Anda di halaman 1dari 4

RESENSI BUKU MODEL PARAGRAF AIH

NAMA : FARA AMALIA SEPTIYANI


KELAS : 10.10
ASAL SEKOLAH : SMPIT INSAN TAQWA
IDENTITAS BUKU : JUDUL BUKU : Buku Latihan Soal Mantappu Jiwa
PENULIS : Jerome Polin Sijabat
PENERBIT : PT Gramedia Pustaka Utama
TAHUN TERBIT : 2020
KETEBALAN BUKU: 224 Halaman
ISBN : 9786020632414
ISBN DIGITAL : 9786020632421

A ALASAN MEMILIH BUKU :

Karena isi buku ini sangat menarik dan meng-inspirasi menuliskan cerita perjalanannya Jerome Polin Sijabat
menjadi mahasiswa S1 di Jepang dengan mendapatkan beasiswa penuh. Ternyata melanjutkan pendidikan
tinggi di luar negeri sudah menjadi mimpinya sejak kecil. Jerome menceritakan semua mimpi yang dia miliki
sejak kecil dan bagaimana perjuangannya merealisasikan mimpi tersebut.

I ISI BUKU :

Jerome Polin Sijabat, mahasiswa Waseda University yang sedang menempuh pendidikan di Tokyo berkisah
tentang perjalanannya mendapatkan beasiswa impiannya. Ia sejak kecil bermimpi untuk berkuliah di luar
negeri. Itulah yang membuatnya sejak SD bersedia membayar semua impiannya dengan kerja keras, usaha
dan dilapisi doa siang malam. Mamanya mengajari Jerome Polin untuk selalu melihat dunia dari sisi lainnya.
Seperti saat ia tidak bisa les di tempat bimbel yang mahal karena ketiadaan dana untuk les, mamanya
menawarkan solusi agar Jerome bisa tetap mendapatkan ilmu. Mamanya ingin Jerome mengerjakan soal-soal
matematika di rumah saja. Mamanya akan rutin memberikan soal latihan, lalu akan dibahas sendiri.
Keinginan Jerome untuk masuk ke kampus impian di luar negeri berawal dari keinginannya untuk bisa
berlibur ke luar negeri. Teman-teman sekolahnya rata-rata adalah anak orang kaya yang setiap liburan selalu
ke luar negeri. Jerome Polin pun ingin berlibur di Disneyland. Makanya ia bercita-cita kuliah di luar negeri
biar bisa main ke Disneyland sepuasnya.
Sejak sekolah Jerome selalu rajin mengerjakan soal matematika. Hingga suatu hari gurunya meminta Jerome
mempersiapkan diri untuk ikut ujian Olimpiade Matematika. Ia pun memenangkan beberapa penghargaan
untuk olimpiade yang diikutinya. Namun, ia tahu, cita-citanya untuk masuk ke kampus impian harus dibayar
dengan mahal karena orang tuanya tidak bisa membiayai kuliahnya. Itulah alasan Jerome Polin berusaha
keras mencari beasiswa-beasiswa yang menawarkan full scholarship untuk kuliah di luar negeri seperti
Singapura dan Jepang. Hingga suatu hari ia pun fokus untuk mengejar beasiswa ke Jepang yang
menawarinya beasiswa penuh untuk 5,5 tahun kuliah. Jerome Polin mendaftar beberapa beasiswa luar
negeri, salah satunya adalah beasiswa bernama Mitsui Bussan Scholarship. Hanya dua orang pendaftar yang
terpilih untuk mendapatkan beasiswa ini. Tanggal 26 Maret 2016, Jerome Polin mendapatkan email dari
pihak Mitsui Bussan yang menyatakan ia lolos tahap selanjutnya yaitu tes tulis. Setelah itu, Jerome lolos ke
tahap wawancara untuk menentukan apakah ia akan terpilih. Di saat wawancara itulah, Jerome menjawab
pertanyaan tentang apa mimpinya setelah lulus. Ia menjawab ingin menjadi menteri pendidikan Indonesia.
Saat ia sedang berlibur ke Batu, Malang, Jerome lupa bahwa hari itu adalah hari pengumuman beasiswanya.
Ia mendapatkan beasiswa Mitsui Bussan setelah memperjuangkannya dengan kerja keras, usaha, dan doa.
Selanjutnya adalah tahap persiapan sebelum berangkat ke Jepang. Untuk ke Jepang, para calon penerima
beasiswa harus mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Jepang. Jerome Polin pun harus
belajar buku Minna No Nihongo selama satu bulan.
Saat Jerome Polin sudah sampai di Tokyo Jepang, ia harus belajar bahasa Jepang terlebih dahulu selama 1,5
tahun sebelum masuk kuliah. Setelah itu, ia juga harus melewati ujian EJU (The Examination for Japanese
University Admission for International Students) yang terdiri dari tes bahasa Jepang (reading, listening dan
writing), tes kimia, fisika, dan matematika. Semuanya dalam bahasa Jepang. Hal pertama yang dilakukan
Jerome Polin adalah mengulang pelajaran hari itu. Setelah selesai mengulang, ia lanjut belajar bab-bab
berikutnya.
Setelah menguasai bahasa Jepang, Jerome mulai belajar matematika, fisika dan kimia dalam bahasa Jepang.
Tujuannya untuk menembus ujian EJU yang harus dilaluinya agar bisa masuk Universitas impiannya.
Setelah usaha dan kerja keras juga doa, ia terpilih untuk masuk ke jurusan mathematics science di Waseda of
University. Selain itu, ia juga ikut lomba pidato bahasa Jepang. Ia membahas tentang tema ‘Hal Kecil itu
Penting’ yang membawanya menjadi juara pertama lomba pidato bahasa Jepang itu. Lomba inilah yang
membawanya menjadi pemenang. Ia diwawancara oleh beberapa stasiun televisi Jepang dan berpidato di
depan para petinggi Rotary Club.
Demi mempersiapkan ikut ujian EJU, Jerome sampai harus puasa main instagram selama sebulan. Ini biar
bisa fokus belajar ya. Selain itu, ia khawatir hasilnya tidak maksimal jika ia terdistraksi dengan gadget dan
lebih milih main social media seperti instagram. Bagi Jerome Polin, ujian EJU ini harus dilewati dengan baik
agar ia bisa terpilih masuk universitas impian. Ia sampai khawatir jika hasil belajarnya selama ini sia-sia.
Total nilai ujian EJU yang didapat oleh Jerome adalah 298/400. Dengan rincian yaitu bahasa Jepang
227/400, writing 35/50, fisika 74/100, dan Kimia 63/100. Sedangkan nilai matematikanya yaitu 197/200.
Dari 4857 peserta yang mengikuti EJU, yang mendapatkan nilai matematika antara 195-199 hanya 33 orang
dan Jerome Polin adalah salah satunya. Setelah itu, ia harus mengikuti tahapan administrasi dan ujian tulis
Waseda University. Ujian ini harus dilalui dengan ujian esai, bukan pilihan ganda. Setelah semua yang ia
lalui akhirnya dia di terima di Waseda University.
Didalam bukunya Jerome mengatakan "apa yang aku lihat sebagai kegagalan yang membuat aku kecewa dan
sedih, hari ini dengan mantap aku bisa mengatakan bahwa itu semua adala hal indah yang terjadi karena
Tuhan menyediakan yang lebih baik.” dihalaman 205 Jerome mengatakan "ini barulah permulaan dari
perjalanan hidupku, petualanganku masih panjang." dan diakhir halaman buku Jerome menulis 5 latihan
soal.

H HIKMAH/PESAN MORAL :

“Dalam mencapai sesuatu memang harus ada yang dikorbankan, termasuk hal yang terlihat baik sekalipun.
Kita harus berani mengorbankan yang baik demi meraih yang terbaik.” Pada awalnya kita membuat mimpi,
tetapi setelah itu mimpi yang akan “membuat’ kita. Mimpi tidak dapat diwujudkan dengan instan, melainkan
dengan air mata, doa, keringat, konsistensi, dan kerja keras.
“Ada hal yang tidak bisa kita kontrol karena kita adalah manusia yang terbatas. Jadi tugas kita adalah
melakukan yang terbaik lalu menyerahkan sisanya kepada Tuhan.” Sebagai manusia kita pasti punya mimpi
yang tinggi. Kita tidak boleh menyiksa diri dan tidak melibatkan Sang Pencipta kita, namun kita pun tidak
hanya berdoa lalu bermalas-malasan. Kita harus tetap melakukan usaha yang maksimal dengan tidak
mengabaikan kesehatan, serta tidak lupa untuk selalu menyerahkan apapun hasilnya kepada Pencipta kita.
“Terkadang tak peduli seberapa pun keras usahamu ada hal yang tidak akan berbuah manis.” Kadang saat
kita sudah berusaha mati-matian, hasilnya tidak sesuai ekspektasi kita. Tugas kita ya, berserah. Tetapi
berserah itu memang sulit ya. Kalau hasilnya menyenangkan, berserah itu kemudian menjadi mudah dan
heroik. Namun, kalau hasilnya tidak sesuai ekspektasi terkadang membawa kita kepada kekecewaan. Tetapi
selalu ingat bahwa pasti ada hikmah dibalik setiap rencana.
“Dimana ada niat, asal mau berusaha, pasti ada jalan.” Seperti kata Jerome, mungkin jalannya tidak semulus
orang lain, atau mungkin hasilnya tidak sebaik orang lain, tetapi setidaknya kita bisa menghasilkan sesuatu
dan sebagai awal itu cukup baik. Dalam mengejar mimpi bukan soal siapa yang cepat untuk sampai duluan
karena memang kita tidak sepakat memulai bersama dengan orang lain, tidak perlu membandingkan yang
penting konsisten.

Anda mungkin juga menyukai