Anda di halaman 1dari 5

IV.

KONGESTI

A. Pengertian Kongesti

Kongesti (pembendungan darah) adalah rekamannya di dalam peranti darah tertentu. Kongesti
disebut juga hiperemi, jika dilihat secara mikroskopik kapiler-kepiler dalam jaringan yang hiperemi
terlihat melebar dan penuh berisi darah. Pada kenyataannya kongesti dapat terjadi dengan dua cara
yaitu: (1) Peningkatan jumlah darah yang mengalir ke jaringan atau organ dan (2) penurunan jumlah
darah yang mengalir ke jaringan atau organ. Kengesti dibagi menjadi 2 bentuk yaitu: kongesti aktif
dan kongesti pasif.

1. Kongesti Aktif

Kongesti aktif yaitu peningkatan peningkatan aliran darah ke jaringan atau organ. Pada kongesti aktif,
lebih banyak darah mengalir secara aktif ke dalam jaringan atau organ. Peningkatan aliran darah lokal
terjadi yang disebabkan oleh adanya dilatasi arteri yang bekerja sebagai katup pembantuan darah ke
dalam mikrosirkulasi local. Sebagai contoh dari kongesti aktif yaitu hiperemia yang menyertai radang
akut, sehingga terjadi kemerahan pada jaringan yang meradang. Warna merah padam pada wajah
ketika malu merupakan vasodilatasi yang muncul akibat respons terhadap rangsangan neurogenik.
Contoh dari kongesti aktif fisiologis yaitu pengiriman darah lebih banyak sesuai dengan kebutuhan
jaringan yang sedang bekerja seperti otot yang sedang berkontraksi aktif. Hal ini disebut dengan
hiperemia fungsional. Kongesti aktif sering terjadi dalam waktu

singkat. 2. Kongesti Pasif

Kongesti pasif adalah kejadian gangguan aliran darah pada suatu daerah. Penekanan pada venula-
venula dan vena yang mengalirkan darah dari jaringan dapat menimbulkan kengesti pasif. Misalnya,
tumor yang mengancam aliran vena lokal dari suatu daerah. Kongesti dapat terjadi karena gangguan
sistem sirkulasi darah sistemik yang dapat mengganggu drainase vena seperti kegagalan ventrikel
jantung kiri mengakibatkan aliran darah yang kembali ke jantung dari paru-paru akan terganggu.
Kondisi ini akan terbendung di dalam paru-paru dan akan menimbulkan kongesti pasif pembuluh
darah paru. Jika terjadi kegagalan ventrikel jantung kanan, bendungan darah akan mempengaruhi
aliran vena sistemik sehingga banyak jaringan di seluruh tubuh mengalami kongesti pasif. Kongesti
pasif yang berlangsung singkat keadaan ini disebut kongesti pasif akut, sedangkan kongesti pasif yang
berlangsung lama keadaan ini disebut sebagai kongesti pasif kronis. Kongesti pasif akut biasanya
tidak ada pengaruh yang signifikan pada jaringan tersebut, tetapi kongesti pasif kronis dapat
mengakibatkan perubahan-perubahan permanen pada jaringan. Perubahan ini terjadi pada jaringan
yang mengalami kongesti pasif dan perubahan pada aliran darah ini cukup nyata, maka terjadi
hipoksia jaringan yang menyebabkan menyusutnya jaringan atau bahkan dapat menyebabkan sel-sel
dari jaringan tersebut. Pengaruh kongesti pasifik, khususnya dapat terlihat pada paru-paru dan hati.
Pada paru-paru yang mengalami kongesti akan mengakibatkan dinding ruang udara cenderung
menebal dan banyak sekali makrofagyang mengandung pigmen hemosiderin, pigmen ini terbentuk
sebagai hasil pengelolaan hemoglobin dari sel-sel darah merah yang lolos dari darah yang mengalami
kongesti ke dalam ruang udara. Pada hati, kongesti kronis kronis mengakibatkan dilatasi nyata dari
pembuluh darah di sentral tiap lobulus hati dalam penyusutan sel-sel hati. Perubahan yang mencolok
di hati yaitu penampilan yang terlihat kasar yang ditimbulkan oleh hiperemia daerah sentrolobuler
diselingi daerah-daerah perifer tiap lobus yang lebih sedikit (pala hati). Kongesti pasif kronis juga
dapat menyebabkan dilatasi vena di daerah yang mengalami kongesti. Akibat lain dari kongesti kronis
pasif adalah terjadinya dilatasi vena pada daerah yang kongesti dan dinding vena akan menjadi
fibrotik serta cenderung memanjang.
A. D E F I N I S I e m b o l i
Emboli adalah kondisi di mana benda atau zat asing seperti gumpalan darahatau g
elembung gas tersangkut dalam pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan
pada aliran darah. Penyumbatan tersebut dapat menimbulkan gejala yang berbeda padatiap
orang, tergantung tipe dan lokasi pembuluh darah yang tersumbat. Pada dasarny
atubuh memiliki tiga tipe pembuluh darah yang terdapat di seluruh organ tubuh,
yakniarteri, vena, dan kapiler. Arteri berperan sebagai penyuplai oksigen dari jan
tung keseluruh tubuh, vena berperan mengembalikan oksigen ke jantung, dan ka
piler adalah pembuluh darah terkecil yang menghubungkan arteri dan vena sekaligus meng
atur pasokan oksigen ke jaringan tubuh.

Ketika salah satu atau lebih pembuluh darah suatu organ mengalami penyumbatan, fungsi
organ tersebut akan terganggu. Jika tidak mendapatkan penanganan dengan tepat,
penyumbatan pembuluh darah yang mengganggu fungsi organ dapat menyebabkan
kerusakaan pada organ tersebut secara permanen.

B. Gejala Emboli

Gejala yang dapat muncul pada penderita emboli dapat berbeda, tergantung tipe pembuluh
darah (arteri, vena, kapiler) yang tersumbat dan lokasi penyumbatan, misalnya paru-paru
(emboli paru) atau otak (stroke). Apabila pasien mengalami penyumbatan pada pembuluh
darah di paru-paru, maka gejala yang dapat muncul

meliputi:

1. Nyeri dada.

2. Sesak napas.

3. Batuk.

Sedangkan jika penyumbatan terjadi di otak dan menyebabkan stroke, maka gejala yang
muncul dapat berupa:

1. Kelumpuhan anggota tubuh.

2. Gangguan bicara.

Pada kasus tertentu, emboli tidak menunjukan gejala pada penderitanya. Hal itu disebabkan
karena zat asing yang ada tidak sepenuhnya menyumbat pembuluh darah.

C. Etiologi Emboli

Berikut ini adalah beberapa zat yang dapat mengakibatkan emboli, yaitu:

1. Gas. Gelembung gas atau udara dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.
Kondisi ini biasanya terjadi pada penyelam. Gelembung gas atau udara dapat muncul dalam
pembuluh ketika seorang penyelam mengalami penyakit dekompresi, akibat terlalu cepat
kembali ke permukaan.

2. Gumpalan darah. Pada dasamya, tubuh memiliki proses pembekuan darah alami ketika
tersayat atau luka. Proses pembekuan tersebut berfungsi untuk mencegah terjadinya
perdarahan. Namun, pembekuan darah terjadi berlebihan meski tidak ada sayatan atau luka
pada seseorang dengan kondisi, seperti obesitas, penyakit jantung, kanker, atau ibu hamil.
Pembekuan darah yang berlebihan berpotensi menyebabkan gumpalan darah dan
mengganggu sistem peredaran darah di tubuh.

3. KolesterolEmboli dapat dialami oleh seseorang yang menderita atau memiliki riwayat
aterosklerosisAterosklerosis merupakan kondisi di mana pembuluh darah menyempit akibat
adanya penimbunan kolesterolPada kondisi yang tergolong berat, timbunan kolesterol yang
menyebabkan penyempitan pembuluh darah pada penderita aterosklerosis, dapat terlepas
dan mengalir di dalam pembuluh darah, serta tersangkut dan menyumbat pembuluh darah
di lokasi lain.

4. Lemak. Patah tulang dapat membuat lemak yang ada di dalam tulang terlepas dan masuk
ke dalam pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan.

5. Air ketuban. Air ketuban atau cairan aminotik adalah cairan yang melindungi janin selama
dalam kandungan. Meski tergolong jarang terjadi, cairan tersebut dapat bocor dan masuk ke
pembuluh darah ibu dan menyebabkan penyumbatan. Terdapat pula beberapa faktor yang
meningkatkan risiko seseorang mengalami emboli,

yakni:

1. Kegemukan

2. Berusia 60 tahun atau lebih.

3. Merokok.

4. Hamil

5. Tidak aktif bergerak untuk waktu yang lama, misalnya karena berbaring di rumah sakit.

6. Menderita penyakit jantung.

DDiagnosis Emboli

Diagnosis disesuaikan dengan dugaan berdasarkan pemeriksaan gejala, riwayat penyakit,


dan kondisi pasien secara menyeluruh. Beberapa tes yang digunakan untuk mendiagnosis
emboli meliputi:

1. Tes darah.
2. MRI.

3. CT scan.

4. Venografi, yaitu pencitraan dengan menggunakan foto Rontgen untuk melihat kondisi
pembuluh darah vena.

5. Arteriografi, yaitu pencitraan dengan foto Rontgen untuk melihat kondisi pembuluh

darah arteriTes ini dipadukan dengan pemberian zat pewarna kontras.

6. Tes fungsi paru dan jantung.

EPengobatan Emboli

Pengobatan emboli dapat dilakukan dengan pemberian obat atau operasi. Beberapa contoh
obat yang digunakan adalah:

1. Antikoagulan (misalnya heparin), berfungsi untuk mencegah terjadinya


penggumpalan darah
. 2Trombolitik (misalnya alteplase), berfungsi untuk meleburkan darah yang
menggumpalPemberian obat ini juga dapat dilakukan dengan dibantu kateter atau
selang khusus, agar obat langsung mengarah ke gumpalan darah yang ada.

Jika pemberian obat saja tidak mampu mengatasi emboli, dokter akan

merekomendasikan operasi. Contohnya adalah:

1TrombektomiProsedur ini bertujuan mengangkat gumpalan darah yang ada.

2. Inferior Vena Cava (IVC) Filter. Prosedur ini dilakukan dengan menanamkan alat
khusus berbentuk jaring, yang berfungsi untuk menyaring zat asing di pembuluh
darah dan mencegahnya menyebar ke organ lain.

F. Pencegahan Emboli

Terdapat beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mengurangi risiko terkena
emboli, di antaranya adalah:

1. Rutin berolahraga.

2. Hindari dehidrasi dengan asupan cairan yang cukup.

3. Tidak merokok atau mengonsumsi alkohol.

4. Menerapkan diet dengan gizi seimbang dan menjaga berat badan ideal.
5. Menghindari duduk terlalu lama atau kurang aktif bergerak.

6. Lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

7. Hindari menggunakan pakaian ketat.

GKomplikasi Emboli

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita emboli dapat berbeda-beda,


tergantung tipe dan lokasi pembuluh darah yang tersumbat, serta kondisi pasien
secara menyeluruhBeberapa komplikasi emboli meliputi:

1. Pembengkakan.

2. Kulit kering dan mengelupas.

3. Stroke atau serangan jantung.

4. Kerusakan otak.

5. Perubahaan warna kulit.

Anda mungkin juga menyukai