BAB 4
PEMBELAJARAN MAHĀRAT AL-KITĀBAH
A. Taqdīm
Setelah membahas mahārat al-istimā’, mahārat al-kalām, dan mahārat al-qirā’ah
pada bab-bab yang lalu, kini saatnya kita membahas mahārah yang keempat, yaitu
mahārat al-kitābah. Menulis sebagaimana berbicara, merupakan keterampilan bahasa
ekspresif. Perbedaannya, kalau berbicara merupakan komunikasi langsung antara
pembicara dengan pendengar, maka menulis merupakan komunikasi tidak langsung1
Sebagai salah satu keterampilan bahasa, menulis tidak kalah pentingnya dibanding
keterampilan lainnya. Jika keterampilan berbicara merupakan alat komunikasi untuk
menyampaikan ide dan pemikirannya secara langsung dan berhadapan; keterampilan
SAMPEL
membaca merupakan media komunikasi untuk memperoleh pengetahuan tanpa
terbatas tempat dan waktu; maka keterampilan menulis merupakan simbol keunggulan
dan kehebatan akal pikiran manusia.
Berkaitan dengan peran menulis dalam kehidupan, para ahli antropologi
mengatakan, “Di saat manusia mulai mengkreasi suatu tulisan, maka pada saat itulah
mereka memulai sejarah yang sesungguhnya2.” Lewat tulisan itulah mereka merekam
jejak sejarahnya. Tanpa tulisan, manusia akan kehilangan kekuatannya, sebab, ia tidak
dapat mengabadikan kebudayaannya, juga tidak dapat memanfaatkan hasil buah
pikirnya untuk kemudian ditransfer dan dikembangkan.
Senada dengan pendapat di atas, Ilyan3 mengemukakan bahwa menulis merupakan
salah satu tanda kemajuan peradaban manusia tingkat tinggi. Betapa banyak
peradaban yang dapat dikenang sepanjang sejarah, karena ada bukti peninggalannya
yang ditulis.
1
Lihat Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa. Hal. 2
2
Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi Lughat Ukhra:
Ususuh, Mahakhiluh, Thuruq Tadrīsih. Makkah al-Mukarramah: Jami’at Um al-Qura. Hal.229.
3
Ilyan, Ahmad Fuad Mahmud. 1992. Al-Maharat al-Lughawiyah: Mahiyatuha wa Thara’iq Tadrīsiha.
Riyadh: Dar al-Muslim Li al-Nasyr wa al-Tauzi’ hal.151
101
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
Menulis tidak hanya penting dalam kehidupan manusia pada umumnya, namun
juga penting dalam kegiatan pembelajaran. Namun, meskipun menulis merupakan
keterampilan yang sangat penting, baik sebagai salah satu media pembelajaran,
maupun sebagai alat berkomunikasi, dalam pengajaran bahasa asing menulis kurang
diperhatikan, termasuk dalam pembelajaran bahasa Arab.
Kurangnya perhatian pada pembelajaran menulis tersebut pada dasarnya bukan
karena sulitnya menulis dalam bahasa Arab. Justru disebabkan oleh kurikulum yang
kurang relevan, kurang dipahaminya hakekat pembelajaran menulis, kurang efektifnya
metode pembelajaran, dan tidak adanya kesiapan yang memadai dalam mengajarkan
menulis.
SAMPEL
1) membuat huruf, angka, dan sebagainya dengan pena, pensil, dan sebagainya 2)
melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan sebagainya
dengan tulisan4.
Menurut Thu’aimah5, ada sebagian kalangan yang memandang sempit terhadap
pembelajaran menulis, yaitu sebatas mengajarkan siswa agar bisa menulis dalam
arti membuat lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini menulis hanyalah
merupakan keterampilan mekanistik yang tidak membutuhkan pemikiran. Kalangan
lain, memandang kegiatan menulis sebagai aktivitas kognitif yang memerlukan
pemikiran yang matang, sistematika yang baik, serta penyajian yang menarik untuk
menyampaikan gagasan atau perasaan yang ada dalam pikirannya.
Jika dilihat secara parsial, kedua pandangan di atas menunjukan perbedaan sudut
pandang dalam aktivitas dan tujuan pembelajaran menulis. Namun jika kita lihat lebih
cermat, sesungguhnya kedua pandangan tadi menunjukan tahapan pembelajaran
menulis yang harus dilalui oleh pembelajar bahasa Arab. Pandangan pertama mengarah
pada tahap latihan dasar kegiatan menulis. Sedangkan pandangan kedua merupakan
4
Dendy Sugono dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional. Hal. 1557
5
Thu’aimah, Al-Marja’, ibid, hal. 689
102
Hasan Saefuloh, M.Ag
SAMPEL
al-insyā’ al-hurr. Dalam kegiatan insyā’ muwajjah dan insyā’ hurr, pembelajaran menulis
tidak hanya berkaitan dengan kegiatan mekanistik, tetapi juga merupakan kegiatan
berpikir kognitif.
Dari berbagai pandangan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa menulis dalam
arti yang lebih luas adalah kegiatan terstruktur dan disengaja yang dilakukan seseorang
untuk menuangkan pikiran dan perasaannya, sehingga tulisannya tersebut dapat
menunjukan sudut pandangnya dan dari tulisannya itu orang dapat menilai karakter
penulisnya7.
C. Jenis-jenis Menulis
Dengan mengacu pada pengertian menulis di atas, kita dapat merinci bahwa fokus
kegiatan menulis dalam pembelajaran bahasa Arab adalah sebagai berikut: 1) menulis
huruf arab, 2) menulis kata dengan ejaan yang benar sesuai dengan kaidah imla’, 3)
menyusun kalimat dalam bahasa Arab yang dapat dipahami pembaca, 4) menggunakan
frasa dan kalimat bahasa Arab dalam paragraf yang merefleksikan ide penulis dengan
jelas.
6
Lihat Al-Naqah, Ibid. Hal. 232
7
Ilyan, Ibid. Hal 156
103
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
Dengan kata lain, pembelajaan menulis dalam konteks pembelajaran bahasa Arab
diarahkan pada kegiatan berikut:
1. Imlā’: (Imlā’ manqūl, Imlā’ mandzūr, dan Imlā’ ikhtibāri).
2. Menulis huruf dalam arti Khath.
3. Insyā’/mengarang, baik mengarang terpimpin atau mengarang bebas.
Pembagian jenis menulis di atas kalau disederhanakan menunjukan bahwa
menulis terbagi dua, yaitu merangkai huruf/rasm al-hurūf dan mengarang/insyā’/ta’bīr.
Jenis menulis pertama berkaitan dengan keterampilan yang bersifat psikomotorik-
mekanistik, sedangkan jenis kedua berkaitan dengan keterampilan berfikir kognitif8.
Dilihat dari cara penulisan dan situasi yang memerlukan tulisan, Ilyan9 menyebutkan
bahwa menulis terdiri dari tiga macam: 1) menulis praktis fungsional 2) menulis sastra
kreatif 3) menulis kreatif fungsional.
1. Menulis praktis fungsional
Menulis jenis ini berkaitan dengan kebutuhan komunikasi dan administrasi formal.
Walaupun mempunyai aturan tersendiri tetapi tidak rumit dan tidak menggunakan
SAMPEL
gaya bahasa yang membutuhkan kedalaman interpretasi. Karakteristik tulisan
fungsional diantaranya: bahasanya baku, kosa katanya sederhana dan tidak
mengandung pengertian ganda, menggunakan gaya ilmiah yang mudah dicerna, dan
tidak memerlukan bakat khusus. Sedangkan situasi yang menggunakan jenis tulisan ini
adalah: merangkum sebuah judul, menulis laporan, menulis surat, menulis pembukaan
dan penutup sambutan, mengisi formulir, dan sebagainya.
2. Menulis kreatif sastrawi
Menulis jenis ini berkaitan dengan kreatifitas dan daya imajinasi penulis yang
memerlukan bakat khusus, pengalaman panjang, wawasan luas, dan perasaan
mendalam. Diantara karakteristik tulisan jenis ini adalah: 1) berkaitan dengan daya
kreativitas penulis dan gaya bahasa sastra 2) penulisnya harus punya bakat kesastraan,
memiliki perasaan yang halus dan daya imajinasi tinggi 3) berkaitan dengan pengalaman,
peka terhadap penomena dan budaya masyarakat. Sedangkan yang termasuk kategori
tulisan ini adalah menulis cerita, drama, biografi, dan sebagainya.
3. Menulis kreatif fungsional
Jenis menulis ini merupakan perpaduan antara menulis fungsional dan menulis
8
Al-Naqah, Ibid. Hal. 253
9
Ilyan, Ibid, hal. 164
104
Hasan Saefuloh, M.Ag
kreatif, seperti menulis makalah, menulis komentar, menulis teks ceramah dan
sebagainya.
Kalau kita perhatikan, pembagian menulis di atas sesungguhnya mengarah pada
situasi atau bidang yang harus dilatihkan kepada siswa, khususnya di saat latihan
menulis dalam arti mengarang. Artinya, dalam berlatih mengarang, bidang kegiatan
yang harus dikembangkan adalah: 1) merangkum sebuah judul, 2) menulis laporan,
3) menulis surat 4) menulis pembukaan dan penutup sambutan, 5) membuat catatan
pribadi, 6) mengisi formulir, 7) menulis cerita, 8) menulis biografi, 9) menulis makalah,
10) menulis komentar, 11) menulis teks ceramah dan sebagainya.
SAMPEL
yang berkaitan dengan keterampilan teknis, ada yang berkaitan dengan penguasaan
karakter tulisan Arab, dan ada yang berkaitan dengan area kegiatan menulis10.
1. Yang berkaitan dengan keterampilan teknis, yaitu:
a. Menulis dari arah kanan ke kiri
b. Mengenal tanda baca dan fungsinya
c. Menulis dengan rapi
d. Menulis huruf dengan benar sesuai dengan kaidah imla’
e. Menulis huruf dengan jelas, mununjukan simbol huruf tertentu
f. Menulis dengan lancar
g. Mengetahui cara penulisan huruf hijā’iyyah pada posisi awal, tengah, akhir
2. Yang berkaitan dengan penguasaan karakter tulisan Arab, yaitu:
a. Mengetahui kaidah imlā’
b. Mengetahui berbagai jenis hkat, (khat nasakh, riq’ah, dll)
c. Mengetahui karakter tulisan Arab seperti mād, tanwīn, tā’ marbūthah, tā’
10
Thu’aimah, Rusydi Ahmad. 1985. Dalil Amal fy I’dad al-Mawad al-Ta’limiyah Li Barnamaj Ta’lim
al-Arabiyah. Makkah: Jami’at Umm al-Qura. Hal. 172
105
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
maftūhah, dll.
d. Mengetahui perbedaan bentuk huruf ketika berdiri sendiri dan ketika
disambung
e. Cermat menulis kata yang mengandung huruf yang tidak dibaca, seperti
penulisan kata هذا.
3. Yang berkaitan dengan kegiatan dan bidang garapan/area menulis, yaitu:
a. Meringkas atau mesimpulkan
b. Menulis surat dalam berbagai bentuknya
c. Memperkaya kosa kata dan struktur kalimat
d. Mendeskripsikan
e. Menulis laporan/reportase
f. Mengisi biodata dalam formulir.
Di sisi lain, keterampilan-keterampilan dasar di atas juga menggambarkan jenis
dan tahapan menulis, yaitu tahap merangkai huruf dan tahap menuangkan gagasan.
Dengan memperhatikan keterampilan-keterampilan dasar di atas, kita dapat
SAMPEL
merumuskan tujuan pembelajaran mahārat al-kitābah yaitu, menguasai penggunaan
aturan tata tulis Arab, baik secara teknis maupun gramatika, dalam menuangkan
gagasan, pikiran, dan perasaan pada tema-tema tertentu yang dapat dipahami oleh
orang Arab.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, tujuan di atas dapat dirinci menjadi
seperti dibawah ini11:
1) Siswa dapat menulis huruf Arab dan mengetahui hubungan antara bentuk huruf
dan pengucapannya.
2) Siswa dapat menulis kata, baik dengan huruf terpisah atau huruf bersambung serta
dapat membedakan bentuk huruf ketika berada di awal kata, di tengah maupun di
akhir.
3) Siswa terampil menulis Arab dengan jelas dan benar.
4) Siswa terampil menulis dengan salah satu jenis khat naskh atau riq’ah.
5) Siswa terampil menulis Arab dari arah kanan ke kiri.
6) Siswa mengetahui tanda baca, baik simbol ataau fungsinya.
11
Lihat juga Al-Naqah, Ibid. Hal. 236
106
Hasan Saefuloh, M.Ag
7) Siswa mengetahui kaedah dasar imlā’ dan dapat menerapkannnya dalam kegiatan
menulis.
8) Siswa dapat menuangkan idenya secara tertulis dengan menggunakan tata kalimat
bahasa Arab yang tepat.
9) Siswa dapat menuangkan idenya secara tertulis dengan menggunakan kosa kata
dan struktur bkalimat yang benar.
10) Siswa dapat menuangkan idenya secara tertulis dengan menggunakan aturan
gramatika bahasa Arab.
11) Siswa dapat menggunakan gaya bahasa yang sesuia dengan konteks.
12) Siswa dapat menulis dengan lancar, jelas dan benar.
Tujuan-tujuan di atas masih umum dan belum oprasional. Apabila kita turunkan
menjadi tujuan yang oprasional, kita dapat mengklasifikasikannya menjadi dua
bagian:
1) Tujuh tujuan pertama (nomor 1 s/d no 7) merupakan tujuan mekanistik. Tujuh-tujuan
tersebut sudah menggambarkan tujuan oprasional melalui kegiatan menulis khat
dan imlā’ .
SAMPEL
2) Adapun lima tujuan terakhir (nomor 8 s/d no 12) merupakan tujuan menulis dalam
arti menuangkan gagasan yang membutuhkan aktifitas berfikir. Bila lima tujuan
tersebut diturunkan menjadi tujuan oprasional, maka dapat diungkapkan seperti
berikut:
• Siswa dapat menuangkan idenya dalam karangan sederhana.
• Siswa dapat menulis kesimpulan dari bacaaan sederhana.
• Siswa dapat menulis surat dalam berbagai jenisnya, seperti surat resmi, surat
pribadi, surat lamaran dan sebagainya.
• Siswa dapat menulis laporan sederhana tentang kegiatan yang dilakukannya.
• Siswa dapat mendeskripsikan sesuatu secara tertulis.
107
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
kosa kata dan pola kalimat dasar12. Di samping itu, guru harus membuat perencanaan
pembelajaran menulis secara gradual dan sistematis.
Mengacu pada prinsip tahapan di atas, maka pembelajaran menulis dalam konteks
pembelajaran bahasa Arab dapat dilakukan dalam tiga tahapan: Tahap pra menulis
(persiapan), tahap menulis dalam arti rasm al-hurūf, tahap menulis dalam arti insyā’/
mengarang.
1- Tahap pra menulis (persiapan)
Pada tahap ini siswa pemula mulai belajar memegang pensil, membuat garis, baik
garis lurus, garis lengkung, garis panjang dan garis pendek, serta garis miring. Semua
itu diajarkan sebagai langkah persiapan menulis huruf.
Setelah dianggap mantap dalam membuat garis dengan segala variasinya, langkah
berikutnya adalah menulis huruf, dengan tahapan sebagai berikut13:
1. Menulis huruf secara terpisah sebelum huruf sambung.
2. Menulis huruf berurut berdasarkan urutan abjad.
3. Menulis huruf sebelum suku kata dan kata.
SAMPEL
4. Menulis satu atau dua huruf baru pada tiap pelajaran.
5. Memberikan contoh cara penulisan huruf di papan tulis sebelum menyuruh siswa
menulisnya.
Pada fase penulisan huruf ini guru harus memperhatikan cara siswa berlatih
menulis. Jika siswa berlatih menulis pada buku khusus bergaris yang di bagian atasnya
sudah ada contoh tulisan pada tiap halamannya, sebaiknya siswa disuruh memulai
dari baris paling bawah agar pada penulisan berikutnya ia hanya melihat contoh yang
benar di bagian atas lembaran. Jika siswa memulainya dari baris atas persis di bawah
tulisan contoh, maka pada penulisan berikutnya ia akan terpengaruh untuk melihat
tulisannya pada baris sebelumnya, bukan pada contoh yang paling atas, sehingga bisa
12
Menurut Thu’aimah, urutan penyampaian kemahiran menulis ini bisa saja berbeda antara satu
program dengan program lainnya. Dalam program pembelajaran bahasa Arab yang menggunaan
tharīqah qawāid wa tajramah, kegiatan menulis tidak perlu diakhirkan, karena menurut pandangan
metode ini, kegiatan menulis bisa langsung diberikan sejak jam pelajaran pertama. Program
pembelajaran bahasa Arab yang menggunakan thariqah mubāsyirah atau tharīqah sam’iyyah
syafawiyyah, memandang bahwa pada fase-fase awal pembelajaran, siswa baru dikenalkan pada aspek
pengucapan melalui kegiatan istimā’. Pembelajaran menulis, dalam perspektif metode ini diberikan
pada tahap berikutnya, jika siswa sudah melalui fase pengucapan (Thu'aimah, Al-Marja’, Ibid. hal. 588)
13
Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asālib Tadrīs al-Lughah al-Arabiyyah. Riyadh: al-Mamlakah al-
Arabiyyah al-Su’udiyyah. Hal. 129
108
Hasan Saefuloh, M.Ag
SAMPEL
benar. Tahap ini dinamakan fase menyalin.
Sering kali kegiatan pembelajaran menulis dalam tahap ini kurang mendapat
perhatian serius dari para guru. Mereka menganggap kegiatan ini tidak menarik, apa
lagi untuk pembelajar dewasa. Kurangnya perhatian terhadap kegiatan menyalin ini,
sesungguhnya disebakan oleh kekurangpahaman mereka terhadap kenyataan yang
menunjukan bahwa bahasa asing manapun, sedikit atau banyak, tentu memiliki aspek-
aspek yang asing bagi siswa.
Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab, fase kegiatan menyalin ini justru harus
mendapat perhatian serius dari para guru, karena sistem tata tulis Arab memiliki
karakter yang berbeda dengan bahasa siwa pada umumnya, seperti:17
1. Kesulitan menulis dari arah kanan ke kiri bagi siswa yang biasa menulis dari arah kiri
14
Lihat juga Jabir, Walid Ahmad. 2002. Tadrīs al-Lughah al-Arabiyyah: Mafahim Nadzariyyah wa
Tathbiqat ‘Amaliyyah. Amman Jordan: Dar al-Fikr Li al-Thaba’ah wa al-Nasyr. Hal. 176
15
Al-Naqah, Ibid. Hal. 239. Untuk lebih jelas mengenai pembelajaran imla’, lihat Ibrahim, Abdul
‘Alim. Al-Imla’ wa al-Tarqim fy al-Kitabah al-Arabiyyah. Al-Qahirah: Dar Gharib li al-thaba’ah wa
al-Nasyr.
16
Imla’ manqul adalah melatih siswa untuk menyalin atau menulis huruf atau tulisan yang ada
di papan tulis atau buku paket.
17
Lihat al-Naqah, Ibid. 241
109
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
ـه
sebagainya.
5. Perbedaan bentuk beberapa huruf sesuai dengan jenis khat, seperti khat nasakh,
khat riq’ah, dan sebagainya.
6. Beberapa huruf ada yang diucapkan namun tidak tampak dalam tuliskan, atau
sebaliknya.
7. Beberapa karakter tata tulis bahasa Arab seperti tanwīn, tadh’īf, tā’ maftūhah dan
tā’ marbūthah.
8. Penomena titik pada beberapa huruf Arab seperti ( ح خ ج، ص ض ط ظ،)ب ت ث ن
dan sebagainya.
Perlu ditegaskan bahwa dalam pembelajaran imlā’ manqūl, kita tidak hanya melatih
SAMPEL
cara menyalin huruf saja, tetapi juga melatih siswa untuk mengingat penggunaan
struktur kalimat serta tata bahasa yang sudah dipelajari pada pembelajaran
sebelumnya.
Muhammad Ali Al-Khūli18, mengemukakan bahwa diantara manfaat yang dapat
diambil dari kegiatan menyalin ini adalah:
1. Menyalin merupakan latihan menulis yang sifatnya tambahan atau lanjutan. Jika
guru melatihnya secara teratur, menyalin bisa melatih siswa untuk belajar menulis
indah (kaligrafi).
2. Menyalin dapat meningkatkan kemampuan dan memperlancar ingatan siswa pada
ejaan yang benar.
3. Melatih siswa untuk memperhatikan penggunaan tanda baca sesuai dengan
pengguaannya dalam kalimat.
4. Merupakan re-inforcment terhadap apa yang telah dipelajari baik dari sisi kosa kata
maupun struktur.
Untuk menambah manfaat dari pembelajaran imlā’ manqūl, sebaiknya, guru
menganjurkan siswa untuk membaca tulisan yang disalinnya. Sehingga, mereka tidak
18
Al-Khuli, Ibid. Hal 132
110
Hasan Saefuloh, M.Ag
hanya terampil dalam menyalin, tetapi juga dapat menguatkan ingatannya terhadap
hubungan antara tulisan dengan pengucapannya serta mengingat pola-pola kalimat
yang digunakan dalam tulisan tersebut.
Sebagai variasi dari kegiatan imlā’ manqūl, guru bisa melakukan berbagai bentuk
latihan berikut:
1. Menyajikan pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam teks bacaan.
2. Menyajikan beberapa kata secara acak dan meminta siswa untuk menyusunnya
menjadi kalimat yang benar.
3. Meminta siswa menyalin paragraf pendek sesuai dengan pilihan siswa.
4. Latihan menulis kalimat tidak lengkap yang kemudian dilegkapi oleh siswa dengan
kata yang tersedia.
Semuanya itu, tentunya diambil dari bahan bacaan yang sudah dikenal siswa
sebelumnya.
4- Imlā’ mandzūr19 (menyadur)
Berbagai variasi yang bisa dilakukan guru dalam melatih imlā’ mandzūr, diantaranya
sebagai berikut:
SAMPEL
a. Siswa diminta menyiapkan teks bacaan untuk diimla’kan. Siswa membaca teks
tersebut di rumah masing-masing. Di kelas, guru menuliskan teks tersebut di papan
tulis dan mendiskusikannya bersama siswa, menanyakan kata-kata yang dirasa
sulit oleh mereka. Guru menjelaskan kata tersebut dan cara penulisannya. Setelah
dirasa cukup, baru teks tersebut diimla’kan.
b. Siswa diminta menghafalkan teks pendek sederhana. Kemudian, guru meminta
mereka untuk menuliskan teks yang sudah dihafalnya tersebut. Jika siswa
mengalami kesuliatan dalam menuliskan hafalannya, guru mengizinkan untuk
sesekali melihat teks tersebut dan melanjutkan tulisannya.
c. Siswa diminta menuliskan beberapa frasa dan kalimat yang sudah mereka baca, atau
pernah ditulisnya pada fase imlā’ manqūl, tanpa melihat teks tersebut. Kemudian
siswa membandingkan apa yang mereka tulis di fase imlā’ manqūl dengan tulisan
pada fase imlā’ mandzūr.
d. Guru menyajikan beberapa paragraf yang telah mereka baca,dengan membuang
beberapa kata kunci lalu meminta siswa untuk menulis paragraf secara lengkap. Jika
Imla’mandzur adalah mengamati dan mendiskusikan teks sederhana bersama siswa sampai
19
111
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
terdapat kesulitan dalam tahap ini, guru bisa memberi bantuan berupa pertanyaan
yang jawabannya menuju ke kata kunci yang dibuang tadi.
e. Guru meyajikan beberapa pertanyaan yang jawabannya berupa satu atau dua
kalimat yang sudah mereka kenal pada pelajaran sebelumnya. Lalu meminta siswa
untuk menulis jawaban-jawaban tersebut.
f. Alternatif lain yang bisa dilakukan dalam kegiatan imlā’ mandzūr, guru menulis
di papan tulis beberapa kata yang dianggap sulit dari teks yang sudah dipelajari.
Siswa diminta menuliskannya beberapa kali di buku latihan. Setelah itu, guru
mengimla’kan teks secara utuh.
5- Imlā’ Ikhtibārī20
Imlā’ ikhtibārī melatih siswa agar terampil dalam tiga hal: kemampuan menyimak
dan mengikuti alur pembicaraan, kemampuan mengingat yang didengar, dan
kemampuan menuliskan apa yang diengarnya.
Pada tahap awal pembelajaran imlā’ ikhtibārī, sebaiknya guru memulainya dengan
teks yang sudah dikenal siswa, yang diambil dari buku paket, sehingga siswa tidak
merasa kesulitan karena dalam teks tersebut tidak ada unsur bahasa baru, yang belum
SAMPEL
dikelal baik secara fonetis maupun grafis.
Jika siswa sudah mengalami kemajuan, dan tidak menemukan kendala dalam
mengikuti imlā’ ikhtibārī tahap awal, materi imlā’ dapat ditambah denga menyajikan
kosa kata baru yang populer pada konteks baru selain yang ada di buku. Setelah itu,
boleh juga ditambahkan materi yang belum dikenal dalam pelajaran sebelumnya. Hal
ini dilakukan untuk mengecek, apakah kemampaun siswa dalam imlā’ ikhtibārī tersebut
berdasarkan hafalan semata atau karena mereka paham.
Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam pembelajaran imlā’ ikhtibārī,
diantaranya21:
a. Guru membaca teks dengan intonasi yang baik dengan kecepatan yang wajar (normal).
b. Guru mengimla’kan teks dengan kecepatan yang wajar. Kelambatan dalam
membaca teks kata per kata akan merusak tujuan dan keutuhan imlā’ ikhtibārī.
c. Guru mengimla’kan satu unit kalimat yang memiliki keutuhan makna.
20
Imla’ ikhtibary adalah meminta siswa untuk menulis kata atau kalimat yang diimla’kan tanpa
memberi tahu teks yang akan diimla’kan sebelumnya.
21
Al-Naqah, Ibid. Hal. 249. Sebagai bahan perbandingan, lihat juga al-Na’imi, Ali. 2004. Al-Syamil
fy Tadrīs al-Lhugah al-Arabiyyah. Dar Usamah: Amman Jordan. Hal. 122
112
Hasan Saefuloh, M.Ag
d. Guru membaca tiap unit yang diimla’kan hanya satu kali, kemudian siswa
menuliskannya. Jika dianggap perlu, guru mengulangi bacaannya sekali lagi agar
siswa dapat mengoreksi dan membetulkan tulisannya.
e. Guru jangan menuruti keinginan sebagian siswa untuk terus mengulangi ucapan
kalimat yang diimla’kan.
f. Guru harus memperhatikan semua siswa pada saat kegiatan imlā’ agar mereka
serius dalam belajar.
g. Setelah selesai mengimla’kan teks secara keseluruhan, siswa diberikan kesempatan
untuk mereview tulisan secara detail. Selanjutnya guru membaca teks secara
keseluruhan dengan kecepatan yang wajar.
h. Bagi siswa yang menemukan kesulitan pada saat imlā’ biasanya mereka melakukan
dua kesealahan berikut:
• Siswa menyangka bahwa imlā’ hanya merupakan tes mengeja. Di sini, guru
harus menjelaskan bahwa imlā’ tidak hanya melatih mengeja, namun juga
mengetes kemampuan mereka dalam menyimak dan menuangkan yang
disimaknya dalam tulisan.
•
SAMPEL
Siswa menulis kata per kata sebelum satu unit kalimat yang dibacakan guru
selesai. Oleh sebab itu, siswa merasa kesulitan menangkap keutuhan kalimat,
sehingga sering meminta guru untuk mengulangi. Siswa seperti ini perlu diberi
latihan yang intensif dalam menyimak suatu kalimat, kemudian mereka diminta
untuk mengucapkannya berulang-ulang dengan suara yang keras. Setelah itu,
guru meminta mereka untuk menuliskannya sambil mengucapkannya dengan
keras. Setelah selesai menulis, mereka diminta membacanya. Kemudian guru
meminta mereka untuk membandingkan tulisannya dengan teks asli secara
individu hingga mereka benar-benar yakin terhadap kemampuan mereka dan
tambah percaya diri.
i. Bagi siswa yang tidak menemukan kesulitan dalam menyimak dan menulis
yang diimla’kan, guru memberikan latihan yang lebih sulit yang sesuai dengan
kemampuan dan minat mereka.
j. Setelah selesai meng-imlā’-kan guru bisa langsung mengoreksinya. Semakin cepat
mengoreksi semakin baik, agar pembetulan oleh siswa segera dilakukan.
k. Setiap siswa membetulkan kesalahan-kesalahan dalam penulisan dengan
bimbingan guru.
113
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
SAMPEL
hamzah qatha’.
3. Lalai dalam penulisan hamzah untuk hamzah qatha’, baik karena malas menulisnya
atau karena tidak paham.
4. Kesalahan dalam penulisan hamzah qatha’ di tengah kata atau di akhir kata.
Kesalahan ini akibat dari kelemahan siswa dalam pengetahuan kaedah imla’.
5. Kesalahan dalam penulisan alif mamdūdah dan alif maksūrah di akhir kata. Sering
kali siswa menulis tertukar antara keduanya.
6. Kesalahan atau tertukar dalam penulisan tā’ maftūhah dan tā’ marbūthah di akhir
kata.
7. Kesalahan dalam membuang lām sebelum huruf syamsiyah, karena lamnya tidak
kedengaran dan yang kedengaran hanya huruf yang di depannya.
8. Kadang-kadang siswa tidak membuang alif yang diucapkan tapi tidak harus ditulis
ّ
seperti pada kata ذلك، طه، هذا، اهلل، هلإ، أوئلك، لكن، لكن، الرمحنdsb.
9. Kadang-kadang siswa membuang huruf yang tidak diucapkan padahal harus ditulis
seperti األلفpada kata ذهبواdan الواوpada kata عمرو.
)
(
)
(
22
Lihat Al-Naqah, ibid. Hal 243 bandingkan dengan al-Khuli, ibid. Hal. 137
114
Hasan Saefuloh, M.Ag
10. Kadang-kadang siswa menulis tanwīn untuk nūn di akhir kalimat atau di akhir ayat,
karena terpengaruh oleh suaranya.
11. Kadang-kadang siswa tidak menuliskan األلفbersama tanwīn nashab seperti
ً ً ً
dalam kata رئيسا ،مديرا ، زاهداdan sebagainya.
12. Kadang-kadang siswa menambahkan األلفbersama tanwīn nashab seperti pada
kata ، مدرسة، داعءdan sebagainya.
ً ً
13. Kadang-kadang siswa memisahkan kata yang seharusnya nyambung atau
sebaliknya, menyambung tulisan yang seharusnya dipisah seperti ، طاملا، لكما،فيم
ّ ، ريثما، حينماdan sebagainya23.
ربما
6- Menulis dalam arti mengarang (Insyā24’)
Pengajaran mengarang (insyā’) terbagi menjadi dua, yaitu: tahap pertama berupa
insyā’ muwajjah (mengarang terpimpin) dan tahap kedua berupa insyā’ hurr (mengarang
bebas).
a. Insyā’ Muwajjah
Pada tahap ini, siswa dianggap telah mengetahui beberapa kosa kata yang dapat
SAMPEL
mereka pahami maknanya dan mengenal beberapa struktur kalimat yang mereka
dapatkan dari pelajaran pada tahap sebelumnya. Dengan denikian, mereka sudah
memiliki cukup bekal untuk memulai latihan mengarang sederhana dalam bentuk
insya’ muwajjah dan dengan bimbingan guru.
Siswa mula-mula berlatih menulis satu atau dua paragraf seputar tema yang
mereka pernah dengar dan baca. Selanjutnya, dengan latihan yang terus menerus,
secara bertahap, kemampuan mereka akan bertambah baik dalam penggunaan gaya
bahasa, susunan kalimat, pemilihan kosa kata, penerapan gramatika dan sebagainya,
sehingga mereka benar-benar siap untuk menulis tahap selanjutnya, yakni tahap
mengarang bebas.
Agar benar-benar siap untuk meningkat ke tahap mengarang bebas, latihan
menulis pada tahap ini harus mulai difokuskan pada penerapan atau penggunaan pola-
pola kalimat dan tata bahasa yang benar. Pada waktu yang sama, siswa juga harus
23
Al-Khuli, Ibid. Hal.138
24
Insya’ sebenarnya tidak hanya berkaitan dengan kegiatan menulis dalam arti mengarang.
Namun juga bisa digunakan untuk kegiatan berbicara. Sehingga ada yang menegaskan
peristilahan yang lebih tepat untuk kegiatan menulis dengan menambahkan kata sifat menjadi
insya’ tahriri atau disebut juga ta’bir tahriri. Sedangkan untuk yang mengarah ke kegiatan
berbicara dinamakan insya’ syafawi atau ta’bir syafawi. Lihat al-Na’imi. Ibid. Hal. 149
115
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
SAMPEL
5. Latihan istibdāl/substitusi pada suatu kata tertentu dalam kalimat dengan kata-
kata yang lain. Setiap pilihan kata dapat menimbulkan makna baru jika diterapkan
dalam kalimat tadi.
6. Misalnya, kalimat yang dicontohkan كتب الودل درسه. Sedangkan kata yang muncul
umpamanya ابلنت. Siswa menulis كتبت ابلنت درسها.
)
(
7. Latihan tahwīl/transformasi. Siswa diberi sebuah kalimat dan diminta
mengubahnya menjadi kalimat positif, negative, kalimat tanya, atau kalimat
berita; atau mengubah fi’il mudhāri, fi’il mādhi, atau fi’il amr; mengubah bentuk
aktif menjadi pasif dan seterusnya.
8. Memperluas kalimat. Guru menyajikan kalimat pendek sederhana dan meminta
siswa untuk memperluas kalimat tersebut dengan menambahkan kata atau kalimat
baru.
9. Menyajikan beberapa kata yang tidak untuk diatur kembali urutannya, melainkan
25
Model-model latihan ini disarikan dari Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lughah
al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi Lughat Ukhra: Ususuh, Mahakhiluh, Thuruq Tadrīsih. Makkah al-
Mukarramah: Jami’at Um al-Qura. Hal. 252-256 dan Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asālib
Tadrīs al-Lughah al-Arabiyyah. Riyadh: al-Mamlakah al-Arabiyyah al-Su’udiyyah. Hal. 138-140
116
Hasan Saefuloh, M.Ag
siswa diminta menambahkan satu atau dua kata untuk membentuk kalimat
sempurna yang bermakna.
10. Melengkapi kalimat. Siswa diminta untuk mengisi tempat yang kosong dengan
kata yang dibuang dari suatu kalimat. Kata yang dibuang itu biasanya berupa kata
depan (huruf jar), huruf athaf, kata tanya, huruf syarat, dan sebagainya. Misalnya:
SAMPEL
12. Setelah itu, siswa diberikan paragraf utuh yang harus ditulis kembali dalam berbagai
bentuk, seperti mengubah fi’il mudhāri menjadi fi’il mādhi dan mengubah bentuk
tunggal menjadi bentuk jama’, dari mudzakar ke mu’annats, dan sebagainya.
13. Menggunakan kisi-kisi tulisan. Misalnya, guru menyajikan sejumlah pertanyaan
secara berurutan. Siswa diminta menjawabnya secara berurutan pula. Jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tadi akan membentuk satu paragraf utuh, atau informasi
lengkap, atau cerita pendek.
Contoh pertanyaan tentang “ ”وطىنberikut ini :
فأردت أن تسأهل عن وقت لقائه بكم ىف،قابلت املعلم يسري ىف فناء املدرسة1 .1
فماذا تقول ؟،الفصل
فماذا ستقول ؟،قابلت صديقا لك لم تره منذ مدة2 .2
SAMPEL
فبماذا سألك» وما إجابتك ؟، وأراد أن يعرف ماذا تفعل،رآك املعلم تقرأ كتابا3 .3
Siswa menuliskan jawaban sesuai dengan daya imajinasinya.
17. Mengajak siswa untuk berwisata, atau studi lapangan yang dapat menambah
pengetahuan dan wawasan mereka. Kemudian siswa diminta menuliskan
pengalamannya selama kegiatan tersebut.
118
Hasan Saefuloh, M.Ag
Sampai dengan tahap ini, menulis sebaiknya dilakukan di bawah bimbingan guru.
Keberadaan guru pata tahap ini sangat berarti bagi siswa, bimbingan dan arahannya
sangat dibutuhkan siswa agar mereka merasa tenang dalam berlatih menulis.
b. Insyā’ Hurr26
Menulis bebas merupakan tahap akhir pembelajaran menulis. Dalam tahap ini,
siswa diberi kebebasan untuk menuangkan segala kemampuannya dalam memilih kosa
kata dan struktur kalimat. Kebebasan di sini bukan berarti siswa tidak membuthkan
arahan dan bimbingan guru. Mereka masih tetap membuthkan bimbingan guru, karena
mereka belum mencapai tingkatan penulis kreatif, penguasaan mereka seputar bahasa
Arab belum seperti penguasaannya terhadap bahasa Ibu.
Sebelum siswa memulai menulis karangan bebas pada judul tertentu, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan guru, diantaranya27:
1. Mengingatkan siswa pada teknik-teknik dasar menulis seperti cara penulisan judul,
tanggal, menjorokkan alinia baru dan sebagainya.
2. Mengingatkan siswa pada karakteristik paragrap yang baik.
SAMPEL
3. Pada tahapan awal, guru bersama siswa berdiskusi menentukan anasir-anasir
karangan. Setelah dirasa mampu, selanjutnya siswa dibiarkan menentukan anasir-
anasir itu secara mandiri.
4. Guru bisa membantu siswa memberikan beberapa kosa kata sebagai kata kunci
dalam penulisan judul tertentu.
5. Guru memilih judul yang menarik untuk ditulis oleh siswa dngan memperhatikan
tingkat kemampuan dan minat siswa.
6. Guru memberikan beberapa batasan, misalnya jumlah kata, atau jumlah kalimat,
atau jumlah baris dan sebagainya.
7. Ketika mau memulai menulis karangan, guru meminta siswa agar memperhatikan
langkah-langkah berikut:
a. Berpikir. Siswa memikirkan judul yang akan ditulisnya.
b. Brain storming. Siswa menuliskan beberapa konsep utama yang terkandung
dalam judul tersebut.
c. Membuat anasir. siswa menyusun konsep-konsep yang ditemukan dalam brain
26
Istilah lain dari insya’ hurr adalah ta’bir hurr. Lihat Jabir, Ibid. Hal. 250
27
Al-Khuli, ibid. Hal. 148
119
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
SAMPEL
a. Keutuhan paragrap. Yang dimaksud dengan keutuhan paragraph adalah bahwa
kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraph tersebut keseluruhannya diarahkan
untuk mendukung dan menegaskan gagasan utama.
b. Keterkaitan antar kalimat. Maksednya adalah adanya kata penghubung, antar
kalimat yang menunjukan keterkaitan kalimat-kalimat tersebut.
Misalnya dengan membubuhkan kata ( ) (di samping itu…)
untuk menunjukan hubungan penjelasan antar kalimat; atau menambahkan kata (
) (penyebabnya/alasanya adalah…) untuk menunjukan hubungan
sebab akibat; atau menambahkan kata ( ) untuk menunjukan hubungan
pengaruh/akibat/hasil; atau menambahkan kata ( ) (walaupun/
meskipun demikian...) untuk menunjukan hubungan pengecualian; penambahan kata
(Jawabannya adalah...) untuk menunjukan hubungan jawaban;
penambahan kata (demikianlah pendapat kami…) untuk menunjukan
hubungan kesimpulan pendapat; penambahan kata (misalnya/
umpamanya…) untuk menunjukan contoh; penambahan kata
(kesimpulannya adalah....) untuk menyimpulkan; dan penambahan kata
28
Al-Khuli, Ibid. Hal. 142
120
Hasan Saefuloh, M.Ag
SAMPEL
kemampuan siswa, baik segi kosa kata, struktur kalimat serta tata bahasanya. Tema
yang paling cocok untuk tahap awal menulis bebas adalah tema-tema yang sudah
dipelajari sebelumnya pada keterampilan berbicara dan keterampilan membaca dengan
melakukan pengembangan dan impropisasi. Penyammpaian beberapa pertanyaan
baru berkaitan dengan teks sangat membantu siswa untuk mengembangkan tulisan
dan mencari pengetahuan pendukung yang tidak eksplisit dalam teks. Intinya, teks
bacaan merupakan titik tolak awal bagi siswa untuk memperluas pemikirannya dalam
menulis bebas.
Diantara tujuan pembelajaran menulis dengan menggunakan tema yang
sudah dipelajari pada pembelajaran membaca adalah melatih siswa bagaimana
cara menjelaskan sesuatu, menyampaikan pendapat diserta argumen yang dapat
memperkuatnya. Juga, melatih siswa mengungkapkan semua itu secara efektif dan
sistematis sesuai dengan tata kalimat bahasa Arab. Dengan kata lain, langkah ini
melatih rasa kebahasaan siswa, sehingga tulisannya mudah dipahami termasuk oleh
orang Arab.
Jika kita mulai pindah ke tahap menulis bebas yang sesungguhnya, setelah
siswa terlatih mengembangkan tulisan yang dimulai dari sesuatu yang dikenalnya,
121
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
hendaklah guru memulai dengan memilih judul yang sederhana yang sesuai dengan
kecenderungan siswa. Pemberian tema yang terlalu berat dan tidak diminati siswa,
justru akan mematahkan sengangat siswa dalam menulis, apa lagi kalau tema-tema
yang diberikan tersebut masih asing bagi siswa.
Jadi, dalam menentukan judul atau tema tulisan, guru hendaknya melibatkan
siswa untuk menyampaikan usulannya, tema-tema apa yang mereka minati untuk
ditulis. Dalam hal ini, guru membiarkan masing-masing siswa menulis pada tema
yang berbeda, sesuai dengan kecenderungannya. Memaksa seluruh siswa untuk
nulis pada judul yang sama pilihan guru, merupakan tindakan yang tidak berdasar.
Ingat, tujuan menulis pada tahap ini adalah meningkatkan kemampuan siswa untuk
menuangkan gagasannya dengan bahasa Arab yang baik dan benar. Kalau siswa tidak
punya bayangan ide atau pemikiran tentang tema yang akan ditulisnya, maka kegiatan
menulis tidak akan terjadi.
SAMPEL
banyaknya kesalahan dalam tulisan siswa, banyaknya aspek yang perlu dikoreksi;
kosa kata, kalimat, paragrap, gagasan, tata bahasa, cara penulisan, keutuhan makna,
keselarasan dan sebagainya.
Faktor lain yang juga merupakan kesulitan dalam pengoreksian karangan adalah
menentukan porsi penilaian untuk aspek-aspek di atas. Berapa persen untuk aspek
redaksi, berapa persen untuk akurasi bahasa, berapa persen untuk gaya bahasa, dan
sebagainya.
29
Al-Na’imi, Ibid. Hal. 162
122
Hasan Saefuloh, M.Ag
Dalam pengoreksian karangan bebas, guru bisa memilih salah satu dari dua
alternatif:
a. Membidik semua kesalahan. Guru harus benar-benar cermat dalam mencari
kesalahan tulisan siswa. Kesalahan-kelsalahan itu harus diberi tanda dan diberi
contoh yang betul di atasnya/di bawahnya.
b. Menseleksi beberapa kesalahan. Untuk menghemat waktu dan tenaga, guru cukup
memilih beberapa kesalahan yang mencolok saja dan langsung dibetulkan. Cara ini
dapat membantu siswa untuk memfokuskan pada beberapa kesalahan saja. Selain
itu juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dalam kemampuan
menulisnya. Sedangkan cara yang pertama justru dapat menghambat rasa percaya
dirinya, bahkan bisa jadi menghambat kemajuannya dalam menulis.
Dari sisi cara pengoreksian karangan bebas, ada dua hal juga yang mungkin
dilakukan30:
1. Pengoreksian atau pembetulan secara rinci. Dalam hal ini, guru langsung
memberikan contoh yang benar atas kesalahan-kesalahan siswa. Misalnya,
guru menggaris bawahi kata yang salah, kemudian menulis kata yang betulnya.
kesalahan tulisanya.
SAMPEL
Kelebihan cara ini adalah: siswa benar-benar biberi pembetulan yang tegas atas
2. Pengoreksian dengan simbol. Dalam hal ini, guru menggaris bawahi kata yang salah,
kemudian di atas atau di bawahnya memberi symbol tertentu untuk menunjukan
jenis kesalahannya. Misalnya, memberi simbol ( )كuntuk menunjukan kesalahan
pemilihan kosa kata, ( )مuntuk kesalahan imlā’, ( )قuntuk kesalahan tata bahasa, dan
( )رuntuk kesalahan tanda baca. Sementara siswa dibiarkan untuk membetulkannya
sendiri. Kelebihan cara ini adalah menghemat waktu guru di satu sisi, dan di sisi lain
memotivasi serta melatih siswa agar cermat dalam melakukan pembetulan. Namun
cara ini memiliki sisi lemahnya, yaitu bahwa banyak siswa yang tidak mengetahui
pembetulannya atau kalaupun tahu mereka tidak memperhatikannya.
3. Pembetulan gabungan. Dalam hal ini, guru langsung memberikan pembetulan atas
kata-kata yang salah dalam tulisan siswa, tetapi kadang-kadang hanya memberikan
simbol saja pada kesalahan yang lain.
Setelah selesai mengoreksi, beberapa hal yang harus dilakukan guru adalah:
1. Membagikan kembali kertas atau buku latihan siswa.
30
Al-Khuli. Ibid. 151
123
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
SAMPEL
(mengarang).
Menulis jenis pertama diarahkan pada kemampuan siswa pada: 1) Kelanlancaran
menulis, 2) kejelasan tulisan 3) keakuratan tulisan sesuai dengan kaidah imla’ dan jenis
khat, 3) kerapihan tulisan, dan 5) penggunaan tanda baca. Olehkarena itu, keriteria
penilaian kemampuan siswa dalam menulis tahap ini harus sesuai dengan pencapaian
kompetensi dasar tersebut.
Sedangkan menulis jenis kedua diarahkan pada kemampuan siswa untuk
menuangkan gagasan. Keriteria penilaian kemampuan menulis jenis ini, dapat
dilihat dari segi kebahasaan: Penggunaan ejaan termasuk kaidah imla dan jenis khat,
Pemilihan kata, Penggunaan struktur kalimat, dan Penerapan tata bahasa. Dan dapat
dilihat dari aspek non kebahasaan: akurasi isi, kerapihan, kelengkapan, keruntutan,
dan sebagainya.
Adapun pola penskorannya, bisa mengikuti pola yang dikembangkan untuk
penilaian kemahiran berbicara dan membaca, pada bahasan sebelumnya.
124
DAFTAR PUSTAKA
Al-'Ashili, Abd al-'Aziz bin Ibrahim. 2002. Tharāiq Tadrīs al-Lughah al-Arabiyah li al-Nathiqīn
bi Lughat Ukhrā.
Al-Fauzan, Abdurrahman bin Ibrahim dkk. 2001. Al-Arabiyyah BainA Yadaik. Juz 1. Kitab
Thalib. Mamlakah al-Arabiyyah al-Su’udiyyah: Mu’assasah al-Waqf al-Islami.
_________________________. 2001. Al-Arabiyyah BainaYadaik. Juz 2. KitabThalib. Mamlakah
al-Arabiyyah al-Su’udiyyah: Mu’assasah al-Waqf al-Islami.
_________________________. 2001. Al-Arabiyyah BainaYadaik. Juz 3. KitabThalib. Mamlakah
al-Arabiyyah al-Su’udiyyah: Mu’assasah al-Waqf al-Islami.
Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asālib Tadrīs al-Lughah al-Arabiyyah. Riyadh: al-Mamlakah
al-Arabiyyah al-Su’udiyyah.
Al-Na’imi, Ali. 2004. Al-syamil Fy Tadrīs al-Lughah al-Arabiyyah. Amman Jordan: Dar
Usamah.
SAMPEL
Al-Naqah, Mahmud Kamil. 1985. Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi Lughat
Ukhra: Ususuh, Mahakhiluh, Thuruq Tadrīsih. Makkah al-Mukarramah: Jami’at Um al-
Qura.
Audh, Ahmad Abduh. 2000. Madakhil Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah. Makkah Mukarramah:
Jami’ah Umm al-Qura.
Badri, Kamal Ibrahim. 1407. Usus Ta'lim al-Lughah al-Ajnabiyah dalam Mudzakarat al-daurat
al-tarbawiyah. Al-Mamlakah al-Arabiyah al-Su'udiyah, Jami'at al-Imam Muhammad
bin Su'ud al-Islamiyah, Ma'had al-Ulum al-Islamiyah wa al-Arabiyah bi Indunisia.
Djiwandono, M. Soenardi. 2008. Tes Bahasa: Pegangan Bagi Pengajar Bahasa. Jakarta:
Indeks.
Effendi, Ahmad Fuad. 2004. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.
Hadfield, Jill. 1999. Beginners' Communication Games. Addison Wesley Longman.
Hairuddin, dkk.2008. Pembelajaran bahasa indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Ibrahim, Abdul ‘Alim. 1962. Al-Muawajjih al-Fanny Li Mudarrisi al-Lughah al-Ababiyyah.
125
Teknik Pembelajaran Keterampilan Bahasa Arab
SAMPEL
Indonesia: Teori dan Aplikasi. Bandung: Karya Purta Darwati.
Saefuloh, Hasan. 2010. Al’ab Lughawiyyah: Teknik Pembelajaran Bahasa Arab yang
Menyenangkan. Jogjakarta: Bassan Publishing.
Saefuloh, Hasan. Mengenal TOAFL. Cirebon: Nurjati Publishing.
Shini, Mahmud Ismail dan ‘Umar al-Shadiq ‘Abdullah. 1984. Al-Mu’inat al-Bashariyyah Fy
Ta’lim al-Lughah. Riyadh: Jami’ah al-Malik Sa’ud.
Shiny, Mahmud Isma’il dkk. 1983. Al-Arabiyyah Li al-Nasyi’in. Juz 3. Kitab Mu’allim. Mamlakah
al-Arabiyyah al-Su’udiyyah: Wizarat al-Ma’arif.
Shiny, Mahmud Ismail dkk. 1991. Dalil Mu’allim Ila Istikhdam al-Shuwar wa al-Bithaqah fi
Ta’lim al-Lughah. Riyadh: Maktabat al-Tarbiyah al-Arabi Li Duwal al-Khalij.
Sugono, Dendy dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Sumadi. 2010. Jurnal Cakrawala Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta Juni 2010, Th.
XXIX, No. 2.
Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
126
Hasan Saefuloh, M.Ag
Tarigan, Henri Guntur. 1987. Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Thu’aimah, Rusydi Ahmad. 1985. Dalil Amal fy I’dad al-Mawad al-Ta’limiyah Li Barnamaj
Ta’lim al-Arabiyah. Makkah: Jami’at Umm al-Qura.
Thu’aimah, Rusydi Ahmad. 1986. Al-Marja’ fy Ta’lim al-Lughah al-Arabiyyah Li al-Nathiqin Bi
Lughat Ukhra. Juz 2. Makkah al-Mukarramah: Jami’at Um al-Qura.
Waly, Fadhil Fathy Muhammad. 1998.Tadrīs al-Lughah al-Arabiyyah Fy al-Marhalah al-
Ibtida’iyyah: Thuruquhu, Asālibuhu, Qadhayahu. Ha’il: Dar al-Andalus Li al-Nasyr wa
al-Tauzi’.
Yunus, Fathi Ali dan Muhammad Abd al-Rauf. 2003. Al-Marji’ FyTa’lim al-Lughah al-Arabiyyah
Li al-Ajanib Min al-Nadzariyyah Ila al-Tathbiq.al-Qahirah: Maktabah Wahbah.
SAMPEL
127