PENDAHULUAN
2. Civity Mold
BAB III
PROSEDUR KERJA
4.1. Hasil
4.2. Pembahasan
A. Mengukur Ketinggian Lubang
1. Pengukuran Height Gauge Dial (Datum dimeja Perata)
a. Posisi I
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,21 𝑚𝑚
+
20,21 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,20 𝑚𝑚
+
20,20 𝑚𝑚
• Pengukuran 3
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,20 𝑚𝑚
+
20,20 𝑚𝑚
• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
20,21 + 20,20 + 20,20
=
3
60,61
=
3
= 20,20 𝑚𝑚
b. Posisi II
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 23,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,39 𝑚𝑚
+
23,39 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 23,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,25 𝑚𝑚
+
23,25 𝑚𝑚
• Pengukuran 3
• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
23,39 + 23,25 + 23,35
=
3
69,99
=
3
= 23,33 𝑚𝑚
c. Posisi III
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 24,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,37 𝑚𝑚
+
24,37 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 24,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,39 𝑚𝑚
+
24,39 𝑚𝑚
• Pengukuran 3
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 24,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,35 𝑚𝑚
+
24,35 𝑚𝑚
• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
24,37 + 24,39 + 24,35
=
3
73,11
=
3
= 24,37 𝑚𝑚
• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
16,05 + 16,04 + 16,05
=
3
48,14
=
3
= 16,05 𝑚𝑚
b. Posisi II
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 17,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,13 𝑚𝑚
+
17,13 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 17,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,11 𝑚𝑚
+
17,11 𝑚𝑚
• Pengukuran 3
• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
17,13 + 17,11 + 17,12
=
3
51,36
=
3
= 17,12 𝑚𝑚
c. Posisi I
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,88 𝑚𝑚
+
20,88 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,89 𝑚𝑚
+
20,89 𝑚𝑚
• Pengukuran 3
• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
20,88 + 20,89 + 20,88
=
3
62,65
=
3
= 20,88 𝑚𝑚
• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
20,46 + 20,45 + 20,45
=
3
61,36
=
3
= 20,45 𝑚𝑚
b. Posisi 2
• Pengukuran 1
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,03
• Pengukuran 2
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,01
• Pengukuran 3
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,01
• Rata-rata Penyimpangan
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 3
3
0,03 + 0,01 + 0,01
=
3
0,05
=
3
= 0,02 𝑚𝑚
• Rata-rata Penyimpangan
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 3
3
−0,79 − 0,79 − 0,79
=
3
−2,37
=
3
= −0,79 𝑚𝑚
• Rata-rata Penyimpangan
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 3
3
−0,80 − 0,77 − 0,78
=
3
−2,35
=
3
= 0,78 𝑚𝑚
KESIMPULAN
Hasil percobaan praktikum height gauge besaran skala yang terukur berbeda dengan
pengamat lainnya bahkan bisa berbeda 0,5 mm hingga 1 mm dikarenakan saat meletakkan objek
terhadap objek ukur tidak rapat ataupun terlalu longgar serta terdapat penyimpangan pada tinggi
lubang, besaran skala yang terlihat oleh pengamat saat melakukan pengukuran tidak sesuai dengan
pandangan mata pengamat, dan tidak melakukan kalibrasi sebelum proses pengukuran dibandingkan
dengan pengamat yang sudah melakukan kalibrasi alat ukur height gauge.
Pengukuran height gauge memiliki kelebihan terutama di bidang industri untuk mencegah
pengeluaran biaya saat produksi bahan baku industri dengan adanya pengukuran ini bahan baku sisa
masih bisa dipakai untuk dijadikan bahan material lain untuk proses pembuatan barang setengah jadi
menjadi barang jadi bahkan bisa memudahkan konsumen untuk menjual barang hasil produksi
dengan harga yang murah. Sedangkan kelemahan proses pengukuran di bidang industri kesalahan
proses pengukuran yang menyebabkan ukuran bahan material tidak sama dengan bahan material lain
yang disebabkan oleh alat pengukuran yang kurang canggih sehingga proses pengukuran yang
dilakuakan tidak teliti, tepat, dan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA