Anda di halaman 1dari 7

Bidan amai

Senin, 15 April 2013

Robekan Jalan Lahir


Persalinan seringkali menyebabkan perlukaan jalan lahir. Luka yang

terjadi biasanya ringan tetapi seringkali juga terjadi luka yang luas

dan berbahaya, untuk itu setelah persalinan harus dilakukan

pemerksaan vulva dan perineum (Samarah, 2009).

1. Macam-macam Robekan Jalan Lahir

a. Perlukaan vulva

Perlukaan vulva sering dijumpai pada waktu persalinan. Jika

robekan atau lecet hanya kecil dan tidak menimbulkan

perdarahan banyak, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa.

Tapi jika robek agak besar dan banyak berdarah, lebih-lebih

jika robek jika robek terjadi pada pembuluh darah di daerah

klitoris, Perlu dilakukan penghentian perdarahan dan

penjahitan luka robekan (Wiknjosastro, 2010). Luka robekan

dijahit dengan catgut secara terputus ataupun secara jelujur.

Jika luka robekan terdapat di sekitar ofisium uretra atau di

duga mengenai vesika urinaria, sebaiknya sebelum

dilakukan penjahitan dipasang dulu kateter tetap

(Wiknjosastro, 2010).

b. Robekan Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan

pertama dan tidak jarang juga terjadi pada persalinan

berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan atau di kurangi

dengan menjaga agar panggul tidak di lalui oleh kepala janin

dengan cepat (aii yeyeh rukiyah, 2010).


1) Derajat ruptur perineum

a) Derajat I : Ruptur terjadi hanya pada mukosa

vagina, komisura posterior, kulit

perineum.

b) Derajat II : Ruptur terjadi pada mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum dan

otot perineum.

c) Derajat III : Ruptur mengenai pada mukosa vagina,

komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum dan otot spinter ani.

d) Derajat IV : Ruptur mengenai mengenai pada

mukosa vagina, komisura posterior,

kulit perineum, otot perineum otot

spinter ani dan rectum.

2) Penjahitan Rupture Perineum

a) Penjahitan Ruptur Perineum Derajat I.

Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat

dilakukan hanya dengan memakai cutgut yang

dijahitkan secara jelujur (continous suture) atau

dengan angka delapan (figure of eight).

b) Penjahitan rupture perineum derajat I.

Sebelum dilakuakan penjahitan pada perineum

derajat II, jika di jumpai pingir ruptur yang tidak rata

atau bergerigi, maka pingir yang bergerigi tersebut

diratakan dahulu. Pinggir ruptur sebelah kiri dan

kanan masing-masing diklem terlebih dahulu,

kemudian digunting, setelah pingir ruptur rata baru

dilakukan penjahitan luka perineum. Mula-mula otot

di jahit dengan cutgut, kemudian selaput vagina


dijahit dengan cutgut secara terputus-putus atau

jelujur, penjahitan selaput lendir vagina dimulai dari

puncak robekan. Cara Terakhir kulit perineum dijahit

dengan banang secara terputus-putus.

(Prawirohardjo, 2010)

c) Penjahitan ruptur perineum derajat III.

Mula-mula dindingdepan rekrum yang robek dijahit.

Kemudian fasia perirektal dan fasia rektovaginal

dijahit dengan catgut kromik, sehingga bertemu

kembali. Ujung-ujung otot spinter ani terpisah oleh

karena robekan diklem dengan klem Pean lurus,

kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan cutgut kromik

sehingga bertemu kembali. Selanjutnya rbekan

dijahit lapis demi lapis seperti menjahitrobekan

perineum derajat II.

d) Penjahitan rupture perineum derajat IV.

(1) Menjahit mukosa rectum:

(a) Jahitan mukosa rectum sedemikian rupa

sehingga epitelnya melipat kedalam lumen.

Ini untuk menghindari:Infeksi sekunder

karena feces, Terjadi fistula.

(b) Dipergunakan benang cutgut nomor

2/0-3/0.

(c) Lapisan kedua di atas mukosa untuk

menguatkan dan menghindari fistula dan

infeksi.

(2) Menjahit sfingter ani eksterna

(a) Kedua sfinter yang putus dipegang dengan

klem allis diadaptasikan dan dijahit

mengunakan benang 2/0 kromik cutgut


atau vikril nomor 0.

(b) Lapisan kedua jaringan perineum, dijahit

untuk memperkuat jahitan pada sfinter ani

dan mukosa rectum.

1) Menjahit dinding Vagina:

(a) Jahitlah dulu hymen kromik cutgut nomor

2/30 seutuhnya sehingga dapat digunakan

sebagai petunjuk menjahit kea rah vagina

dan ke arah perineum.

(b) Vagina dijahit berlapis dan tidak terlalu kuat

sehingga sirkulasi tidak terganggu.

(c) Jahitan dapat secara simpul atau jelujur.

2) Jahitan pada Perineum

(a) Dengan jahitan hymen sebagai batas untuk

adaptasi anatomis, jahitan pada perineum

tidak akan mengalami kesulitan.

(b) Setelah mencapai sfinter ani eksterna, jahit

diambil agak dalam sebagai penjahitan

penyangga dan nuntuk memperkuatnya.

c. Robekan dinding vagina.

Perlukaan vagina sering terjadi sewaktu:

1) Melahirkan janin dengan cunam.

2) Ekstraksi bokong

3) Ekstraksi vakum

4) Reposisi presentasi kepala janin, umpamanya pada

letak opksipito posterior.

Penanganan

Pada perlukaan robek yang kecil dan supersfisial, tidak


diperlukan penanganan khusus. Pada luka robek yang lebar

dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara terputus-putus

atau jelujur.

d. Robekan Serviks

Robekan serviks dapat terjadi pada satu tempat atau lebih.

Setiap menyelesaikan proses persalinan operatif

pervaginam, letak sungsang, partus prematurus, plasenta

manual, harus dilakukan pemeriksaan keadaan jalan lahir

dengan speculum vagina.

1) Etiologi

Robekan serviks dapat terjadi pada:

a) Partus presipatus

b) Trauma karena pemakaian alat-alat operasi(cunam,

perforator, vakum ekstraktor)

c) Melahirkan kepala janin pada letak sungsang

secara paksa padahal pembukaan serviks uteri

belum lengkap.

d) Partus lama, dimana telah terjadi serviks edema,

sehingga jaringan serviks sudah menjadi rapuh.

2) Komplikasi

Sering terjadi perdarahan kadang-kadang perdarahan ini

sangat banyak sehingga dapat menimbulkan syok

bahkan kematian. Pada keadaan ini di mana robekan

servik ini tidak ditangani dengan baik, dalam jangka

panjang.

3) Teknik menjahit robekan serviks

a) Pertama-tama pinggir robekan sebelah kiri dan

kanan dijepit dengan klem, sehingga perdarahan

menjadi berkurang atau berhenti.

b) Kemudian serviks ditarik sedikit, sehingga l;ebih


jelas kelihatan dari luar.

c) Jika pingir robekan bergerigi, sebaiknya sebelum

dijahit, pingir tersebut diratakan dulu dengan jalan

menggunting pinggir yang bergerigi tersebut.

d) Setelah robekan dijahit dengan cutgut kromik nomor

00 atau 000. Jahitan dimulai dari ujung robekan

dengan cara jahitan terputus-putus atau jahitan

angka delapan.

e) Pada robekan yang dalam, jahitan harus dilakukan

lapis demi lapis. Ini dilakukan untuk menghindarkan

terjadinya hematoma dalam rongga dibawah jahitan.

Dewi Sartika di 08.36

Berbagi 1

Tambahkan komentar

Komentar teratas

SONA SULASTRI
1 tahun yang lalu Dibagikan kepada publik

Terimakasih

Dewi Sartika
2 tahun yang lalu (diarsipkan)
:)

‹ Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya
Dewi Sartika
Ikuti 26

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai