Anda di halaman 1dari 12

実は日本の方言がいくつありますか

Kelompok 春:

Lintang Kanaya (21020104012)

Alfira Meilyn Putri F. (21020104040)

Muhammad Aulidan Ashabal J. (21020104057)

Siti Nur Lailatul H. (21020104064)

Amjad Amrullah (21020104067)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

TAHUN 2023
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan alat komunikasi sosial paling utama pada kehidupan manusia.
Hampir dalam seluruh waktu di kehidupan manusia menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi antar sesamanya. Letak geografis dunia yang berbeda-beda juga
memberikan faktor kepada penutur bahasa untuk berkomunikasi sesuai dengan tempat
tinggalnya. Seperti contohnya masyarakat Jawa Tengah yang berkomunikasi dengan
sesame masyarakat Jawa dengan bahasa Jawa Tengah, begitupun juga di tempat lain
seperti bahasa Padang yang dituturkan oleh masyarakat Padang dan bahasa Bali yang
dituturkan oleh masyarakat Bali. Perbedaan bahasa pada satu wilayah tersebut disebut
dengan dialek.

Di Jepang sendiri dialek disebut dengan 方 言 atau hoogen. Hirayama Teruo


mengungkapkan bahwa dialek merupakan keseluruhan sistem dalam kata-kata yang
dipakai dalam suatu daerah. Begitupun dengan Hirao Masao yang mendefinisikan
hoogen yang mengacu pada makna dialek regional. Hiro Masao (dalam Sudjianto:2007)
mengatakan bahwa gramatika, bunyi suara, serta kosakata khusus digunakan dalam
bahasa Jepang berdasarkan daerah-daerah tertentu. Ragam dialek bahasa Jepang dapat
dibagi menjadi dua, yaitu dialek pada bahasa Jepang bagian timur atau disebut dengan 東
日本の方言(higashi no hougen) yang terdiri dari dialek dari Hokkaido, Tohoku, Kanto
dan bagian timur Chubu serta dialek pada bahasa Jepang bagian barat atau disebut
dengan 西日本の方言 (nishi nihon no hougen) yang terdiri dari dialek dari bagian barat
Chubu, Kyoto, Osaka, Nagoya, dan Okinawa.

Pada makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut pembagian dialek-dialek yang ada
pada bahasa Jepang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan penjalasan pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah pada
penelitian ini adalah ;

1. Bagaimana saja dialek-dialek di negara Jepang?


2.
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat ditarik tujuan dari penelitian ini ialah ;

1. Mampu memahami dan mengetahui berbagai jenis dialek yang ada di negara
Jepang.
2.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Dialek

a. Pengertian Dialek

Varian sebuah bahasa yang adanya ditentukan oleh latar belakang asal sipenutur disebut
dengan dialek. Pengertian yang lain menyebutkan bahwa dialek ialah suatu variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok penutur yang memiliki ciri-ciri relatif sama, serta letak geografi daerah.
Adapun ciri-ciri dialek dapat diamati pada tuturan sehari-hari. Dipergunakan oleh masyarakat
pemakainya dari segi fonologi dan morfologi. Pembagian dialek berdasarkan pada faktor dialek
(regional), faktor waktu (temporal), dan faktor sosial.

Kita pasti menduga-duga apakah mereka berasal dari daerah yang sama atau tidak, meskipun
tidak diketahui pasti asal daerah penutur tersebut, misalnya pada saat mendengarkan dua orang
berbicara. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun idioleknya masing-masing memiliki kesamaan
ciri yang menandai bahwa mereka berada dalam satu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur
lain, yang berbeda dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai dialeknya juga, misalnya:
bahasa Jawa dialeknya Banyumas memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan ciri yang memiliki
bahasa Jawa dialek pekalongan, dialek Semarang atau dialek Surabaya. Hal tersebut juga terjadi di
Negara Jepang. Negeri Sakura ini, memiliki dialek yang berbeda-beda di tiap daerahnya atau biasa
disebut dengan hougen 「方言」.
BAB III

ISI

Dialek Hokkaido

Penduduk Hokkaido sebagian besar adalah pendatang yang relatif baru dari berbagai daerah
di Jepang. Dialek Hokkaido (Hokkaidō-ben) dipengaruhi secara jelas oleh dialek Tohoku (Tōhoku-
ben) yang dipakai penduduk paling timur Pulau Honshu. Hal ini dikarenakan letak geografis
Hokkaido dan Tohoku yang berdekatan. Perbedaan jender yang lebih sedikit dan banyaknya kosakata
khas daerah merupakan ciri khas dialek Hokkaido. Kalimat dalam dialek Hokkaido diakhiri dengan
kata dabesa (だべさ) dan bukan desu (です). Ada kecenderungan orang Hokkaido untuk berbicara
cepat dan disingkat-singkat seperti sering ditemui dalam cara berbicara orang di daerah pedalaman di
Jepang.

Contoh Kalimat: "言ったしょやん!" (Itta shoyan, udah kubilang apa!)

Penggunaan: Dalam dialek Hokkaido, kalimat ini digunakan ketika seseorang marah atau frustrasi
terhadap lawan bicara yang melakukan kesalahan, padahal sudah diberi peringatan sebelumnya. Ini
adalah ekspresi kemarahan dalam dialek Hokkaido yang mencerminkan situasi ketika seseorang
merasa frustrasi karena peringatan mereka tidak diindahkan.

Dialek Tohoku

Dialek Tohoku digunakan orang yang tinggal di 6 prefektur di wilayah Tohoku yang
merupakan daerah timur laut di Pulau Honshu. Dialek ini dapat berbeda jauh dari bahasa Jepang
Standar. Bila ada orang berbicara dalam dialek Tohoku di televisi, maka stasiun televisi akan
menampilkan teks terjemahan dalam bahasa Jepang Standar. Tidak adanya perbedaan antara vokal
tinggi "i" dan "u" sehingga kata-kata seperti sushi, susu (jelaga), dan shishi (singa) diucapkan seperti
sebuah homofon (kata-kata tersebut diucapkan dengan perbedaan yang jelas dalam dialek-dialek
bahasa Jepang yang lain) merupakan salah satu ciri khas dialek Tohoku yang sangat mencolok.

Dialek Tohoku tidak mengenal perbedaan yang jelas atau sedikitnya perbedaan dalam
pengucapan antara shi dan su, antara chi dan tsu, serta dakuon ji (じ/ぢ) dan zu (ず/づ). Bunyi-bunyi
chi (ぢ), zu (づ), ji (じ), dan zu (ず) semua diucapkan seperti [dzü]. Oleh karena itu, dialek Tohoku
sering disebut Zūzū-ben (ズーズー弁, dialek Zūzū).

Pembagian dialek Tohoku menurut lokasi geografis:

Tohoku Utara

o Dialek Tsugaru di Prefektur Aomori (Barat)


o Dialek Nambu (Prefektur Aomori sebelah timur dan ujung utara Prefektur Iwate)
o Dialek Shimokita (Prefektur Aomori timur laut, sekitar Semenanjung Shimokita)
o Dialek Iwate (Prefektur Iwate sebelah utara)
o Dialek Morioka (sekitar kota Morioka, Prefektur Iwate)
o Dialek Akita (Prefektur Akita)
o Dialek Shōnai (Prefektur Yamagata barat laut, sekitar bekas Domain Shonai)

Tohoku Selatan

o Dialek Sendai (Prefektur Miyagi)


o Dialek Iwate (selatan Prefektur Iwate)
o Dialek Kesen (tenggara Prefektur Iwate)
o Dialek Yamagata atau dialek Murayama (bagian tengah Prefektur Yamagata)
o Dialek Yonezawa atau dialek Okitama (bagian selatan Prefektur Yamagata)
o Dialek Mogami atau dialek Shinjo (timur laut Prefektur Yamagata)
o Dialek Fukushima (Prefektur Fukushima bagian tengah)
o Dialek Aizu (bagian barat Prefektur Fukushima).

Contoh Kalimat: "言ったやんけ!" (Itta yanke!, sudah kukatakan kan!)

Penggunaan: Dalam dialek Tohoku, kalimat ini digunakan untuk mengekspresikan kemarahan
terhadap lawan bicara yang melakukan kesalahan setelah diberi peringatan sebelumnya. Ini adalah
cara orang Tohoku mengekspresikan rasa marah dan kekecewaan.

Dialek Kyoto
Dialek Kyoto juga merupakan salah satu dialek yang memiliki intonasi khas dan tata
bahasa yang berbeda dari bahasa Jepang standar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hiromi
Ichida (dalam www.Kyoto-np.co.jp/kp/ojikoji/-kotoba.html) yang mengungkapkan bahwa
Kyoto dialek memiliki sejarah panjang yang dikembangkan dalam budaya Kyoto sendiri serta
memiliki intonasi yang unik dan terpisah dari standar bahasa Jepang. Selain itu, implikasi
dari kata berubah sesuai dengan tempat, waktu, dan hubungan.
Adapun contoh dari dialek Kyoto sendiri dengan bahasa Jepang standar ialah sebagai
berikut ;
Bahasa Jepang standar Dialek Kyoto
何してるの? 何してんの?
来ない きいひん
ダメだよ あかんし

Dialek Osaka
Seperti dialek lainnya di Jepang, dialek Osaka juga berasal dari bahasa Jepang kuno
yang dipakai sejak zaman Heian (794-1185). Dialek Osaka memiliki pengaruh dari dialek
dari Kyoto dan Nara. Ciri khas dari dialek Osaka ialah intonasi kuat dan nada yang tajam.
Orang Osaka biasanya memendekkan kata-kata, memangkas kata-kata yang tidak penting,
dan menggunakan kosakata yang tidak ditemukan di bahasa Jepang standar.
Dialek Osaka sendiri merupakan bagian dari rumpun dialek Kansai, namun banyak
orang yang menyamakannya dengan menyebut bahwa keduanya adalah dialek yang sama.
Wilayah-wilayah yang menggunakan dialek Osaka antara lain, Samba, Kawachi (Osaka
bagian Timur), dan Senshu (Osaka bagian Selatan).
Adapun contoh dari dialek Osaka sendiri dengan bahasa Jepang standar ialah sebagai
berikut ;
Bahasa Jepang standar Dialek Osaka
あぶない あむない
ちがう ちゃう
ごめんください ごめんやす
いそがしい せわしなし

Dialek Kanto
Dialek Kanto dibagi atas dua wilayah yang berbeda yaitu wilayah timur dan wilayah
barat. Dialek Kanto atau Kanto-ben ( 関 東 弁 )adalah dialek Tokyo, secara umum dianggap
sebagai Bahasa Jepang standar. Sebagian besar produksi budaya massa di Jepang, seperti televisi,
radio, dan lainnya berada di Tokyo, hal inilah yang menjadi alasan penggunaan dialek Tokyo
sebagai standar dari bahasa Jepang. Tokyo dan wilayah sekitarnya lebih dulu menggunakan
bahasa Jepang yang standar daripada wilayah lainnya. Berikut adalah macam-macam dialek
Kanto, yaitu :
a. Kanto wilayah barat
Dialek wilayah barat diakui sebagai dialek yang standar, meskipun dalam beberapa
wilayahnya berbeda dari dialek bahasa Jepang standar. Berikut merupakan macam
dialek kanto wilayah barat, yaitu :
o Dialek Tokyo, dialek Tokyo dibagi lagi menjadi dua dialek yakni, dialek kelas
atas (yamanote-kotoba), dan dialek kelas bawah atau buruh (shitamachi-
kotoba).
o Dialek Tama (daerah sebelah barat Tokyo)
o Dialek Saitama
o Dialek chichibu
o Dialek Gunma (joushu-ben)
o Dialek Kanagawa
o Dialek Boushu (daerah sebelah selatan chiba)

b. Kanto wilayah timur


Wilayah timur memiliki dialek yang khas dari wilayah Ibaraki. Dialek Ibaraki
memiliki ciri khas pada penekanan bunyi suku katanya misalnya seperti, byoki
menjadi byogi. Selain itu citi khas lainnya yakni kemiripan dalam penbggunaan “i”
dan “e”, contohnya seperti kalimat “iro enpitsu” yang berubah menjadi “ero enpitsu”.
Berikut merupakan macam dialek kanto wilayah timur, yaitu :
o Dialek Ibaraki
o Dialek tochigi
o Dialek Chiba

Adapun contoh dari dialek Kento sendiri dengan bahasa Jepang standar ialah sebagai
berikut :
Bahasa Jepang Standar Dialek Kento Makna
のる のっかる Naik
かたす かたらず Membereskan
じゃん じゃないか。 Bukan?
だべ だろう、でしょう。 Benarkah?

Dialek Kansai
Dialek Kansai adalah dialek dari banyak kota atau prefektur yang bergabung menjadi
satu wilayah kansai. Dialek Kansai atau Kansai-ben ( 関西弁) digunakan di Osaka dan Kyoto
dan di seluruh wilayah barat daya Honshu. Kansai-ben adalah sekelompok dialek yang
termasuk dalam Kinki hougen (近畿方言) atau dialek Kinki, dialek Kansai sudah ada sejak
ribuan tahun lalu. Kota terbesar dari wilayah Kansai adalah kota Osaka, hal inilah yang
menyebabkan dialek Osaka dianggap mewakili keseluruhan dari dialek Kansai bagi bukan
penutur dialek ini. Dalam masing-masing wilayah Kansai pada setiap katanya memiliki dialek
yang membedakan dialek satu dengan yang lainnya. Dialek Kansai dibedakan sesuai dengan
masing-masing katanya, seperti :
a. Dialek Osaka (yang paling terkenal)
b. Dialek Kyoto, dialek ini dikenal dengan dialek yang sopan dan biasa digunakan untuk
basa-basi.
c. Dialek Kobe
d. Dialek Nara
e. Dialek Wakayama
f. Dialek Shiga
g. Dialek Mie
h. Dialek Banshu
Adapun contoh dari dialek Kansai sendiri dengan bahasa Jepang standar ialah sebagai
berikut :
Bahasa Jepang Standar Dialek Kansai Makna
だめ あかん Jangan
ほんとう ほんま Benarkah?
いいよ ええよ/ええど Boleh
ありがとうございます おおきに Terimakasih
おかあさん おかん Ibu

Dialek Nagano
Dialek Nagano/Yamanashi/Shizuoka (dialek Nayashi) - Menggunakan "zura/ra" untuk
inferensi kecuali di timur laut Nagano ( cekungan Sungai Chikuma ) dan sebagian Yamanashi
(bagian timur kabupaten) (juga di Mikawa). Untuk kata kerja bantu pembatalan, "~n"
digunakan di wilayah Enshu di Prefektur Shizuoka, di selatan Prefektur Nagano, dan wilayah
Kuninaka di Prefektur Yamanashi, "~nai" digunakan di wilayah lain, dan di bagian timur
tengah Shizuoka Prefektur, digunakan "~nyaa", yang merupakan gabungan vokal berurutan. '
juga digunakan. Selain itu, ``Iru'' dan ``-teru'' digunakan kecuali di sekitar Kota Kosai ,
Prefektur Shizuoka, dan di bagian selatan Nagano ( Sungai Tenryu dan lembah Sungai Kiso ).

Dialek Nagoya
Dialek Nagoya yang didefinisikan secara sempit. Dikenal juga dengan bahasa Nagoya ,
bahasa ini luwes dan hangat, serta memberikan kesan sopan, anggun, dan murah hati kepada
lawan bicara . Bahasa ini awalnya diucapkan di kota kastil gobanwari di utara Jalan Hirokoji-
dori di Kota Nagoya , tempat tinggal para pedagang kaya yang pindah ke Nagoya ketika
mereka melintasi Kiyosu .Itu diwariskan sampai periode Showa, namun karena dampak
kerusakan perang yang disebabkan oleh pemboman Nagoya dan runtuhnya komunitas lokal
karena rekonstruksi pasca perang yang berani, penurunannya luar biasa, dan kemudian
diganti. dengan bahasa pusat kota.

Terutama ada enam fitur utama


1. Dengan menambahkan “Namo ”, “ Namo” dan “Emo ” di akhir kata, untuk memperhalus
nada kata.
2. Gelar kehormatan dengan ``sama'' - ``Obabasama ( nenek)'', ``Niisama ( kakak laki-laki)'',
``Ossama ( pendeta umum apa pun sektenya)'', dll. Kata-kata yang digunakan dalam keluarga
kelas menengah dan kelas atas. Selain itu , ``chan'' modern seperti ``Obachama'' menjadi
``chama.''
3. Bahasa kuno masih hidup - "Berikan padaku)" "Saya makan terlalu banyak (saya muak
dengan makan terlalu banyak)"
4. Berisi kata Kyoto - ``Yoke'' dan ``Gyosan'' keduanya berarti ``banyak.''
5. Kata-kata yang membantu - ``Subase'' di akhir kata seperti ``Gomaya Subase''
(maaf/permisi) dan ``Irasshai'' adalah ungkapan yang digunakan untuk menciptakan gaya
bahkan dalam kata-kata yang sopan. Dikatakan bahwa ini digunakan terutama oleh wanita.
6. Bahasa Samurai : Kepada atasan, ``Saya minta maaf (saya tidak meminta maaf karena
bersikap kasar, tapi sebelumnya''), ``Saya XX (nama),'' kepada rekan. ``Gozaru, Zaru, Mairi,
Hoi'' dan ``Gozare, Samare, Yai” dikatakan digunakan terutama oleh laki-laki.
DAFTAR PUSTAKA
Dita, D. C. (2019). Dialek Fukui Dalam Film ‘Chihayafuru’ (Doctoral dissertation,
Universitas Andalas).
Sudjianto, M. Bahasa Jepang dalam Konteks Sosial dan Kebudayaannya. 2007. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Pamungkas, G.W (2020). BENTUK DAN FUNGSI DIALEK KYOTO (京都弁) DALAM
FILM 『舞妓 HAAAAN!!!』KARYA NOBUO MIZUTA (Skripsi, Universitas
Negeri Surabaya)
Arieyani, M. (2008). ANALISIS PEMAKAIAN DIALEK OSAKA: STUDI KASUS PADA
DRAMA LOVELY COMPLEX (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan
Indonesia).
Arsy, M., & Raihan, N. (2023). The Perspectives Of Native Kansai Dialect Speakers
Towards The Kansai Dialect And Standard Japanese. 2(2), 82–91.
Lingualift.com. (2021). Dialek Jepang: Dari Yang Akrab Hingga Yang Tidak Dapat
Dipahami. Diakses pada 6 September 2023, dari
https://www.lingualift.com/blog/japanese-dialects-ben-hougen/
Taw Jepang. (2020, 12 Mei). DIALEK DIALEK DI JEPANG . DIALEK KANTO TOKYO
YOKOHAMA DLL[video].Youtube. https://www.youtube.com/watch?v=tzZ0kT4Lq-4
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Dialek_bahasa_Jepang diakses pada 5 september 17:51

Anda mungkin juga menyukai