batuk kering
Disease) c. Nyeri
Nyeri karen
karenaa batu
batuk k
c. Flue
a. My
Mycro
cropla
plasma
sma a. Anak
Anak-a-ana
nak
k
Pneumoniae b. Dewasa Muda
b. Virus Patogen
Aspirasi a. Aspira
Aspirasi
si basi
basill garam
garam a. Kon
Kondis
disii lemah
lemah a. Dema
Demam m dan
dan batu
batukk
negatif, Klebsiella, karena konsumsi b. Produksi sputum dan dan
Pseudomonas, alkohol bau busuk
Enterobacter, b. Infeksi c. Distress
Distress respira
respirasi
si
Esterobacter, Nosokomial 1) Sianosis
Escherrichia Proteus c. Ga
Gang
nggu
guanan 2) Batuk
dan basil garam positif Kesadaran 3) Hip
Hipokokse
semmia
Staphylococus 4) In
Infe
feks
ksii Sku
Skund
nderer
b. Aspirasi asam
lambung
Hematogen Terjadi bila patogen a. Kate
Kateter
ter IV
IV yan
yang
g Batuk nonproduktif dan
menyebar ke paru-paru terinfeksi nyeri pleuritik
melalui darah b. Endokarditis
c. Dr
Drug
ug ab
abus
usee
D. Pato
Patofi
fisi
siol
olog
ogis
is
Proses patogenesis pneumonia terkait dengan tiga faktor yaitu keaadan (imunitas) pasien,
mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini
disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Adanyanya bakteri di paru merupakan
akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan,
sehing
sehingga
ga mikroo
mikroorga
rganis
nisme
me dapat
dapat berkem
berkemban
bang
g biak
biak dan beraki
berakibat
bat timbul
timbulnya
nya sakit.
sakit. Ada
beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan yaitu Inokulasi langsung, Penyebaran
melalui darah, Inhalasi bahan aerosol, dan Kolonosiasi di permukaan mukosa. Dari keempat
cara tersebut, cara yang terbanyak adalah dengan kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada
virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur.
Kebany
Kebanyaka
akan
n bakter
bakteria
ia dengan
dengan ikuran
ikuran 0,5-2,
0,5-2,0
0 mikron
mikron melalu
melaluii udara
udara dapat
dapat mencap
mencapai
ai
brokonsul terminal atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi
pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah
dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian
besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal
waktu tidur (50%) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai
obat (drug abuse). Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang sanagt tinggi 108-
10/ml, sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan titer
inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.
2. Zona permulaan konsolidasi (red hepatization): terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi
sel darah merah;
3. Zona konsolidasi yang luas (grey hepatization): daerah tempat terjadi fagositosis yang
aktif dengan jumlah PMN yang banyak;
4. Zona resolusi E: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit
dan alveolar makrofag.
Infeksi parenkim paru menghasilkan squel tenis yang tidak hanya mengubah fungsi
no
norma
rmall parenk
parenkim
im paru
paru tet
tetapi
api juga
juga dengan
dengan mengin
menginduk
duksi
si respon
respon iskemi
iskemik.
k. konsek
konsekuen
uensi
si
patofisiologis utama dari perdagangan dan infeksi yang melibatkan ruang udara distal
adalah berkurangnya ventilasi ke daerah yang terkena. jika perfungsi relatif dipertahankan
sepe
sepert
rtii yan
yang seri
sering
ng terj
terjad
adii kar
aren
enaa ef
efek
ek vaso
vasod
dilat
ilato
or med
media
iato
torr in
infl
flam
amas
asii hasil
sil
ketidakseim
ketidakseimbanga
bangan
n ventilasi
ventilasi perfusi.
perfusi. ketika
ketika alveoli
alveoli dipenuhi
dipenuhi dengan
dengan eksudat
eksudat inflamasi
inflamasi
Mungkin tidak ada ventilasi ke daerah-daerah tersebut. ketidakseimbangan ventilasi
perfusi umumnya bermanifestasi sebagai bagai hipoksemia. ketidakcocokan ventilasi
berfungsi dengan area rasio ventilasi perfusi rendah biasanya merupakan faktor yang lebih
penting. retensi karbon dioksida bukan fitur Pneumonia kecuali pasien sudah memiliki
cadang
cadangan
an yang
yang sangat
sangat terbatas
terbatas terutam
terutamaa pada
pada COPD Chronic
COPD (Chronic Obstu
Obstuctive
ctive Pulmo
Pulmonary
nary
Disease) yang mendasarinya. Bahkan pasien pneumonia sering mengalami hiperventilasi
dan memiliki PCo2 kurang dari sama dengan 40 mmHg (Weinberger, 2019)
Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi yang disebabkan oleh paru-paru.
pneumonia dapat terjadi akibat bibit penyakit di udara atau kuman di tenggorokan terhisap
masuk ke paru-paru. penyebaran ini juga dapat melalui darah pada bagian tubuh yang
terluka. dengan batuk contohnya nya akan membuat perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir
lendir tenggo
tenggorok
rokan
an hingga
hingga geraka
gerakan
n rambut
rambut halus
halus (si
(silia
lia)) untuk
untuk mengel
mengeluar
uarkan
kan mucus
mucus
( lendir
lendir)) saat proses
proses perada
peradanga
ngan.
n. lobus
lobus bawah
bawah paru-p
paru-paru
aru paling
paling sering
sering terkena
terkena efek
gravitasi.
gravitasi. setelah mencapai
mencapai alveoli
alveoli maka pnoumocuccus
pnoumocuccus menimbulkan
menimbulkan respon yang khas
diantaranya nya:
1. Kong
Kongest
estii (24
(24 jam
jam pert
pertam
ama)
a)
Eksudat
Eksudat yang kaya akan protein keluar masuk ke dalam alveoli
alveoli melalui
melalui pembuluh
pembuluh
da
dara
rah
h ya
yang
ng be
berd
rdil
ilata
atasi
si da
dan
n bo
boco
corr diser
disertai
tai ko
kong
ngest
estii Vena
Vena.. Taro
Taro menj
menjad
adii be
bera
rat,
t,
edematosa, dan berwarna kemerahan.
2. Hepa
Hepati
titi
tiss ((48
48 jam
jam ber
berik
ikut
utny
nya)
a)
Terjadi pada Stadium kedua ditemukan akumulasi masih dalam ruang alveolar
bersama-sama dalam limfosit dan makrofag. Pleura yang menutupi akan diselimuti
eksuda
eksudatt Fibri
Fibri no
nosa.
sa. paru-p
paru-paru
aru tampak
tampak kemerah
kemerahan
an dapat
dapat tidak
tidak mengan
mengandun
dungg udara
udara
disertai konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula.
3. Hepa
Hepati
titi
tiss kel
kelab
abu
u (3-
(3-8
8 har
hari)
i)
Ditemukan
Ditemukan akumulasi fibrin yang berlanjut
berlanjut disertai penghancura
penghancuran
n sel darah putih
dan merah. paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Reso
Resolu
lusi
si (8-1
(8-11
1 har
hari)
i)
Pada
Pada taha
tahap
p in
inii ek
eksu
suda
datt meng
mengala
alami
mi lisis
lisis da
dan
n di
diab
abso
sorsi
rsi ol
oleh
eh makr
makrof
ofag
ag da
dan
n
yang kem
kemudi
udian
an menyeb
menyebabk
abkan
an terjadi
terjadinya
nya comi
comien
ence
ce paru-paru menurun sehingga
suplai O2 menurun yang menimbulkan terjadinya gangguan pola nafas dan intoleransi
ak
akti
tivi
vita
tas,
s, Pors
Porses
es pera
perada
dang
ngan
an juga
juga dapa
dapatt meny
menyeb
ebab
abka
kan
n pe
peni
ning
ngka
kata
tan
n su
suhu
hu
(hipertermia). Penumpukan secret akan terakumulasi dijalan nafas sehingga timbul
masal
masalah
ah ke
kepe
pera
rawa
watan
tan be
bersi
rsiha
han
n jalan
jalan na
nafa
fass tida
tidak
k ef
efek
ekti
tif.
f. Jika
Jika sput
sputum
um masu
masuk
k
kelambung akan terjadi peningkatan asam basa yang akan menyebabkan mual dan
muntah.
E. Pathwa
Pathway
y Penum
Penumoni
onia
a
Kuman Berlebih di Bronkus Mikroorganisme terbawa kesaluran pencernaan Bakteri, Virus, Jamur Terhirup / Teraspirasi
Proses Peradangan Infeksi saluran Pencernaan Dilatasi Pembulu Darah Suhu Tubuh Edema antar kapiler alveoli
BU Meningkat
Akumulasi Sekret di Bronkus Hipertermi
Eritrosit Pecah
Eksudat Plasma
Malabsorpsi Sepkimia
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efekf
Mukus Bronkus Edema Paru
Diare Metabolisme
Gangguan Disfungsi dalam Plasma
Anoreksia
Evaporasi Pengerasan Dinding Paru
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Gangguan Pertukaran Gas
Intake Kurang
O2
Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit
Hipoksia
F. Pemer
Pemeriks
iksaan
aan Penun
Penunja
jang
ng
Manife
Manifestas
stasii klinis
klinis yang
yang terjad
terjadii akan
akan berbed
berbeda-
a- beda
beda berdasa
berdasarka
rkan
n kelomp
kelompok
ok umur
umur
tertentu.
tertentu. Pada neonatus sering dijumpai
dijumpai takipneu,
takipneu, reaksi dinding
dinding dada, grunting,
grunting, dan
sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering
terlihat adalah tapiknea, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.
Pada pra-sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (nonproduktif /
produktif), tapikneu, dan dispneu yang ditandai reaksi dinding dada. Pada kelompok anak
sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (nonproduktif/produktif), nyeri dada,
nyeri kepala, dehidrasi dan letargi. Pada semua kelompok umur, akan dijumpai adanya
na
napa
pass cu
cupi
ping
ng hidu
hidung
ng.. Pada
Pada au
ausk
skul
ulta
tasi,
si, da
dapa
patt te
terd
rden
enga
garr pe
pern
rnap
apasa
asan
n menu
menuru
run.
n. Fine
crackles (ronkhi basah halus) yang khas pada anak besar, bisa juga ditemukan pada bayi.
Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun,
suara nafas menurun, dan terdengar fine crackles (ronkhi basah halus) didaerah yang
terkena. Iritasi pleura akan mengakibatkan nyeri dada, bila berat dada menurun waktu
inspirasi, anak berbaring kearah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa sakit dapat menjalar
ke leher, bahu, dan perut. Pemeriksaan berfokus pada bagian thorak yang mana dilakukan
dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Inspeksi:
Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping
hidung, distensis abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri
dada saat menarik napas. Batasan takipnea pada anak usia 2 bulan -12 bulan adalah
50x/me
50x/menit
nit atau lebih,
lebih, sement
sementara
ara untuk
untuk anak
anak berusi
berusiaa 12 bulan
bulan – 5 tahun
tahun adalah
adalah
40x/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada kedalam pada
fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada akan tampak jelas.
2. Palpasi:
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin
meni
mening
ngka
katt pada
pada si
sisi
si yang
yang sa
saki
kit,
t, dan
dan na
nadi
di mung
mungki
kin
n meng
mengal
alam
amii pe
peni
ning
ngka
kata
tan
n
(tachichardia)
3. Perkusi:
Suara redup pada sisi yang sakit
4. Auskultasi:
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung /
mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit,
dan
ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofoni, kadang-
kadang terdengar bising gesek pleura.
Sedangkan untuk pemeriksaan penunjang lain sebagai penegak diagnosa diantaranya :
1. Radiologi
Pemeri
Pemeriksaa
ksaan
n menggu
menggunak
nakan
an foto
foto thorak
thorakss (PA/la
(PA/latera
teral)
l) merupa
merupakan
kan pemerik
pemeriksaan
saan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran
radiol
radiologi
ogiss dapat
dapat berupa
berupa infilt
infiltrat
rat sampai
sampai konsol
konsoluda
udasi
si dengan
dengan air bronch
bronchogr
ogram,
am,
penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas. Foto rontgen thoraks
proyeksi posterior - anterior merupakan dasar diagnosis utama pneumonia. Foto
lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan, misalnya efusi pleura. Pada bayi
dan anak yang kecil gambaran radiologi sering kali tidak sesuai dengan gambaran
klinis. Tidak jarang secara klinis tidak ditemukan apa-apa tetapi gambaran foto
thoraks menunjukkan pneumonia berat. Foto thoraks tidak dapat membedakan antara
pneumonia bakteri dari pneumonia virus. Gambaran radiologis yang klasik dapat
dibedalan menjadi tiga macam yaitu ; konsolidasi lobar atau segmental disertai adanya
air bronchogram, biasanya disebabkan infeksi akibat pneumococcus atau bakteri lain.
Pneumonia intersitisial biasanya karena virus atau Mycoplasma, gambaran berupa
coracan bronchova
bronchovaskular
skular bertamb
bertambah,
ah, peribron
peribronchal
chal cuffing
cuffing dan
dan overaeriatio
overaeriation;
n; bila
berat terjadi pachyconsolidation karena atelektasis.
Gambaran
Gambaran pneumonia
pneumonia karena Saureus
Saureus dan bakteri lain biasanya menunjuk
menunjukkan
kan
gambaran bilateral yang diffus, corakan peribronchial yang bertambah, dan tampak
infiltrat halus sampai ke perifer. Staphylococcus pneumonia juga sering dihubungkan
dengan
dengan pneumatocell
pneumatocellee dan efusi pleural (empiema),
(empiema), sedangkan Mycoplasma
Mycoplasma akan
memberi
memberi gambaran
gambaran berupa
berupa infiltrat
infiltrat retikular
retikular atau retikulonodular
retikulonodular yang terlokalisir
terlokalisir di
satu
satu lobu
lobus.
s. Kete
Ketepa
pata
tan
n perk
perkir
iraa
aan
n etio
etiolo
logi
gi da
dari
ri ga
gamb
mbar
aran
an fo
foto
to th
thor
orak
akss masi
masih
h
dipertanyakan namun para ahli sepakat adanya infiltrate alveolar menunjukan
penyebab bakteri sehingga pasien perlu diberi
antibiotika.
2. Lab
Laborat
orator
oriu
ium
m
Peni
Pening
ngka
katan
tan ju
juml
mlah
ah leuk
leukos
osit
it be
berk
rkis
isar
ar an
anta
tara
ra 10
10.0
.000
00 - 40
40.000//µl, Leukos
.000 Leukosit
it
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia.
Hitung
Hitung jenis menunjukkan
menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat. Hasil pemeriksaan
leukosit > 15.000/µl dengan dominasi netrofil sering didapatkan pada pneumonia
bakteri, dapat pula karena penyebab non bakteri. Laju endap darah (LED) dan C
reaktif
c. Suportif
Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Nutrisi parenteral diberikan selama pasien
masih sesak.
H. Komp
Kompli
lika
kasi
si
Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan komplikasi. Akan
tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi, mungkin mengalami
beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis), abses paru, efusi pleura, dan kesulitan
bernapas.15 Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri yang menginfeksi paru
masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke organ lain, yang berpotensi
menyebabkan kegagalan organ. Pada 10% pneumonia pneumokokkus dengan bakteremia
dijumpai
dijumpai terdapat
terdapat komplikasi
komplikasi ektrapulmo
ektrapulmoner
ner berupa
berupa meningitis,
meningitis, arthritis,
arthritis, endo
endokardit
karditis,
is,
perikarditis, peritonitis, dan empiema.3,15 Pneumonia juga dapat menyebabkan
akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut dengan efusi pleura.
Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Pada klinis sekitar 5%
kasus
kasus efusi
efusi pleura
pleura yang
yang diseba
disebabka
bkan
n oleh
oleh P. pne
pneumo
umonia
niaee dengan
dengan jumlah
jumlah cairan
cairan yang
yang
sedik
sedikit
it da
dan
n si
sifat
fatny
nyaa se
sesaa
saatt (efus
(efusii pa
parap
rapne
neum
umon
onik
ik).
). Efus
Efusii pl
pleu
eura
ra ek
eksu
suda
dati
tiff ya
yang
ng
mengan
mengandun
dung
g mikroo
mikroorga
rganis
nisme
me dalam
dalam jumlah
jumlah banyak
banyak besert
besertaa dengan
dengan nanah
nanah disebu
disebutt
empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage menggunakan chest
tube atau dengan pembedahan.
I. Asuh
Asuhan
an Kepe
Kepera
rawa
wata
tan
n Teor
Teorii
1. Pengkajian
a. IDE
IDENTIT
NTITAS
AS PAS
PASIE
IEN
N
Berisikan nama lengkap pasien, usia pasien, jenis
je nis kelamin pasien, suku/bangsa pasien,
agama pasien, pekerjaan pasien, pendidikan pasien, alamat pasien, dan diagnosa
medis.
b. IDENTI
IDENTITAS
TAS PENANG
PENANGGUN
GUNG
G JAWAB
JAWAB
Berisikan nama lengkap penanggung jawab, usia penanggung jawab, jenis kelamin
penanggung jawab, suku/bangsa penanggung jawab, agama penanggung jawab,
pekerjaan penanggung jawab, pendidikan penanggung jawab, alamat penanggung
jawab, dan status hubungan penanggung
penanggung jawab dengan pasien.
c. RIWA
RIWAYA
YAT
T KEPE
KEPERA
RAWA
WATA
TAN
N
1) Ri
Riwa
waya
yatt Seb
Sebel
elum
um Sak
Sakit
it
Penyakit berat yang penah diderita :
Alergi :
Berisik
Berisikan
an alergi
alergi yangdi
yangdimil
miliki
iki pasien
pasien baik
baik obat-o
obat-obat
batan
an ataupun
ataupun makana
makanan
n yang
yang
memungkinkan nantinya dapat memperburuk keadaan pasien
Kebiasaan merokok/alkohol :
Beri
Berisik
sikan
an riwa
riwaya
yatt pa
pasie
sien
n ap
apak
akah
ah pa
pasi
sien
en meru
merupa
paka
kan
n pe
pero
roko
kok
k ak
akti
tif/p
f/pasi
asiff at
atau
au
mengonsumsi alkohol, dan jika pasien merupakan perokok aktif berapa jumlah rokok
yang dapat dihabiskan dalam sehari, lalu sejak kapan menjadi perokok/ mengonsumsi
alkohol. Apakah saat sakit ini pasien tetap meroko, mengurang, atau berhenti.
2) Riwaya
Riwayatt Penyak
Penyakit
it Sekara
Sekarang
ng
Keluhan utama :
Umumnya keluhan yang dirasakan pasien adalah sesak nafas, susah nafas, atau dada
terasa berat.
Riwayat keluhan utama :
Berapa lama pasien mengalami keluhan tersebut.
Upaya yang telah dilakukan :
Berisakan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pasien secara mandiri atau keluarga
untuk mengurangi keluhan yangdirasakan, bentuk upaya yang dilakukan dan jika
upaya yang dilakukan bersifat tindakan medis apakah tidakan tersebut dilakukan oleh
tenaga professional.
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :
Berisikan terapi seperti medis atau nonmedis dan juga tindakan operasi yang mungkin
pernah dilakukan.
3) Riwata
Riwatarr Keseha
Kesehatan
tan Keluar
Keluarga
ga
Berisikan
Berisikan riwayat
riwayat kesehatan
kesehatan keluarga seperti orang tua, saudara, dan lainnya
lainnya apakah
apakah
terdapat keluarga yang memiliki keluhan, riwaat kesehatan, atau kasus yang sama
dengan pasien saat ini
Genogram : Berisikan gambaran genogram keluarga pasien beserta keterangannya
pada 3 generasi.
4) Riwaya
Riwayatt Keseh
Kesehata
atan
n Ling
Lingkun
kungan
gan
Berisikan keadaan lingkungan disekitar pasien baik rumah, tempat pekerjaa, kamar,
dan lain-lain. Apakah terdapat keadaan lingkungan yang menjadi faktor pencetus,
faktor pemberat keadaan pasien saat ini.
5) Riwaya
Riwayatt Keseh
Kesehata
atan
n Lain
Lainnya
nya::
Berisikan riwayat kesehatan pasien lainnya seperti pasien pernah mengalami masalah
kesehatan
kesehatan lain yang mungkin
mungkin dapat berkaitan
berkaitan dengan masalah saat ini atau mungkin
tidak
tidak berkai
berkaitan
tan atau
atau tidak
tidak berpen
berpengar
garuh
uh dengan
dengan masala
masalah
h yang
yang dialam
dialamii atau yang
yang
dirasakan pasien saat ini. Contoh pasien memili riwayat penyakit diabete, jantung,
typus,
typus, atau lainny
lainnya.
a. Dan juga
juga ditany
ditanyaka
akan
n apakah
apakah pasien
pasien menggu
menggunak
nakan
an alat
alat bantu
bantu
kesehatan seperti kacamata, gigi palsu, alat bantu pendengaran, atau lainnya.
d. OBSERV
OBSERVASI
ASI DAN
DAN PEME
PEMERIK
RIKSA
SAAN
AN FISIK
FISIK
1) Kead
Keadaa
aan
n um
umum :
Berisikan keadaan umum pasien saat masuk rumah sakit atau saat berada diruangan
rawat inap. Dengan alat pengukuran Glasg
pengukuran Glasgow
ow Coma Scale (GCS) yang meliputi mata,
kesadaran, dan verbal. Keadaan umum juga berisikan keadaan secara umum seperti
apakah pasien coma, apatis, composmmetis, somnolent, spoor, atau gelisah.
2) Tanda-t
Tanda-tand
andaa vital
vital,, TB
TB dan
dan BB:
BB:
Berisikan hasil pemeriksaan observasi tanda-tanda vital seperti berapa tekanan darah
(TD)) dalam
(TD dalam mmHg,
mmHg, nadi
nadi (N) dalam
dalam kali/m
kali/meni
enit,
t, suhu
suhu (S) dalam
dalam derajat
derajat celcius
celcius,,
respirator rate (RR) kali/menit, berat badan (BB) dalam Kilogram (Kg), dan tinggi
badan (TB) dalam centimeter (Cm).
3) Body
Body Syst
System
ems:
s:
a) Pern
Pernap
apasa
asan
n (B1:
(B1: Breath
Breathin
ing)
g)
Berisikan keadaan umum organ pernafasan yaitu hidung apakah terdapat sumbatan,
perlukaan atau lainnya yang dapat menganggu
menganggu jalan nafas pasien. Kondisi pernafasan
pasien apakah nyeri, dyspnea (sesak nafas), orthopnea (sulit nafas saat tidur), cyanosis
(kebiru-biruan pada kulit), batuk darah, nafas dangkal, apakah ada retraksi dada,
apakah ada sputum, apakah terdapat tracheostomy, atau apakah pasien menggunakan
respirator (alat bantu nafas). Lalu apakah pasien memiliki sura nafas tambahan seperti
wheezing, ronchi, rales, crackles dan lokasinya berada dimana. Inspeksi bagian dada
apakah simetris, apakah ada perlukaan, dan keadaan lainnya disekitar dada.
b) Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
Berisikan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien terutama yang berkaitan dengan
blleding seperti nyeri dada, pusing, kram kaki, palpitasi (berdegup kencang), clubbing
finger (kelainan pada kuku), keadaan pada suara jantung apakah normal atau apakah
terdapat kelainan, apakah terdapat edema disekitar lokasi jantung, palpebral, anasarka,
ekstremitas atas, ekstemitas bawah, ascites, tidak ada, atau lainnya.
c) Persy
Persyara
arafa
fan
n (B3
(B3:: Bra
Brain
in))
keadaan
Berisi keadaan pasien saat ini keadaan secara umum seperti apakah pasien coma,
apatis, composmmetis, somnolent, spoor, atau gelisah. Bagaimana hasil Glasgow
Coma Scale (GCS) yang meliputi mata, kesadaran, dan verbal. Lakukan inspeksi dan
palpasi di area kepala dan wajah, bagaiman keadaan mata, konjungtiva, pupil, leher,
reflek sensori (pendengaran, penciuman, pengecapan, penglihatan, dan peraba).
d) Perkem
Perkemiha
ihan-E
n-Elim
limina
inasi
si Uri (B4:
(B4: Bladder)
Bladder)
Berisikan
Berisikan data produksi output cairan dalam mililiter (ml), berapa frekuensinya,
keadaan warna, bau. Apakah urin oliurgi, poliurgi, dysuri, hematuri, nocturi, apakah
pasien merasa nyeri saat kencing, apakah pasien menggunakan kateter, apakah urin
keluar hanya menetes, apakah saat kencing terasa panas, apakah inkotinen, sering,
retensim cystotomi, atau tidak ada masalah.
e) Pencer
Pencernaa
naan-E
n-Elim
limina
inasi
si Alvi
Alvi (B5:
(B5: Bowel)
Bowel)
Berisi keadaan organ pencernaan mulai dari mulut, tenggorokan, bagian abdomen,
dan rectum. Apakah pasien mengalami maslaah pencernaan seperti diare, konstipasi,
fesess darah,
fese darah, tidak
tidak terasa,
terasa, melena
melena,, wasir,
wasir, apakah
apakah pasien
pasien menggu
menggunak
nakan
an colost
colostomi
omi,,
menggunakan pencahar, penggunaan alat bantu, atau keadaan sulit BAB. konsistensi
dan frekuensi BAB, dan apakah terdapat diet khusus sesuai anjuran dokter.
4) Tulang
Tulang Otot
Otot Integu
Integumen
men (B6:
(B6: Bone)
Bone)
Berisi keadaan tulang, otot, dan kulit pasien secara umum. Kemampuan
pergerakan sendi apakah bebas, terbatas, apakah ada parese, paralise, parese, atau
lainnya. Keadaan
ekstermitas atas dan bawah (kelainan, peradangan, fraktur, perlukaan, dan lokasi),
keadaan tulang belakang, keadaan kulit (warna, akral, dan turgol).
5) Si
Sist
stem
em Endo
Endokr
krin
in
Berisikan terapi hormon yang mungkin pernah dilakukan pasien sebelumnya atau
sedang dilakukan, dan riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik.
6) Si
Sist
stem
em Repr
Reprod
oduk
uksi
si
Berisikan bentuk alat reproduksi, keadaan. Dan pada pasien perempuan ditambah
data mengenai siklus haid, dan payudara.
7) Pola
Pola Aktivit
Aktivitas
as : Dirumah
Dirumah dan
dan Di Rumah
Rumah Sakit
Sakit
Berisikan perbandingan pola aktivitas pasien saat dirumah dengan di rumah sakit
melipu
meliputi
ti pola
pola makan,
makan, minum
minum,, dan kebersi
kebersihan
han diri.
diri. Baik
Baik frekuen
frekuensi
si atau
atau kegiat
kegiatan
an
dilakukan secara mandiri, bantuan sebagian, dan bantuan total.
8) Istir
Istirah
ahat
at dan
dan aktiv
aktivita
itas:
s:
Pola istirahat dan aktiv
aktivitas
itas keseharian
keseharian pasien saat dirum
dirumah
ah dengan
dengan dirumah
dirumah sakit
baik frekuensi lama/durasi, masalah, dan tingkat ketergantungan.
e. PSIK
PSIKOS
OSOS
OSIA
IAL
L SPI
SPIRI
RITU
TUAL
AL
Meli
Melipu
puti
ti keada
eadaan
an so
sosi
sial
al inte
interk
rksi
si pasi
pasien
en,, du
duku
kung
ngan
an ke
kelu
luar
arg
ga, duku
kung
ngan
an
teman/kelompok, reaksi saat interaksi, dan konfrik yang mungkin muncul. Bentuk
spiritual seperti konsep ketuhanan, sumber harapan, ritual/ibadah yang dilakukan, sarana
spiritual yang diraharapkan saat ini, adakah upaya kesehatan yang bertentangan dengan
keyakinan dalam beragama, keyakinan ketuhanan, keyakinan kesembuhan, dan presepsi
mengenai penyakit.
f. PEME
PEMERI
RIKS
KSAA
AAN
N PENU
PENUNJ
NJAN
ANG
G
Berisikan pemeriksaan penunjang dalam penegakan diagnosis seperti Laboratorium
(uji lab darah lengkap atau sputum), tindakan rontogen (X-Ray, USG, CT-Scan).
g. TERAPI
Berisikan daftar terapi pemberian obat dan tindakan yang akan diberikan kepada
pasien sesuai anjuran dokter setelah hasil pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan Teori
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat
bernafas, kelemahan otot pernafasan) yang ditandai dengan dispnea, pola nafas
abnormal (mis. Takipnea, brakipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokess), dan
fase ekspirasi memanjang.
Dia
iagn
gnos
osa
a Ke
Kepera
peraw
wat
atan
an SDKI
DKI Tuj
ujua
uan
nddan
an Kr
Krit
iter
eria
ia Ha
Hasi
sill S
SLK
LKII Int
Interve
erven
nsi Kep
Keperaw
erawat
atan
an SIKI
SIKI
Subjektif :
Tidak Tersedia b.
c. Berikan
La
Lakuka
kukan nminuman
fisi
fisiote rapihangat
oterap i dada ji
jika
ka
Objektif : perlu
1. Batu
Batukk tida
tidakk efe
efekt
ktif
if d. Be
Beri
rika
kan
n ok
oksi
sige
gen
n
2. Ti
Tida
dakk ma
mampmpu u batu
batukk Edukasi :
3. Sput
Sputum
um be berl
rleb
ebih
ih a. Anjurkan asupan cairan
4. Mengi,
Mengi, Wheez
Wheezinging dan/ronkhi
dan/ronkhi kering
kering 2000ml/hari
5. Mekoni
Mekonium um dij
dijala
alann napas (pa
(pada
da b. Ajarkan teknik batuk efektif
neonatus) Kolaborasi :
Gejala dan Tanda Minor Kolaborasi pemberian
Subjektif : bronkodilator, ekspek
ekspektoran,
toran,
1. Dispneneaa mukolitik
2. Suli
Sulitt b
bic
icararaa
3. Ortop
opne
neaa Manajemen Batuk Efektif –
Objektif : 1.01006
1. Gelisah Observasi :
2. Sia
Siano
nosisiss a. Identi
Identifik
fikasi
asi ke
kemam
mampua
puan
n batuk
batuk
3. Bunyi
Bunyi n nap
apasas menu
menuru
runn b. Monitor adanya retensi
retensi
4. Frekue
Frekuensinsi nap
napas
as beu
beubah
bah sputum
5. Pola
Pola n nap
apasas b ber
erub
ubah
ah c. Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran napas
Terapeutik :
a. Atur posisi semi fowler /
fowler
b. Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
c. Buang sekret pada tempat
sputum
Edukasi :
a. Je
Jela
laska
skan n tuju
tujuan
an dan
dan pros
prosed
edur
ur
batuk efektif
b. Anjurkan tarik napas dalam dalam
me
mela
lalu
luii hidu
hidung
ng se sela
lama
ma 4
detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian kelua
uarrka
kan
n dari
mulut dengan bibir dibulatkan
selama 8 detik
c. Anjur
njurka
kan n memeng
ngul
ulan
angi
gi tarik
napas dalam hingga 3 kali
d. Anj
Anjurk
urkan
an bat
batuk
uk dengan
dengan kua
kuatt
langsung setelah tarikan napas
dalam yang ketiga
PolaDNapas
a. ispneaa : da
spne darri skakala
la 2 (cuk(cukup
up Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian mukolitik /
meni
meningngka
kat)t) menj
menjad adii 4 (cuk
(cukup
up ekspektoran
menurun)
b. Tekanan ekspirasi dari skala 2 Terapi Oksigen – 1.01026
(cuku
cukup p menu
menuru run)
n) menj
menjaadi 4 Observasi :
(cukup meningkat) Monitor kecepatan aliran O2
c. Te
Teka
kana
nan
n insp
inspir
iras
asii da
dari
ri skal
skalaa 2 Monitor posisi alat terapi O2
(cuku
cukup p menu
menuru run)
n) menj
menjaadi 4 Monitor aliran oksigen secara
(cukup meningkat) periodik dan pastikan fraksi
d. Pemanj
Pemanjang
angan an fase ekspi
ekspiras
rasii dari yang diberikan cukup
skala 2 (cukup meningkat) Monitor efektifitas terapi O2
menjadi 4 (cukup menurun) Monitor tanda-tanda
e. Fre
Freku
kueens
nsii nanapa
pass dadari
ri sk
skaala 3 hipoventilasi
(sedang) menjadi 5 (membaik) Monitor tanda dan gejala
toksitasi
Mon
onit
itor
or tingk
ingkaat kecemasa sann
akibat terapi O2
Terapeutik :
a. Be
Bers
rsih
ihka
kann se
sekr
kret
et pad
padaa mulu
mulut, t,
hidung, trakea (jika perlu)
b. Pertahankan kepatenan jala jalan
n
napas
c. Siap
Siapka
kann da
dan
n atur
tur peralatan
pemberian O2
d. Gunak
Gunakanan peran
perangkat
gkat O2 yang
sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi :
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan O2 dirumah
Kolaborasi :
Tingkat Nyeri : a. Kolaborasi penentuan dosis O2
a. Keluha
Keluhann nyer
nyerii dari
dari skala
skala 2 (cuku
(cukup p b. Ko
Kola
labo
bora
rasi
si pengg
penggununaa
aan
n
meni
mening
ngka
kat)
t) menj
menjadadii 4 (cuk
(cukup
up O2 saat aktivitas dan tidur
menurun)
b. Kesulitan tidur dari skala 2 Manajemen Nyeri – 1.08238
(cuk
(cukup
up meni
meningngka
kat)
t) menj
menjad
adii 4 Observasi :
(cukup menurun) a. Identifikasi lokasi,
c. Pola
Pola napa
napass dar
darii skala
skala 3 (s(sed
edan
ang)
g) karakteristik, durasi, frekuensi,
menjadi 5 (membaik) kualitas, intensitas nyeri
d. Pola
Pola tidur
tidur dari
dari sk
skal
alaa 3 (s
(sed
edan g) b. Identifikasi skala nyeri
ang)
menjadi 5 (membaik) c. Identi
Identifik
fikasi
asi rerespon
sponss nye
nyeri
ri non
verbal
d. Ide
dent
ntif
ifiika
kasi
si fak
akto
torr ya
yang
ng
memperberat dan
memperingan nyeri
e. Moni
Monitotorr kebe
keberhrhas
asil
ilan
an tetera
rapi
pi
ko
komp
mpleleme
mentnteer ya yang
ng sudah
diberikan
f. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
c. Fasilitas
Fasilitasii istira
istirahat
hat dan tidur
d. Pertimbangka
kan
n jenis
nis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi penurunan nyeri
Edukasi
a. Je
Jelaskaa:n pe
lask peny
nyeeba
bab,
b, pe
perriode,
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meremeredakan
dakan
nyeri
c. Anjurkan
Anjurkan monito
monitorr nyeri seca
secara
ra
mandiri
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian
analgetik
Dx2 : Gangguan pertukaran gas Setelah
Sete lah dilakukan
dilakukan intervensi
intervensi selam
selamaa
Penyebab 2x
2x24
24 jamjam dihadihara
rapk
pkan
an ga gang
nggu
guan
an
1. Ketidaksei
Ketidakseimbanga
mbangan n ventilasi-
ventilasi-perf
perfusi
usi pertukaran gas berkurang dengan
2. Perubahan
Perubahan membran
membran alveolus-ka
alveolus-kapiler
piler kriteria hasil :
Gejala dan Tanda Mayor Pertukaran Gas : Pemantauan Respirasi –
Subjektif : a. Ti
Ting
ngka
katt ke
kesa
sada
dara
ran
n dadari
ri skal
skalaa 5 1.01014
1. Dispnea (menin
(me ningka
gkat)t) tet
tetap
ap pad
padaa skala
skala 5 Observasi :
Objektif : (meningkat) a. Monito
Monitorr frefrekue
kuensi
nsi,, ira
irama,
ma,
1. PCO2 meningkat/menurun b. Dispnea dari skala 3 (sedang) kedalaman dan upaya napas
PO2 menurun b. Monitor pola napas
2. Ta
3. Taki
kika
kard
rdia
ia menjadi
c. Napas skala
Napas ccupi
upingng 5hidun
hi(menurun)
dung g dari
dari skala
skala 3 c. Monito
Monitorr ke kemam
mampua
puan n batu
batukk
4. pH arteri
arteri menin
meningka
gkat/m
t/menu
enurun
run (sedang) menjadi skala 5 efektif
5. Bunyi
Bunyi nanapa
pass tamba
tambaha han
n (menurun) d. Mon
Monitoitorr ada
adanya
nya ppro
roduk
duksi
si
Gejala dan Tanda Minor d. PCO2
PCO2 da dariri skskal
alaa 3 (s (sed
edan
ang)
g) sputum
Subjektif : menjadi skala 5 (membaik) e. Monito
Monitorr adaadanya
nya ssum
umbabata
tan
n
1. Pusing e. PO2 da darri skskaala 3 (s (seeda
dang
ng)) jalan napas
2. Peng
Pengli
liha
hata
tan
n ka
kabu
burr menjadi skala 5 (membaik) f. Pa
Palp
lpas
asii kesi
kesime
metr
tris
isan
an
Objektif : f. Ta
Taki
kika
kard
rdia
ia dar
darii sk
skalalaa 3 (s
(sed
edan
ang)
g) ekspansi paru
1. Sianosis menjadi skala 5 (membaik) g. Aus
Auskul
kultas
tasii buny
bunyii napa
napass