Anda di halaman 1dari 3

HIKMAH MAULID NABI (Keajaiban sebelum dan sesudah kelahiran Rasulullah SAW)

By : Azkan Ihsan

Kejadian saat kelahiran Rasulullah


Muncul di langit satu bintang, namanya adalah Najmu Ahmad (Bintang Ahmad). Ini adalah salah
satu tanda dalam kitab Taurat. Di Taurat juga disebutkan, ketika Rasululah lahir ke dunia, maka akan
muncul bintang di langit. Bintang itu dinamakan oleh orang Yahudi sebagai Najmu Ahmad (Bintang
Ahmad).

Ketika itu, di Mekah tidak ada orang Yahudi. Orang Yahudi adanya di Madinah dan Syam. Mereka
melihat munculnya Bintang Ahmad di langit, sehingga mereka semuanya senang dan membawa
kabar gembira kepada yang lain bahwa sudah datang nabi yang mereka tunggu-tunggu. Sebenarnya
orang Yahudi berharap, bahwa Nabi yang akan datang itu adalah dari kalangan Yahudi (Bani Israil).
Tapi ternyata Allah menjadikan Nabi Muhammad dari Bangsa Arab, sehingga kemudian mereka
sangat membenci Nabi Muhammad.

Selama mengandung Nabi Muhammad, tidak ada rasa lelah pada Aminah (ibunya Rasulullah), ia
seperti sedang tidak hamil. Bahkan ketika melahirkan Nabi Muhammad pun, tak ada perasaan lelah
itu. Di dalam mimpinya, Aminah melihat cahaya, yang di sisi cahaya itu terlihat istana-istana yang ada
di Syam (Syiria) yang dimiliki oleh Kisra (Raja) Persia. Ini adalah sebagai tanda, bahwa nantinya
Islam akan sampai ke tempat tersebut.

Ketika Rasulullah lahir, tali pusatnya sudah terpotong. Ini adalah di luar kebiasaan. Biasanya, bayi
yang baru lahir itu masih ada tali pusatnya. Ada juga riwayat yang menceritakan, ketika Rasulullah
lahir, dia duduk seperti sedang sujud, tapi kepalanya ke atas melihat langit, dan dia bersandar
dengan tangannya.

Pada masa itu, ada api yang sangat dihormati oleh orang-orang Majusi. Ketika Rasulullah lahir, api
yang tak pernah mati itu mati seketika, padahal telah sekian lama api itu selalu menyala. Ada juga
danau yang bernama Danau Sawaa, yang airnya begitu dimuliakan oleh orang-orang Majusi. Ketika
Rasulullah lahir, air danau tersebut tiba-tiba kering.

Ada 14 patung Istana Kisra Persia jatuh tiba-tiba ketika itu. Para tentara Kisra Persia tentunya
terkejut melihat hal tersebut. Hingga dikumpulkanlah para orang pintar mereka, kemudian diceritkaan
hal tersebut. Menurut para cerdik pandai mereka, bahwa itu merupakan pertanda telah lahir seorang
nabi, dia akan membawa agamanya ke negeri tersebut (Persia). Disebutkan pula oleh cerdik pandai
tersebut, bahwa nabi tersebut dan para pengikutnya akan membunuh 14 orang raja dari turunan
Kisra.

Kejadian setelah Rasulullah dilahirkan

Ketika Rasulullah lahir, ayahnya (Abdullah) telah meninggal dunia. Setelah dilahirkan, Rasulullah
pertama kali disusui oleh Thuwaiba (pembantu pamannya Rasulullah yang bernama Abu Lahab).
Setelah itu barulah Halimatus Sa’diyah yang menyusui Rasulullah.
Allah menjadikan Rasulullah sebagai seorang yatim. Kalau memang Allah memuliakan dan
mencintai Rasulullah, mengapa Rasulullah ketika lahir sudah dijadikan sebagai anak yatim?

Hikmahnya Allah menjadikan Rasulullah sebagai seorang yatim supaya tidak ada yang mempunyai
hak terhadap Rasulullah. Sehingga yang mendidik Rasulullah bukanlah orang tuanya, melainkan Allah
yang langsung mendidiknya. Dengan dijadikan yatim, maka tak ada yang membela Rasulullah, tak
ada yang menjaganya, tak ada yang memuliakannya, sejak kecil hingga diutus menjadi nabi, kecuali
hanya Allah yang menjaga dan membelanya. Sehingga jangan sampai ada yang mengatakan, bahwa
Muhammad menjadi nabi karena diajari oleh orang tuanya. Rasulullah pernah bersabda:

Allah yang mendidikku dengan didikan yang sangat suci dan mulia.
Sudah menjadi kebiasaan di negeri Arab, yaitu ketika bayi lahir ke dunia, maka dipelihara dan
dididik di luar kota, yaitu di daerah padang pasir. Hal ini karena di kota banyak penyakitnya dan
kelemahannya. Sehingga memang sengaja bayi-bayi yang baru lahir itu dikirim ke luar kota.
Terkadang orang Badwi yang berasal dari luar kota datang dari luar kota mencari anak di Mekah yang
perlu disusui untuk dibawa ke tempat mereka.

Halimatus Sa’diyah ketika itu datang bersama suami dan anaknya. Mereka naik unta yang sudah
sangat tua dan sering sakit. Dengan kondisi unta yang seperti itu, perjalanan Halimah menjadi
tersendat-sendat dan lambat hingga selalu tertinggal dari rombongan. Halimah dan keluarganya
ketika itu dalam keadan sangat susah dan miskin. Keluarganya hanya memiliki beberapa kambing
yang kurus-kurus dan tak bisa menghasilkan susu.

Ketika sampai di Mekah, Halimah langsung mencari anak yang mau disusui. Rombongannya dari
Bani Sa’ad juga melakukan hal yang sama. Ketika Nabi Muhammad ditawarkan, tak ada satu pun dari
rombongan Bani Sa’ad yang mau menerima Nabi Muhammad yang masih bayi itu, karena Muhammad
adalah anak yatim. Yang mereka cari adalah bayi-bayi yang berasal dari keluarga kaya dan masih
memiliki orang tua.

Sementara yang lain mendapatkan bayi untuk disusui, sedangkan Halimah tidak menemukan bayi
tersebut, kecuali tinggal Nabi Muhammad saja yang belum diambil oleh rombongan Bani Sa’ad.
Suaminya mengajaknya pulang, karena memang sudah tak ada bayi yang bisa diharapkan untuk
dibawa. Halimah mengatakan, mengapa tidak dibawa saja Nabi Muhammad yang masih bayi itu,
siapa tahu mereka nantinya akan mendapatkan berkah. Suaminya tidak mau, karena keluarga Nabi
Muhammad adalah keluarga miskin yang nantinya hanya akan membuat mereka (keluarga Halimah)
repot. Tapi tetap saja Halimah bersikeras untuk membawa Nabi Muhammad. Akhirnya, suaminya pun
menyetujui. Kemudian, Nabi Muhammad pun dibawa oleh Halimah.

Di dalam riwayat (seperti dijelaskan oleh para ulama), bahwa walaupun Halimah juga sedang
menyusui anaknya, tetapi air susunya sepertinya tak pernah kering ketika menyusui Nabi Muhammad.
Padahal sebelum menyusui Nabi Muhammad, air susunya selalu kering, bahkan untuk menyusui
anaknya sendiri pun tidak bisa.

Ketika perjalanan pulang, untanya juga menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Karena itulah,
perjalanan pulangnya bisa lebih cepat, hingga orang-orang yang ada di dalam rombongannya heran
akan hal tersebut.

Sesampai di kampungnya, ia ingin memberi makan kambing-kambingnya. Ketika ingin memberi


makan kambing-kambingnya itu, dilihatnya ternyata kambing-kambingnya sudah menjadi gemuk,
padahal kampungnya ketika itu sedang berada dalam musim kering. Orang-orang di kampungnya pun
heran akan hal tersebut. Mereka mencari-cari tempat makan kambingnya Halimah. Setelah dicari-cari,
ternyata tempat tersebut tidak mereka temukan.

Nabi Muhammad menyusu mepada Halimah selama dua tahun. Selama itulah, keluarga Halimah
mendapatkan keberkahan karena memelihara Rasulullah. Setelah dua tahun dalam asuhan Halimah,
maka dikembalikanlah Rasulullah kepada keluarganya. Tetapi sebenarnya Halimah juga berharap agar
Rasulullah bisa lebih lama lagi dalam asuhannya. Namun karena memang sudah habis perjanjiannya,
maka dikembalikanlah Rasulullah, walaupun memang Halimah masih menginginkan Rasulullah berada
dalam asuhannya.
Halimah meminta kepada ibunya Rasulullah agar ia (Halimah) boleh kembali membawa Rasulullah
untuk diasuh. Dengan berbagai alasan, Halimah mengungkapkan permintaannya itu kepada ibunya
Rasulullah. Mengapakah Halimah masih mau untuk mengasuh Rasulullah? Hal kini karena ketika
mengasuh Rasulullah, dia (Halimah) dan keluarganya mendapatkan kemuliaan, kekayaan, dan
keberkahan dari Allah. Ia takut keberkahan itu akan hilang jika Rasulullah tidak lagi bersamanya.
Akhirnya, karena Halimah selalu meminta seperti itu, maka ibunya Rasulullah pun membolehkan
Halimah membawa kembali Rasulullah untuk diasuhnya.

Kemudian dibawalah Rasulullah oleh Halimah ke kampungnya lagi. Ketika Rasulullah berumur 6
tahun (ada juga riwayat lain yang mengatakan 8 tahun), terjadilah peristiwa pembelahan dada
Rasulullah dengan tujuan untuk membersihkan hatinya. Waktu itu, ketika Rasulullah sedang bermain
denga anak-anaknya Halimah, tiba-tiba muncul dua orang yang bercahaya, pakaiannya putih, dan
bersayap. Ada juga riwayat yang mengatakan, bahwa itu adalah Malaikat Jibril.

Rasulullah dibawa oleh orang yang bercahaya dan berpakaian putih itu, kemudian dada Rasulullah
dibedah (dibelah), diambil hatinya dan dibersihkan di air zamzam. Suatu riwayat menyebutkan,
jantung Rasulullah dibuka, di sisi jantungnya ada dua ‘alaqah (daging hitam). Daging hitam itu
diambil oleh malaikat, kemudian daging itu dibuang. Setelah itu, jantungnya dibersihkan dan
disucikan menggunakan air zamzam dari surga, kemudian diletakkan lagi di tempatnya semula. Ketika
Rasulullah dewasa, bekas-bekas pembedahan itu masih ada di dadanya.

Menurut riwayat yang lain menyatakan, setelah dibersihkan, kemudian diletakkan kembali ke
tempat semula, Allah kemudian memerintahkan malaikat untuk menempatkan as-sakinah
(ketenangan) di hati Rasulullah. Karena itulah, Rasulullah selalu tenang dan tidak bisa digoda oleh
setan. Dua ’alaqah hitam yang ada di jantung Rasulullah yang kemudian dibuang oleh malaikat, itu
sebenarnya adalah tempat setan untuk mengganggu manusia.

Mengapa Rasululah dari Arab ? Karena pada saat itu, kemuliaan di seluruh dunia didapat oleh
orang Arab. Rasulullah pernah bersabda di suatu hadis yang shahih. Disebutkan pada hadis tersebut,
bahwa Rasululah meminta kita untuk mencintai orang Arab karena tiga hal: pertama, karena Islam.
Kedua, Alquran. Ketiga, karena Rasulullah berasal dari Bangsa Arab.

Apakah yang dimaksud ”Arab” seperti yang dinyatakan oleh Rasulullah tersebut? Para ulama
menjelaskan, bahwa Arab yang dimaksud itu adalah lisan Arab (lidah arab), bukan hanya keturunan
Arab. Di dalam ajaran Islam, kemuliaan bukanlah berdasarkan keturunan. Yang mulia di sisi Allah
adalah orang yang paling bertakwa.

Dijelaskan oleh para ulama, bahwa yang termasuk keturunan Arab adalah yang bisa berbicara
menggunakan Bahasa Arab. Karena itulah, umat Islam disuruh mempelajari Bahasa Arab untuk bisa
memahami agama, termasuk juga untuk memahami Alquran dan Hadis Rasulullah. Jadi, siapapun
sebenarnya bisa masuk ke dalam golongan Arab yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya jika berbicara
dengan Bahasa Arab.

Anda mungkin juga menyukai