Anda di halaman 1dari 2

Radar Ritma: Kisah Abu Dujanah, Sahabat yang Membuat

Rasulullah Menangis
RADAR RITMA: BAGIAN KEILMUAN DAN BAGIAN INFORMASI

"Ya Rasul, kami keluarga orang yang tak


berpunya. Anakku sering kelaparan, kurang
makan. Saat anak-anak kami bangun, apa pun
yang didapat, mereka makan. Oleh karena itu,
setelah selesai salat, kami bergegas segera
pulang sebelum anak-anak kami tersebut
terbangun dari tidurnya. Kami kumpulkan
kurma-kurma milik tetangga kami tersebut yang
berceceran di rumah, lalu kami haturkan kepada
pemiliknya," sambungnya.
Merdeka.com - Abu Dujanah Simak bin Abu Dujanah melanjutkan, suatu saat dia
Kharasha merupakan salah satu sahabat Nabi terlambat pulang ke rumah. Anaknya terbangun
Muhammad SAW yang sangat taat pada Allah dan menemukan kurma tetangga yang jatuh dari
SWT. Pria yang berasal dari kabilah Khazraj ini pohonnya. Tak menunggu lama, sang anak
hidup serba kekurangan. langsung memakan kurma tersebut.
Kisah hidupnya membekas di hati Rasulullah. "Mata kepala saya sendiri menyaksikan, tampak
Bahkan, Rasulullah pernah menangis setelah ia sedang mengunyah kurma basah di dalam
mendengar cerita kelaparan yang dialami mulutnya. Ia habis memungut kurma yang telah
keluarga Abu Dujanah. jatuh di rumah kami semalam. Mengetahui itu,
lalu jari-jari tangan kami masukkan ke mulut
Suatu hari, Rasulullah menegur Abu Dujanah anakku itu. Kami keluarkan apa pun yang ada di
karena setiap usai menjalankan ibadah salat sana," jelasnya.
subuh berjamaah, dia langsung pulang ke rumah.
Abu Dujanah tak pernah menunggu pembacaan Abu Dujanah tak pernah membiarkan anaknya
doa yang dipanjatkan Rasulullah selesai. memakan kurma milik orang lain. Dia tak ingin
makanan haram itu menyebabkan keluarganya
"Hai, apakah kamu ini tidak punya permintaan mendapat siksaan pedih di akhirat kelak.
yang perlu kamu sampaikan pada Allah SWT
sehingga kamu tidak pernah menungguku selesai "Kami katakan, ‘Nak, janganlah kau permalukan
berdoa. Kenapa kamu buru-buru pulang begitu? ayahmu ini di akhirat kelak.’ Anakku menangis,
Ada apa?" tanya Nabi. kedua pasang kelopak matanya mengalirkan air
karena sangat kelaparan. Wahai Baginda Nabi,
"Ya Rasulullah, kami punya satu alasan," kami katakan kembali kepada anakku itu,
jawabnya. ‘Hingga nyawamu lepas pun, aku tidak akan rela
meninggalkan harta haram dalam perutmu.
"Apa alasanmu? Coba kamu utarakan!" perintah Seluruh isi perut yang haram itu, akan aku
Nabi. keluarkan dan akan aku kembalikan bersama
kurma-kurma yang lain kepada pemiliknya yang
"Begini. Rumah kami berdampingan persis berhak’."
dengan rumah seorang laki-laki. Nah, di atas
pekarangan rumah milik tetangga kami ini, Pandangan mata Rasulullah langsung berkaca-
terdapat satu pohon kurma menjulang, dahannya kaca mendengar pengakuan Abu Dujanah.
menjuntai ke rumah kami. Setiap kali ada angin Butiran air mata mulianya berderai begitu deras.
bertiup di malam hari, kurma-kurma tetanggaku
tersebut saling berjatuhan, mendarat di rumah Rasulullah mulai mencari tahu siapa sebenarnya
kami," kata Abu Dujanah mulai bercerita. pemilik pohon kurma yang dimaksud Abu
Dujanah. Abu Dujanah pun menjelaskan, pohon sekalipun tampak pohon tersebut tumbuh di atas
kurma tersebut milik seorang laki-laki munafik. tanah si munafik. Tempat asal pohon itu tumbuh,
rata dengan tanah. Dia keheranan tiada tara.
Tanpa basa-basi, Nabi Muhammad SAW
mengundang pemilik pohon kurma. Rasulullah
menawar pohon kurma dengan harga yang
sangat tinggi.

"Bisakah tidak jika aku minta kamu menjual


pohon kurma yang kamu miliki itu? Aku akan
membelinya dengan sepuluh kali lipat dari pohon
kurma itu sendiri. Pohonnya terbuat dari batu
zamrud berwarna biru. Disirami dengan emas
merah, tangkainya dari mutiara putih. Di situ
tersedia bidadari yang cantik jelita sesuai dengan
hitungan buah kurma yang ada," kata Rasulullah.

Pria munafik itu lantas menjawab dengan tegas,


"Saya tak pernah berdagang dengan memakai
sistem jatuh tempo. Saya tidak mau menjual apa
pun kecuali dengan uang kontan dan tidak pakai
janji kapan-kapan.”

Tiba-tiba, Abu Bakar as-Shiddiq datang. Ia


menegaskan langsung melunasi pembayaran
pohon kurma tersebut.

"Ya sudah, aku beli dengan sepuluh kali lipat


dari tumbuhan kurma milik Pak Fulan yang
varietasnya tidak ada di kota ini (lebih bagus
jenisnya)," ujar Abu Bakar.

Pria munafik terlihat sangat kegirangan. Dia


akhirnya menyerahkan pohon kurma secara
simbolis kepada Abu Bakar. Selanjutnya Abu
Bakar menyerahkan pohon kurma kepada Abu
Dujanah.

Rasulullah kemudian bersabda, "Hai Abu Bakar,


aku yang menanggung gantinya untukmu.”

Mendengar sabda Nabi ini, Abu Bakar


bergembira bukan main. Begitu pula Abu
Dujanah. Sedangkan si munafik berlalu. Dia
berjalan mendatangi istrinya, lalu menyampaikan
kisah yang baru saja terjadi.

“Aku telah mendapat untung banyak hari ini.


Aku dapat sepuluh pohon kurma yang lebih
bagus. Padahal kurma yang aku jual itu masih
tetap berada di pekarangan rumahku. Aku tetap
yang akan memakannya lebih dahulu dan buah-
buahnya pun tidak akan pernah aku berikan
kepada tetangga kita itu sedikit pun," ucapnya.

Malamnya, si munafik tertidur pulas. Keesokan


harinya dia bangun dan melihat pohon kurma
sudah berpindah posisi, kini berdiri di atas tanah
milik Abu Dujanah. Seolah-olah tak pernah

Anda mungkin juga menyukai