Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM PENGUKURAN DENGAN ALAT UKUR HEIGHT GAUGE

MATA KULIAH : PRAKTIKUM METROLOGI

NAMA : NAUFAL RAFSHA RAHMANSYAH


NIM : 2923001

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI REKAYASA OTOMOTIF


POLITEKNIK STMI JAKARTA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengukuran adalah suatu cara untuk menentukan besaran skala yang biasanya sudah
ditentukan dengan standar atau satuan ukur yang memiliki besaran yang berbeda saat
melakukan pengukuran. Pengukuran merupakan cabang dari ilmu metrologi yang memiliki
definisi disiplin ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran, kalibrasi, dan pemastian
akurasi di bidang industri, ilmu pengetahuan dan teknologi. Saat praktikum berlangsung alat
ukur yang digunakan adalah height gauge sehingga pengguna saat melakukan kalibrasi
mengalami kesulitan karena harus memutar bagian dial dan menyentuh datum diatas benda
kerja, datum dimeja presisi, dan penyimpangan tinggi untuk mengukur objek yang akan
diukur agar tidak terjadi kesalahan pengukuran.
Pada alat ukur height gauge sering terjadi kesalahan saat mengukur dikarenakan tidak
dikalibrasikan terlebih dahulu sehingga dalam melaksanakan pengukuran tidak sesuai dengan
ukuran objek yang diukur tersebut. Cara membaca alat ukur ini terbilang sulit karena besaran
skala yang terbaca bisa berbanding terbalik dengan posisi pengamat sehingga harus
menyesuaikan dengan kalibrasi alat ukur. Mata pengamat saat melihat alat ukur tersebut harus
mendekati objek yang akan diukur.
Vernier height gauge bertujuan untuk menentukan goresan dari suatu balok dengan
ukuran 50 mm dan goresan tersebut untuk menentukan bagian balok yang akan dilubangi.
Dial height gauge bertujuan untuk mencoba mahasiswa agar bisa menentukan nilai
penyimpangan tinggi lubang pada civity mold. Alat ukur ini juga memiliki tingkat ketepatan
dan ketelitian yang sangat baik hingga 0,01 mm. Pembahasan praktikum ini menggunakan
alat ukur height gauge yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan tinggi lubang
pada civity mold saat percobaan pengukuran praktikum. Bagian civity mold yang dapat diukur
bagian penyimpangan tinggi suatu lubang.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara pengukuran vernier height gauge dan dial height gauge mulai dari
pengukuran objek yang diukur secara berkala hingga menentukan skala utama dan skala
nonius dengan tingkat ketelitian yang sangat baik.
2. Menganalisis data-data hasil pengukuran dari alat ukur vernier height gauge untuk
menentukan ukuran goresan suatu balok dan dial height gauge untuk menentukan
penyimpangan tinggi suatu lubang.
3. Meningkatkan kemampuan untuk mengukur dengan menggunakan alat ukur vernier height
gauge dan dial height gauge.
4. Membandingkan hasil besaran yang diukur yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
hasil pengukuran yang berbeda dari hasil pengukuran sebelumnya beserta nilai
penyimpangannya.
5. Meningkatkan kemampuan berhitung secara matematis dalam menggunakan alat ukur
vernier height gauge dan dial height gauge.
6. Mengetahui cara mengkalibrasikan alat ukur vernier height gauge dan dial height gauge
secara teliti mulai dari titik 0.
7. Mampu menentukan nilai penyimpangan dan nilai keterlusuran dengan standar yang lebih
tinggi pada alat ukut vernier height gauge dan dial height gauge.
8. Mampu menentukan nilai dari alat ukur vernier height gauge dan dial height gauge yang
sudah sesuai dengan standar internasional dan standar nasional.
1.3. Tinjauan Pustaka
Pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur untuk dijadikan sebagai
acuan ataupun hasil yang didapatkan dari objek yang diukur. Sesuatu yang dapat diukur
kemudian hasilnya dinyatakan dengan angka-angka, dinamakan besaran. Besaran biasanya
berupa angka yang diperoleh dari pengaitan bilangan.
Pada suatu sifat fisis alam dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar
yang telah diterima sebagai satuan. Sesuatu yang diukur disebut besaran sedangkan
pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Dalam pengukuran pasti terdapat alat
ukur, orang yang mengukur, besaran fisis yang diukur, harga besaran fisis, dan satuan dari
besaran fisis yang diukur (Abu Hamid Ahmad, 2004).
Height gauge adalah sebuah alat pengukuran yang berfungsi mengukur tinggi benda
terhadap suatu bidang acuan atau bisa juga untuk memberikan tanda goresan secara berulang
terhadap benda kerja sebagai acuan dalam proses permesinan. Jenis yang pertama sering
digunakan pada dokter operasi untuk menemukan tinggi seseorang. Height gauge memiliki
dua buah kolom beralir dimana kepala pengukur bergerak naik turun akibat putaran ulir kasar
dan halus yang digerakkan oleh pengukur.
Alat pengukur ini digunakan pada pekerjaan logam atau metrologi untuk menetapkan
maupun mengukur jarak tegak. Untuk meningkatkan keakuratan pengukuran dengan
mengurangi defleksi pada benda kerja, height gauge sering dipasangkan dengan dual probe
dial indicator. Selain itu dengan penambahan probe dua arah, height gauge mampu mengukur
diameter luar dan diameter dalam dari suatu lubang dalam posisi horizontal.
Alat ukur ini alat ukur multifungsi atau banyak fungsi, karenanya alat ini hampir selalu
ada di setiap bengkel mesin. Sebagian alat ukur ketinggian. alat dapat menghasilkan
pengukuran yang presisi. Langkah pengukuran benda kerja adalah benda kerja yang akan
diukur dan alat ukurnya ditempatkan pada suatu bidang datar (meja perata). Alat ukur
ketinggian tersedia dalam beberapa ukuran dari 300 mm sampai 1000 mm atau dari 12 inchi
sampai 72 inchi dengan ketelitian 0.02 atau 0,001 inchi.
A. Jenis Height Gauge
1. Vernier Height Gauge dengan Tingkat Ketelitian 0.02 mm

2. Dial Height Gauge dengan Tingkat Ketelitian 0,01 mm

B. Bagian Height Gauge


1. Tiang, Tiang adalah yang berfungsi sebagai peluncur atau yang bergerak
ketika melakukan pengukuran.
2. Guiding Face, Guiding face adalah yang berfungsi sebagai penanda satuan
inchi dalam pengukuran height gauge.
3. Skala Utama, Skala utama adalah yang berfungsi sebagai hasil atau pembaca
dalam proses pengukuran.
4. Fine Adjustment Device, Adjustment adalah yang berfungsi untuk kalibrasi
alat atau meluruskan titik nol pengukur sebelum melakukan pengukuran.
5. Skala Vernier, Skala vernier adalah untuk menentukan ketelitian pada alat
pengukuran height gauge tersebut.
6. Locknut, Pengunci sekrup adalah yang berfungsi untuk menahan caliper pada
saat pengukuran dilakukan agar tidak berubah atau bergeser.
7. Peluncur, Peluncur adalah yang berfungsi untuk penggerak atau yang
menggeser slider tersebut untuk melakukan pengukuran.
8. Alat Pengunci, Alat pengunci adalah yang berfungsi untuk menggunci
goresan agar tidak bergerak saat melakukan penggoresan objek.
9. Pengukur dan Penggores Pengukur dan penggores adalah yang berfungsi
untuk menggores objek sesuai ukuran yang ditentukan.
10. Base, Base adalah yang berfungsi untuk penampang atau tempat berdirinya
alat ukur height gauge.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1. Alat
1. Vernier Height Gauge Mitutoyo dengan Tingkat Ketelitian 0.02 mm

2. Dial Height Gauge Mitutoyo dengan Tingkat Ketelitian 0,01 mm


2.2. Bahan
1. Kubus

2. Civity Mold
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1. Kalibrasi Dial Height Gauge


1. Sebelum mengukur persiapkan terlebih dahulu alat dan bahan beserta dengan lembar kerja
saat melakukan proses pengukuran.
2. Kalibrasikan height gauge dengan cara letakan height gauge di meja perata yang berbahan
marmer putar penggerak dial sampai jarum menyentuh meja perata putar dial indikator ke
kanan (Skala nonius) sampai titik nol dan tekan indikator (Skala utama) agar sama yaitu titik
nol putar dial indikator ke kiri atau kendurkan dari meja perata.
3. Jika objek ukurnya berupa cavity mold maka bagian yang diukur penyimpangan pada tinggi
suatu lubang
4. Tentukan skala utama dan skala nonius pada dial height gauge sesuai dengan objek yang
sudah diukur dan saat melakukan pengukuran harus teliti dalam membaca besaran skala
apakah alat ukur tersebut sudah dikalibrasi secara sempurna karena alat ukur ini memiliki
tingkat ketelitian hingga 0,01 mm.
5. Kemudian lakukan pengukuran secara rapat dan pastikan tidak terlalu longgar terhadap objek
ukur karena dalam melakukan pengukuran sering terjadi kesalahan seperti salah pengukuran,
posisi pengamat saat menggunakan alat ukur tidak sesuai dengan objek, dan tidak teliti dalam
menentukan besaran skala pengukuran.
6. kemudian hasil pengukuran yang dilakukan harus tepat dan sesuai dengan besaran skala objek
yang diukur.
7. Catat dan analisis hasil pengukuran sesuai dengan besaran skala yang diukur kemudian
membuat laporan praktikum agar hasil pengukuran bisa dijadikan untuk menganalisis suatu
pengamatan.
3.2. Kalibrasi Vernier Height Gauge
1. Sebelum mengukur persiapkan terlebih dahulu alat dan bahan beserta dengan lembar kerja
saat melakukan proses pengukuran.
2. Kalibrasikan vernier height gauge dengan cara letakan height gauge di meja perata yang
berbahan marmer bersihkan meja perata sebelum melakukan kalibrasi kendurkan pengunci
untuk merapatkan atau sejajarkan skala utama dengan skala nonius jika belum sejajar
kendurkan baut adjustment untuk meluruskan titik nol skala utama dan skala nonius. Jika
sudah kencangkan baut adjustment agar kalibrasi tidak berubah ubah.
3. Jika objek ukurnya berupa balok maka bagian yang diukur adalah penggoresan pada suatu
bagian yang akan dilubangi.
4. Tentukan skala utama dan skala nonius pada vernier height gauge sesuai dengan objek yang
sudah diukur dan saat melakukan pengukuran harus teliti dalam membaca besaran skala
apakah alat ukur tersebut sudah dikalibrasi secara sempurna karena alat ukur ini memiliki
tingkat ketelitian hingga 0,02 mm.
5. Kemudian lakukan pengukuran secara rapat dan pastikan tidak terlalu longgar terhadap objek
ukur karena dalam melakukan pengukuran sering terjadi kesalahan seperti salah pengukuran,
posisi pengamat saat menggunakan alat ukur tidak sesuai dengan objek, dan tidak teliti dalam
menentukan besaran skala pengukuran.
6. kemudian hasil pengukuran yang dilakukan harus tepat dan sesuai dengan besaran skala objek
yang diukur.
7. Catat dan analisis hasil pengukuran sesuai dengan besaran skala yang diukur kemudian
membuat laporan praktikum agar hasil pengukuran bisa dijadikan untuk menganalisis suatu
pengamatan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan
A. Mengukur Ketinggian Lubang
1. Pengukuran Height Gauge Dial (Datum dimeja Perata)
a. Posisi I
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,21 𝑚𝑚
+
20,21 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,20 𝑚𝑚
+
20,20 𝑚𝑚
• Pengukuran 3
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,20 𝑚𝑚
+
20,20 𝑚𝑚

• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
20,21 + 20,20 + 20,20
=
3
60,61
=
3

= 20,20 𝑚𝑚

b. Posisi II
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 23,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,39 𝑚𝑚
+
23,39 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 23,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,25 𝑚𝑚
+
23,25 𝑚𝑚
• Pengukuran 3

𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 23,00 𝑚𝑚


𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,35 𝑚𝑚
+
23,35 𝑚𝑚

• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
23,39 + 23,25 + 23,35
=
3
69,99
=
3

= 23,33 𝑚𝑚

c. Posisi III
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 24,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,37 𝑚𝑚
+
24,37 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 24,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,39 𝑚𝑚
+
24,39 𝑚𝑚
• Pengukuran 3
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 24,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,35 𝑚𝑚
+
24,35 𝑚𝑚

• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
24,37 + 24,39 + 24,35
=
3
73,11
=
3

= 24,37 𝑚𝑚

2. Pengukuran Height Gauge Dial (Datum diatas Benda Kerja)


a. Posisi III
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 16,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,05 𝑚𝑚
+
16,05 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 16,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,04 𝑚𝑚
+
16,04 𝑚𝑚
• Pengukuran 3

𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 16,00 𝑚𝑚


𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,05 𝑚𝑚
+
16,05 𝑚𝑚

• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
16,05 + 16,04 + 16,05
=
3
48,14
=
3
= 16,05 𝑚𝑚

b. Posisi II
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 17,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,13 𝑚𝑚
+
17,13 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 17,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,11 𝑚𝑚
+
17,11 𝑚𝑚
• Pengukuran 3

𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 17,00 𝑚𝑚


𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,12 𝑚𝑚
+
17,12 𝑚𝑚

• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
17,13 + 17,11 + 17,12
=
3
51,36
=
3

= 17,12 𝑚𝑚

c. Posisi I
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,88 𝑚𝑚
+
20,88 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,89 𝑚𝑚
+
20,89 𝑚𝑚
• Pengukuran 3

𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚


𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,88 𝑚𝑚
+
20,88 𝑚𝑚

• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
20,88 + 20,89 + 20,88
=
3
62,65
=
3

= 20,88 𝑚𝑚

3. Pengukuran Height Gauge Dial (Penyimpangan Tinggi Lubang)


a. Posisi 1
• Pengukuran 1
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,46 𝑚𝑚
+
20,46 𝑚𝑚
• Pengukuran 2
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,45 𝑚𝑚
+
20,45 𝑚𝑚
• Pengukuran 3
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑚𝑎 = 20,00 𝑚𝑚
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑁𝑜𝑛𝑖𝑢𝑠 = 0,45 𝑚𝑚
+
20,45 𝑚𝑚

• Rata-rata Pengukuran
𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 3
3
20,46 + 20,45 + 20,45
=
3
61,36
=
3

= 20,45 𝑚𝑚

b. Posisi 2
• Pengukuran 1
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,03
• Pengukuran 2
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,01
• Pengukuran 3
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,01

• Rata-rata Penyimpangan
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 3
3
0,03 + 0,01 + 0,01
=
3
0,05
=
3

= 0,02 𝑚𝑚

• Hasil Pengukuran = 20,45 + 0,02 = 20,47 𝑚𝑚


c. Posisi 3
• Pengukuran 1
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = −0,79
• Pengukuran 2
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = −0,79
• Pengukuran 3
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = −0,79

• Rata-rata Penyimpangan
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 3
3
−0,79 − 0,79 − 0,79
=
3
−2,37
=
3

= −0,79 𝑚𝑚

• Hasil Pengukuran = 20,45 − 0,79 = 19,66 𝑚𝑚


d. Posisi 4
• Pengukuran 1
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = −0,80
• Pengukuran 2
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = −0,78
• Pengukuran 3
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = −0,77

• Rata-rata Penyimpangan
𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 1 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 2 + 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 3
3
−0,80 − 0,77 − 0,78
=
3
−2,35
=
3
= 0,78 𝑚𝑚

• Hasil Pengukuran = 20,45 − 0,78 = 19,67 𝑚𝑚


BAB V

KESIMPULAN

Praktikum dalam penggunaan height gauge mahasiswa mampu dalam mangaplikasikan


pengukuran suatu objek sehingga mahasiswa dapat menambah wawasan materi tentang cara
menggunakan height gauge dengan cara menghitung besaran skala secara matematis dengan
menentukan nilai dari skala utama dan skala nonius, cara mengkalibrasi height gauge yang
membutuhkan waktu yang lama, cara mengukur diameter bagian dalam, dan mengukur ketebalan
suatu benda serta mahasiswa dapat menganalisis hasil pengukuran height gauge dengan cara
mencatat hasil pengukuran yang telah diukur serta membuat laporan praktikum.

Hasil percobaan praktikum height gauge besaran skala yang terukur berbeda dengan
pengamat lainnya bahkan bisa berbeda 0,5 mm hingga 1 mm dikarenakan saat meletakkan objek
terhadap objek ukur tidak rapat ataupun terlalu longgar serta terdapat penyimpangan pada tinggi
lubang, besaran skala yang terlihat oleh pengamat saat melakukan pengukuran tidak sesuai dengan
pandangan mata pengamat, dan tidak melakukan kalibrasi sebelum proses pengukuran dibandingkan
dengan pengamat yang sudah melakukan kalibrasi alat ukur height gauge.

Pengukuran height gauge memiliki kelebihan terutama di bidang industri untuk mencegah
pengeluaran biaya saat produksi bahan baku industri dengan adanya pengukuran ini bahan baku sisa
masih bisa dipakai untuk dijadikan bahan material lain untuk proses pembuatan barang setengah jadi
menjadi barang jadi bahkan bisa memudahkan konsumen untuk menjual barang hasil produksi
dengan harga yang murah. Sedangkan kelemahan proses pengukuran di bidang industri kesalahan
proses pengukuran yang menyebabkan ukuran bahan material tidak sama dengan bahan material lain
yang disebabkan oleh alat pengukuran yang kurang canggih sehingga proses pengukuran yang
dilakuakan tidak teliti, tepat, dan sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Paulus, P. (2018, Desember 20). Praktikum Metrologi Industri.


Teguh. R . 2017. Height Gauge. Semarang. Universitas STEKOM
Chusni, M. M. (2019). Pengenalan Alat Ukur. Bandung : UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Halliday, D,. Robert, R., (1999). Fisika Edisi 3. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai