Anda di halaman 1dari 23

Rasullullah di tengah kaum bani Sa'ad.

Sudah menjadi kebiasaan kalangan bangsa Arab untuk menyusui anak-anaknya pada
wanita dari kaum lain yang berasal dari pedesaan, hal ini sebagai langkah untuk
menjauhkan anak-anak itu dari penyakit yang bisa menjalar di daerah yang sudah
maju, mengingat di kalangan bangsa Arab sendiri tradisi yang berjalan sudah
sangat berkembang. dengan di susukan bayi yang baru lahir ke kaum yang lain
diharapkan agar tubuh bayi menjadi kuat dan memiliki otot-otot yang kekar dan
diharapkan keluarga yang menyusui dapat melatih anak-anak berbahasa arab yang
fasih.
Hal ini juga belaku bagi Rasullullah, Di hari ke delapan kelahiran Rasullulah
datanglah seorang perempuan menemui Fatimah, dia adalah Halimah didampingi
suami Al-Harist bin Abdul-Uzza beserta putra Abdullah bin Al-Harits. Sepanjang
perjalanan pulang ke kampung bani Sa'ad Halimah sudah merasakan begitu banyak
berkah begitupun semasa Rasulullah selama disusuannya. Halimah pun berkisah :
Suatu kali dia pergi dari negerinya bersama suami dan anaknya yang masih kecil
dan disusuinya, bersama beberapa wanita dari Bani Saad. Tujuan mereka adalah
mencari anak yang bisa disusui.Dia berkata,
Itu terjadi pada masa paceklik, tak banyak kekayaan kami yang tersisa. Aku pergi
sambil naik keledai betina berwarna putih milik kami dan seekor onta yang sudah
tua yang tidak bisa diambil air susunya lagi walau setetes pun. Sepanjang malam
kami tidak pernah tidur karena harus meninabobokan bayi kami yang terusmenerus menangis karena kelaparan. Air susuku juga tidak bisa diharapkan.
Sekalipun kami masih tetap mengharapkan adanya uluran tangan dan jalan keluar.
Aku pun pergi sambil menunggang keledai betina kami dan hampir tak pernah
turun dari punggungnya, sehingga keledai itu pun semakin lemah kondisinya.
Akhirnya kami serombongan tiba di Makkah dan kami langsung mencari bayi-bayi
yang bisa kami susui. Setiap wanita dari rombongan kami yang ditawari Rasulullah
SAW pasti menolaknya, setelah tahu bahwa beliau adalah anak yatim. Tidak
mengherankan, sebab memang kami mengharapkan imbalan yang cukup memadai
dari bapak bayi yang hendak kami susui.
Kami semua berkata, Dia adalah anak yatim. Tidak ada pilihan bagi ibu dan
kakek beliau, karena kami tidak menyukai keadaan seperti itu. Setiap wanita dari
rombongan kami sudah mendapatkan bayi yang disusuinya, kecuali aku
sendiri.Tatkala kami sudah siap-siap untuk kembali, aku berkata kepada suamiku,
Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku tanpa membawa
seorang bayi yang aku susui. Demi Allah, aku benar-benar akan mendatangi anak
yatim itu dan membawanya. Suaminya berkata, Memang ada baiknya jika
engkau melakukan itu, semoga saja Allah mendatangkan barakah bagi kita pada
diri anak itu.
Halimah melanjutkan penuturannya, Maka aku pun menemui bayi itu (beliau) dan
aku siap membawanya. Tatkala menggendongnya seakan-akan aku tidak merasa
repot karena mendapat beban yang lain. Aku segera kembali menghampiri hewan
tungganganku, dan tatkala aku mencoba menyusui, bayi itu mau menyusu
1

sesukanya hingga kenyang.Anak kandungku sendiri juga bisa menyusu sepuasnya


hingga kenyang, setelah itu keduanya tertidur pulas. Padahal sebelum itu kami
hampir tidak pernah tidur karena mengurus bayi kami.
Suamiku mengahampiri ontanya yang sudah tua. Ternyata air susunya menjadi
penuh. Maka kami memerahnya. Suamiku bisa minum air susu onta kami, begitu
pula aku, hingga kami benar-benar kenyang. Malam itu adalah malam yang terasa
paling indah bagi kami.
Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa
yang penuh barakah, kata suamiku pada esok harinya.
Demi Allah, aku pun berharap yang demikian itu, kataku.
Halimah melanjutkan penuturannya, Kemudian kami pun siap-siap pergi dan aku
menunggang keledaiku. Semua bawaan kami, juga kunaikkan bersamaku di atas
punggungnya.
Demi Allah, setelah kami menempuh perjalanan sekian jauh, tentulah keledaikeledai mereka (rombongan Bani Sa'ad) tidak akan mampu membawa beban
seperti yang aku bebankan di atas punggung keledaiku. Sehingga rekan-rekanku
berkata kepadaku, Wahai putri Dzuaib, celaka engkau! Tunggulah kami!
Bukankah keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita dulu?
Demi Allah, begitulah. Ini adalah keledai yang dulu. Kataku.
Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa. Kata mereka.
Kami pun tiba di tempat tinggal kami di daerah Bani Saad, aku tidak pernah
melihat sepetak tanah pun milik kami yang lebih subur saat itu. Domba-domba
kami menyongsong kedatangan kami dalam keadaan kenyang dan air susunya
penuh berisi, sehingga kami bisa memerahnya dan meminumnya.Sementara setiap
orang yang memerah air susu hewannya sama sekali tidak mengeluarkan air susu
walau setetes pun dan kelenjar susunya juga kering.Sehingga mereka berkata
garang kepada para penggembalanya, Celakalah kalian! Lepaskanlah hewan
gembalaan kalian, di tempat gembalaannya
putri Abu Dzuaib. Namun dombadomba mereka pulang tetap dalam keadaan lapar dan tak setetes pun
mengeluarkan air susu. Sementara domba-dombaku pulang dalam keadaan
kenyang dan kelenjar susunya penuh berisi.Kami senantiasa mendapatkan
tambahan barakah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui anak ini.
Lalu kami menyapihnya. Dia tumbuh dengan baik, tidak seperti bayi bayi yang
lain. Bahkan sebelum usia dua tahun pun dia sudah tumbuh pesat.
Kemudian kami membawanya kepada ibunya, meskipun masih berharap agar anak
itu tetap berada di tengah-tengah kami, karena kami bisa merasakan barakahnya.
Maka kami menyampaikan niat ini kepada ibunya.
Aku berkata kepadanya, Andaikan saja engkau sudi membiarkan anak kami ini
tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab aku khawatir dia terserang
penyakit yang biasa menjalar di Makkah. Kami terus merayu ibunya agar dia
merelakan anak itu tinggal bersama kami.
2

Begitulah Rasulullah SAW tinggal di tengah Bani Saad, ia tinggal bersama saudara
susuannya yaitu Abdullah bin Al-Harits, Anisa bin Al-Harits, Judzamah binti AlHarits. Rasulullah tinggal di tengah kaum bani Sa'ad selama 5 tahun hingga
kemudian terjadilah pembelahan dada beliau.

Posts Tagged Kampung Bani Saad


Bedah Hati Kampung Bani Saad
leave a comment
Ketika Rasulullah SAW diasuh oleh Halimah as-Sadiyyah di kampung Bani Saad terjadi
peristiwa besar yaitu pembelahan dada Nabi Muhammad yang dilakukan oleh Malaikat Jibril.
Malaikat Jibril membaringkan Nabi Muhammad diatas tanah dan membelah dada beliau.
Setelah dada beliau terbuka, malaikat Jibril lalu mengambil hati dari dalam dada beliau.
Malaikat Jibril membedah hati Nabi Muhammad dan mengambil sesuatu dari dalam hati
beliau lalu berkata :Ini adalah tempat setan yang ada pada dirimu.
Malaikat Jibril meletakan hati Nabi Muhammad tersebut di dalam wadah yang ternuat dari
emas. Kemudian Malaikat Jibril mencucinya dengan air zam-zam sampai bersih dan
mengkilap.
Malaikat Jibril melakukan semuanya atas perintah dan kehendak Allah SWT Yang Maha
Kuasa dan pembedahan dada Nabi Muhammad adalah mukjizat yang luar biasa dan tak
tertandingi.
*hasyim/2008*

Desa Bani Saad


Desa Bani Saad merupakan desa bersejarah. Desa ini berjarak 5 jam dari Jeddah jika ditempuh dengan mobil atau 6 jam dari
Makkah. Di desa ini terdapat bekas rumah tinggal penyusuh Nabi saw, Halimah As-Sadiyah. Di desa ini Rasulallah disusui
dan hidup di sana selama kurang lebih 4 tahun.
Telah diketahui dalam sirah bahwa setelah ibu beliau, Nabi saw disususi oleh Tsuwaibah, budak perempuan dari pamannya,
Abu Lahab. Kemudian, sebagaimana kebiasaan adat kaum Quraisy Makkah dulu, jika lahir seorang anak laki laki mereka
kirim ke badiyah atau pedesaan orang badwi yang jauh dari keluarganya dan kota Makkah untuk disusui dan dipelihara di
sana. Di sana anak laki2 itu akan tumbuh besar menurut adat dan lingkungan orang orang Arab setempat yang asli. di sana
pula ia akan belajar bagaimana cara hidup sederhana disamping belajar bahasa Arab dari subernya yang asli yang belum di
pengaruhi oleh lingkungan bahasa dari luar.

Begitu pula pada waktu itu Ibu Nabi saw, Aminah, mencari wanita pedesaan untuk menyusui putranya dan hidup di desanya.
Maka terpilihlah wanita yang bernama Halimah binti Abu Dzuaib dari suku Saad bin Bakr, yang kemudian lebih dikenal
dengan Halimah as-Sadiyah. Dia bercerita, bahwa sejak diambilnya Rasulallah saw ke desanya ia merasa mendapat berkah.
Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun bertambah. Allah telah memberkati semua yang ada padanya.
Selama empat tahun dalam masa kanak-kanaknya beliau hidup didaerah badiyah yang dikelilingi padang pasir dan gunung
gunung, dalam asuhan keluarga bani Saad. Dengan alam seperti itu, tubuh Nabi menjadi sangat kuat, lidah beliau menjadi
fasih berbahasa Arab, pikiran beliau menjadi cerdas dan mahir menunggang kuda.
Begitulah kehidupan Nabi saw di tengah tengah Bani Saad, hingga tatkala berumur 4 tahun, terjadi sebuah peristiwa
pembedahan dada Rasulullah saw. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik, bahwasanya
Rasulullah didatangi Jibril as pada saat beliau sedang bermain-main bersama teman-teman sebayanya. Jibril memegang
beliau dan menelentangkannya, lalu membedah dada dan mengeluarkan hati beliau dan mengeluarkan segumpal darah dari
dada beliau seraya berkata, ini adalah bagian dari syetan yang ada pada dirimu. Lalu Jibril mencucinya disebuah bejana
terbuat dari emas dengan air zamzam, kemudian memasukannya kembali ketempat semula. Teman-temannya berlarian
mencari ibu susuannya dan berkata : Muhammad telah dibunuh. Lalu merekapun datang menghampiri Rasulallah saw dan
ditemukannya dengan wajah yang semakin berseri.
Sungguh bersejarah tempat tersebut dan sudah selayaknya dikenang dan dijadikan tempat yang bersejarah. Walahualam

Rasullullah di tengah kaum bani Sa'ad.


Sudah menjadi kebiasaan kalangan bangsa Arab untuk menyusui anak-anaknya pada
wanita dari kaum lain yang berasal dari pedesaan, hal ini sebagai langkah untuk
menjauhkan anak-anak itu dari penyakit yang bisa menjalar di daerah yang sudah
maju, mengingat di kalangan bangsa Arab sendiri tradisi yang berjalan sudah
sangat berkembang. dengan di susukan bayi yang baru lahir ke kaum yang lain
diharapkan agar tubuh bayi menjadi kuat dan memiliki otot-otot yang kekar dan
diharapkan keluarga yang menyusui dapat melatih anak-anak berbahasa arab yang
fasih.
Hal ini juga belaku bagi Rasullullah, Di hari ke delapan kelahiran Rasullulah
datanglah seorang perempuan menemui Fatimah, dia adalah Halimah didampingi
suami Al-Harist bin Abdul-Uzza beserta putra Abdullah bin Al-Harits. Sepanjang
perjalanan pulang ke kampung bani Sa'ad Halimah sudah merasakan begitu banyak
berkah begitupun semasa Rasulullah selama disusuannya. Halimah pun berkisah :
Suatu kali dia pergi dari negerinya bersama suami dan anaknya yang masih kecil
dan disusuinya, bersama beberapa wanita dari Bani Saad. Tujuan mereka adalah
mencari anak yang bisa disusui.Dia berkata,
Itu terjadi pada masa paceklik, tak banyak kekayaan kami yang tersisa. Aku pergi
sambil naik keledai betina berwarna putih milik kami dan seekor onta yang sudah
tua yang tidak bisa diambil air susunya lagi walau setetes pun. Sepanjang malam
kami tidak pernah tidur karena harus meninabobokan bayi kami yang terusmenerus menangis karena kelaparan. Air susuku juga tidak bisa diharapkan.
Sekalipun kami masih tetap mengharapkan adanya uluran tangan dan jalan keluar.
Aku pun pergi sambil menunggang keledai betina kami dan hampir tak pernah
turun dari punggungnya, sehingga keledai itu pun semakin lemah kondisinya.
Akhirnya kami serombongan tiba di Makkah dan kami langsung mencari bayi-bayi
yang bisa kami susui. Setiap wanita dari rombongan kami yang ditawari Rasulullah
SAW pasti menolaknya, setelah tahu bahwa beliau adalah anak yatim. Tidak
mengherankan, sebab memang kami mengharapkan imbalan yang cukup memadai
dari bapak bayi yang hendak kami susui.
Kami semua berkata, Dia adalah anak yatim. Tidak ada pilihan bagi ibu dan
kakek beliau, karena kami tidak menyukai keadaan seperti itu. Setiap wanita dari
rombongan kami sudah mendapatkan bayi yang disusuinya, kecuali aku
sendiri.Tatkala kami sudah siap-siap untuk kembali, aku berkata kepada suamiku,
Demi Allah, aku tidak ingin kembali bersama teman-temanku tanpa membawa
seorang bayi yang aku susui. Demi Allah, aku benar-benar akan mendatangi anak
yatim itu dan membawanya. Suaminya berkata, Memang ada baiknya jika
engkau melakukan itu, semoga saja Allah mendatangkan barakah bagi kita pada
diri anak itu.
Halimah melanjutkan penuturannya, Maka aku pun menemui bayi itu (beliau) dan
aku siap membawanya. Tatkala menggendongnya seakan-akan aku tidak merasa
repot karena mendapat beban yang lain. Aku segera kembali menghampiri hewan
tungganganku, dan tatkala aku mencoba menyusui, bayi itu mau menyusu
5

sesukanya hingga kenyang.Anak kandungku sendiri juga bisa menyusu sepuasnya


hingga kenyang, setelah itu keduanya tertidur pulas. Padahal sebelum itu kami
hampir tidak pernah tidur karena mengurus bayi kami.
Suamiku mengahampiri ontanya yang sudah tua. Ternyata air susunya menjadi
penuh. Maka kami memerahnya. Suamiku bisa minum air susu onta kami, begitu
pula aku, hingga kami benar-benar kenyang. Malam itu adalah malam yang terasa
paling indah bagi kami.
Demi Allah, tahukah engkau wahai Halimah, engkau telah mengambil satu jiwa
yang penuh barakah, kata suamiku pada esok harinya.
Demi Allah, aku pun berharap yang demikian itu, kataku.
Halimah melanjutkan penuturannya, Kemudian kami pun siap-siap pergi dan aku
menunggang keledaiku. Semua bawaan kami, juga kunaikkan bersamaku di atas
punggungnya.
Demi Allah, setelah kami menempuh perjalanan sekian jauh, tentulah keledaikeledai mereka (rombongan Bani Sa'ad) tidak akan mampu membawa beban
seperti yang aku bebankan di atas punggung keledaiku. Sehingga rekan-rekanku
berkata kepadaku, Wahai putri Dzuaib, celaka engkau! Tunggulah kami!
Bukankah keledaimu yang pernah engkau bawa bersama kita dulu?
Demi Allah, begitulah. Ini adalah keledai yang dulu. Kataku.
Demi Allah, keledaimu itu kini bertambah perkasa. Kata mereka.
Kami pun tiba di tempat tinggal kami di daerah Bani Saad, aku tidak pernah
melihat sepetak tanah pun milik kami yang lebih subur saat itu. Domba-domba
kami menyongsong kedatangan kami dalam keadaan kenyang dan air susunya
penuh berisi, sehingga kami bisa memerahnya dan meminumnya.Sementara setiap
orang yang memerah air susu hewannya sama sekali tidak mengeluarkan air susu
walau setetes pun dan kelenjar susunya juga kering.Sehingga mereka berkata
garang kepada para penggembalanya, Celakalah kalian! Lepaskanlah hewan
gembalaan kalian, di tempat gembalaannya
putri Abu Dzuaib. Namun dombadomba mereka pulang tetap dalam keadaan lapar dan tak setetes pun
mengeluarkan air susu. Sementara domba-dombaku pulang dalam keadaan
kenyang dan kelenjar susunya penuh berisi.Kami senantiasa mendapatkan
tambahan barakah dan kebaikan dari Allah selama dua tahun menyusui anak ini.
Lalu kami menyapihnya. Dia tumbuh dengan baik, tidak seperti bayi bayi yang
lain. Bahkan sebelum usia dua tahun pun dia sudah tumbuh pesat.
Kemudian kami membawanya kepada ibunya, meskipun masih berharap agar anak
itu tetap berada di tengah-tengah kami, karena kami bisa merasakan barakahnya.
Maka kami menyampaikan niat ini kepada ibunya.
Aku berkata kepadanya, Andaikan saja engkau sudi membiarkan anak kami ini
tetap bersama kami hingga menjadi besar. Sebab aku khawatir dia terserang
penyakit yang biasa menjalar di Makkah. Kami terus merayu ibunya agar dia
merelakan anak itu tinggal bersama kami.
6

Begitulah Rasulullah SAW tinggal di tengah Bani Saad, ia tinggal bersama saudara
susuannya yaitu Abdullah bin Al-Harits, Anisa bin Al-Harits, Judzamah binti AlHarits. Rasulullah tinggal di tengah kaum bani Sa'ad selama 5 tahun hingga
kemudian terjadilah pembelahan dada beliau.

makkah sekitar maqam & zamzam


Oleh: Hasan Husen Assagaf
RSS

Oleh: Hasan Husen Assagaf

Jabal Abi Qubais


Gunung Makkah Berkisah
Kota Makkah teletak di lembah atau wadi yang dikitari dengan gunung gunung. Semua yang bernama gunung atau bukit di
negeri ini hanyalah gundukan batu yang menyilaukan mata apalagi kalau dilihat di siang bolong atau di terik matahari. Dari
sekian banyaknya jabal / bukit, ada beberapa jabal yang mempunyai nilai sejarah dan kisah yang tidak bisa dilupakan oleh
umat Islam. Diantaranya:
Jabal Abi Qubais

Setiap muslim yang datang ke Makkah untuk berhaji atau berumrah pasti mendengar nama Jabal Abi Qubais, tapi dimana
tempatnya banyak yang tidak mengetahuinya. Jabal Abi Qubaiis berada disebelah timur Baitullah, Jika kita berdiri
membelakangi Hajar Aswad, maka pandangan kita akan melurus ke sebuah istana megah (Istana Shafa) berdiri diatas sebuah
bukit yang telah dipapas. Sebetulnya memotong sebuah pohon saja tidak diperbolehkan di Makkah, apalagi mempapas
sebuah bukit bersejarah. Bukit yang telah dipapas sedemikian rupa, itulah Jabal Abi Qubais yang mempunyai sejarah yang
berkaiatan dengan sejarah Baitullah dan Kota Makkah.
Jabal abi qubais adalah bukit yang letaknya sangat dekat dengan Masjidil Haram dan berhadapan dengan bukit Shofa. Ia
merupakan gunung yang pertama kali diciptakan Allah dimuka bumi setelah penciptaan baitullah Kabah.
Jabal Abi Qubais atau yang lebih dikenal oleh orang Indoneisa dengan nama Jabal kubais, mempunyai ketinggian 420 meter.
Dulu di atas puncak bukit tersebut ada sebuah masjid kecil yang dinamakan Masjid Bilal. Bukit ini menurut ulama Makkah
merupakah bukit mulia karena berdekatan dengan Kabah dan menghadap ke bukit Shofa. Ada riwayat yang menyatakan
bahawa Jabal Abi Qubais adalah gunung / bukit pertama yang diciptakan Allah dimuka bumi kemudian terpencar darinya
jabal jabal lainya.
Banyak peristiwa bersejarah berkait dengan Jabal Abi Qubais. Jabal Abi Qubais dikenal juga dengan nama Jabal al-Amin
(bukit kepercayaan / bukit penyimpan amanah), kerena Allah telah mengamankan Hajar Aswad di bukit ini pada waktu

datangnya air bah di zaman nabi Nuh as. Tatkala nabi Ibrahim as membangun Baitullah, Hajar Aswad dikeluarkan kembali
dari Jabal Abi Qubais lalu dibawa oleh Jibril as dan serahkannya kepada nabi Ibrahim as untuk disimpan disudut Kabah.
Selain dari pada itu, diriwayatkan juga bahwa batu-batu yang digunakan untuk membangun Baitullah oleh nabi Ibrahim as
diambil dari Jabal Abi Qubais dan Jabal al-Kabah. Setelah nabi Ibrahim ra selesai membangun Kabah, ia naik ke atas jabal
Abi Qubais. Dari atas bukit ini ia berseru:

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh (al-Hajj: 27)

Banyak juga riwayat yang menyatakan bahwa mukjizat Rasulallah saw membelah bulan terjadi di Jabal Abi Qubais. Kafir
Quraisy telah meminta kepada Nabi saw untuk membuktikan kenabiannya agar beliau membelah bulan. Maka dengan
kekuasaan Allah beliau telah membelah bulan menjadi dua belahan dengan tunjukan jari beliau. Peristiwa hebat ini telah
disaksikan oleh kaum musyrikin Makkah bahwa bulan benar-benar terbelah dua, satu belahan berada di atas Jabal Qubais,
dan belahan kedua bergerak kearah Jabal Qaiuan atau Quaiquan yang terletak berhadapan dengan bukit Marwa.

Jabal Nur (Bukit Nur)


Jabal Nur (Bukit Nur)

Jabal Nur terletak sekitar 7 km sebelah barat masjidil Haram. Tingginya kurang lebih 642 meter. Dinamakan Nur yang
artinya cahaya, karena di bukit ini terdapat Gua Hira, tempat Nabi saw menyendiri beribadah sehingga terpancar nur atau
cahaya nubuwwah. Di bukit ini Rasulallah saw menerima wahyu pertama: Iqra (Bacalah).
Untuk naik keatas puncak bukit tidak semudah yang kita duga, diperlukan waktu sekitar satu jam. Awalnya memang terasa
mudah. Batu-batuan yang ada di sana bisa dijadikan tempat berpijak. Akan tetapi, habis sekitar 15 menit mendaki, ketika
nafas sudah mulai tersengal, jalan setapak saja terasa sangat berat. Begitu tiba di puncak bukit Nur yang bentuknya seperti
tharbusy atau kopiah Turki, kita akan disuguhi pemandangan yang sangat menakjubkan. Dari situ kita bisa lihat kota Mekah
keseluruhannya

Di puncak bukit Nur ada gua Hira yang letaknya agak curam dari puncak bukit, tapi sudah dibuat tangga yang permanen
dan dinding yang tinggi untuk menjaga agar tidak jatuh ke jurang. Setibanya di bawah, kita harus belok ke kanan dan
melewati celah sempit di antara dua batu besar. Sesudah melewati itu kita akan dapatkan gua yang sangat bersejarah Gua
Hira. Gua ini tidak terlalu luas ukurannya hanya cukup bisa diduduki oleh 3 orang. Saya sangat bersyukur bisa sholat dua
rakaat di atas batu dimana Rasulallah saw pernah shalat. Dari dinding gua sebelah kanan, ada semacam celah yang
menghubungkan gua ini dengan udara bebas di luar sehingga angin bisa masuk berhembus ke dalam gua, dan terasa sejuk.
Kalau dari luar gua kita memandang ke arah bawah, maka dari jauh masjidil haram bisa terlihat jelas. Sungguh, bila tak ada
bangunan lain yang menghalangi Kabah, maka pandangan kita akan langsung menuju Kabah sebagaimana Rasulullah dulu
sering memandangi Kabah dari tempat ini.
Subhanallah.., sebuah pemandangan yang tak mungkin bisa dilupakan. Terbayang bagaimana perjuangan Rasulullah saw
dahulu ketika menyendiri beribadah di tempat itu dan berjumpa dengan malaikat Jibril as pertama kali. Sungguh tidak
mudah. Tidak tahu apa yang saya harus lakukan di tempat itu. Dada saya terasa sesak. Air mata berleleran di pipi. Tak
mampu saya menyimpan kenangan dan keindahan Gua Hira. Peristiwa yang saya saksikan pada hari itu bukan semata mata
peristiwa yang kebetulan, tapi itu adalah kenyataan yang membuat diri saya tidak percaya. Alhamdulillah.
Wallahualam

Jabal Tsaur (Bukit Tsaur)


Jabal Tsaur (Bukit Tsaur)

Bukit Tsaur terletak sebelah selatan Masjidil Haram, berjarak kurang lebih 7 km dari Masjidil Haram. Bukit ini membentang
ke sebuah perkampungan Hijrah. Tinggi bukit kurang lebih 755 m dan luasnya 10 km persegi. Untuk mencapai gua Tsur ini
memerlukan perjalanan mendaki selama kurang lebih satu jam. Bukit itu dinamakan Tsaur karena bentuknya seperti tsaur
atau lembu yang bediri menghadap kearah selatan. Jabal Tsur ini mempunyai nilai penting dalam sejarah Islam. Rasulullah
SAW bersama Abu Bakar Ashiddiq ra pernah berlindung di gua di puncak gunung. Mereka bersembunyi di gua sempit itu
waktu hendak hijrah ke Madinah. Menurut riwayat, setelah Rasulullah SAW selamat dari kepungan orang kafir Quraisy di
rumahnya, maka beliau dengan diam-diam menyinggahi sahabat Abu Bakar shiddiq. Dari situ beliau bersama Abu Bakar

lebih dahulu berlindung bersembunyi di Jabal Tsur kemudian menuju Madinah. Peristiwa ini diabadikan dalam al-Quan
dalam surat at-Taubah:40
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang
kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita. Maka
Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya,
dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Sebagian orang-orang kafir Quraisy waktu mengejar Rasulullah SAW ada yang telah sampai di Gua Tsur. Mereka
mendapatkan gua tersebut tertutup oleh sarang laba-laba dan nampak burung merpati yang sedang bertelur di sarangnya
dekat gua tersebut. Melihat keadaan yang demikian, kaum Quraisy berkesimpulan bahwa Rasulallah saw dan Abu Bakar
Ashiddiq ra tidak mungkin bersembunyi di gua tersebut.
Jika ingin masuk ke dalam gua harus bertiarap dan setelah masuk hanya dapat duduk saja. Kondisi kemiringan Jabal Tsaur
tidak terlalu curam seperti jabal Nur yang mencapai kemiringan sekitar 60 derajat. Jabal Tsur mungkin memiliki kemiringan
sekitar 45 hingga 50 derajat.

Jabal Quaiquan
Jabal Quaiquan

Jabal Quaiquan atau juga dinamakan juga Qaiquan adalah bukit yang berada di sebelah selatan Masjidil Haram, terletak di
daerah pintu menuju arah Syamiah dan berhadapan dengan bukit Marwah. Menurut Sayyid Dr. Muhammad bin Alwi AlMaliki dalam kitabnya Fi Rihab al-Baitil Haram, jabal ini memilki banyak nama diantaranya jabal al-Abadi atau jabal
Al-Sulaimaniyah atau jabal Al-Sudan atau jabal al-Hindi, dan ketinggiannya kurang lebih 410 m dari permukaan laut.
jabal Qaiquan merupakan jabal yang memilki nilai sejarah yang peting diataranya mukjizat Rasulallah saw disaat membelah
bulan di Jabal Abi Qubais menjadi dua belahan dengan tunjukan jari beliau. bulan benar-benar terbelah dua, satu belahan
berada di atas Jabal Qubais, dan belahan kedua bergerak kearah Jabal Qaiquan.

10

Jabal ini merupakan jabal akhsyabi atau bukit berbatu yang sangat keras setelah jabal Abi Qubais. Telah diriwatkan bahwa
Jibril as pernah datang kepada Rasulllah saw lalu berkata Wahai Muhammad, seandainya kamu berkehendak agar aku
hempaskan ke dua gunung batu keras ini kepada mereka (kafir Quraisy), maka akan kulakukan. yang dimaksud dengan dua
gunung batu keras disini adalah jabal Abi Qubais dan jabal Qaiquan. Wallahualam.

Jabal Kabah
Jabal Kabah

Jabal Kabah terletak di sebelah timur Masjidil Haram di perkampungan al-Bab. Jabal ini dinamakan juga dengan jabal
Maqla al-Kabah dinamakan demikian karena batu batu yang dipergunakan untuk membangun Kabah dari zaman nabi
Ibrahim as dan generasi berikutnya diambil dari jabal tersebut.
Sekitar tahun 1039 H, turun hujan lebat di kota Mekah. Banjir besar di Masjidil Haram tidak bisa dibendung lagi, bahkan
sampai mengakibatkan dinding Rukun Syami runtuh. Hal ini sangat merusak pemandangan Kabah.

Atas perintah Sultan Murad Khan, penguasa pemerintahan Utsmaniyah pada saat itu, kemudian Kabah dibangun kembali,
dan selesai pada tanggal 2 Dzulhijjah 1040 H.
Adapun batu batu untuk membangun Kabah diambil dari jabal Kabah. Pembangunan ini memakan waktu enam setengah
bulan. Inilah pembangunan Kabah terakhir hingga bentuknya seperti sekarang yang kita lihat. Pintunya dinaikkan ke atas,
dan Hijir Ismail tetap berada di luar bangunan kotak Kabah.
Jelasnya, jabal Kabah mempunyai andil dan nilai sejarah dalam pembangunan Kabah. Sekarang, di tempat ini sedang
digarap satu proyek besar dinamakan proyek jabal Kabah

Jabal Rahmah
Jabal Rahmah

11

Jabal Rahmah merupakan jabal atau bukit yang mempunyai nilai sejarah. Walaupun Rasulallah saw tidak naik ke atas
puncak bukit itu, tapi bagi jamaah haji merupakan suatu kehormatan jika bisa naik sampai ke atas jabal Rahmah. Di Atas
bukit terdapat tugu besar berwarna putih, dan tugu ini merupakan lambang atau ciri khas bagi Jabal Arafah.
Jabal Rahmah berlokasi di pusat Arafah. Dinamakan Arafah karena di tempat itu manusia saling mengenal satu sama lain.
Ada juga yang meriwatkan bahwa Jibril as datang kepada nabi Ibrahim as mengenalkan kepadanya tempat tempat ibadah.
lalu Jibril bekata kepadanya, Apakah kamu telah mengenalnya? () . Ibrahim as menjawab, Ya aku telah
mengenalnya. Ada lagi riwayat yang mengatakan bahwa nabi Adam as dan siti Hawa dikenalkan atau dipertemukan
kembali di Arafah di Jabal Rahmah setelah penurunan mereka dari surga dan berpisah selama 200 tahun. peristiwa yang
mengharukan berupa pertemuan nabi Adam dan siti Hawa di Arafah ini dijadikan tempat pertemuan umat manusia setiap
tahun.
Di saat Rasulallah saw berwukuf di Arafah beliau berdiam di bawah kaki Jabal Rahmah, beliau bersabda Aku berwukuf di
sini, dan Arafah seluruhnya tempat berwukuf kecuali wadi Uranah.
Di bawah kaki bukit ini terdapat bekas peninggalan mata air Zubaidah yang dulu digunakan untuk memberi minum jamaah
haji dan sebuah masjid As-Shakhrat. Diriwayatkan bahwa di situlah Rasulallah saw pernah berhenti wukuf pada saat
haji Wada dan di situ telah turun ayat Al-Quran Surat Al Maidah Ayat 3,




yang artinya; Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu
takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu
Jabal Rahmah, Dulu, sulit untuk didaki, kemudian dibuat jalan berupa tangga oleh al-Jawad Al-Ashfahani. ketinggian bukit
ini kurang lebih 500 m dari permukan laut. Saat hari biasa, perjalanan naik ke puncak Jabal Rahmah bisa ditempuh dalam
waktu beberapa menit. Namun, saat musim haji, waktu yang ditempuh bisa mencapai sampai 20 menit, sangat sulit dan
berdesakan. Maka sebaiknya saat haji, tidak usah mendaki jabal Rahmah hanya sekedar untuk wukuf, karena Arafah
semuanya tempat wukuf dan Rasulallah saw sendiri tidak berwukuf di atas puncak jabal Rahmah. wallahalam

Bukit Sofa Marwah


Bukit Sofa dan Marwah

Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah al-Baqarah

12

Bukit Shafa dan Marwah adalah dua buah bukit yang terletak dekat dengan Kabah (Baitullah). Bukit Shafa dan Marwah ini
memiliki peranan sangat penting dalam sejarah Islam, khususnya dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Bukit Shafa dan
Marwah yang berjarak sekitar 450 meter itu, menjadi salah satu dari rukun haji dan umrah. Tidak sah haji atau umrah
seseorang jika tidak melakukan sai antara sofa dan marwah sebanyak tujuh kali.
Shafa merupakan sebuah bukit kecil yang menyambung ke bukit Abi Qubais. Di bukit ini, dulunya terdapat Darul Arqam,
Darul Saib bin Abi Saib dan Darul al-Khuld yang sekarang semuanya sudah disatukan menjadi tempat sai. sedangkan bukit
Marwah bukit yang menyambung dengan bukit Qaiquan dan mengarah ke rukun Syami, jaraknya 300 m dari Kabah.
Marwah merupakan tempat terakhir thawaf.
Dari segi fisik, tidak ada yang istimewa dari kedua bukit itu. Namun, tujuan Allah memerintahkan Ibrahim as agar membawa
keluarganya ke Makkah yang kelak di lokasi tersebut rumah Allah (Baitullah) berdiri.

Bukit Shafa dan Marwah tidak dapat dipisahkan dengan kisah seorang wanita yang tak punya tempat bernaung, tak berdaya,
namun penuh iman, ikhlas, dan taat, dangan harapan agar kelak menjadi symbol keimanan dimasa mendatang. Dialah siti
Hajar yang melahirkan anaknya Ismail as di lembah yang tandus tak berair. Ia tinggalkan anaknya dan berusaha (sai)
mencari air. Ia berusaha sekuat tenaga naik ke bukit Shofa. Di atas bukit ia melihat kekiri dan kekanan. Harapanya penuh
melihat kafilah datang yang bisa membantunya. Kemudian ia berlari lagi ke bukit Marwah. Di sana ia melakukan sama
seperti dilakukannya di bukit Shafa. Demikian seterusnya tujuh kali ia berlari bulak balik dari Sofa ke Marwah. Ternyata ia
tidak memperoleh air. Air kehidupan yang penuh dengan kenikmatan, keberkahan dan kesembuhan itu justru muncrat deras
dari pasir gersang yang dikorek-korek tumit si bayi.

Subhanallah, dari pasir gersang itu keluarlah air. Mulai saat itu Makkah yang dulu merupakan kota tandus, gersang, tak ada
pepohonan yang tumbuh, dan tak ada manusia yang hidup, berkat nabi Ismail as, datok nabi kita Muhammad saw, menjadi
kota yang subur, makmur dan terlimpah didalamnya aneka ragam dari keberkahan Allah.
Kisah ini merupakan kudwah atau teladan bagi kita untuk melakukan apa yang telah dilakukan Siti Hajar sesuai dengan
perintah Allah Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji
ke Baitullah atau ber-umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya al-Bakarah, 158.

Tempat Lahir Nabi


13

Menziarahi tempat tempat bersejarah seperti tempat kelahiran Nabi saw, rumah yang dihuni Nabi saw bersama siti Khadijah,
masjid masjid yang disolati Nabi saw, bukit bukit yang ditanjaki Nabi saw, gua gua yang didiami Nabi saw, tempat tempat
yang disinggahi Nabi saw, atau makam yang disemayamkan Nabi saw merupakan sebagai bukti nyata kecintaan manusia
terhadap Rasulallah saw. Kelakuan ini boleh juga dikatakan hal yang terpuji, asal saja tidak keluar dari rel- rel syariat yang
telah ditetapkan Allah dan Rasul Nya. Adapun yang dimaksud disini bukan berarti kita memuja-muja tempat tempat tersebut
atau bukan berarti bahwa beliau telah menjelma di tempat tempat trb, namum yang dimaksudkan ialah untuk mengingat jasa
perjuangan beliau dan mengingatkan ketinggian dan keluhuran martabat beliau di sisi Allah.

Tempat Lahir Nabi

Telah diyakini bahwa Rasulullah saw lahir di kaki Jabal Abi Qubais yang terletak di kampung Suqul-lail, Makkah. Kini
rumah tempat kelahiran beliau itu menjadi perpustakaan umum. Tertulis didepannya huruf Arab Maktabah Makkah alMukarramah yang artinya Perpustakaan Mekkah al-Mukarramah. Dan umat Muslim dari mancanegara selalu memadati
tempat itu. Sebagai ungkapan rindu kepada Nabi akhir zaman, pemimpin yang memberi syafaat hingga hari kiamat.
Kondisi tempat kelahiran Nabi saw yang berukuran sekitar 10X18 meter ini, cukup memperihatinkan dan banyak yang
menyatakan kekecewaan bahwa tempat tersebut seharusnya diberi perhatian lebih sebagaimana Rasulullah saw juga
memperhatikan Kabah yang kemudian oleh para penerusnya diperbaiki dan disempurnakan guna meningkatkan aqidah dan
ketakwaan kepada Allah. Bahkan untuk memasuki tempat itu tidak semudah yang kita duga. Penjaga kerap kali
mengingatkan agar setiap pengunjung cukup melihat dari pintu saja. Tak boleh berlama-lama.
Tempat ini dulunya dikenal dengan lembah Abu Thalib. Ketika Nabi saw hijrah ke Madinah, rumah ini ditinggali oleh Aqil
bin Abi Thalib yang kemudian didiami oleh anak turunannya.
Selanjutnya rumah itu dibeli oleh Khaizuran, ibu Harun Arrasyid, dan dibangun sebuah masjid. Lantas masjid tersebut
dibongkar dan sempat tempat itu terbengkalai. Pada tahun 1370/1950, tempat lahir Nabi saw dijadikan wakaf perpustakaan
atas permintaan Sheikh Abbas Al-Qattan yang menjabat sebagai gubernur kota Makkah pada saat itu. Permintaannya
disetujui oleh pemerintah Saudi dengan syarat wakaf ini tidak bisa dijual-belikan atau disewakan, atau tidak bisa
dihadiahkan kepada siapapun, atau tidak bisa ditukar atau dipinjamkan kepada siapa pun.

Rumah Siti Khadijah


Rumah Siti Khadijah

14

Arah panah (Rumah Siti Khadijah)

Tempat lahir Siti Fatimah

Rumah siti Khadijah terletak di Zuqaq Al-Hajar. Di rumah ini Rasulallah saw hidup berumah tangga bersama siti Khadijah
ra, istri beliau yang tidak pernah dimadu, selama 28 tahun dan semua putra putri beliau lahir di tempat ini, diantaranya
Qasim, Abdullah, Ummu Kaltsum, Ruqayah, Zainab dan Fatimah, putri bungsu beliau. Dan rumah itu pula siti Khadijah
wafat.
Nabi saw tetap tinggal di rumah ini sampai beliau mendapat perintah dari Allah untuk berhijrah ke Madinah. Menurut
Sayyid Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki dari Al-Azraqi rumah ini merupakan tempat yang paling afdhol setelah Masjidil
Haram, karena tidak sedikit wahyu turun di tempat ini. Setelah hijrah Nabi saw ke Madinah, rumah siti Khadijah diambil
oleh Aqil bin Abi Thalib ra kemudian dijual kepada Muawiyah bin Abi Sufiyan yang pada saat itu menjabat sebagai
Khalifah, lalu oleh Muawiyah dibangun Masjid.

Pada tahun 1373 H rumah siti Khadijah dijadikan Sekolah Puteri Al-Quran oleh Syeikh Abbas Al-Qattan yang pada saat itu
menjabat sebagai gubernur Makkah, sesuai dengan permintaannya kepada pemerintah setempat. Setelah disetuji oleh
pemerintah, tempat itu menjadi wakaf yang tidak bisa diperjual-belikan, atau disewakan, tidak bisa berpindah tangan, ditukar
atau dipinjamkan. Pada tahun 1401 H, tempat ini kemudian diambil-alih oleh pemerintah dan dibongkar untuk perluasan
halaman Masjidil Haram. Pada saat pembongkaran tempat tersebut, ditemukan bekas bekas peninggalan Nabi saw, seperti
Mihrab Nabi yang menghadap ke Kabah, Bak wudhu Nabi, kamar Nabi, tempat lahir siti Fatimah dll.

15

Setelah dibongkar rumah ini dijadikan lataran Masjidil Haram yang letaknya sekarang dekat Bab an-Nabi (Pintu Nabi) atau
beberapa langkah dari pintu tersebut. Dulu di tempat itu dibuatkan sebuah kubbah kecil yang diberi nama dengan Kubbah
Al-wahy artinya kubbah tempat turunya wahyu, karena seringnya wahyu dari Allah turun melalui Jibril as di rumah ini

Rumah Abbas Bin Abdul Muthalib


Rumah Abbas bin Abdul Muthalib

Rumah paman Nabi saw Abbas bin Abdul Muthalib terletak di tempat Sai antara Sofa dan Marwah, temboknya melekat di
salah satu batas Mailain yaitu batas dimana para jamaah haji disunahkan untuk berlari kecil. Batas tersebut sekarang telah
ditandai dengan dua garis tanda hijau atau disebut juga pilar hijau. Jika masuk pada batas garis tersebut disunnahkan raml
atau harwalah (lari kecil).
Dulu rumah Abbas ra pernah dijadikan rubath untuk orang orang faqir dan diberinama Rubath Al-Abbas dan diberi tanda
dengan bendera hijau. Menurut sheikh Taqiyuddin Al-Fasi rumah ini dulu pernah dijadikan tempat wudhu kemudian
dirubah menjadi Rubadh Al-Abbas. Tempat ini sekarang sudah bersatu dengan tempat sai dan untuk mengenangnya dibuat
sebuah pintu besar masuk ke Masjid dinamakan Pintu al-Abbas.

Rumah Abu Sufiyan


Rumah Abu Abu Sufian Rasulallah saw di saat menaklukan kota Makkah pada hari Jumat tanggal 20 Ramadhan tahun 8 H,
beliau besabda Siapa yang masuk ke rumah Abu Sufiyan maka amanlah dia. Dengan demikian rumah Abu Sufiyan
menjadi bukti sejarah bagi umat Islam. Rumah Abu Sufiyan terletak di tanjakan pertama menuju bukit Marwah. Antara
rumah Abu Sufiyan dan rumah Handhalah bin Abi Sufiyan tedapat pasar rempah rampah, minyak samin, madu dll yang
dibawa para jamaah haji dari negara negara mereka dan dijual di pasar itu. Tempat itu sekarang sudah menjadi tempat sai.

Darul Arqam
16

Darul Arqam

Darul Arqam mempunyai hubungan yang sangat erat dengan dawah Nabi saw. Dulu Darul Arqam merupakan pusat dawah
Nabi saw secara tersembunyi. Di tempat ini sahabat Nabi saw berkumpul mempelajari agama dan salat bersama secara
sembunyi-sembunyi tidak diketahui oleh kafir Quraisy karena belum datang perintah dari Allah untuk menjaharkan agama
Islam. Bilangan orang yang masuk islam pada saat itu ada 40 orang. Di tempat tersebut Umar bin Khathab ra masuk islam.
Kemudian Allah memerintahkan agar agama Islam dikembangkan di Makkah secara jahar. Dinamakan Darul Arqam berasal
dari nama rumah sahabat Nabi saw Al-Arqam bin Abi Al-Arqam bin Asad Al-Makhzumi ra.
Pada tahun 171 H Darul Arqam yang terletak kurang lebih 36 m di luar timur bukit Sofa, dibangun sebuah masjid oleh
Khaizuran, ibu Harun Ar-Rasyid. Kemudian pada tahun 1375 H tempat tersebut dibongkar untuk perluasan Haram. Sekarang
Darul Arqam sudah disatukan menjadi tempat Sai dan untuk mengenang sejarah ini didirikan sebuah pintu yang diberi nama
dengan pintu Darul Arqam.

Dar An-Nadwah
Dar An-Nadwah

Tempat ini memiliki nilai sejarah yang sangat besar. Dar an-Nadwah dibangun oleh Qushay bin Kilab kurang lebih tahun
200 sebelum hijrah Nabi saw. Dinamakan Dar an-Nadwah karena dibangun khusus untuk tempat kaum Quraisy
Makkah bermusyawarat. Jika ada satu masalah besar yang sulit untuk dipecahkan, mereka semua diundang untuk datang ke
Dar an-Nadwah menyelesaikan masalah tersebut bersama sama.
Salah satu contoh misalnya penyelesaian persengketaan antara mereka di saat meletakan Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Pernah Bangsa Quraisy merobohkan Kabah kemudian membangunnya kembali. Di saat akan memasang kembali Hajar
Aswad, suku-suku dari bangsa Quraisy terlibat pertentangan, karena mereka pada merasa paling berhak untuk mengambil
tugas memasang kembali Hajar Aswad pada posisinya semula. Karena perselisihan tidak bisa diredakan, mereka
bermusyawarah di Dar an-Nadwah membuat suatu keputusan siapa yang berhak meletakan Hajar Aswad ke posisinya
semula. Kemudian dibuat qurah atau sayembara siapa yang pertama kali masuk Baitullah dari pintu Bani Syaiba, dialah
yang paling berhak untuk meletakkan Hajar Aswad di Kabah. Sayembara dimenangkan oleh Rasulallah saw. Akhirnya
Hajar Aswad diletakkan di tengah-tengah kain dan dibawa oleh semua kabilah Quraisy. Kemudian beliau menempelkan
Hajar Aswad tersebut ke tempatnya semula. Kisah ini sangat populer.
Di Dar an-Nadwah pernah kafir Quraisy bermusyawarat untuk membendung dawah Nabi saw dan bersepakat untuk
membunuh beliau di saat mereka mendengar bahwa beliau akan berhijrah ke Madinah.

17

Umar bin Khattab ra di saat menjadi khalifah, sempat mampir ke Dar an-Nadwah begitu pula para Khulafa Rasyidin lainya
selalu menyempatkan untuk datang ke Dar an-Nadwah Jika berada di Makkah
Pada masa pemerintahan al-Abbasi, terjadi pemugaran di Masjidil Haram dan Dar an-Nadwah disatukan dengan masjid yang
terletak sebelah utara Kabah. Penyatuan ini dilakukan atas usulan beberapa orang diantaranya Qadhi Makkah dan guberdur
Makkah pada masa itu yang diajukan kepada Al-Mutadhid Al-Abbasi. Setelah diruntuhkan, dibangun masjid yang
bergabung dengan Masjidil Haram. Bangunan ini sangat indah, beratap jati, dihiasi dengan emas, dibuat beberapa pintu dan
menara. Sekarang, Dar an-Nadwah sudah dibongkar untuk perluasan Masjidil Haram. Untuk mengenang tempat yang penuh
sejarah itu dibangun sebuah pintu yang dinamakan Bab an-Nadwah atau pintu an-Nadwah.

Desa Al-Abwa
Desa Al-Abwa

Al-Abwa adalah daerah yang terletak di perjalanan antara kota Madinah dan Makkah berjaraknya kurang lebih 140 km dari
Madinah menuju arah Makkah. Tempat ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting. Tempat ini tidak banyak dihuni
pendukuk. Di sana ibu Rasulallah saw, Aminah binti Wahab bin Abdu manaf bin Zuhrah bin Kilab, wafat sepulangnya dari
Madinah setelah bersilaturahim dengan keluarga suaminya dari bani Uday bin an-Najjar dan berziarah ke makam suaminya
Abdullah bin Abdul Muthalib yang wafat di Madinah dalam perjalanan dagang ke Syam pada usia 25 tahun dan Rasullallah
saw pada saat itu belum lahir masih dalam kandungan ibunya.
Sepulangnya Aminah dari Madinah bersama sama Rasulallah saw yang pada saat itu berusia 6 tahu dan budak permpuannya
Ummu Ayiman, ia singgah di perkampungan al-Abwa karena sakit keras, kemudian wafat di tempat itu. Saya tidak bisa
membayangkan bagaimana penderitaan Rasulallah saw yang masih berusia 6 tahun di saat ditinggalkan oleh ibunya di
tempat terpencil jauh dari keluarga dan kampung halamannya.

18

Sebelum Ibunya meninggal dan dimakamkan di sana, Nabi saw yang baru berusia 6 tahun dititipkan kepada Ummu Ayiman
untuk diserahkan kepada kakeknya Abdul Muthalib. Dan atas pertolongan penduduk al-Abwa, Nabi saw dan Ummu
Ayiman dipulangkan ke Makkah. Beliau diserahkan kepada Abdul Muthalib yang mengambil alih tanggungjawab merawat
beliau.
Diriwayatkan dalam sirah nabawiyah bahwa di saat penaklukan kota Makkah Rasulallah saw melewati daerah al-Abwa,
tempat dimana ibu beliau dimakamkan. Beliau meminat izin kepada Allah untuk menziarahi kuburannya. Setelah mendapat
izin dari Allah beliau berdiri di muka pusara ibunya menangis dan suara tangisan beliau didengar oleh para
sahabat. Wallahualam

Mata Air Zubaidah


Mata Air Zubaidah

Mata Air Zubaidah terletak di wadi Numan. Dulu, dari sana airnya disalurkan sampai ke Arafah kemudian ke wadi Uranah,
lalu ke Makkah. Mata air Zubaidah dulu merupakan tempat yang sangat bermangfaat untuk peduduk Makkah dan jamaah
haji. Kemudian lama kelamaan jarang digunakannya karena banyaknya mata air-mata air lainya ditemukan di Makkah.
Walaupun mata air ini sudah tidak dimanfaatkan tapi ia tetap bisa dipertahankan keberadaanya sampai sekakarang ini.
Usianya sudah lebih dari 12 abad. Pada tahun 1421 Pemperintah Saudi mempelajari kembali keistimewaan sumur ini agar
bisa dimanfaatkan kembali.
Sekarang, siapa gerangan siti Zubaidah itu? Siti Zubaidah nama sebenarnya adalah Amatul Aziz, puteri Jafar bin Abi Jafar
al Manshur, istri Harun Al-Rasyid, dan juga anak paman Harun Ar-Rasyid. Ia wafat tahun 212 H di kota Bagdad. disaat ia
melakukan ibadah haji, kota Makkah mengalami krisis kekurangan air untuk minum jamaah haji. Air susah dicari dan
harganya sangat tinggi sulit dijangkau bagi jamaah haji yang sedang membutuhkan air. Dari sini timbul inisiatif baik siti
Zubaidah untuk membuat proyek besar yang diperkirakan bisa menelan biyaya yang cukup besar, yaitu membuat saluran
saluran air sumbernya diambil dari wadi Numan yang kemudian disalurkan ke tempat tempat jamaah haji di Makkah,
Arafat, Mina dan Muzdalifah.

19

Mata air Zubaidah merupakan satu keajaiban yang pernah berlaku dalam sejarah Islam. Tanggul yang dibuat oleh siti
Zubaidah di wadi Numan ini dulu airnya bisa disalurkan jauh sampai ke Arafah dan Makkah lewat Muzdalifah demi untuk
kepentingan jamaah haji. Tentu di zaman itu belum ada pam bahkan listrik pun belum ditemukan atau motor yang bisa
mengepam air dari wadi. Yang bisa diandalkan pada saat itu adalah tenaga kuda yang mampu menarik air dari wadi Numan
lalu disalurkan ke saluran saluran dimana jamaah haji berada. Beliau telah menginfakan sebagian besar hartanya untuk
kepentingan jamaah haji di Makkah. Jasanya dalam membangun saluran air yang dibina dari Baghdad untuk jemaah haji
tidak bisa dilupakan, sehingga saluran air ini dikenali sebagai Ain Zubaidah (Mata Air Zubaidah).

akkah Masa Mendatang


Oleh: Hasan Husen Assagaf

20

21

Sampai sekarang ini pada masa Raja Abdullah bin Abdul Aziz perluasan masih terus dilakukan dan terkhair yang saya lihat
sendiri pada akhir ziarah ke kota kelahiran Nabi, Makkah, pada bulan Rajab tahun 1429. Banyak perobahan terjadi di kota
itu. Renovasi besar-besaran di Haram mulai digarap atas perintah raja Abdullah. Belasan ribu bangunan hotel, rumah, toko,
dan kantor yang terletak di sebelah barat dan utara Masjidil Haram, kini habis diratakan. Beberapa gedung masih tegak
berdiri, tapi nyaris akan dibumiratakan atau mungkin sekarang sudah diratakan.
Raja Abdullah ingin menambah 35% kapasitas Masjidil Haram. Pada saat ini, masjid seluas 350.000 meter persegi itu
mampu menampung hingga 2 juta jamaah di dalam dan di luar haram. Dan diperkirakan setelah renovasi bisa menampung
lebih dari 2 juta jamaah.
Proyek renovasi ini bisa dibilang yang terbesar. Menurut info yang saya dapatkan bahwa pemerintah Arab Saudi akan
memperluas halaman masjid, membangun tempat parkir, dan membuat lokasi sai baru antara Bukit Shafa dan Marwah yang
sempat menjadi perselisihan faham para ulama tentang sah atau tidaknya bersai lokasi sai baru.
Renovasi ini bukan hanya dipusatkan di haram tapi terjadi juga di Mina, Musdalifah, dan Arafah, yang menjadi rangkaian
tempat pelaksanaan ibadah haji. Tempat pelemparan jumrah ditata ulang demi keamanan jamaah haji. Jaringan transportasi
juga akan dibangun mulai seputar Masjidil Haram hingga Arafah, Muzdalifah, dan Mina dengan kereta listrik.
Proyek ini diperkirakan baru bisa kelihatan setelah tahun 2010. tentu proyek itu bakal menyerap dana milyaran dolar. Ini
belum termasuk dana pembangunan gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, apartemen, dan hotel-hotel baru di sekitar
haram.
Menurut saya, ya sudah sewajarnya terjadi renovasi besar besaran di Makkah, karena setiap tahun, jumlah jamaah haji
mencapai 4 juta orang, ditambah belasan juta jamaah umrah. Selain dari itu jumlah haji dan umrah setiap 5 tahun sekali
meningkat hingga 10 %. Kehadiran 15-an juta jamaah itu tentu saja membutuhkan akomodasi tempat tinggal begitu juga
kesempatan beribadah yang nyaman, aman dan mengesankan. Inilah salah satu sebab utama digelarnya renovasi dan
perluasan Haram dan seluruh lokasi ibadah haji lainnya.
Tapi salain dari perluasan dan perombakan besar-besaran di dalam dan sekitar Haram, kita mengharap agar jangan hanya
memikirkan bagaimana menampung sebanyak mungkin jamaah dan berapa banyak uang yang diperoleh tapi kita harus
memikirkan pula keaslian kota Makkah dan tempat tempat bersejarah di sekitarnya bisa dipertahankan. Karena beberapa
fihak banyak yang menyangkan dan memperotes pembangunan gedung pecakar langit di sekitar haram. Sebab gedung
pecakar langit itu akan menutupi pemandangan kabah dan keaslian kota kelahiran Nabi. Wallahualam.

22

Foto Makkah Saat ini

23

Anda mungkin juga menyukai