Anda di halaman 1dari 11

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri – Modul 4

Judul Modul NIHONGOGAKU


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Pengantar Linguistik
Umum
2. Linguistik Bahasa Jepang
dan Cabang-cabangnya
3. Sintaksis
4. Semantik dan pragmatik

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang 1. Linguistik Umum
dipelajari Pengertian Linguistik menurut beberapa ahli :

Pada umumnya, linguistik didefinisikan


sebagai bidang ilmu yang meneliti bahasa
secara ilmiah. Salah satu pengertian
bahasa yang lazim dikutip oleh para
peneliti bahasa adalah bahwa; bahasa
merupakan alat untuk menyampaikan ide,
gagasan, pikiran atau perasaan kepada
orag lain baik itu dilaksanakan secara
lisan atau tulisan. Jadi sangat jelas bahwa
bahasa adalah suatu alat atau aturan yang
digunakan manusia dalam melakukan
komunikasi antar sesamanya baik
komunikasi tersebut dilakukan secara
lisan atau tulisan. Kalau demikian halnya,
maka bahasa hanya dimiliki oleh manusia
(Soepardjo, 2012: 1-2).
Verhaar (2010) menyebutkan bahwa kata Linguistik berasal
dari kata dalam bahasa latin yaitu Lingua yang berarti
bahasa.
Sementara itu, Wijana dan Rohmadi (2011) mendefinisikan
linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai
cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik, dan sebagainya.
Fonologi adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk-
beluk bunyi-bunyi bahasa.
Chaer (2012) menjelaskan bahwa linguistik adalah ilmu
bahasa, atau telaah ilmiah mengenai bahasa manusia
Chaer menjabarkan mengenai beberapa ciri atau sifat yang
hakiki dari bahasa sebagai berikut :
1. Bahasa sebagai sistem
2. Bahasa sebagai lambang
3. Bahasa adalah bunyi
4. Bahasa itu bermakna
5. Bahasa itu arbitrer
6. Bahasa itu konvensional
7. Bahasa itu produktif
8. Bahasa itu unik
9. Bahasa itu universal
10. Bahasa iru Dinamis
11. Bahasa itu bervariasi
12. Bahasa itu manusiawi
Dalam teorinya, Chomsky menjelaskan bahwa setiap
bahasa memiliki bagian inti (core) yang sama, sedangkan
perbedaan antara tiap-tiap bahasa disebabkan oleh
keistimewaan (parameter) yang terdapat di sekitarnya.
Jenis-jenis dan cabang linuistik menurut ahli :
a. Fonetik
b. Fonologi
c. Morfologi
d. Sintaksis
e. Semantik
2. Linguistik bahasa jepang dan cabang-cabangnya
Dalam pembelajaran bahasa jepang terdapat beberapa
perbedaan yang mendsar yaitu terdpat Kokugo adalah (1)
bahasa yang dijadikan bahasa yang umum di suatu negara;
Bahasa resmi negara tersebut; bahasa nasional: (2) Istilah
lain untuk nihongo; (3) Bahasa Jepang asli; Wago; Yamato
Kotoba: (4) Singkatan kata kokugoka.
Sudjianto dan Dahidi (2004: 11) menyebutkan bahwa
bahasa Jepang adalah bahasa yang unik.

Sudjianto dan Dahidi (2004) menyebutkan


bahwa bahasa langsung kepada mereka
yang berkecimpung dalam kegiatan
yang berhubungan dengan bahasa,
seperti linguis itu sendiri, guru bahasa,
penerjemah, penyusun buku pelajaran,
penyusun kamus, petugas penerangan,
para jurnalis, politikus, diplomat, dan
sebagainya.

Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik


mutlak diperlukan bukan hanya yang
berkenaan dengan morfologi, sintaksis,
dan semantic saja, tetapi juga
berkenaan dengan sosiolinguistik dan
kontrastif linguistik. Bagi penyusun
kamus atau leksikografer semua aspek
linguistik mutlak diperlukan, untuk
menyusun kamus dia harus mulai dengan
menentukan fonem fonem bahasa yang
akan dikamuskannya.

Menurut Soepardjo (2012: 111)


Pendidikan bahasa Jepang mengandung
pengertian “mengajar bahasa Jepang
kepada orang-orang yang dibesarkan
dalam lingkungan yang tidak
menggunakan bahasa ibu bahasa Jepang”.

2. Linguistik Bahasa Jepang dan


Cabang-cabangnya

A. Linguistik Bahasa Jepang

Linguistik Jepang ialah satu bidang ilmu bahasa.


Biasanya, linguistik dibagi menjadi dua bidang
ilmu. Yang pertama ialah linguistik umum
(general linguistic) dan yang kedua ialah linguistik
khusus. Linguistik umum membahas berbagai
masalah bahasa secara umum seperti: asal-usul
bahasa (gengo no kigen), perkembangan bahasa
(gengo no hattasu), evolusi bahasa (gengo no
hensen), rumus evolusi bahasa (gengo no hensen
no hôsoku), distribusi bahasa secara global
(gengo no sekai teki bunfû), metode penelitian
bahasa (gengo kenkyu no hôhô), dan lain lain.

Sedangkan, linguistik yang menunjukkan suatu


kajian terhadap bahasa tertentu disebut linguistik
khusus. Sebagai contoh ialah penelitian terhadap
bahasa Jepang, bahasa Indonesia, bahasa Inggris,
dan bahasa-bahasa tertentu lainnya.

Linguistik Jepang (Nihon gengogaku atau nihongogaku)


ialah bidang ilmu yang menjadikan bahasa Jepang
sebagai objek kajiannya. Di jepang, pada umumnya
kajian ini disebut dengan kajian bahasa negara (kokugo
gaku). Akan tetapi istilah kokugo cenderung mengandung
pengertian “bahasa bangsa Jepang” atau “”bahasa tanah
air”. Istilah ini terlalu bersifat emotif dan subjektif.
Oleh sebab itu, untuk mengubah kesan terhadap sifat-
sifat subjektif tersebut, digunakan istilah nihon
gengogaku atau nihongogaku bukan kokugo gaku.

B. Cabang-cabang Linguistik Bahasa Jepang

Tjandra (2016: 3) menyebutkan bahwa dalam ilmu


linguistik, ada yang disebut strukturalisme. Strukturalisme
dalam bahasa Jepang disebut Koozooshugi, pada dasarnya
terdiri dari empat cabang ilmu linguistik, yakni fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat cabang ilmu
linguistik ini merupakan tulang punggung dari ilmu
tersebut. Dari segi keilmuan, dapat dikatakan fonologi
mempelajari tata bunyi, morfologi mempelajari kosa kata,
sintaksis mempelajari pembentukan kalimat, dan semantik
mempelajari makna kata.

Berikut akan dijabarkan lebih jauh mengenai cabang-cabang


ilmu tersebut.

Fonetik (onseigaku) dan Fonologi (oninron)

Fonetik secara garis besar dikelompokkan lagi menjadi tiga


bidang ilmu;

1. Fonetik artikulatoris (chôon


onseigaku atau articulatory
phonetics) yaitu bidang ilmu
yang meneliti bagaimana
artikulasi suara terjadi dan
bagaimana suara tersebut
didengarnya.
2. Fonetik akustik (onkyô
onseigaku atau acoustic
phonetics) yaitu
cabangfonetik yang
menyelidiki akustik suara
dengan memperlakukan
suara sebagai gelombang
bunyi.
3. Fonetik auditoris (chokkaku
onseigaku atau auditory
phonetics) yaitu ilmu
fonetik yang menyelidiki
bunyi bahasa berdasarkan
pendengaran sebagai
persepsi bahasa.

Bunyi bahasa timbul karena ada tiga hal, yaitu: aliran


udara, artikulator dan titik artikulator. Alat ucap manusia
terdiri dari bibir, gigi, gusi, lidah, langit- langit,
tenggorokan, pita suara dan lain-lain.

Bunyi vokal terjadi karena aliran udara yang keluar dari


paru-paru terus naik, sehingga menggetarkan pita suara.
Jenis bunyi vokal dalam bahasa Jepang ditentukan oleh
lima hal berikut:

1. tinggi rendahnya posisi lidah.

2. posisi lidah

3. bulat tidaknya bentuk bibir

4. berhubungan tidaknya dengan rongga


hidung

5. bergetarnya pita suara (Kashima dalam


Sutedi, 2014).
Tjandra (2004) menyebutkan bahwa Bunyi bahasa dalam
bahasa Jepang disebut 音 声 (onsei) dan fonem disebut 音
素 (onso). Fonetik disebut 音 声 学 (onseigaku).
Fonemik dan fonologi disebut 音 韻 論 (on‟inron) atau
音素論 (onsoron).Tata bunyi disebut disebut 音 韻 体 系
(on‟in taikei). Pada proses produksi bunyi bahasa, alat
ucap akan bekerja untuk membentuk satu tahapan
praucapan, yaitu tahapan sebelum ucapan, yang segera
disusul dengan pengucapan, yaitu pengeluaran bunyi
bahasa. Ada 2 jenis tahapan praucapan : tanpa hambatan;
dan berhambatan.

Tahapan praucapan tanpa hambatan adalah


tahapan praucapan yang diciptakan oleh alat ucap
tanpa pembentukan suatu hambatan apapun di
dalam rongga mulut dan sekitarnya. Bunyi yang
dihasilkan melalui tahapan praucapan tanpa
hambatan adalah vokal.
Tahapan praucapan berhambatan adalah tahapan
praucapan yang diciptakan oleh alat ucap dengan
pembentukan suatu hambatan oleh alat ucap itu
sendiri di dalam rongga mulut atau sekitarnya.
Bunyi yang dihasilkan melalui tahapan praucapan
berhambatan adalah konsonan.
Terdapat dua jenis hambatan :
1.Hambatan penuh yaitu hambatan sempurna yang
dibentuk oleh alat ucap. Bunyi yang dihasilkan
adalah konsonan letup dan konsonan nasal.
2.Hambatan sebagian yaitu hambatan tidak
sempurna yang dibentuk oleh alat ucap. Bunyi
yang dihasilkan adalah konsonan frikatif, afrikat,
dan likuida.

Konsonan letup dalam bahasa Jepang disebut haretsu-


on „ 破 裂 音 ‟atau heisa-on‟閉 鎖 音 ‟. Fonem konsonan
letup ada enam buah; tiga buah bunyi tak bersuara; dan
tiga buah bunyi bersuara. Keenam fonem itu berdistribusi
pada awal kata dan awal suku kata di tengah kata; tidak
ada yang berdistribusi pada akhir suku kata akhir suku
kata di tengah maupun pada akhir kata.

Morfologi (keitairon)

Tjandra (2015 : 1) mengambil definisi berangkat dari


pemahaman akan fonologi. Jika fonologi mempelajari
bunyi bahasa, maka bunyi-bunyi bahasa bergabung
menjadi satu satuan bahasa yang mengandung arti dan
cabang ilmu linguistik yang secara khusus mempelajari
satuan bahasa terkecil yang mengandung arti adalah
morfologi. Dengan ini maka pemahaman akan morfologi
menjadi tepat.

Dalam bahasa Jepang, morfem dibagi


menjadi 2 yaitu Jiyūkei
dan

Ketsugōkei :

1.Jiyūkei (morfem bebas)merupakan morfem yang dapat


berdiri sendiri.
Contohnya: 本 hon (buku)、白 shiro (putih)、
箱 hako (kotak)、dll.

2.Ketsugōkei (morfem terikat) merupakan morfem


yang tidak dapat berdiri sendiri dan harus diikat
dengan morfem lainnya. Contoh: ~く、~られ
る、~て、~ません、~です、dll.
Secara garis besar pembagian jenis kata (hinshi
bunrui) dalam bahasa jepang ada enam macam
seperti berikut:

1. Nomina (meishi), yaitu kata benda


yang bisa berfungsi sebagai subjek
atau objek dalam kalimat.
2. Verba (doushi) yaitu kata kerja yang
bisa berfungsi menjadi prediket
dalam suatu kalimat, mengalami
perubahan bentuk (katsyou) dan bisa
berdiri sendiri.
3. Adjektiva (keiyoushi) yaitu kata sifat,
mengalami perubahan bentuk dan bisa
berdiri sendiri.
4. Adverbia (fukushi) yaitu kata
keterangan, tidak mengalami
perubahan bentuk.
5. kopula (jodoshi), yaitu kata kerja
bantu, mengalami perubahan
bentukdan tidak bisa berdiri sendiri.
6. partikel (joshi) yaitu kata bantu, tidak bisa
berdiri sendiri dan tidak mengalami
perubahan bentuk.
Morfem isi (Naiyou keitaisho) adalah morfem yang
menunjukkan makna aslinya, seperti nomina, adverbial
dan gokan dari verba atau adjektiva, sedangkan morfem
fungsi (kinou keitaisho) adalah morfem yang
menunjukkan fungsi gramatikalnya, yakni partikel, gobi
dari verba, adjektiva dan kopula.

Proses pembentukan kata dalam bahasa jepang disebut


dengan istilah gokeisei. Hasil pembentukkan kata dalam
bahasa jepang sekurang-kurangnya ada empat macam
yaitu: 1. haseigo, 2. fukugougo/ goseigo 3. karikomi/
shouryaku dan 4. toujigo.

Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou-keitaiso


dengan setsuji disebut haseigo (kata kajian). Proses
pembentukkannya: settouji (awalan)
+ morfem isi atau morfem isi + setsubiji (akhiran).
Awalan o, go, su, ma, ka bisa digolongkan ke dalam
settouji, sedangkan akhiran sa, mi, teki, suru termasuk ke
dalam setsubiji.

Contoh:
O + nomina = o kuruma
Go + nomina = go kazoku

Fungsi settouji O dan Go yaitu sebagai penghalus dan


digunakan hanya untuk orang lain. Fungsi settouji Su
untuk menyatakan arti asli/ polos, sehingga pada kosakata
Sude dari kata Te berubah makna menjadi tangan kosong.
Settouji Ma untuk menyatakan kemurnian atau
ketulusan; settouji Ka untuk menyatakan arti sangat;
dan Ko menyatakan arti agak/ sedikit.
Dalam bahasa jepang, kata yang mengalami
perubahan bentuk disebut yougen, sedangkan
kata yang tidak mengalami perubahan bentuk
disebut taigen.

Yougen terdiri dari doushi (verba), jodoushi


(kopula) dan keiyoushi (adjektiva) (Sutedi, 2014
: 49) .

Kata kerja dalam bahasa jepang mempunyai


perubahan (konjugasi) menurut pemakaiannya dalam
kalimat. Konjugasi ini disebut katsuyo.

Sintaksis (tougoron)

Tjandra (2014: 3) menyebutkan bahwa dalam bahasa


Jepang dikenal adanya istilah Bumpoojoo No Tan-I
bermakna “satuan di dalam tata bahasa”, berarti sintaksis
termasuk tata bahasa atau gramatika. Satuan-satuan yang
akan dibahas mulai dari satuan gramatikal terkecil yaitu
KATA yang dalam bahasa Jepangnya disebut Go.
Kemudian adalah Bunsetsu (istilah untuk satuan ini tidak
bias diterjemahkan), setelah itu berturut-turut adalah frasa
(dalam bahasa Jepang disebut Ku), klausa dalam bahasa
Jepang disebut Setsu, dan kalimat dalam bahasa Jepang
disebut Bun. Tjandra (2015:3) juga menyebutkan bahwa
kosakata bahasa Jepang selanjutnya dapat diidentifikasi
lagi menjadi empat kelompok yaitu wago, kango,
gairaigo, dan konshugo. Hal ini sedikit berbeda dengan
Sudjianto dan Dahidi (2004:99) yang menyebutkan
bahwa kata berdasarkan asal-usulnya dibagi menjadi tiga
macam yaitu wago, kango, dan gairaigo.
Semantik ( imiron )
Sutedi (2014: 127) menyebutkan bahwa semantik
(dalam bahasa Jepang dikenal dengan imiron)
merupakan salah satu cabang linguistik yang
mengkaji tentang makna.
Objek kajian semantik antara lain :

a. Makna kata (Go no imi) :


karena komunikasi dengan
menggunakan suatu bahasa
yang sama seperti bahasa
jepang, baru akan berjalan
dengan lancar jika setiap kata
yang digunakan oleh
pembicara dalam komunikasi
tersebut makna atau
maksudnya sama dengan yang
digunakan oleh lawan bicara.
b. Relasi makna antar satu
kata dengan kata lainnya
(Go no imi kankei) : karena
hasilnya dapat dijadikan
bahan untuk menyusun
kelompok kata berdasarkan
kategori tertentu.
c. Makna frasa (ku no
imi) : dalam bahasa
jepang ada frasa yang
hanya bermakna secara
leksikal saja, ada frasa
yang bermakna secara
ideomatilalnya saja, dan
ada juga yang bermakna
kedua-duanya.
d. Makna kalimat (bun no imi) :
karena suatu kalimat
ditentukan oleh makna setiap
kata dan strukturnya.
Pragmatik (goyouron)

Pragmatik (goyouron), yaitu ilmu yang mengkaji


makna bahasa dihubungkan dengan situasi dan
kondisi pada saat bahasa tersebut digunakan
(Sutedi, 2014).

Hudson dkk (2018) menyebutkan bahwa pada


awalnya, penelitian pragmatik tentang bahasa
Jepang cenderung menekankan bagaimana bahasa
Jepang dan penuturnya berbeda dari bahasa barat
dan penuturnya berbeda dari bahasa barat dan
penuturnya. Studi-studi sebelumnya sering
mengandalkan intuisi dan anekdot penulis dan
membahas norma pragmatis preskriptif
dibandingkan terlibat dalam analisis sistematis
wacana yang aktual.

2 Daftar materi yang sulit 1. Mengkaji tentang fonetik dan fonologi


dipahami di modul ini dalam bahasa Jepang.
2. Mengkaji tentang morfologi dalam bahasa
Jepang.
3. Mengkaji tentang semantik dalam bahasa
Jepang.
4. Mengkaji tentang Pragmatik dalam
Bahasa Jepang

3 Daftar materi yang sering kata yang terbentuk dari penggabungan


mengalami miskonsepsi naiyou-keitaiso dengan setsuji disebut
haseigo (kata kajian). Proses
pembentukkannya : settouji (awalan)
+morfem isi atau morfem isi+setsubiji
(akhiran). Awalan o,go,su,ma,ka bisa
digolongkan kedalam settouji,sedangkan
akhiran sa,mi,teki,suru,termasuk kedalam
setsubiji.

Contoh :
O + nomina = kuruma
Go + nomina = go kazoku
Su + nomina = su de
Ma + nomina = ma mizu
Ka + adjectiva = ka bosoi
Ku + adjectiva = ko urusai

Fungsi settouji O dan Go yaitu sebagai penghalus dan


digunakan hanya untuk orang lain. Fungsi settouji Su
untuk menyatakan arti asli/ polos, sehingga pada kosakata
Sude dari kata Te berubah makna menjadi tangan kosong.
Settouji Ma untuk menyatakan kemurnian atau
ketulusan; settouji Ka untuk menyatakan arti sangat;
dan Ko menyatakan arti agak/ sedikit.

Anda mungkin juga menyukai