Anda di halaman 1dari 15

A.

Latar Belakang Masalah


Menulis merupakan kegiatan komunikasi yang dilakukan tanpa didukung oleh
tekanan suara, nada, mimik, gerak gerik dan tanpa situasi seperti yang terjadi pada kegiatan
komunikasi lisan.1[1]
Bahasa tulis dapat mengungkapkan banyak hal dengan cara leluasa tetapi penuh
dengan berbagai keterkaitan seperti teknis penulisan, kaidah bahasa, kelogisan, koherensi, isi,
ejaan dan diksi. Dengan demikian keterampilan menulis adalah keterampilan berbahasa yang
kompleks karena tidak hanya menyangkut penyusunan gramatikal atau retorikal, tetapi juga
menyangkut penguasaan elemen -elemen konseptual dan penilaian.
Keterampilan menulis seperti halnya keterampilan membaca adalah keterampilan
komunikatif dalam bahasa tulis, dan bisa disebut keterampilan produktif seperti halnya
keterampilan berbicara.2[2]
Berdasarkan latar belakang diatas, pada pembahasan makalah kali ini penulis akan
membahas tentang pembelajaran maharah al-Kitabah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep pembelajaran maharah al-Kitabah?
2. Apa sajakah tujuan pembelajaran maharah al-Kitabah?
3. Apa sajakah strategi pembelajaran maharah al-Kitabah?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Pembelajaran Maharah al-Kitabah
Kitabah (menulis) berarti melukiskan lambang-lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang difahami seseorang untuk dibaca orang lain. Lambang-
lambang grafis adalah kesatuan fonem yang membentuk kata, dari kata membentuk kalimat,
dari rangkaian kalimat membentuk paragraf yang mengandung satu kesatuan pikiran serta
maksud atau pesan tertentu. Makna lebih dalam kitabah (menulis) merupakan penuangan
buah pikiran melalui kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah
pikiran tersebut berhasil dikomunikasikan kepada orang lain.
Keterampilan menulis (maharah Al-kitabah/ writing skill) adalah kemampuan dalam
mendiskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek yang sederhana seperti
menulis kata-kata sampai kepada aspek yang kompleks yaitu mengarang. 3[3]
Kemahiran menulis mempunyai dua aspek:
1. Kemahiran membentuk Huruf 4[4]
Latihan untuk membentuk huruf sebaiknya dimulai dengan latihan- latihan pra
penulisan huruf.
Latihan pra- penulisan huruf ini meliputi:
a. Latihan memegang pena dan meletakkan kertas atau buku pada posisi yang tepat.
b. Latihan membuat garis- garis lurus vertikal dan horisontal dengan panjang pendek yang
bervariasi
c. Latihan membuat garis- garis mirip dengan variasi kemiringan yang berbeda- beda.
d. Latihan membuat garis melengkung, dari kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, dari atas ke
bawah, dan dari bawah ke atas.
Latihan ini lebih menekankan kepada kemampuan menulis huruf arab dalam
berbagai posisinya secara benar, terutama yang menyangkut penulisan hamzah dan alif
layyinah.5[5]
2. Kemahiran mengungkapkan dengan tulisan
Aspek ini merupakan inti dari kemahiran menulis. Latihan menulis pada prinsipnya
diberikan setelah latihan menyimak, berbicara, dan membaca.
Latihan menulis ini dapat pula yang diberikan bersamaan dengan latihan kemahiran
yang lain, sesuai tingkat kemampuan siswa.

B. Tujuan Pembelajaran Maharah al-Kitabah


Secara umum pembelajaran maharah al-kitabah bertujuan agar siswa dapat
berkomunikasi secara tertulis dalam bahasa Arab, terutama untuk kebutuhan yang nyata
dalam kehidupan. 6[6]
Secara khusus tujuan pembelajaran maharah al-kitabah adalah:7[7]
1. Agar siswa terbiasa menulis bahasa arab dengan benar
2. Agar siswa mampu mendeskripsikan sesuatu yang dia lihat atau yang dialami dengan cermat
dan benar
3. Agar siswa mampu mendeskripsikan dengan cepat
4. Melatih siswa untuk mengeksperesikan ide dan pikiranya dengan bebas
5. Melatih siswa terbiasa memilih kosa kata dan kalimat yang sesuai dengan konteks kehidupan
6. Agar siswa terbiasa berfikir dan mengekpresikanya dalam tulisan dengan cepat
7. Melatih siswa mengekpresikan ide, pikiran, gagasan dan perasaanya dalam ungkapan bahasa
arab yang benar, jelas, terkesan dan imajinatif.
8. Agar siswa cermat dalam menulis bahasa arab dalam berbagai kondisi
9. Agar pikiran siswa semakin luas dan mendalam, serta terbiasa berfikir logis dan sistematis.

C. Strategi pembelajaran Maharah Al- Kitabah


Sebagaimana yang dikemukakan oleh H.M Abdul Hamid dkk. bahwa pembelajaran
menulis berpusat pada tiga hal yaitu:
1. Kemampuan menulis dengan tulisan yang benar
2. Memperbaiki khoth
3. Kemampuan mengungkapkan pikiran secara jelas dan detail.

Adapun langkah-langkah yang yang dapat dilakukan guru dalam proses


pembelajaran maharah al-kitabah adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran imlak
Imlak adalah kategori menulis yang menekankan rupa huruf dalam
membentuk kata-kata dan kalimat. Menurut Mahmud Ma’ruf imlak adalah menuliskan huruf-
huruf sesuai posisinya dengan benar dalam kata-kata untuk menjaga terjadinya kesalahan
makna.
Secara garis besar ada empat teknik yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
imlak yaitu:
1) Imlak menyalin (al-imla’ al-manqul)
Yang dimaksud adalah memindahkan tulisan dari media tertentu ke dalam buku
peserta didik. Imlak ini cocok diberikan kepada pemula. Cara mengajarkannya dengan
memberikan tulisan atau teks pada papan tulis, buku dan lainnya. Kemudian guru
memberikan contoh membacanya, diikuti para siswa sampai lancar. Setelah itu didiskusikan
maknanya, kemudian baru siswa menyalinnya ke dalam buku tulis.
2) Imlak mengamati (al-imla’ al-manzhur)
Mengamati di sini adalah melihat tulisan dalam media tertentu secara cermat,
kemudian dipindahkan ke dalam buku pelajar tanpa melihat lagi tulisan. Imlak ini sedikit
lebih tinggi tingkat kesulitannya dari al-imla’ al-manqul. Sehingga dalam prakteknya lebih
cocok diberikan kepada pemula yang sudah lebih maju.
3) Imlak menyimak (al-imla’ al-istima’i)
Yaitu mendengarkan kata/kalimat/teks yang dibacakan lalu menulisnya. Imlak ini
sedikit lebih sukar dibandingkan dengan al-imla’ al-manzhur. Mengajarkannya dengan cara
membacakan kalimat atau teks tertentu kepada siswa seperlunya, lalu para siswa diajak untuk
mendiskusikan maknanya. Setelah itu baru para para siswa menulis kalimat/teks yang
dimaksud.
4) Imlak tes (al-imla’ al-ikhtibari)
Imlak ini bertujuan untuk mengukur kemampuan dan kemajuan siswa dalam imlak
yang telah mereka pelajari pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Di dalam al-imla’ al-
ikhtibari peserta didik tidak lagi diarahkan oleh guru, maka sebelum melakukannya para
siswa sebaiknya diberi tenggang waktu yang cukup untuk melakukan latihan.8[8]
b. Pembelajaran kaligrafi (al-khath)
Kaligrafi adalah menulis yang tidak hanya menekankan rupa huruf dalam
membentuk kata-kata dan kalimat tetapi juga menyentuh aspek estetika. Sehingga tujuan
pembelajarannya supaya siswa terampil menulis huruf-huruf dan kalimat Arab dengan benar
dan indah. Menurut Salim Afifi bahwa kaligrafi Arab adalah salah satu sarana informasi dan
cabang budaya yang bernilai estetika. Sebagai sarana informasi, yaitu untuk menyampaikan
informasi baik informasi masa lalu maupun kini. Sebagai cabang budaya yang bernilai
estetika, kaligrafi merupakan produk manusia muslim yang maju dalam mengekspresikan
nilai-nilai keindahan lewat torehan-torehan tinta, cat dan lainnya. Macam-macam gaya
kaligrafi Arab murni adalah: kufi, naskhi, tsulutsi, farisi, diwani, diwani jali, ijazah dan riq’i.
Teknik dasar pembelajaran kaligrafi Arab:
1) Menjiplak, yaitu memindahkan tulisan yang sudah ada dengan menempelkan kertas yang
transparan di atas tulisan yang sudah jadi, kemudian tulisan itu diikuti dengan pena yang
ukurannya sama. Tahap ini dilakukan secara berulang-ulang sampai benar-benar tulisan itu
dapat diikuti.
2) Meniru, yaitu mencontoh tulisan yang sudah ada dengan memindahkannya ke atas alas
tulisan lain.
3) Membuat sendiri, yaitu menciptakan tulisan dengan bekal kemampuan yang sudah dilatih
melalui jiplakan dan peniruan. Tahap ini tentu lebih sulit dibandingkan dengan yang pertama
dan kedua.
c. Pembelajaran Mengarang (al-insya’)
Mengarang adalah kategori menulis yang berorientasi kepada pengekspresian pokok
pikiran berupa ide, pesan, perasaan dan sebagainya ke dalam bahasa tulisan sehingga
wawasan dan pengalaman pengarang sudah mulai terlihat.
Mengarang dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu mengarang terpimpin (al-
insya’ al-muwajjah) dan mengarang bebas (al-insya’ hurr)
1) Mengarang terpimpin (al-insya’ al-muwajjah), yaitu membuat kalimat atau paragraf
sederhana dengan bimbingan tertentu berupa pengarahan, contoh kalimat dan sebagainya.
Mengarang ini juga disebut mengarang terbatas, karena karangan karangan siswa dibatasi
oleh ukuran-ukuran yang diberikan oleh pemberi soal, maka siswa tidak dituntut untuk
mengembangkan pikirannya secara bebas.
Teknik pengembangannya antara lain: mengganti/ merubah, misalnya mengganti
salah satu unsur dalam kalimat, merubah kalimat aktif menjadi pasif, kalimat berita menjadi
tanya atau sebaliknya dan sebagainya.
2) Mengarang bebas (al-insya’ al-hurr), yaitu membuat kalimat atau paragraf tanpa pengarahan,
contoh dan sebagainya. Siswa dalam hal ini diberi kebebasan untuk mengekpresikan
pikirannya tentang suatu hal. Mengarang ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan
mengarang terpimpin.
Adapun teknik latihannya antara lain:
 Meringkas bacaan terpilih (al-talkhish) yaitu menuliskan kembali intisari bacaan dengan
bahasa arab yang dikuasai siswa.
 Menceritakan gambar yang dilihat (al-qishsah) yaitu menceritakan isi gambar yang dilihat
berupa pekerjaan sehari-hari.
 Menjelaskan aktivitas tertentu (al-idhah) yaitu menerangkan pekerjaan yang bisa dilakukan
oleh pelajar dalam situasi tertentu, misalnya kegiatan di kelas.
 Setelah itu baru mengarang bebas (al-insya’ al-hurr) tentang masalah-masalah tertentu yang
diketahui oleh siswa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran ini adalah:
a) Topik yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tingkat kebahasaan siswa dan ranah
kehidupannya.
b) Sebelum kegiatan mengarang hendaknya ditentukan apa tujuan tulisan ini dan kepada siapa
ditujukan.
c) Untuk mempermudah karangan sebaiknya ditentukan outline karangan.
d) Mewujudkan karangan di atas kertas, sebaiknya melalui langkah-langakah berikut: mula-
mula konsep kasar, kemudian diedit apabila ada kesalahan setalah itu ditulis rapi pada kertas
karangan.9[9]
Macam-macam Metode Keterampilan Menulis
1. Imlak (Dikte)
Imlak10[6] adalah kategori menulis yang menekankan rupa/postur huruf dalam
membentuk kata-kata dan kalimat. Menurut Mahmud Ma’ruf imlak adalah menuliskan huruf-
huruf sesuai posisinya dengan benar dalam kata-kata untuk menjaga terjadinya kesalahan
makna.
Secara garis besar ada tiga macam teknik yang diperhatikan dalam pembelajaran imlak,
yaitu:
1) Imlak Menyalin (imla al-manqul)
Imla ini merupakan langkah pertama11[7] dalam pembelajaran bahasa arab untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis huruf dan kalimat bahasa arab. Imlak ini
juga lazim disebut al-imla al-mansukh sebab dilakukan dengan cara menyalin tulisan. Imlak
ini cocok diberikan kepada pemula.
Mengajarkan imlak12[8] ini dilakukan dengan cara memberikan tulisan atau teks pada papan
tulis, buku, kartu, atau yang lainnya. Setelah itu guru memberikan contoh
membaca/melafalkan tulisan, diikuti oleh para pelajar sampai lancar. Setelah itu didiskusikan
makna/maksud yang terkandung dalam tulisan itu. Setelah itu baru pelajar menyalinnya ke
dalam buku tulisan.
Dalam pembelajaran bahasa arab fase ini merupakan fase yang penting, hal itu
dikarenakan adanya urutan dalam aturan menulis bahasa arab, diantaranya:
a. Kesulitan menulis dari kana ke kiri, karena kebanyakan dari orang-orang menulis bahasa
mereka dimulai dari kiri ke kanan ataupun dari atas ke bawah.
b. Adanya perbedaan dalam penulisan huruf arab dengan penulisan huruf laten yang sering
dipakai dalam penulisan bahasa.
c. Adanya perbedaan syakal huruf dalam bahasa arab dalam pemakaiannya baik di awal kata, di
tengah, maupun di akhir kata.
d. Adanya perbedaan bentuk huruf ketika dipakai dalam sebuah kalimat dan ketika berdiri
sendiri.
e. Adanya perbedaan bentuk huruf dengan dengan jenis tulisan yaitu dalam mengganti suatu
kata dengan kata lain.
f. ada hal-hal yang bersifat khusus dan hanya ada dalam bahasa arab yaitu tanwin, tad’if, ta
maftuhah dan ta marbutah.

Jenis evaluasi yang dapat dilakukan dalam imlak ini adalah:


a. memberikan soal dengan jawaban yang telah tersedia dalam bacaan yang dibaca siswa
b. beberapa kata disusun acak dan siswa diminta untuk menyusunnya menjadi kalimat
sempurna.
c. Menterjemahkan teks kalimat pendek arab yang sesuai dengan pelajaran.
2) Imlak mengamati (al-imla al-mandzur)
Yang dimaksud13[9] mengamati disini adalah melihat tulisan dalam media tertentu
dengan cermat, setelah itu dipindahkan ke dalam buku pelajar tanpa melihat lagi tulisan.
Imlak ini pada dasarnya hampir sama dengan al-imla al-manqul dari segi memindahkan atau
menyalin tulisan. Tetapi dalam proses penyalinannya para pelajar tidak diperbolehkan
melihat tulisan yang disajikan oleh guru. Pelajar dalam hal ini sedapat mungkin harus
menyalin tulisan hasil penglihatan mereka sebelumnya. Imlak ini sedikit lebih tinggi
kesulitannya dibandingkan dengan al-imla al-manqul. Maka dalam prakteknya akan lebih
cocok diberikan kepada pemula yang sudah lebih maju.
Contoh-contoh latihan dalam imlak manzhur, diantaranya:
a. Pembelajaran kelompok dengan mencari kalimat atau membalik kalimat ke dalam kalimat
alain atau ke dalam istilah lain.
b. Pembelajaran kelompok dengan mencari bentuk kata lain sesuai kaidah nahwu atau
memindahkan bentuk kalimat alain dari pembicara kepada pendengar.
3) Imla menyimak (al-imla al-istimai’)
Yang dimaksud14[10] imlak istimai adalah mendengarkan kata-kata/ kalimat/ teks yang
dibacakan, lalu menulisnya. Imlak ini lebih sulit karena pelajar dituntut untuk menulis
kalimat/teks tanpa melihat contoh tulisan dari guru, melainkan mengandalkan hasil
kecermatan mereka dalam mendengarkan bacaan guru.
4) Imlak tes (al-imla’ al-ikhtibari’)
Sesuai dengan sebutannya, tes, al-imla al-ikhtibari bertujuan untuk mengukur
kemampuan dan kemajuan para pelajar dalam imlak yang telah mereka pelajari pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya. Maka kemampuan yang diukur mencakup unsur-unsur
kemampuan dasar seperti yang dijelaskan di atas.
Sesuai dengan tujuannya, di dalam al-imla al-ikhtibari para pelajar tidak lagi diarahkan
oleh guru dalam kegiatan menulis, maka sebelum melakukannya para pelajar sebaiknya
diberi tenggang waktu yang cukup untuk melakukan latihan.
Hal-hal yang harus dimiliki15[11] bagi seorang guru yang akan mengajarkan imla:
a. Dalam membaca teks dimulai dengan tidak terlalu cepat dan berhenti sejenak untuk
melanjutkan kembali dengan normal.
b. Apabila dalam membaca teks terlalu lambat maka akan merusak tujuan imla itu sendiri.
c. Oleh karena itu sebetulnya banyak materi yang dapat dijadikan imla.

2. Khat (Kaligrafi)
Khat16[12] adalah kategori menulis yang tidak hanya menekankan rupa/postur huruf
dalam membentuk kata-kata dan kalimat, tetapi juga menyentuh aspek-aspek estetika. Maka
tujuan pembelajaran khat adalah agar para pelajar terampil menulis huruf-huruf dan kalimat
arab dengan benar dan indah.

3. Insya (Mengarang)
Mengarang (al-insya’)17[13] adalah kategori menulis yang berorientasi kepada
pengekspresian pokok pikiran berupa ide, pesan, perasaan dan sebagainya ke dalam bahasa
tulisan, bukan visualisasi bentuk atau rupa hurup, kata, atau kalimat saja. Maka wawasan dan
pengalaman pengarang sudah mulai dilibatkan.
Menulis karangan tidak hanya mendeskripsikan kata-kata atau kalimat ke dalam tulisan
secara struktural, melainkan juga bagaimana ide atau pikiran penulis tercurah secara
sistematis untuk meyakinkan pembaca. Menurut tarigan (1994/ IV: 21) menulis adalah
menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang. Yang perlu dicatat adlah menulis menulis merupakan
representasi bagian dari kesatuan ekspresi-ekspresi bahasa. Gambar atau lukisan mungkin
dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak emnggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.
Ini merupakan perbedaan antara menulis dengan melukis, dan antara tulisan dengan lukisan,
maka menggambar huruf-huruf bukan menulis.
Pada prinsifnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi tidak
langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar untuk
berpikir dan dalam tingkatan yang lebih tinggi dan dapat mendorong mereka untuk berpikir
secara kritis dan sistematis, memperedalam daya tanggap/ persepsi, meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi, dan sebagainya. Tulisan juga dapat
membantu menjelaskan pikiran-pikiran yang hendak dikemukakan . tidak jarang kita
menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang, gagasan, masalah
dan kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual.
Menulis karangan boleh dikatakan sebagai keterampilan yang paling sukar
dibandingkan dengan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya. Apabila seorang pelajar
menggunakan bahasa kedua atau asing secara lisan (syafawi), maka seorang penitir asli dapat
mengerti dan menerima lafal yang kurang sempurna atau ungkapan-ungkapan yang kurang
sesuai atau bahkan tidak sesuai dengan kaidah gramatikal. Akan tetapi, apabila pelajar itu
menggunakan bahasa kedua/asing secara tulis (kitabi), maka penutur asli yang membacanya
kan lebih keras dalam menilai tulisan yang banyak kesalahan ejaan atu tata bahasanya .
meskipun maknanya yang disampaikan itu cukup jelas dan tulisannnya cukup rapi, tetapi
suatu karangan tertulis dituntut harus baik dan sedapat mungkin tanpa kesalahan karena
dianggap mencerminkan tingkat kepebdidikan penulis karangan yang bersangkutan.
a. Teknik Pembelajaran Mengarang
Mengarang (al-insya’) dapat dibagi ke dalam dua kategori, yaitu mengarang terpimpin
(al-insya’ al-muwajjah) dan mengarang bebas (al- insya’ hurr).
a) Mengarang terpimpin (al-insya al-muwajjah)18[14]
Mengarang terpimpin adalah membuat kalimat atau paragraf sederhana dengan
bimbingan tertentu berupa pengarahan, contoh: kalimat yang tidak lengkap, dan sebagainya.
Mengarang terpimpin bisa juga disebut mengarang terbatas (al-insya al-muqayyad), sebab
karangan pelajar dibatasi oleh ukuran-ukuran yang diberikan oleh pemberi soal, maka dalam
prakteknya tidak menuntut pelajar untuk mengembangkan pikirannya secara bebas.
Ada berapa tekhnik latihan pengembangan mengarang terpimpin yang dikenal dalam
pengajaran Bahasa Arab, antara lain: mengganti/merubah (al-tabdil), misalnya mengganti
salah satu unsur dalam kalimat, merubah kalimat aktif menjadi pasif atau sebaliknya, positif
menjadi negatif atau sebaliknya, berita menjadi tanya atau sebaliknya , kalimat yang ber-fi’il
mudhari menjadi ber-fi’il madhi atau sebaliknya, dan sebagainya; mengisi bagian kosong
(imla al-firagh), menyusun kata-kata yang tersedia menjadi kalimat lengkap (al-tartib),
membuat kalimat lengkap tertentu berdasarkan perintah (takwin al-jurnal), menjawab
pertanyaan tentang bacaan (al-ijabah), dan sebagainya.
b) Mengarang Bebas (al-insya al-hurr)19[15]
Mengarang bebas adalah membuat kalimat atau paragraf tanpa pengarahan, contoh :
kalimat yang tidak lengkap, dan sebagainya. Para pelajar dalam hal ini diberi kebebasan
untuk mengekspresikan pikirannya tentang suatu hal tertentu. Mengarang bentuk ini lebih
tinggi tingkatannya dibandingkan mengarang terpimpin, sebab merupakan kelanjutan dari
serangkaian kegiatan mengarangterpimpin. Akan tetapi kemampuan mengarang bebas dalam
prakteknya dipisahkan dari kemampuan mengarang terpimpin, sebab memiliki cara, prosedur,
dan tahapan tersendiri jika dikembangkan lebih dalam lagi.
Ada beberapa teknik latihan yang harus dilalui untuk sampai pada keterampilan
mengarang bebas, antara lain yaitu :
a) Meringkas bacaan terpilih (al-talkhish) yaitu menuliskan kembali intisari bacaan dengan
bahasa arab yang dimiliki pelajar.
b) Menceritakan gambar yang dilihat (al-qishshah) atau narasi yaitu menceritakan isi gambar
yang dilihat berupa pekerjaan sehari-hari sejak bangun tidur sampai saat hendak tidur.
c) Menjelaskan aktifitas tertentu (al-idhah) atau eksposisi yaitu menerangkan pekerjaan yang
bisa dilakukan oleh pelajar dalam situasi-situasi tertentu, misalnya : berangkat ke sekolah
menggunakan sepeda motor, pulang kampung naik kendaraan umum, dll.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran mengarang bebas, adalah
sebagai berikut:
a) Topik yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan tingkat kebahasaan pelajar dan ruang
lingkup kehidupannya.
b) Sebelum dilakukan kegiatan mengarang hendaknya ditentukan apa tujuan tulisan ini, dan
kepada siapa ditujukan.
c) Untuk mempermudah uraian dalam karangan, sebaiknya ditentukan outline karangan.
d) Mewujudkan karangan diatas kertas, sebaiknya melalui langkah-langkah berikut : mula-mula
konsep kasar, konsep ini kemudian di edit/diperbaiki barangkali ada hal-halyang salah,
setelah itu ditulis rapi pada kertas karangan.

b. Perbaikan menulis
Proses perbaikan/remedial dipandang sebagai cara penting untuk membantu siswa
belajar bahasa baru. Jadi dari sistem remedial ini kesalahan siswa dapat diketahui dan
diperbaiki. Sistem remedial ini bertujuan agar siswa memperhatikan kesalahan ketika
berbicara atau menulis.
Guru dapat mengarahkan kepada siswa tentang penggunaan bahasa yang baik dan
benar. Untuk itu, ada beberapa hal yang dibutuhkan dalam keterampilan menulis yakni:
a) Memberikan pelatihan menulis, disini siswa di tuntut untuk mengidentifikasi kesalahan dan
bertanggung jawab memperbaikinya, sehingga dilakukan latihan yang efektif untuk
menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam penggunaan bahasa supaya diterapkan
dengan benar.
b) Siswa mengoreksi/mengetahui kesalahanya sendiri dibimbing oleh pelatihnya.
c) Guru Membuat serangkaian proses pendidikan yang efektif bukan hanya formal, misalnya
sebagai berikut:
 setiap siswa membaca tulisan kemudian dikoreksi dan dimintauntuk menulis ulang.
 jika siswa tidak dapat menyimpulkan kesalahan-kesalahan maka siswa memperhatikan sedikit
bimbingan dari guru.
 Ketika guru menemukan tulisan-tulisan yang kurang baik, gurumengembalikan tulisan kepada
siswa dan meminta siswa untuk segera menulis.
 penggunaan media papan tulis, guru menyuruh siswa maju ke depan. Ini berguna dalam
memotivasi siswa untuk bisa dan memperbaiki kesalahannya. Dalam arti bahwa siswa
mengoreksi kesalahan, pada saat yang sama rekan-rekannya juga ikut mengoreksi dan
menulis kalimat yang benar di sisi lain.
 guru dapatmenggarisi penulisan-penulisan yang salah.
 dalam penulisan dapat menggunakan simbol, seperti:
‫م= امالء‬ ‫ق= قواعد‬
‫ت= ترقيم‬ ‫خ= خط‬
‫ الخ‬...‫ف= فكرة‬ ‫أ= أسلوب‬

 menyuruh siswa mengisi tulisan. Untuk mengoreksinya guru menyuruh siswa untuk menukar
jawabanya untuk dikoreksi oleh siswa lain.
 siswa mengoreksi tulisan dari apa yang diucapkan guru. pilihan kata, struktur, rasa makna,
ragam komposisi, ejaandan penyusunan.
 siswa menulis sangat hati-hati dan tidak membuat kesalahan dalam ejaan dan tanda baca.
 Guru menyuruh siswa pertama menulis.Jika penulisan belum benar, makaguru menyuruh siswa
yang lainya untuk mengoreksi dan membenarkan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam
penulisan siswa yang pertama.
PENGERTIAN
Makhraj ialah tempat menahan/menyekat udara ketika bunyi huruf dilafazkan. Huruf yang
dimaksudkan ialah huruf hijaiyah Bahasa Arab yang mengandungi 28 huruf.
ALAT-ALAT UCAPAN
Organ-organ atau alat-alat ucapan yang bertanggungjawab dalam menjayakan makhraj ini
boleh dilihat dalam gambarajah di bawah.

1. Bibir mulut 10. Epiglotis


2. Gigi 11. Saloran makan
3. Gusi gigi 12. Rongga mulut
4. Langit-langit keras 13. Dengung
5. Langit-langit lembut 14. Rongga kerongkong
6. Anak lidah (anak tekak) 15. Biji halkum (Buku leher)
7. Hujung lidah 16. Pita suara
8. Tengah lidah 17. Saluran nafas
9. Pangkal lidah

BAHAGIAN MAKHRAJ
Menurut pendapat imam Al-Khalil bin Ahmad dan kebanyakan Ahli Qira’at dan ulama’
nahwu antaranya imam Ibn Al-Jazari jumlah bilangan makhraj yang umum/utama terbahagi
kepada lima bahagian, seperti berikut:

1. ‫ْال َج ْوف‬ Bahagian rongga mulut dan rongga kerongkong


2. ‫ْال َح ْلق‬ Bahagian kerongkong
3. ‫سان‬ َ ‫الل‬
ِّ Bahagian lidah
4. ‫ان‬ َّ ‫ال‬
ِّ َ ‫شفَت‬ Bahagian bibir mulut
5. ‫ْالـ َخيْشوم‬ Bahagian hidung (Khaisyum)

PEMBAHAGIAN HURUF MENGIKUT BHAGAIN MAKHRAJ


Senarai di bawah menunjukkan pembahagian huruf-huruf mengikut bahagian makhraj yang
dinyatakan di atas.

1. ‫ْال َج ْوف‬ ‫ي‬،‫و‬،‫ا‬


2. ‫ْال َح ْلق‬ ‫خ‬،‫غ‬،‫ح‬،‫ع‬،‫ه‬،‫ء‬
3. ‫سان‬َ ‫الل‬
ِّ ‫د‬،‫ط‬،‫ر‬،‫ن‬،‫ل‬،‫ض‬،‫ي‬،‫ش‬،‫ج‬،‫ك‬،‫ق‬
‫ث‬،‫ذ‬،‫ظ‬،‫ز‬،‫س‬،‫ص‬،‫ت‬،
4. ‫ان‬ َّ ‫ال‬
ِّ َ ‫شفَت‬ ‫م‬،‫ب‬،‫و‬،‫ف‬
5. ‫ْالـ َخيْشوم‬ ‫م‬،‫ن‬

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa maharah al-kitabah (keterampilan
menulis) adalah kemampuan seseorang dalam mengolah lambang-lambang grafis menjadi
kata-kata, lalu kata-kata menjadi kalimat yang efektif yang sesuai dengan kaidah bahasa yang
berlaku, guna menyampaikan dan menginformasikan ide, buah pikiran, pendapat,
pengalaman, sikap, perasaan dan emosi kepada orang lain.
Secara umum pembelajaran maharah al-kitabah bertujuan agar siswa dapat
berkomunikasi secara tertulis dalam bahasa Arab, terutama untuk kebutuhan yang nyata
dalam kehidupan.
B. Saran
Dengan ucapan syukur alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga apa yang kami uraikan dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang
konstrutif sangat kami harapkan untuk perbaikan.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada pembaca khususnya dosen pengampu
dan semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Fakhrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin. 2012. Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta Pusat: Direktoral

Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama.

Hamid, Abdul. 2010. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab untuk Studi Islam. Malang: UIN Maliki

Press.

Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Muin, Abdul. 2004. Analisi Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Al-

Husna Baru.

Muna, Wa. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Teras.

Anda mungkin juga menyukai