Anda di halaman 1dari 14

Kegawatdaruratan

pasca persalinan
Kelompok 9 :
Annisa rahmawati
Izzlany mazora
Syavira agustina
Retensio
Plasenta
Retensio plasenta merupakan sisa plasenta dan
ketuban yang masih tertinggal dalam rongga
rahim. Hal ini dapat menimbulkan perdarahan
postpartum dini atau perdarahan pospartum
lambat (6-10 hari) pasca postpartum.
Menurut Rustam Muchtar dalam
bukunya Sinopsis Obstetri (1998)
penyebab rentensio plasenta adalah :
a) Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh
terlalu melekat lebih dalam, berdasarkan tingkat perlekatannya
dibagi menjadi :
• Plasenta adhesive, yang melekat pada desidua endometrium
lebih dalam. Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan
plasenta.
• Plasentaa akreta, implantasi jonjot khorion memasuki sebagian
miometriun
• Plasenta inkreta, implantasi menembus hingga miometriun
• Plasenta perkreta, menembus sampai serosa atau peritoneum
dinding rahim
• Plasenta normal biasanya menanamkan diri sampai batas atas
lapisan miometrium
b) Plasenta sudah lepas tapi belum keluar, karena ;

Atonia Uteri Adanya lingkaran


ketidak mampuan uterus untuk kontriksi pada bagian
berkontraksi setelah bayi lahir.
Hal ini akan menyebabkan
rahim
akibat kesalahan penanganan
perdarahan yang banyak
kala III sehingga menghalangi
plasenta keluar (plasenta
inkarserata)
c) Penyebab lain
• Plasenta belum lahir setelah 30 menit
• Perdarahan segera (P3)
• Uterus berkontraski dan keras,

gejalan lainnya antara lain


• Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
• Inversio uteri akibat tarikan dan
• Perdarahan lanjutan
Penanganan Retensio Plasenta
• Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan
tindakan yang akan diambil
• Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan bila ekpulsi
plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali pusat
• Pasang infus oksitosin 20 unit dalam 50 cc Ns/RL dengan 40
tetesan/menit. Bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg
rektal
• bila troksi terkontrol gagal lahirkan plasenta secara hati-hati dan
halus
• lakukan transfusi darah bila diperlukan
• berikan antibiotika profilaksis (ampisilin 29 iv/oral dan metronidazol
20 1g supositorial/iral)
• segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok
neurogenik.
rdarahan segera (P3)
Robekan Jalan Lahir

Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir


Uterus kontraksi dan keras
Plasenta lengkap, dengan gejala lain
Pucat, lemah, dan menggigil
Berdasarkan tingkat robekan, maka robekan
perineum, dibagi menadi 4 tingkatan yaitu:

1 2 3 4
TINGKAT TINGKAT
TINGKAT TINGKAT

Robekan hanya Robekan mengenai Robekan menganai Robekan sampai


terdapat pada selaput lendir seluruh perineum mukosa rectum
selaput lendir vagina dan otot dan otot sfringter
vagina dengan atau perinei ani
tanpa mengenai transversalis, tetapi
kulit perineum tidak mengenai
sfringter ani
Penanganan/Penatalak
a) Robekan perineum tingkat I :
sanaan Robekan jalan
Dengan cut gut secara jelujur atau jahitan angka
lahir delapan (figure of eight)

b) Robekan perineum tingkat II :


• Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau
bergerigi, harus diratakan lebih dahulu
• Pinggir robekan sebelah kiri dan kanan dijepit
dengan klem kemudian digunting
• Otot dijahit dengan catgut, selaput lendir vagina
dengan catgut secara terputus- putus atau jelujur.
Jahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan,
sampai kulit perineum dijahit dengan benang catgut
secara jelujur.
c) Robekan perineum tingkat d) Robekan perineum tingkat
III (Kewenangan dokter) IV (Kewenangan dokter)

• Dinding depan rektum yang robek dijahit • Dianjurkan apabila memungkinkan untuk
• Fasia perirektal dan fasial septum rektovaginal melakukan rujukan dengan rencana tindakan
dijahit dengan catgut kromik perbaikan di rumah sakit kabupaten/kota
• Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah akibat • Robekan dinding Vagina
robekan dijepit dengan klem, • Robekan dinding vagina harus dijahit
• kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik • Kasus kalporeksis dan fistula visikovaginal harus
• Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti dirujuk ke rumah sakit.
menjahit robekan perineum tingkat II • Ingatlah bahwa robekan perineum tingkat III dan
IV bukan kewenangan bidan untuk melakukan
penjahitan.
HPP (Hemorrhagic
Postpartum)
• Perdarahan setelah melahirkan atau hemorrhagic post
partum (HPP) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan
dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.
Dianjurkan apabila memungkinkan untuk melakukan
rujukan dengan rencana tindakan perbaikan di rumah
sakit kabupaten/kota
• Robekan dinding Vagina
• Robekan dinding vagina harus dijahit
• Kasus kalporeksis dan fistula visikovaginal harus dirujuk
ke rumah sakit.
• Ingatlah bahwa robekan perineum tingkat III dan IV
bukan kewenangan bidan untuk melakukan penjahitan.
Klasifikasi
a) Perdarahan post partum primer/dini (early post
partum hemarrhage): Perdarahan yang terjadi dalam 24
jam pertama. Penyebab utamanya adalah atonia uteri,
retention plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir.
Banyaknya terjadi pada 2 jam pertama.
b) Perdarahan post partum sekunder/lambat (late post
partum hemorrhage): perdarahan yang terjadi setelah 24
jam pertama.
Kesimpulan
Perdarahan postpartum disebabkan oleh
berbagai kejadian dalam proses persalinan.
a) Atonia uretri merupakan penyebab paling
sering dalam perdarahan post partum.
b) Kemungkinan terjadinya perdarahan
postpartum harus diantisipasi jauh sebelum
persalinan berlangsung
c) Penatalaksanaan perdarahan pospartum
infeksi harus dilakukan dengan segera dan tepat
untuk meminimalkan resiko yang diakibatkan
bagi pasien.
Terima
kasih
any question💬

Anda mungkin juga menyukai