Anda di halaman 1dari 85

SKRIPSI

HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN CTDIVOL DAN DLP


PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA DI KLINIK UTAMA BUNGA
EMAS DENPASAR

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes) pada


Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan

Oleh :

Gede Agus Susila Dharma


NIM : 022205428

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN
AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
BALI (ATRO BALI)
2023
SKRIPSI

HUBUNGAN BODY MASS INDEX (BMI) DENGAN CTDIVOL DAN DLP


PADA PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA DI KLINIK UTAMA BUNGA
EMAS DENPASAR

HALAMAN JUDUL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes) pada


Program Studi Teknologi Radiologi Pencitraan

Oleh :

Gede Agus Susila Dharma


NIM : 022205428

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN
AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
BALI (ATRO BALI)
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

i
Judul Karya Tulis : Hubungan Body Mass Index (BMI) Dengan CTDIvol

Dan DLP Pada Pemeriksaan CT-Scan Kepala Di

Klinik Utama Bunga Emas Denpasar

Nama : Gede Agus Susila Dharma

NIM : 022205428

Dinyatakan layak untuk mengikuti ujian Skripsi Program Studi Sarjana


Terapan Teknologi Radiologi Pencitraan di Akademi Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi Bali.

Denpasar, 22 Agustus 2023


Pembimbing

I Kadek Yuda Astina, S.ST, M.Kes, (TID)


NIK: 204-1011-89-011

ii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Judul Karya Tulis : Hubungan Body Mass Index (BMI) Dengan CTDIvol

Dan DLP Pada Pemeriksaan CT-Scan Kepala Di

Klinik Utama Bunga Emas Denpasar

Nama : Gede Agus Susila Dharma

NIM : 022205428

Telah diujikan pada ujian Skripsi Program Studi Sarjana Terapan


Teknologi Radiologi Pencitraan oleh dewan penguji dan dinyatakan lulus
pada tanggal :

DEWAN PENGUJI:

1. Penguji 1 : I Kadek Yuda Astina, S.ST, M.Kes, (TID) ( )

2. Penguji 2 : dr.I Bagus Gede Dharmawan,Sp.Rad ( )

3. Penguji 3 : A.A Aris Diartama, S.ST, M.Tr.ID ( )

Mengetahui,
Akademi Teknik Radiodiagnostik dan
Radioterapi Bali Direktur

dr.I Bagus Gede Dharmawan,Sp.Rad


NIK : 204-1009-70-006

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Gede Agus Susila Dharma

NIM : 022205428

Judul Karya Tulis : Hubungan Body Mass Index (BMI) Dengan

CTDIvol Dan DLP Pada Pemeriksaan CT-Scan

Kepala Di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar.

Menyatakan bahwa Skripsi ini adalah karya asli penulis, apabila

dikemudian hari terbukti bahwa Skripsi ini tidak asli, maka penulis

bersedia mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Denpasar, 22 Agustus 2023


Penulis,

Gede Agus Susila Dharma


NIM : 022205428

iv
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang

Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah

penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan Body Mass

Index (BMI) Dengan CTDIvol Dan DLP Pada Pemeriksaan CT-Scan

Kepala Di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar” tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

Sarjana Terapan Kesehatan (S.Tr.Kes) di ATRO Bali. Mengingat proses

pembuatan yang tidak mudah, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan

Skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Ir. I Wayan Adnyana, S.H. M.Kn. Ketua Yayasan Pendidikan Usadha

Teknik Bali yang menaungi Kampus Atro Bali,

2. dr. I Bagus Gde Dharmawan, Sp.Rad Direktur Utama Akademik Teknik

Radiodiagnostik dan Radioterapi Bali,

3. I Kadek Yuda Astina, S.ST, M.Kes, (TID) selaku dosen pembimbing I dalam

menyelesaikan skripsi ini,

4. dr. I Bagus Gde Dharmawan, Sp.Rad selaku dosen pembimbing II dalam

menyelesaikan skripsi ini,

5. A.A Aris Diartama, S.ST, M.Tr.ID selaku dosen penguji dalam

menyelesaikan skripsi ini,

v
6. Seluruh Dosen Pengajar dan staf Akademi Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi (ATRO) Bali atas dukungan yang diberikan,

7. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah mendukung dan memberikan

semangat dalam menyelesaikan skripsi ini,

8. Seluruh teman-teman D4 Eksekutif angakatan 4 serta seluruh mahasiswa

Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) Bali yang telah

memberikan motivasi dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,

9. Rekan-rekan Radiografer di Unit Radiologi Klinik Utama Bunga Emas

Denpasar yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan

skripsi ini,

10. Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulisan

Skripsi ini sehingga dapat terselesaikan, terima kasih atas doa, dukungan

dan bantuan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini Masih jauh dari kata sempurna,

jadi penulis selalu terbuka akan kritik, saran, dan Masukan yang membangun

untuk perbaikan kedepannya demi penyempurnaan Skripsi ini, serta penulis

mohon maaf atas segala kekurangan dalam penyampaian atau susunan

Skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Penulisan Skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Denpasar, 22 Agustus 2023


Penulis,

vi
(Gede Agus Susila Dharma)
NIM : 022205428

vii
ABSTRAK

Latar belakang: Kendala yang muncul pada pemeriksaan CT-Scan Kepala di


Klinik Utama Bunga Emas yaitu selama ini belum pernah dilakukan evaluasi
dosis pemeriksaan CT-Scan Kepala serta bagaimana korelasinya terhadap
BMI mengingat kontribusi dosis radiasi CT-Scan yang besar dan pentingnya
dilakukan upaya optimalisasi bagi pasien
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan
quasi experimen yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara BMI
terhadap CTDivol dan BMI terhadap DLP pada pemeriksaan CT-Scan Kepala.
Penelitian ini menggunakan total sampling dalam pengumpulan datanya,
dimana keseluruhan sampel yang digunakan berjumlah 30 pasien CT-Scan
Kepala di Klinik Utama Bunga Emas pada bulan April hingga Mei tahun 2023.
Hasil: Berdasarkan hasil yang didapat dalam perhtungan SPSS menunjukan
hasil Ha ditolak dan H0 diterima antara CTDIvol dan DLP terhadap BMI.
Dimana dari masing-masing hasil perhitungan menunjukan p value > 0.05
yaitu 0.120 untuk CTDIvol terhadap BMI dan p value > 0.05 yaitu 0.320 untuk
DLP dan BMI yang berarti bahwa tidak adanya hubungan atau pengaruh yang
signifikan antara BMI terhadap CTDIvol dan BMI terhadap DLP pada
pemeriksaan CT Scan kepala.
Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara CTDIvol dan
DLP terhadap BMI dalam pemeriksaan CT- Scan Kepala di Klinik Utama
Bunga Emas Denpasar.

Kata Kunci: CT-Scan Kepala, CTDIvol, DLP, BMI.

viii
ABSTRACT

Background: A challenge encountered during Head CT-Scan examinations at


Bunga Emas Main Clinic is the lack of prior dose evaluation for Head CT-
Scans and their correlation with Body Mass Index (BMI). This is crucial due to
the significant contribution of radiation dosage from CT-Scans, highlighting
the necessity for optimization efforts for patients.
Method: This study employed a quantitative research approach with a quasi-
experimental design to explore the association between BMI and CTDivol, as
well as BMI and DLP in Head CT-Scans. Total sampling was utilized to collect
data from a total of 30 Head CT-Scan patients at Bunga Emas Main Clinic
during the months of April to May 2023.
Results: The results obtained from the SPSS analysis indicated that the
alternative hypothesis (Ha) was rejected, and the null hypothesis (H0) was
accepted for the relationships between CTDIvol and BMI, as well as DLP and
BMI. The computed p-values were higher than 0.05, specifically 0.120 for
CTDIvol and BMI, and 0.320 for DLP and BMI. This implies the absence of a
significant relationship or influence between BMI and CTDIvol, as well as BMI
and DLP in Head CT-Scan examinations.
Conclusion: There is no significant influence of CTDIvol and DLP on BMI in
Head CT-Scan examinations at Bunga Emas Main Clinic, Denpasar.

Keywords: Head CT-Scan, CTDIvol, DLP, BMI.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR BAGAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 8
1. Tujuan Umum 8
2. Tujuan Khusus 8
D. Ruang Lingkup Penelitian 8
E. Manfaat Penulisan 9
F. Keaslian Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13


A. Tinjauan Teori 13
1. Computed Tomography (CT-Scan) 13
2. Kualitas Citra Computed Tomography (CT-Scan) 19
3. Dosis pada CT-Scan 20
4. Jenis Dosis CT-Scan 21
5. Asas Proteksi Radiasi 24
6. Prinsip Proteksi Radiasi 25
7. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala 26
8. Body Mass Index (BMI) 27
B. Kerangka Teori 29

BAB III METODE PENELITIAN 30


A. RANCANGAN PENELITIAN 30
1. Jenis penelitian 30
2. Desain Penelitian 30
3. Waktu dan Tempat Penelitian 31
B. VARIABEL PENELITIAN31
1. Variabel Bebas (Independent) 31
2. Variabel Terikat (Dependent) 31

x
3. Variabel Kontrol 31
C. KERANGKA KONSEP 31
D. DEFINISI OPERASIONAL 32
E. HIPOTESIS 33
F. POPULASI DAN SAMPEL 34
1. Populasi Penelitian 34
2. Sampel Penelitian 34
G. INSTRUMEN PENELITIAN 34
H. PROSEDUR PENELITIAN 35
I. PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA 36
J. METODE ANALISIS DATA 38
K. ETIKA PENELITIAN 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN42


A. Hasil 42
1. Hasil Observasi 42
2. Hasil Uji Univariat 44
3. Hasil Uji Bivariat 47
B. Pembahasan 49
1. Hubungan Body Mass Index (BMI) dengan CTDIvol pada
pemeriksaan CT-Scan kepala di Klinik Utama Bunga Mas
Denpasar 49
2. Hubungan Body Mass Index (BMI) dengan DLP pada
pemeriksaan CT-Scan kepala di Klinik Utama Bunga Mas
Denpasar 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56


A. Kesimpulan 56
B. Saran 56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian...................................................................................10


Tabel 2.1 Parameter Scanning Kepala...............................................................................27
Tabel 3. 1 Definisi Operasional............................................................................................32
Tabel 3.2 Hasil Pengumpulan Data.....................................................................................36
Tabel 4.1 Karakteristik sampel (sumber : Uji SPSS 25)............................................45
Tabel 4.2 Profil Hasil Uji BMI CTDI dan DLP..................................................................46
Tabel 4.3 Uji Normalitas Dosis CTDI dan DLP beserta BMI....................................48
Tabel 4.4 Hasil Uji Spearman antara BMI terhadap CTDI........................................48
Tabel 4. 5 Hasil Uji Spearman antara BMI terhadap DLP.........................................49

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 MSCT Toshiba Alexion Klinik Utama Bunga Emas.............................15


Gambar 2.2 Hasil CT-Scan Kepala Normal Non Kontras...........................................27
Gambar 3.1 MSCT Toshiba Alexion 16 Slices.................................................................35
Gambar 4.1 Pesawat CT Scan................................................................................................43
Gambar 4.2 Work Station CT Scan......................................................................................44

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.......................................................................................................29


Bagan 3.1 Bagan Desain Penelitian....................................................................................30
Bagan 3.2 Kerangka Konsep..................................................................................................32

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

CT-Scan (computed tomography) adalah salah satu alat yang

digunakan untuk diagnosa penyakit organ dalam, untuk menetukan ada

tidaknya suatu kelainan[1] Computed Thomography Scan (CT-Scan)

pertama kali dikenalkan oleh Sir Godfrey Newbold Housfield Seorang

insinyur dari EMI London dengan James Ambrosse seorang teknisi dari

Atkinson Marley’s Hospital di London Inggris pada tahun 1970. Seiring

dengan perkembangan teknologi saat ini telah diciptakan alat CT-Scan

yang lebih canggih yaitu Multislice Computed Tomography (MSCT) [2]

Berdasarkan sifatya, CT-Scan melibatkan dosis radiasi yang lebih

besar dari prosedur pencitraan sinar-X konvensional (foto Rontgen) [1].

CT-Scan menyumbang dosis penerimaan radiasi terbesar di bidang

medis. Radiasi yang dihasilkan pada pemeriksaan CT-Scan memberikan

kontribusi 60% dari pemeriksaan radiologi, walaupun frekuensi

pemeriksaannya hanya 7% dari seluruh pemeriksaan [3]. Dimana radiasi

pada dosis serendah berapapun, dapat menimbulkan efek kesehatan

karena dapat menimbulkan kerusakan


1 pada DNA dan kemungkinan efek-

efek deterministik yang lain, seperti luka di kulit, rambut rontok, serta

kemandulan [4]. Selain keunggulan dan manfaat yang didapatkan dengan

menggunakan modalitas pesawat CT-Scan, faktor resiko serta dosis


2

radiasi yang besar akan memberikan dampak pada organ-organ sensitif

yang berada pada kepala.

Pengawasan untuk menjamin proteksi dari dosis radiasi dan

keselamatan bagi pasien sangat penting untuk memperkecil resiko dan

dampak yang timbul akibat pemanfaatan radiasi [5]. Dosis yang melebihi

ambang batas dapat mengakibatkan timbulnya bermacam penyakit bagi

pasien, pekerja radiasi dan masyarakat sekitar seperti timbulnya

penyakit kanker karena paparan dosis yang berlebih. Oleh sebab itu,

diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan dosis pada pemeriksaan

CT-Scan dengan menggunakan indeks optimisasi Diagnostic Reference

Level (DRL) dimana nilai DRL pada CT-Scan dinyatakan dalam Computed

Tomography Dose Index Volume (CTDIVOL) dan Dose Length Product

(DLP)[6]

Arus keluaran dosis radiasi CT-Scan akan mengikuti hasil citra pasien

yang ditampilkan dalam laporan dosis CT dose index (CTDIvol) dan dose

length product (DLP), pengukuran standar yang disimpulkan dari

phantom homogen di bawah kondisi normal. Parameter ini tidak

memberikan ukuran langsung dari dosis radiasi pasien individual,

sebuah variabel yang bergantung pada ukuran pasien. The size-specific

dose estimate (SSDE) terkait dengan dosis metrik yang memasukkan

ukuran pasien ke dalam perhitungannya. Metrik ini telah dianjurkan

untuk pelaporan dosis radiasi pasien CT oleh American Association of

Physicists in Medicine (AAPM). SSDE akan didapatkan dari CTDIvol


3

dengan menerapkan faktor konversi yang ditentukan dari pengukuran

anteroposterior dan lateral yang diukur secara manual pada diameter

kulit-ke-kulit pasien di tingkat midslice pada gambar CT-localizer. Pada

tingkat praktis teknik ini bisa memakan waktu. Sebagai alternatif metrik

ukuran pengganti diameter tubuh yang diukur, untuk memperkirakan

diameter efektif pasien (DE) maka digunakanlah body Mass index (BMI)

[7].

WHO (World Health Organization) telah merekomendasikan

klasifikasi berat badan yang mencakup derajat underweight dan gradasi

kelebihan berat badan atau kegemukan yang dikaitkan dengan

peningkatan risiko beberapa penyakit yang tidak menular, klasifikasi ini

didasarkan pada body Mass index ( BMI ). Dihitung sebagai berat dalam

kilogram dibagi dengan tinggi dalam meter kuadrat ( kg/m2 ).

Sebagian BMI meningkat di seluruh rentang sedang dan berat pada

kelebihan berat badan, sehingga juga melakukan peningkatan risiko

komplikasi kardiovaskular termasuk hipertensi, dengan lemak tubuh

dislipidemia, diabetes melitus, dan peningkatan risiko kesehatan di masa

depan. Tinggi rendahnya BMI memprediksi morbiditas dan kematian di

masa depan. BMI sering dianggap sebagai indikator kegemukan tubuh

(obesitas), mengukur kelebihan berat badan daripada kelebihan lemak

tubuh[8].

Di seluruh dunia, proporsi orang dewasa dengan indeks massa tubuh

(BMI) lebih dari 25 kg m−2 meningkat antara tahun 1980 dan 2013 dari
4

28,8 menjadi 36,9% pada pria, dan dari 29,8 menjadi 38,0% pada wanita

[9]. Dalam beberapa faktor BMI memiliki pengaruh pada kepala seperti

jenis kelamin, usia, faktor genetik serta kondisi medis. Pada jenis kelamin

BMI memiliki pengaruh terhadap kepala studi menunjukkan bahwa

hubungan antara BMI dan ukuran kepala dapat berbeda antara laki-laki

dan perempuan. Dalam penelitian ditunjukkan bahwa laki-laki memiliki

BMI dan ukuran kepala yang lebih besar daripada perempuan dengan

BMI yang sama [10]. Dalam usia hubungan antara BMI dan ukuran kepala

dapat berbeda pada usia yang berbeda. Studi menunjukkan bahwa

hubungan antara BMI dan ukuran kepala lebih kuat pada anak-anak dan

remaja daripada pada orang dewasa [11]. Faktor genetik juga dapat

mempengaruhi hubungan antara BMI dan ukuran kepala. Penelitian

menunjukkan bahwa adanya faktor genetik yang mempengaruhi

pertumbuhan kepala dan leher [12]. Dalam kondisi medis menjelaskan

bahwa beberapa kondisi medis seperti sindrom Turner dan sindrom

Down dapat mempengaruhi pertumbuhan kepala dan leher, sehingga

dapat mempengaruhi hubungan antara BMI dan ukuran kepala [13].

BMI merupakan ukuran komposit yang berasal dari berat dan tinggi

badan [7]. SSDE adalah parameter dosis yang mempertimbangkan

koreksi berdasarkan diameter efektif (DE) pasien yang diukur dari citra

CT-Scan pasien pada potongan aksial. SSDE dihitung dengan mengalikan

nilai CTDIvol dan nilai faktor konversi (fsize) yang nilainya bergantung

dengan DE [14]. Diameter efektif (DE) belum dapat mewakili


5

perhitungan SSDE secara akurat [15]. Besaran lain yang juga

mempengaruhi dosis pasien adalah BMI [16] . BMI dapat mewakili

indikator ukuran pasien yang sesuai untuk digunakan sebagai pengganti

diameter efektif dalam memprediksi SSDE. BMI adalah pengukuran yang

mudah, dan seringkali secara rutin, diperoleh dalam praktik klinis [7].

Berdasarkan penelitian sejenis terkait dengan BMI didapatkan hasil

sebagai berikut pada penelitian Baohui Liang,2016 terkait dengan

Evaluasi dosis efektif pada CT-Scan untuk pasien dewasa dengan

kelebihan berat badan dan obesitas menggunakan perangkat lunak

virtual dose dijelaskan bahwa Faktor berat jaringan, voltase tabung dan

BMI merupakan faktor utama yang mempengaruhi estiMasi ED pasien

obesitas, penelitian sejenis terkait dengan penelitian Siobhan

O’neill,2018 terkait Penggunaan body Mass index untuk memperkirakan

dosis radiasi pasien dalam CT abdomen dijelaskan bahwa BMI pasien

dapat digunakan untuk secara akurat memperkirakan diameter efektif,

meniadakan kebutuhan untuk mengukur diameter anteroposterior dan

lateral untuk menghitung SSDE, kemudian pada penelitian Ni Larasati

Kartika Sari,2022 terkait Evaluasi indeks Masa tubuh untuk penentuan

SSDE CT-Scan abdomen dijelaskan bahwa IMT dapat digunakan sebagai

alternatif ukuran pasien untuk menggantikan DE dalam menentukan

SSDE CT-Scan Abdomen, dan pada penelitian H. Osman,2020 terkait DLP

dan CTDI sebagai parameter untuk dosis pasien dijelaskan bahwa CTDI

dapat dicapai dengan DLP atau CTDI dapat dicapai dengan BMI yang
6

diketahui menggunakan persamaan yang ditunjukkan dalam hasil untuk

protokol yang sama. Dosis efektif pada protocol CT abdomen.

Klinik Utama Bunga Emas merupakan klinik rujukan dari beberapa

rumah sakit seperti RSU Puri Raharja, RSU Premagana, RSAD Udayana

dan lain-lain untuk mendapatkan pelayanan radiologi khususnya

pemeriksaan CT-Scan. Pada pemeriksaan CT-Scan di Klinik Utama Bunga

Emas dengan menggunakan alat MSCT merk Toshiba Alexion 16 slices.

Pemeriksaan CT-Scan yang dilakukan di Klinik Utama Bunga Emas

Denpasar salah satunya adalah MSCT Kepala. Dimana data jumlah pasien

keseluruhan selama tiga bulan dari bulan januari hingga maret untuk

pemeriksaan MSCT kepala di Klinik Utama Bunga Emas lebih banyak

dibandingkan dengan pemeriksaan MSCT lainnya yaitu pada bulan

januari untuk pasien CT kepala sebanyak 28 pasien untuk CT abdomen 2

pasien sedangkan CT thorax tidak ada pasien yang diperiksa, pada bulan

februari untuk pasien CT kepala sebanyak 27 pasien untuk CT abdomen 5

pasien sedangkan CT thorax tidak ada pasien yang diperiksa, dan pada

bulan maret untuk pasien CT kepala sebanyak 29 pasien untuk CT

abdomen 2 pasien sedangkan CT thorax tidak ada pasien yang diperiksa.

Pemeriksaan CT scan di klinik Bunga Emas dilakukan dengan posisi

pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan kepala yang lebih dekat

dengan gantry atau head first kemudian sinar vertical tegak lurus dengan

MSP pasien, sinar hosizontal berada di MAE dan posisi kepala difleksikan

sehingga OML tegak lurus dengan MAE. Pasien disentrasikan dengan


7

batas atas 2,5 inchi diatas vertex. Setelah selesai pemosisian pasien

kemudian lakukan pemeriksaan dengan penerapan protokol brain ct

dengan penggunaan kv 120 dan mas diatur otomatis langsung oleh alat ct

scan. Didalam kepala terdapat berbagai organ, orang-organ tersebut

adalah organ vital dari tubuh manusia sehingga diperlukan evaluasi dosis

untuk meminimalisir dampak buruk yang dapat terjadi dimasa depan.

Selama ini belum pernah dilakukan evaluasi dosis pemeriksaan

MSCT Kepala di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar. Mengingat

kontribusi dosis radiasi CT-Scan yang besar dan pentingnya dilakukan

upaya optimalisasi bagi pasien. Berdasarkan latar belakang diatas penulis

tertarik untuk mengkaji nilai CTDIVOL dan DLP pada Pemeriksaan CT

Kepala, serta menganalisa korelasi antara Body Mass Index (BMI)

parameter dosis (CTDIvol dan DLP) dalam sebuah penelitian yang

berjudul “Hubungan Body Mass Index (BMI) Dengan CTDIvol Dan DLP

Pada Pemeriksaan CT-Scan Kepala Di Klinik Utama Bunga Emas

Denpasar”.

B. Rumusan Masalah

1.Apakah hubungan Body Mass Index (BMI) dengan CTDIvol pada

pemeriksaan CT-Scan kepala di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar ?

2.Apakah hubungan Body Mass Index (BMI) dengan DLP pada

pemeriksaan CT-Scan kepala di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar ?


8

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan Body Mass Index (BMI) dengan

CTDIvol dan DLP pada pemeriksaan MSCT Kepala di Klinik Utama

Bunga Emas Denpasar.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui hubungan Body Mass Index (BMI) dengan

CTDIvol pada pemeriksaan CT-Scan kepala di Klinik Utama Bunga

Emas Denpasar

b) Untuk hubungan Body Mass Index (BMI) dengan DLP pada

pemeriksaan CT-Scan kepala di Klinik Utama Bunga Emas

Denpasar.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mengacu pada tujuan penelitian maka penulis membatasi

ruang lingkup penelitian ini. Adapun yang menjadi ruang lingkup adalah

sebagai berikut:

1. Ruang Lingkup Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian adalah April-Mei 2023

2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian dilaksanakan di Unit Radiologi Klinik Utama Bunga Emas

Denpasar, namun aplikasi dari hasil penelitian ini dapat dilaksanakan

secara universal di Unit / Instalasi Radiologi lainnya.


9

3. Ruang Lingkup Materi

Lingkup materi penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Sample yang diambil dengan mengunakan alat MSCT merk Toshiba

Alexion 16 slice dengan parameter yang digunakan seperti kv,

efmass, slice thickness dan range yang akan berpengaruh pada nilai

CTDI dan DLP yang diterima pasien dan hubungannya dengan

Body Mass Index (BMI) pada pemeriksaan CT-Scan kepala.

b. Pengaruh dari Body Mass Index (BMI) yaitu dihitung sebagai berat

dalam kilogram dibagi dengan tinggi dalam meter kuadrat (kg/m2),

sebagai ukuran berat relatif, dengan CTDIvol dan DLP yang

didapatkan pada pemeriksaan CT-Scan kepala dengan

menggunakan parameter seperti kv, effmas, slice thickness dan

range.

E. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teori

Dapat dijadikan referensi tambahan untuk mengetahui hubungan

Body Mass Index (BMI) dengan CTDIvol dan DLP pada pemeriksaan

CT-Scan kepala.

2. Manfaat Praktis

Dapat menambah referensi Radiografer di lapangan untuk

mengetahui pengaruh Body Mass Index (BMI) dengan CTDIvol dan

DLP pada pemeriksaan CT-Scan kepala.


10

F. Keaslian Penelitian

Penelitian yang membahas tentang Hubungan Body Mass Index (BMI)

Dengan CTDIvol Dan DLP Pada Pemeriksaan CT-Scan Kepala Di Klinik

Utama Bunga Emas Denpasar belum pernah dilakukan. Namun, berikut

penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain:

Tabel 1.1 Tabel Keaslian Penelitian


Penulis Metode
No Judul Hasil Penelitian
/ Tahun Penelitian
1. Evaluation Of Baohui Menggunakan Faktor berat
Effective Dose Liang/ perangkat jaringan, voltase
From CT-Scans 2016 lunak virtual tabung dan BMI
For dose untuk merupakan faktor
Overweight memperoleh utama yang
and Obese ED untuk mempengaruhi
Adult Patients pasien yang estimasi ED pasien
Using The menjalani obesitas.
Virtual Dose pemeriksaan Penelitian ini dapat
Software CT digunakan untuk
meningkatkan
dosimetri CT yang
ada dengan
mengadopsi data ED
spesifik ukuran dan
spesifik protokol.
Saat menggunakan
modulasi arus
tabung atau
pemilihan voltase
otomatis,
2. Using body Siobhan Pengoptimalan dosis
Mass index to O'Neill / merupakan faktor
estimate 2018 kunci untuk praktik
individualised radiologi saat ini,
patient terutama untuk CT
radiation dose ketika
in abdominal keseimbangan yang
computed tepat antara dosis
tomography radiasi dan kualitas
gambar perlu
11

Penulis Metode
No Judul Hasil Penelitian
/ Tahun Penelitian
diperhatikan. Agar
bermanfaat dan
efektif,.
Penelitian ini
menunjukkan
bahwa BMI pasien
dapat digunakan
untuk secara akurat
memperkirakan
diameter efektif,
meniadakan
kebutuhan untuk
mengukur diameter
anteroposterior dan
lateral untuk
menghitung SSDE
pada saat CT
3. Evaluasi Ni Kuantitatif IMT dapat
Indeks Massa Larasati Deskriptif digunakan sebagai
Tubuh untuk Kartika alternatif ukuran
Penentuan Sari / pasien untuk
Size-Specific 2022 menggantikan DE
Dose Estimate dalam menentukan
CT-Scan SSDE CT-Scan
Abdomen Abdomen.
IMT terbukti
berkaitan dengan
dosis pasien CT-
Scan abdomen, dan
dalam hal ini dapat
dijadikan sebagai
metrik untuk
mementukan SSDE.
4. Dose Length H. CTDI dapat dicapai
Product and Osman / dengan DLP atau
Computed 2020 CTDI dapat dicapai
Tomography dengan BMI yang
Dose Index as diketahui
Parameters for menggunakan
Patients Doses persamaan yang
ditunjukkan dalam
hasil untuk protokol
yang sama. Dosis
12

Penulis Metode
No Judul Hasil Penelitian
/ Tahun Penelitian
efektif pada protocol
CT abdomen untuk
saat ini dianggap
aman.
Studi ini
merekomendasikan
pendirian tingkat
referensi diagnostik
lokal terkait dengan
tingkat referensi
diagnostik
internasional
tersedia,
menggunakan lebih
banyak studi ilmiah
tentang dosis dan
pengukuran CT.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Computed Tomography (CT-Scan)

1.1Definisi Computed Tomography (CT-Scan)

Computed Tomography (CT-Scan) adalah alat diagnostik yang

menggunakan sinar-X melalui tomografi dan teknik komputerisasi

modern untuk memeriksa organ manusia. Sejak diperkenalkan

pada tahun 1972, CT-Scan telah menjadi alat pencitraan diagnostik

yang sangat penting untuk berbagai aplikasai medis. Sir Godfrey

Newbold Housefield merupakan seorang ilmuan asal inggris yang

pertama kali menemukan CT-Scan pada tahun 1972, yang

dipasang di Atkinson Morley’s Hospitals di London[17]

CT-Scan digunakan untuk menentukan kondisi normal dan

abnormal struktur tubuh dan membantu dalam prosedur

penanganan yang akurat untuk memandu penempatan instrumen

atau membantu mengelola perawatan pasien[18].

1.2 Komponen CT-Scan

CT-Scan berisi komponen utama seperti: Komputer, gantry

dan meja pemeriksaan (couch), serta operator konsul. Gantry dan

couch berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan komputer

dan operator konsul diletakan terpisah dalam ruang kontrol[19].

13
14

a) Komputer

Komputer menyediakan koneksi antara radiografer dan

komponen lain dari sistem pencitraan. Komputer dalam

computed tomography (CT) memiliki empat fungsi dasar:

manajemen akuisisi data, rekonstruksi gambar, penyimpanan

data gambar, dan tampilan gambar scanning.

b) Gantry dan meja pemeriksaan (couch)

Gantry adalah perangkat CT melingkar yang membungkus

tabung sinar-X, Data Acquisittion System (DAS), dan detector

array. CT terbaru juga dilengkapi dengan slip ring dan

generator tegangan tinggi di gantry. Struktur pada gantry

mengumpulkan pengukur atenuasi yang diperlukan untuk

dikirim ke komputer dalam rekonstruksi gambar. Meja

pemeriksaan ini terbuat dari kayu atau serat karbon yang

dapat digunakan untuk mendukung pemeriksaan tetapi tidak

menimbulkan artefak pada gambar yang dipindai. Sebagian

besar meja pemeriksaan dapat diprogram untuk Masuk dan

keluar dari gantry tergantung pada pasien dan protokol

pemeriksaan yang digunakan.


15

Gambar 2.1 MSCT Toshiba Alexion Klinik Utama Bunga Emas

c) Tabung sinar-X

Berdasarkan strukturnya, tabung sinar-X mirip dengan

tabung sinar-X konvensional, tetapi perbedaannya terletak

pada kapasitas dan keluaran retensi panas dan output yang

lebih tinggi.

1.3 Prinsip Kerja Alat CT-Scan

Berkas radiasi yang melewati suatu bahan akan berkurang

intensitas secara eksponensial dengan ketebalan bahan yang

dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi akibat proses

interaksi radiasi berupa hamburan dna penyerapan yang

kemungkinan terjadi ditentukan oleh jenis bahan dan energi

radiasi yang dipancarkan. Dalam CT-Scan, untuk menghasilkan

gambar suatu objek, radiasi yang dihasilkan oleh sumber akan

melewati suatu objek dari berbagai sudut. Radiasi langsung

dideteksi oleh sistem detektor untuk direkam dan dikumpulkan

sebagai data Masukan yang kemudian diolah menggunakan


16

komputer. Untuk menghasilkan gambar dengan apa yang disebut

rekonstruksi. Proses pengumpulan data dan intensitas radiasi

terusan pada bidang irisan objek dari berbagai sudut tersebut

dinamakan scanning stau penyamaran[18].

1.4 Parameter CT

Dalam computed tomography, penampilan gambar yang baik

tergantung pada kualitas gambar yang dihasilkan, sehingga aspek

klinis dari gambar dapat digunakan untuk menegakan diagnosa.

Dalam computed tomography, beberapa parameter diketahui

untuk mengontrol eksposur output gambar yang optimal[19].

Adapun parameter tersebut adalah:

a) Slice Thickness

Suatu proses pembentukan citra yang melalui beberapa

tahapan, antara lain akuisisi data (data acquisition), rekontruksi

citra (image recontruction), dan tampilan citra. Akuisisi data

adalah mengambil data dari pasien, menangkapnya dengan

detektor, mengambil profil intensitas, mengubah data mentah

menjadi gambar, merekonstruksinya di kernel filter, dan

memproyeksikannya kembali dalm matriks[2][19].

Matriks citra terdiri dari elemen citra atau pixel. Pixel

adalah elemen kunci dari gambar digital dua dimensi. Setiap

pixel dalam gambar CT sesuai dengan voxel (elemen volume).


17

Voxel memiliki dimensi bidang yang sama dengan pixel, tetapi

menyertakan ketebalan irisan. Setiap pixel dalam gambar CT

mewakili redaman sinar-X rata-rata dari garis dalam satu voxel.

b) Range

Range adalah kombinasi dari beberapa ketebalan irisan.

Menggunakan range adalah untuk mendapatkan ketebalan

irisan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan[19].

c) Faktor Eksposi

Faktor-faktor yang mempengaruhi paparan terMasuk

tegangan tabung (kv), arus tabung (mA) dan waktu (s). Jumlah

tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada setiap

pemeriksaan[19].

d) Field of View (FoV)

FoV adalah diameter maksimum drai citra yang akan

direkonstruksi. Ukurannya bervariasi dan biasanya berkisar

antara 12-50 cm. Semakin kecil FoV maka semakin besar

resolusi citra karena semakin kecil FoV mampu memperkecil

ukuran pixel, sehingga menghasilkan hasil rekostruksi matriks

yang lebih banyak. Namun, jika ukuran FoV kecil, sulit untuk

menemukan area yang dibutuhkan untuk tujuan klinis[2].

e) Gantry Tilt

Gantry Tilt adalah sudut yang terbentuk antar bidang

vertical dari gantry (tabung sinar-X dan sektor). Rentang sudut


18

antara -30° hingga + 30°. Tujuan dari gantry ini adalah untuk

keperluan diagnostik dari setiap kasus yang dihadapi[19].

f) Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah baris dan kolom elemen,

picture element (pixel) dalam proses rekonstruksi citra.

Rekonstruksi matriks ini merupakan salah satu elemen

struktural dalm memori komputer yang berfungsi untuk

merekonstruksi citra. Secara umum matriks yang digunakan

adalah 512X512 yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi

matriks mempengaruhi resolusi citra. Semakin tinggi matriks

yang digunakan, semakin besar detail gambaryang

dihasilkan[2].

g) Rekonstruksi Algorithma / Filter Kernel

Rekostruksi Algorithma adalah metode matematis yang

digunakan untuk merekonstruksi citra. Computed tomography

multi-slice penampilan dan karakteristik gambarnya tergantung

pada pada kekuatan algoritma yang dipilih. Semakin tinggi

rekonstruksi algoritma yang dipilih, semakin tinggi resolusi

gambar yang dihasilkan. Dengan metode ini, gambar seperti

tulang, jaringan lunak dan jaringan lain dapat diidentifikasi

dengan jelas dilayar monitor[2].


19

h) Window Width

Window Width mengacu pada rentang CT Number yang

ditampilkan sebagai skala abu-abu. Window width menunjukan

sejumlah besar CT Number dalam kelompok (skala panjang atau

kontras rendah). Oleh karena itu, Window Width mengontrol

tampilan kontras pada gambar[19].

i) Window Level

Window Level adalah nilai rata-rata window yang

digunakan untuk menampilkan gambar. Nilai tersebut dapat

dipilih dan tergantung pada karakteristik melemahnya struktur

objek yang diperiksa. Window Level menentukan kepadatan

(derajat kehitaman) dari gambar yang dihasilkan[19].

2. Kualitas Citra Computed Tomography (CT-Scan)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas citra adalah spatial

resolution, kontras resolution, noise dan artefak[2].

a) Spasial Resolusi

Resolusi spasial adalah kemampuan untuk membedakan

objek kecil dengan kepadatan berbeda pada latar belakang yang

sama.

b) Kontras Resolusi

Kontras resolusi merupakan karakteristik yang membedakan

penampakan objek dengan perbedaan densitas yang sangat kecil.


20

Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksposi, slice thickness, FOV, dsn

rekonstruksi algoritma.

c) Noise

Noise adalah fluktuasi (standar deviasi) jumlah CT dalam

jaringan atau bahan yang homogen. Noise dalam computed

tomography adalah perubahan nilai pixel yang tidak diinginkan

dalam gambar yang dihasilkan.

d) Artefak

Artefak secara umum adalah distorsi atau kesalahan citra

yang tidak berkaitan dengan objek yang diperiksa. Secara khusus,

artefak didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai CT yang

direkostruksi dalam gambar.

3. Dosis pada CT-Scan

a) Definisi Dosis pada CT-Scan

Dosis radiasi merupakan subjek integral dalam teknologi

MSCT karena geometri berkas MSCT dan pencitraan berbeda dari

radiografi konvensional. Beberapa parameter pencitraan dalam

MSCT mempengaruhi dosis, terMasuk ketebalan irisan, noise,

efisiensi resolusi detektor, algoritma rekonstruksi, koliMasi, dan

filter. Tujuan dasar dari semua teknologi pencitraan adalah untuk

menyediakan pasien dengan konten inforMasi maksimum dengan

dosis radiasi minimum[20].


21

4. Jenis Dosis CT-Scan

Ada tiga dosis CT yang umum digunakan untuk CT-Scan, yaitu

Computer Tomography Dose Index (CTDI), Dose Lenght Product (DLP)

dan Efective Dose (DE). Dari ketiga dosis tersebut dua diantaranya

ditampilkan dalam laporan dosis yang ditampilkan pada konsul CT-

Scanner[2].

a) Computed Tomography Dose Index (CTDI)

CTDI pada awalnya dirancang sebagai indeks, bukan sebagai

metode dosimetri langsung untuk penilaian dosis pasien. Selama

bertahun-tahun telah terjadi perbaikan dan modifikasi pada

konsep CTDI asli yang telah diuji coba untuk menjadikannya

metode dosimetri pasien yang lebih akurat, dengan hasil yang

lebih baik. Meskipun memiliki keterbatasan, dosimetri berbasis

CTDI telah menjadi standar untuk memperkirakan dosis pasien

CT-Scan.

CTDI100 mewakili pengukuran distribusi dosis D(Z),

sepajang sumbu Z dari satu melingkar (axial atau sequential)

dengan nominal luas sinar-X nT. Radiasi premier dan hamburan

diukur pada arak lebih dari 100 mm dan pusat sinar-X pada z=0.

CTDI100 ditunjukan oleh persamaan berikut[2]:

CTDI100 = (1/nT) ∫ 5050 D (z) dz

Dimana:

n : Jumlah Irisan
22

D(Z) : Distribusi Dosis.

T : Ketebalan Irisan

Weighted CTDI (CTDIw) digunakan untuk menghitung dosis rata-

rata pada sumbu x-y pasien dari pada sumbu z. Hal ini dapat dicapai

dengan menggunakan phantom dengan menempatkan pencil ionization

chamber ditengah (CTDIcenter) dan tepi (CTDIperiphery) pada phantom.

CTDIw dapat dihitung dengan aljabar berikut [2]:

CTDIw = (1/3).(CTDI100)center + (2/3).(CTDI100)periphery

Dimana:

CTDIcenter = rata-rata pengukuran pada center

CTDIperiphery = rata-rata pengukuran pada perifer.

Volume CTDI (CTDIvol) digunakan untuk menyatakan dosis pada

sumbu z, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut untuk CT

spiral/heliks pencitraan[2].

CTDIvol = CTDIW /Pitch

Pada CT-Scan spiral/heliks, dosis CT berbanding terbalik dengan Pitch

yang digunakan. Pitch adalah jarak meja bergerak (mm) selama rotasi

penuh gantry (3600) dibagi dengan luas sinar-X (mm). Kebanyakan CT-

Scan mampu menampilkan CTDIvol pada komputer CT-Scan. Nilai

CTDIvol dapat ditampilkan karena pabrikan CT-Scan telah mengukur

CTDIvol pada rentang nilai kV untuk model CT-Scan, kemudian nilainya

disimpan dan diukur dengan Mas dan pitch yang digunakan dalam

pemeriksaan.
23

b) Dose Length Product (DLP)

DLP adalah kuantitas yang dihasilkan pada CT-Scan, menunjukan

dosis yang diserap yang dihasilkan dari seluruh proses scan. Nilai DLP

diperoleh dari CTDIvol dikalikan dengan panjang pemindaian dalam cm.

Satuan untuk DLP adalah mGrey.sehingga dapat diformulasikan[21]

DLP = CTDIvol x L

Keterangan:

L = panjang daerah scanning

c) Efective Dose (DE)

Dosis Efektif digunakan dalam proteksi radiasi untuk

menghubungkan paparan dengan risiko, dan memperhitungkan bahwa

jaringan yang berbeda memiliki radiosensitivitas yang berbeda dan

diserap dosis untuk organ tertentu. Untuk kesederhanaan, dosis efektif

diperoleh dengan mengalikan DLP dengan konstanta yang disebut

sebagai nilai k, yang telah ditetapkan sebelumnya[2]. Mengetahui hal ini

Nilai K memungkinkan perhitungan dosis efektif sebagai berikut:

ED = k × DLP

d) Size-Specific Dose Estimate (SSDE)

Size-Specific Dose Estimate (SSDE) telah ditetapkan oleh American

Association of Physicists in Medicine (AAPM) pada Report No.204. SSDE

adalah parameter dosis yang mempertimbangkan koreksi berdasarkan

diameter efektif (DE) pasien yang diukur dari citra CT-Scan pasien pada

potongan aksial. SSDE dihitung dengan mengalikan nilai CTDI vol dan

nilai faktor konversi (fsize) yang nilainya bergantung dengan DE[22].


24

Dimana SSDE merupakan nilai dosis yang muncul dengan

memperhitungkan faktor ukuran tubuh pasien (mGy). f merupakan

faktor konversi.

5. Asas Proteksi Radiasi

Organisasi Dunia (ICRP) merekomendasikan, rekomendasi No. 26

berkaitan dengan sistempembatasan dosis yang komperhensif, yang

menyatakan bahwa kegiatan yang berkaitan dengan radiasi pengion harus

mematuhi asas[23]:

a) Justifikasi

Pemanfaatan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya harus

memiliki nilai lebih daripada teknologi konvensional dan manfaatnya

harus jauh lebih besar daripada resiko yang ditimbulkan.

b) OptiMasi

Kondisi penyinaran yang disebutkan disini harus dijaga serendah

mungkin dengan perhitungan biaya yang wajar dan dampak sosial

sesuai prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable).

c) Limitasi

Batas, dosis ekivalen yang diterima oleh pekerja radiasi dan

Masyarakat umum tidak boleh melebihi nilai batas dosis (NBD) yang

ditetapkan oleh Peraturan Direktur Jenderal Bapeten. 01/Ka-

BAPETEN/V.99 Tahun 1999, Ketentuan Keselamatan Kerja Terhadap

Radiasi.
25

6. Prinsip Proteksi Radiasi

Menilai tingkat radiasi individu, memperkirakan efek radiasi, dan

menerapkan tiga prinsip proteksi radiasi berkaitan dengan waktu, jarak

dan penggunaan perisai radiasi[24].

a) Jarak

Laju dosis berbanding terbalik dengan kuadrat jarak, juga dikenal

sebagai hukum kuadrat terbalik. Semakin jauh dari sumber radiasi,

semakin rndah laju dosisnya.

b) Waktu

Waktu adalah salah satu faktor untuk mengurangi penerimaan

dosis. Dengan mengurangi waktu bekerja dengan radiasi, dapat

meminimalisir dosis yang diterima. Pengaturan waktu dapat

dirumuskan dalam persamaan:

D = D˙ t

Dimana: D = dosis serap yang diterima

D˙ = laju dosis serap

t = waktu penyinaran

c) Shielding

Laju dosis dapat dikurangi dengan meMasang penahan radiasi

diantaran sumber radiasi dengan pekerja radiasi. Dengan cara ini, maka

pekerja radiasi dapat bekerja pada jarak yang tidak terlalu jauh dari

sumber radiasi dengan dosis yang tidak melebihi batas yang ditetapkan.
26

7. Teknik Pemeriksaan CT-Scan Kepala

Teknik pemeriksaan CT-Scan Kepala merupakan salah satu dalam

pemeriksaan radiologi untuk melihat anatomi irisan atau penampang pada

kepala untuk mendapatkan inforMasi diagnostik terhadap suatu

kelainan[19]. Indikasi dilakukan pemeriksaan CT-Scan kepala antara lain

tumor kepala, stroke, abses, tumor intracranial, aneurisma, metastase, dan

brain atrofi.

a. Teknik Pemeriksaan

a) Posisi pasien: Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan orientasi

head first atau posisi kepala dekat dengan gantry

b) Posisi objek : Kepala pasien diletakkan pada head holder dan diatur

hiperfleksi. Atur lampu indikator longitudinal sejajar dengan mid

sagital plane tubuh dan lampu indikator horizontal sejajar dengan

engan interpupulary line. Kedua tangan pasien diletakkan disamping

tubuh. Untuk mengurangi pergerakan pada kepala berikan alat fiksasi

seperti pengganjal dan sabuk perekat pada head holder. Beri

pengganjal lutut untuk kenyamanan pasien [19].

c) Scan Parameter

Adapun parameter yang digunakan dalam scanning Kepala dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.


27

Tabel 2.1 Parameter Scanning Kepala

No Parameter MOD
DE
Spiral 1 (skull
Spiral 2 (cerebrum)
base)
1 Collimator 4x1 mm 4x2.5 mm
2 Pitch factor 0.65-0.75 0.65-0.75
3 Reconstruction 4 mm 5-8 mm
4 Rotation time 0.75 s 0.75 s
5 Scan orientation Caudo-cranial Caudo-cranial
6 kV 120 120
7 eff.Mas 300 300
8 Kernel(alogartithm) Soft(brain) Soft(brain)
9 Window Width 120 80
10 Window center 45 35

Gambar 2.2 Hasil CT-Scan Kepala Normal Non Kontras

8. Body Mass Index (BMI)

Body Mass Index (BMI) adalah hasil dari berat badan (kg) dibagi

dengan tinggi badan (m) yang dikuadratkan [25]. BMI mudah

digunakan untuk pengukuran kurus dan kegemukan, dan BMI juga

dapat berhubungan dengan risiko derajat kesehatan dan tingkat

kematian di banyak populasi. Tinggi rendahnya BMI memprediksi

morbiditas dan kematian di masa depan. BMI sering dianggap sebagai

indikator kegemukan tubuh (obesitas), mengukur kelebihan berat

badan daripada kelebihan lemak tubuh[8]. BMI dapat mewakili


28

indikator ukuran pasien yang sesuai untuk digunakan sebagai

pengganti diameter efektif dalam memprediksi SSDE. BMI adalah

pengukuran yang mudah, dan seringkali secara rutin, diperoleh dalam

praktik klinis[7].

SSDE dihitung dengan mengalikan nilai CTDIvol dan nilai faktor

konversi (fsize) yang nilainya bergantung dengan DE [14]. Diameter

efektif (DE) belum dapat mewakili perhitungan SSDE secara akurat

[15]. Besaran lain yang juga mempengaruhi dosis pasien adalah BMI

[16]. BMI dapat mewakili indikator ukuran pasien yang sesuai untuk

digunakan sebagai pengganti diameter efektif dalam memprediksi

SSDE.

Berdasarkan penelitian sejenis terkait dengan BMI didapatkan

hasil sebagai berikut pada penelitian Baohui Liang,2016 terkait

dengan Evaluasi dosis efektif pada CT-Scan untuk pasien dewasa

dengan kelebihan berat badan dan obesitas menggunakan perangkat

lunak virtual dose dijelaskan bahwa Faktor berat jaringan, voltase

tabung dan BMI merupakan faktor utama yang mempengaruhi

estimasi ED pasien obesitas, penelitian sejenis terkait dengan

penelitian Siobhan O’neill,2018 terkait Penggunaan body Mass index

untuk memperkirakan dosis radiasi pasien dalam CT abdomen

dijelaskan bahwa BMI pasien dapat digunakan untuk secara akurat

memperkirakan diameter efektif, meniadakan kebutuhan untuk

mengukur diameter anteroposterior dan lateral untuk menghitung

SSDE, kemudian pada penelitian Ni Larasati Kartika Sari,2022 terkait


29

Evaluasi indeks Masa tubuh untuk penentuan SSDE CT-Scan abdomen

dijelaskan bahwa IMT dapat digunakan sebagai alternatif ukuran

pasien untuk menggantikan DE dalam menentukan SSDE CT-Scan

Abdomen, dan pada penelitian H. Osman,2020 terkait DLP dan CTDI

sebagai parameter untuk dosis pasien dijelaskan bahwa CTDI dapat

dicapai dengan DLP atau CTDI dapat dicapai dengan BMI yang

diketahui menggunakan persamaan yang ditunjukkan dalam hasil

untuk protokol yang sama. Dosis efektif pada protocol CT abdomen.

B. Kerangka Teori

CT-Scan

CT-Scan Kepala

Kualitas Citra CT-Scan Parameter CT-Scan Dosis CT-Scan

Proteksi Radiasi

CTDI DLP

BMI

Bagan 2.1 Kerangka Teori


30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan

pendekatan quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan dengan

mencari hubungan antara BMI terhadap CTDI dan BMI terhadap DLP

pada pemeriksaan CT Kepala.

2. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini proses pengambilan data dengan 30 pasien

CT-Scan Kepala yang dilakukan dengan desain sebagai berikut:

Bagan 3.1 Bagan Desain Penelitian

S R 1-30 BMI CTDI DLP

Keterangan :
S : Subjek penelitian
R 1-30 : Terapi radiasi pasien 1-30
BMI : Nilai rentang kelompok pasien BMI.
CTDI : Standar perkiraan dosis pasien pada pemeriksaan CT-
Scan
DLP : Dosis yang diserap yang dihasilkan dari seluruh proses scan

31
32

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2023 sampai dengan

Mei 2023 di Unit Radiologi Klinik Utama Bunga Emas Denpasar.

B. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel independent pada penelitian ini adalah Variabel yang

mempengaruhi BMI seperti berat badan dan tinggi badan pada

pemeriksaan CT kepala.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel dependent pada penelitian ini adalah CTDI dan DLP pada

pemeriksaan CT Kepala.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol pada penelitian ini adalah MSCT merk Toshiba

Alexion 16 slices, parameter yang digunakan, kV, mas, Slice Thickness,

Pitch, Scan Time, dan Field of View (FoV).

C. KERANGKA KONSEP

Untuk mengetahui gambaran penelitian dan membantu dalam

menentukan arah serta tujuan pelaksanaan penelitian ini, maka

dibuatlah kerangka konsep sebagai berikut :


33

Bagan 3.2 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


Variabel yang mempengaruhi BMI CTDI dan DLP pada
seperti berat badan dan tinggi badan pemeriksaan MSCT Kepala

Variabel Kontrol
T
o
s
h
i
b
a

A
l
e
x
D. DEFINISI OPERASIONAL i
o
Definisi Operasional pada skripsi ditunjukkan pada tabelnberikut:

Tabel 3. 1 Definisi Operasional


!
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur 6 Cara Ukur
Variabel BMI adalah perbandingan Sistem Melakukan
Bebas : BMI antara berat bdan dan s
Komputer pengukuran tinggi
tinggi badan l berat badan
dan
Variabel Dosis serap rata-rata pada Sistem i
Pemilihan pada
Terikat keseluruhan sumbu z yang c
Komputer sistem dengan
: CTDI diradiasi dan berdekatan e
memilih parameter
atau direpresentasi juga Kepala
s yang
sebagai dosis serap memiliki satuan mGy
phantom yang homogen k
Variabel CTDIvol dikalikan Sistem V
Pemilihan pada
Terikat dengan panjang scanning Komputer sistem dengan
: DLP dalam cm yang mewakili Mmemilih parameter
dosis total phantom a yang
Kepala
pada keseluruhan memiliki
s satuan mGy
scanning. Satuan untuk
DLP adalah mGrey. S
Variabel Istilah yang digunakan Sistem l
Pemilihan pada
Kontrol : untuk pemindai MSCT yang Komputer sistem
i dengan
EffectiveMas menunjukkan MA per slice memilih
c parameter
(eff.Mas) Kepala
e yang

T
h
i
c
k
34

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur


langsung dfhasilkan
secara otomatis oleh
sistem
Variabel Tegangan tabung yang Sistem Pemilihan pada
Kontrol : kV dapat mempengaruhi Komputer sistem dengan
(kiloVolt) kualitas sinar-x. Besaran memilih parameter
Kepala kemudian
digunakan kv
sebeasr 120
Variabel Rasio pergerakan meja Sistem Pemilihan pada
Kontrol : pasien per rotasi gantry. Komputer sistem dengan
Pitch memilih parameter
Kepala dengan
penggunaan pitch
sebesar 0.65-0.75
Variabel Durasi waktu yang Sistem Pemilihan pada
Kontrol : dibutuhkan untuk Komputer sistem dengan
Scan Time memperoleh satu set data memilih parameter
pada setiap objek Kepala dan dengan
pemeriksaan CT-Scan
penggunaan scan
time sebesar 0.75s
Variabel Diameter objek yang akan Sistem Pemilihan pada
Kontrol : direkonstruksi ke dalam Komputer sistem dengan
FOV matriks memilih parameter
(Field of Kepala dan dengan
View) penggunaan FOV
sebesar 23 cm
Variabel Suatu proses pembentukan Sistem Pemilihan pada
Kontrol : citra yang melalui Komputer sistem dengan
Slice beberapa tahapan, antara memilih parameter
Thickness lain akuisisi data (data Kepala dan dengan
acquisition), rekontruksi menggunakan slice
citra (image thickness sebesar 2
recontruction), dan mm
tampilan citra.

E. HIPOTESIS

H0 : Tidak ada hubungan antara BMI terhadap CTDI dan DLP pada

pemeriksaan CT-Scan Kepala di Unit Radiologi Klinik Utama Bunga

Emas Denpasar
35

Ha : Ada hubungan antara BMI terhadap CTDI dan DLP pada

pemeriksaan CT-Scan Kepala di Unit Radiologi Klinik Utama Bunga

Emas Denpasar.

F. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian skripsi ini adalah seluruh nilai CTDIVOL

dan DLP yang diterima pasien pada pemeriksaan CT-Scan Kepala di

Unit Radiologi Klinik Utama Bunga Emas Denpasar

2. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling.

Dalam buku Sugiyono 2017, total sampling adalah teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Alasan penggunaan total sampling karena jumlah populasi kurang

dari 100. Pada penelitian ini menggunakan sampel seluruh pasien CT

kepala di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar.

G. INSTRUMEN PENELITIAN

Instumen penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Pesawat MSCT Toshiba Alexion 16 slices

a) Nama Pesawat/Generator : Alexion 16 slices

b) Pabrik Pembuat : Toshiba

c) Tahun PeMasangan : 2015

d) Type Tabung : B-240H


36

e) Nomor Seri Tabung : H38754

f) kV Maksimum : 135 kV

g) Mas Maksimum : 300 mA

h) Jumlah Sumber Radiasi : Satu Tabung Sinar-X

Gambar 3.1 MSCT Toshiba Alexion 16 Slices

2. Inform consent sebagai media untuk menjelaskan kepada pasien

prosedur pemeriksaan.

3. Lembar worksheet nilai CTDI dan DLP pemeriksaan CT-Scan Kepala..

4. Kamera Digital

5. Komputer dan alat tulis

H. PROSEDUR PENELITIAN

1. Pasien datang kemudian dilakukan pengecekan identitas pasien mulai

dari nama pasien umur pasien dan no rekam medis apakah sudah

sesuai atau belum, berikan pengertian agar pasien tidak bergerak

selama pemeriksaan.

2. Lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan pada pasien

sebelum pemeriksaan dilakukan..

3. Masukkan pasien kedalam ruang pemeriksaan CT-Scan, atur posisi

pasien supine, head first, Msp pada pertengahan objek.


37

4. Kemudian lakukan scaning dengan protokol parameter pada MSCT

Toshiba Alexion 16 slices yang dilakukan pada penelitian ini yaitu :

a. Potongan : Axial

b. kv : 120

c. EffMas : 112

d. FOV : 23 cm

e. Slice Thickness : 2 mm

f. Pitch : 0.65-0.75

5. Setelah selesai pemeriksaan kemudian pasien dikeluarkan.

6. Pada control panel terlihat nilai CTDI Dan DLP, lakukan pencatatan

nilai CTDI dan DLP sesuai dengan tabel berikut :

Tabel 3.2 Hasil Pengumpulan Data


No. Nama Umur Jenis Berat Badan Tinggi Badan CTDIVOL DLP
Pasien Kelamin (Kg) (Cm) ( mGy ) (mGy*cm)

7. Setelah data didapatkan pada tabel kemudian data dihitung dan diolah

dengan menggunakan ui statistik.

I. PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

1. Jenis Data

Jenis data penelitian ini adalah data primer dimana penulis melakukan

pengukuran langsung nilai BMI yang dihasilkan dari hasil CTDI dan DLP

yang didapat pada pemeriksaan CT-Scan kepala.


38

a. Data Umum : Profil Unit Radiologi Klinik Utama Bunga Emas, Umur,

Jenis Kelamin, BMI, dan pesawat MSCT Toshiba

b. Data Khusus : kv, effmas, Pitch, FOV, Slice Thickness, dan Scan Time.

2. Sumber Data

Data penelitian ini merupakan data primer dengan sumber data

dikumpulkan melalui metode :

a. Eksperimen

Peneliti melakukan eksperimen dengan melakukan pemeriksaan CT-

Scan kepala.

b. Pengukuran

Peneliti melakukan pengukuran Body Mass index (BMI) dengan cara

menghitung berat badan dan tinggi badan pada pemeriksaan CT-

Scan kepala

c. Observasi dan Dokumentasi

Peneliti melaukan observasi nilai CTDI dan DLP yang dihasilkan

serta melakukan pencatatan pada worksheet yang disediakan.

3. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali daftar pertanyaan untuk melihat

kesesuaian dan konsistensi penilaian responden

b. Entri, yaitu meMasukkan data-data yang meliputi: umur, jenis

kelamin, berat badan, tinggi, hasil CTDI dan DLP pada pemeriksaan

CT-Scan kepala.
39

c. Koding, yaitu memberi tanda atau simbol berupa angka pada hasil

penilaian citra untuk pengkategorian variabel dalam program

komputer

d. Tabulasi, yaitu menyusun dan menghitung data hasil penelitian

untuk disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan dianalisis.

J. METODE ANALISIS DATA

Dari hasil yang di dapat selanjutnya akan dianalisis dengan metode

pengolahan data serta akan diuji oleh program komputer yaitu SPSS 21

dengan uji normalitas terhadap distribusi data tersebut. Sampel ini

berpasangan. Jika data normal sudah benar maka dilanjutkan dengan

menggunakan uji statistik Pearson. Jika data tidak normal dilanjutkan

dengan uji Spearman. Pada analisis statistik ini ditetapkan tingkat

kepercayaan (level of significance) dengan nilai α=0,05. Ha diterima

apabila ρ value < 0,05, yang berarti ada hubungan antara BMI terhadap

CTDI dan DLP pada pemeriksaan CT-Scan Kepala

K. ETIKA PENELITIAN

Etika dalam suatu penelitian sangat penting, mengingat penelitian di

bidang radiologi akan berhadapan langsung dengan pasien, maka dari itu

etika penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi

dalam kegiatan apapun terMasuk dalam penelitian. Dalam penelitian ini

sebelum peneliti mendatangi calon sukarelawan peneliti akan mengajukan

surat permohonan pengambilan data dengan cara eksperimen ke bidang


40

LPPM ATRO Bali, mengajukan permohonan ijin melakukan penelitian

kepada head departement radiologi tempat penelitian, kemudian jika

sudah mendapatkan ijin maka peneliti akan mendatangi sukarelawan dan

meminta persetujuan untuk menjadi objek dalam penelitian. Setelah

mendapatkan persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan

memperhatikan etika-etika sebagai berikut:

1. Informed Consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dan sukarelawan, tujuan

informed consent adalah untuk menjelaskan prosedur penelitian agar

sukarelawan mengerti dan memahami maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui keuntungan dan kerugian dari penelitian ini. Jika

sukarelawan setuju maka harus menandatangani informed consent

sebagai tanda bukti bahwa sukarelawan memang mau menjadi objek

penelitian tanpa paksaan dari pihak manapun.

2. 2. Anonimity (Tanpa Nama)

Merupakan etika dalam penelitian di bidang radiologi dengan cara

tidak mencantumkan nama sukarelawan pada lembar ukur dan hanya

menuliskan kode pada hasil penelitian.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Merupakan etika penelitian dengan menjamin kerahasiaan

sukarelawan tentang inforMasi apapun dan kepada siapapun, hasil

data yang akan diperoleh dari Masing-Masing sukarelawan akan

dilaporkan dalam hasil penelitian


41

4. Nonmaleficience (terhindar dari cedera dan tidak membahayakan)

Sebelum penelitian atau pengambilan data dilakukan, terlebih dahulu

diberikan penjelasan tentang tujuan dan prosedur penelitian serta

diberikan penjelasan kepada responden bahwasanya penelitian ini

tidak membahayakan atau tidak menimbulkan dampak yang

merugikan. Selama penelitian berlangsung, jika responden atau

keluarga merasa tidak nyaman maka dapat mengundurkan diri kapan

saja.

5. Beneficience (Bermanfaat atau Melakukan yang Baik untuk

Kemanusiaan)

Prinsip ini adalah memaksimalkan manfaat dan meminimalkan

kerugian. Peneliti menjelaskan tentang keuntungan apabila responden

berpartisipasi dalam penelitian ini, yaitu dapat memperjelas hasil citra

yang dihasilkan dan membantu radiolog secara visual menegakkan

diagnosa kelainan yang terjadi.

6. Autonomy (Kebebasan untuk Diri Sendiri)

Penelitian ini memberikan kebebasan atas hak sampel atau keluarga

membuat keputusan sendiri. Dalam hal ini sebelum melakukan

penelitian, peneliti harus meminta persetujuan kepada calon sampel

atau keluarga apakah bersedia menjadi sampel penelitian dengan

diberikannya informed consent yang mencakup judul penelitian, apa

yang akan dilakukan dalam penelitian, dan output yang diinginkan

peneliti dalam penelitian ini.


42

7. Justice (Adil dan Tidak Membeda-Bedakan)

Penelitian ini tidak membeda-bedakan sampel. Semua sampel

mendapatkan perlakuan yang sama sebelum, selama, dan sesudah

penelitian. Semua sampel mendapatkan intervensi sesuai dengan

tujuan penelitian. Peneliti juga tidak membeda-bedakan sampel

berdasarkan agama, suku dan budaya, serta status sosial ekonomi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Observasi

Klinik Utama Bunga Emas adalah sebuah usaha dalam bidang

pelayanan kesehatan yang resmi beroperasional sejak 31 Januari

2018. Klinik Utama Bunga Emas juga merupakan klinik rujukan dari

beberapa rumah sakit seperti RSU Puri Raharja, RSU Premagana,

RSAD Udayana dan lain-lain untuk mendapatkan pelayanan radiologi

khususnya pemeriksaan CT-Scan.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada bulan April-Mei

2023 di Unit Radiologi Klinik Utama Bunga Emas Denpasar,

pemeriksaan CT Scan dilakukan dengan menggunakan alat MSCT

dengan merk Philips Alexion 16 slices. Pemeriksaan CT Scan yang

paling banyak dilakukan yaitu CT Scan kepala dimana dalam satu

bulan pasien CT Scan kepala lebih banyak dibandingkan dengan CT

Scan lainnya. Pemeriksaan CT Scan kepala di Klinik Utama Bunga

emas dengan menggunakan parameter yaitu kv 120, penggunaan

effMas yaitu Mas yang sudah disetting otomatis, penggunaan pitch

0.65 – 0.75, FOV yang digunakan 23 cm, penggunaan slice thickness

yaitu 2 mm.

43
44

Pada tahap awal sebelum dilakukannya pemeriksaan CT Scan

kepala pasien beserta keluaga pasien melakukan reservasi atau

pendaftaran pada bagian pendaftaran, setelah melakukan pendaftaran

pasien menuju keunit radiologi untuk melakukan pemeriksaan CT

Scan kepala sesuai dengan permintaan pemeriksaan yang telah

diberikan. Kemudian dilakukan penginputan data sebelum dilakukan

pemeriksaan CT Scan Kepala pada Work Station dapat dilihat pada

Gambar 4.2. Pada saat sebelum pemeriksaan pasien akan di berikan

edukasi mengenai hal-hal yang harus dilakukan pasien dan yang tidak

boleh pasien lakukan selama pemeriksaan berlangsung. Penjelasan

mengenai Pesawat CT Scan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Pesawat CT Scan


(Data Penelitian 2023)
45

Gambar 4. 2 Work Station CT Scan


(Data Penelitian 2023)

Data maupun citra yang didapatkan pada saat pemeriksaan

kemudian dilakukan pencatatan melalui lembar kerja yang sudah

penulis buat untuk mendapatkan hasil dari CTDi dan DLP agar

kemudian dapat dilakukan pengolahan data menggunakan aplikasi

SPSS.

2. Hasil Uji Univariat

Nilai dosis radiasi CTDI dan DLP beseta BMI dapat ditentukan

dengan uji univariat sebagai berikut :

a. Deskriptif Sampel

Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April-Mei 2023 di

Unit Radiologi Klinik Utama Bunga Emas Denpasar dengan

memperhatikan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi yang telah

penulis buat. Data yang digunakan adalah data retrospektif dengan


46

kriteria inklusi meliputi pasien yang melakukan CT Scan kepala,

yang dihitung nilai BMInya dengan menjumlahkan berat badan

dan tinggi badan, serta dilihat nilai CTDI dan DLPnya untuk

dilakukan pencatatan. Besar sampel yang digunakan

menggunakan teknik Total Sampling sehingga didapatkan besar

sampel pada penelitian ini adalah sebesar 30 pasien CT Scan

kepala. Seluruh sampel telah memenuhi kriteria inklusi dan

ekslusi, dimana untuk dosis radiasi CTDI dan DLP pemeriksaan CT

Scan kepala di dapat dari data yang ada pada komputer worksheet

dan untuk karakteristik sampel di dapat pada rekam medis pasien.

Penjelasan mengenai hasil karakteristik sampel dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik sampel (sumber : Uji SPSS 25)

No Kriteria Jumlah (n) Persentase


1 Jenis Kelamin
2 Laki-laki 19 63.3%
3 Perempuan 11 36.7%

Total 30 100%

No Kriteria Minimal Maksimal Rata-Rata+SD


1 Umur 19 79 52.30+17.09
2 Berat Badan 41 98 70.83+13.51
3 Tinggi Badan 165 173 168.33+2.29

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik sampel yang

digunakan dalam penelitian ini seluruh pasien berjenis kelamin

laki-laki dan perempuan dengan persentase yaitu laki-laki


47

sebanyak 63.3% dan perempuan sebanyak 36.7% dimana total

sample menjadi 100%. Karakteristik sampel berdasarkan umur

dapat dilihat pada umur minimal yaitu 19 tahun dan umur

maksimal 79 tahun dengan rata-rata pembagian umur yaitu 52.30

dan standar deviasinya 17.09. Untuk berat badan dengan rentang

berkisar untuk berat badan minimal yaitu 41 kg dan berat badan

maksimal yaitu 98 kg dengan rata-rata 70.83 dengan standar

deviasinya 13.51. Sedangkan untuk tinggi badan dengan rentang

yaitu untuk tinggi badan minimal yaitu 165 cm dan tinggi badan

maksimal yaitu 173 cm dengan rata-rata 168.33 dengan standar

deviasinya 2.29. dimana seluruh sampel yang dihitung melalui

aplikasi SPSS ini mendapatkan pemeriksaan CT Scan kepala.

b. Deskriptif Variabel

Sampel dari penelitian ini diambil dari 30 data pasien CT Scan

kepala yang menjalani pemeriksaan di Unit Radiologi Klinik

Utama Bunga Emas Denpasar yang telah memenuhi kriteria inklusi

dan kriteria ekslusi. Data BMI dan dosis radiasi pasien yang telah

melakukan CT Scan Kepala dijelaskan pada tabel 4.2 sebagai

berikut :

Tabel 4.2 Profil Hasil Uji BMI CTDI dan DLP

No Kriteria Minimal Maksimal Rata-Rata+SD


1 BMI 14.70 36.00 25.00+4.82
2 CTDI 37.70 50.20 38.11+2.28
3 DLP 877.70 1068.60 936.84+36.92
48

Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai hasil uji statistik dari

BMI,CTDI dan DLP didapatkan nilai yaitu BMI dengan nilai

minimal 14.70 dan nilai maksimal 36.00 dengan rata- rata 25.00

dan standar deviasi 4.82. Untuk nilai CTDI didapatkan nilai 37.70

mGy untuk nilai minimalnya, untuk nilai maksimalnya berkisar

50.20 mGy untuk nilai rata-rata dan standar deviasinya berkisar

38.11 mGy dengan 2.28 mGy. Sedangkan untuk nilai DLP

didapatkan nilai minimalnya berkisar 877.70 mGy dan nilai

maksimalnya 1068.60 mGy untuk nilai rata-rata dan standar

deviasinya didapatkan nilai 936.84 mGy dan 36.92 mGy.

Data BMI dan dosis CTDI dan DLP didapatkan melalui

pencatatan pada lembar kerja yang sudah penulis buat yang

dilakukan pada saat observasi dengan melihat komputer

worksheet kemudian data tersebut dilakukan uji spss sehingga

dihasilkan minimal, maksimal, rata-rata dan standar deviasi dari

masing- masing data yang dilakukan pengujian.

3. Hasil Uji Bivariat

Data dosis radiasi CTDI dan DLP beserta BMI pada CT Scan Kepala

di Unit Radiologi Klinik Utama Bunga Emas Denpasar yang telah

dilakukan pencatatan pada lembar kerja selanjutnya dilakukan tes

normalitas data terlebih dahulu untuk menentukan distribusi data


49

normal atau tidaknya data yang telah didapat. Penjelasan mengenai

hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.3 Uji Normalitas Dosis CTDI dan DLP beserta BMI

Dosis CTDI dan DLP beserta BMI Sig.


Nilai BMI 0.767
Nilai CTDI 0.000
Nilai DLP 0.001

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan Nilai BMI memiliki nilai

signifikansi > 0,05 yang berarti berdistribusi normal, sedangkan Nilai

CTDI dan DLP memiliki nilai signifikansi < 0.05 yang berarti

berdistribusi data tidak normal. Dikarenakan data dari CTDI dan DLP

yang berdistribusi tidak normal kemudian dilanjutkan dengan uji

spearman untuk mencari adakah hubungan atau pengaruh antara

CTDI terhadap BMI dan DLP terhadap BMI. Selanjutnya data diolah

secara statistik dengan uji Spearman yang mendapatkan hasil sesuai

Tabel 4.6 dan Tabel 4.7.

Tabel 4.4 Hasil Uji Spearman antara BMI terhadap CTDI

Variabel Nilai Keterangan


Signifikansi
(p value)
Nilai BMI 0.120 p value > 0.05
Nilai CTDI 0.120 p value > 0.05

Berdasarkan hasil uji Spearman pada Tabel 4.6 mengenai

pengaruh nilai CTDI terhadap BMI pada pasien CT Scan kepala

menunjukkan hasil p value sebesar 0.120 (p value > 0.05) yang artinya
50

H0 diterima sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan

yang signifikan antara CTDI terhadap BMI pada pasien CT Scan kepala

di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar.

Tabel 4. 5 Hasil Uji Spearman antara BMI terhadap DLP


Variabel Nilai Keterangan
Signifikansi
(p value)
Nilai BMI 0.320 p value > 0.05
Nilai DLP 0.320 p value > 0.05

Berdasarkan hasil uji Spearman pada Tabel 4.6 mengenai

pengaruh nilai DLP terhadap BMI pada pasien CT Scan kepala

menunjukkan hasil p value sebesar 0.320 (p value > 0.05) yang artinya

H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara CTDI terhadap BMI pada pasien CT

Scan kepala di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar.

B. Pembahasan

1. Hubungan Body Mass Index (BMI) dengan CTDIvol pada

pemeriksaan CT-Scan kepala di Klinik Utama Bunga Emas

Denpasar

Karakteristik sampel pada penelitian ini telah di uji menggunakan

aplikasi SPSS 25. Hasil uji SPSS univariat untuk karakteristik sampel

menunjukkan bahwa seluruh pasien berjenis kelamin perempuan dan

laki- laki dengan presentase perempuan 36.7% dan laki-laki 63.3%

dengan jumlah total menjadi 100%. Karakteristik sampel berdasarkan


51

umur yaitu minimal umur yaitu 19 tahun dan maksimal umur yaitu 79

tahun dengan rata-rata yaitu 52.30%. Untuk berat badan, berat badan

minimal yaitu 41 kg dan berat badan maksimal yaitu 98 kg dengan

rata-rata 70.83 dengan standar deviasinya 13.51. Sedangkan untuk

tinggi badan dengan rentang yaitu untuk tinggi badan minimal yaitu

165 cm dan tinggi badan maksimal yaitu 173 cm dengan rata-rata

168.33 dengan standar deviasinya 2.29.

Hasil uji deskriptif untuk BMI, CTDIvol dan DLP menunjukkan

hasil bahwa BMI memiliki nilai minimal sebesar 14.70 dan nilai

maksimal 36.00 dengan rata- rata 25.00 dan standar deviasi 4.82.

Untuk nilai CTDI didapatkan nilai 37.70 mGy untuk nilai minimalnya,

untuk nilai maksimalnya berkisar 50.20 mGy untuk nilai rata-rata dan

standar deviasinya berkisar 38.11 mGy dengan 2.28 mGy. Sedangkan

untuk nilai DLP didapatkan nilai minimalnya berkisar 877.70 mGy dan

nilai maksimalnya 1068.60 mGy untuk nilai rata-rata dan standar

deviasinya didapatkan nilai 936.84 mGy dan 36.92 mGy.

Hasil dari data tersebut kemudian dilakukan uji bivariat dan

menunjukkan hasil bahwa Nilai BMI memiliki nilai signifikansi > 0,05

yang berarti berdistribusi normal, sedangkan Nilai CTDI dan DLP

memiliki nilai signifikansi < 0.05 yang berarti berdistribusi data tidak

normal. Dikarenakan dua data yang berdistribusi tidak normal

kemudian dilanjutkan dengan uji spearman untuk mencari adakah

hubungan atau pengaruh antara BMI terhadap CTDI vol.


52

Berdasarkan hasil uji Spearman mengenai pengaruh nilai BMI

terhadap CTDIvol pada pasien CT Scan kepala menunjukkan hasil p

value sebesar 0.120 (p value>0.05) sehingga dapat disimpulkan tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara CTDI terhadap BMI pada

pasien CT Scan kepala di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar.

Dimana BMI merupakan pengukuran yang digunakan untuk

menggambarkan hubungan antara berat dan tinggi badan seseorang

dan sering digunakan sebagai indikator obesitas. Obesitas telah

dikaitkan dengan peningkatan resiko kesehatan seperti diabetes,

penyakit jantung, dan kanker [26].

CTDIvol, atau Computed Tomography Dose Index volume, adalah

pengukuran yang digunakan untuk merujuk pada dosis radiasi yang

diterima oleh pasien dalam pemeriksaan CT-Scan. Dosis radiasi yang

diterima oleh pasien dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,

termasuk ukuran fisik pasien, yang mana termasuk tinggi, berat, dan

juga BMI [27].

Dalam penelitian ini, di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar,

diketahui bahwa tidak ada hubungan signifikan antara BMI dan

CTDIvol pada pemeriksaan CT-Scan kepala. Nilai p-value pada uji

Spearman adalah 0.120, yang mana lebih besar dari 0.05, sehingga

dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan [28].

Namun, meski penelitian ini tidak menemukan hubungan yang

signifikan antara BMI dan CTDIvol, beberapa penelitian lainnya


53

menemukan adanya korelasi antara keduanya. Sebagai contoh,

penelitian oleh Kidoh et al. (2015) [29] dan Osei et al. (2018) [30]

menemukan bahwa peningkatan BMI dikaitkan dengan peningkatan

dosis radiasi pada pemeriksaan CT-Scan. Hal ini karena peningkatan

lemak tubuh dapat mengurangi penyerapan radiasi, sehingga

membutuhkan dosis radiasi yang lebih tinggi untuk mendapatkan

citra yang jelas.

Sebaliknya, penelitian oleh Abdelaziz et al. (2021) [31] dan Hong

et al. (2017) [32] menemukan tidak ada hubungan yang signifikan

antara BMI dan dosis radiasi pada pemeriksaan CT-Scan kepala. Hal

ini mungkin karena kepala memiliki variasi ukuran dan komposisi

yang kurang dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya seperti dada

atau perut.

Penelitian oleh Carrascosa et al. (2016) [33], Szczykutowicz et al.

(2019) [34], dan Toledano et al. (2015) [35] juga menunjukkan

bahwa, meski terdapat hubungan antara BMI dan dosis radiasi pada

pemeriksaan CT-Scan, hubungan tersebut tidak signifikan pada

pemeriksaan CT-Scan kepala. Mereka mengemukakan bahwa faktor

lain seperti teknik pemindaian dan setting peralatan juga dapat

mempengaruhi dosis radiasi yang diterima oleh pasien.

Dari perspektif klinis, hasil ini penting karena menunjukkan

bahwa tidak ada peningkatan risiko radiasi yang signifikan pada

pasien dengan BMI yang lebih tinggi pada pemeriksaan CT-Scan


54

kepala. Namun, seperti yang diungkapkan dalam penelitian oleh Deak

et al. (2017) [36], Liu et al. (2016) [37], Faggioni et al. (2017) [38],

Higashigaito et al. (2016) [39], dan Nakayama et al. (2020) [40], meski

tidak ada hubungan yang signifikan antara BMI dan CTDIvol pada

pemeriksaan CT-Scan kepala, penting untuk tetap

mempertimbangkan BMI saat merencanakan prosedur pemindaian

untuk mengoptimalkan citra dan meminimalkan risiko radiasi.

2. Hubungan Body Mass Index (BMI) dengan DLP pada pemeriksaan

CT-Scan kepala di Klinik Utama Bunga Emas Denpasar

Pencarian hasil antara Hubungan BMI dengan DLP pada

pemeriksaan CT Scan kepala di Klinik Utama Bunga Emas sama

seperti pencarian hasil antara Hubungan BMI dengan CTDIvol pada

pemeriksaan CT Scan kepala di Klinik Utama Bunga Emas dimana

dilakukan uji univariat terlebih dahulu kemudian dilakukan uji

normalitas dengan menunjukan hasil bahwa Nilai BMI memiliki nilai

signifikansi > 0,05 yang berarti berdistribusi normal, sedangkan Nilai

CTDI dan DLP memiliki nilai signifikansi < 0.05 yang berarti

berdistribusi data tidak normal. Dikarenakan dua data yang

berdistribusi tidak normal kemudian dilanjutkan dengan uji spearman

untuk mencari adakah hubungan atau pengaruh antara BMI terhadap

DLP.
55

Berdasarkan hasil uji Spearman mengenai pengaruh nilai BMI

terhadap DLP pada pasien CT Scan kepala menunjukkan hasil p value

sebesar 0.320 (p value>0.05) yang artinya H0 diterima dan Ha ditolak

sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara DLP terhadap BMI pada pasien CT Scan kepala di Klinik Utama

Bunga Emas Denpasar.

Meskipun tidak ada hubungan langsung antara BMI dan DLP,

beberapa peneliti menyarankan bahwa BMI masih perlu

dipertimbangkan saat melakukan pemeriksaan CT. Saltybaeva et al.

(2016)[41] menemukan bahwa BMI masih berhubungan dengan dosis

radiasi total yang diterima pasien. Studi lain oleh Fowler et al. (2021)

[42] menunjukkan bahwa faktor lain seperti penyesuaian voltase

tabung dan penyesuaian arus tabung dapat mempengaruhi dosis

radiasi total lebih banyak daripada BMI.

Bechara et al. (2019)[43] dan Pierce et al. (2020)[44]

berpendapat bahwa peningkatan BMI bisa meningkatkan risiko dosis

radiasi total yang lebih tinggi. Kedua penelitian ini mengemukakan

bahwa peningkatan BMI mungkin tidak mempengaruhi DLP pada

pemeriksaan CT scan kepala, tetapi dapat meningkatkan risiko dosis

radiasi total pada pemeriksaan CT lainnya seperti CT scan dada dan

perut.

Pada Klinik Utama Bunga Emas Denpasar, hasil uji Spearman

mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara DLP


56

dan BMI pada pemeriksaan CT scan kepala (Altun et al., 2018) [45].

Hasil ini konsisten dengan studi sebelumnya oleh Ko et al. (2017) [46]

dan Katsura et al. (2018) [47]. Namun, meskipun tidak ada hubungan

langsung antara BMI dan DLP pada pemeriksaan CT scan kepala,

penting untuk mempertimbangkan BMI saat merencanakan

pemeriksaan CT. Seperti yang disarankan oleh Khatonabadi et al.

(2015) [48], Liu et al. (2019) [49], dan Yamashiro et al. (2020) [50],

mempertimbangkan BMI dalam pemilihan parameter CT bisa

membantu mengoptimalkan citra dan meminimalkan risiko radiasi.

Secara keseluruhan, berdasarkan hasil penelitian di Klinik Utama

Bunga Emas Denpasar dan studi internasional yang ada, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara BMI dan

DLP pada pemeriksaan CT Scan kepala. Namun, penting untuk

mempertimbangkan BMI saat merencanakan pemeriksaan CT untuk

meminimalkan dosis radiasi dan mengoptimalkan kualitas gambar.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian dari Hubungan Body Mass Index (BMI)

dengan CTDIvol pada pemeriksaan CT Scan kepala di Klinik Utama

Bunga Emas Denpasar yang sudah dilakukan pengolahan data

menggunakan spss didapatkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima

dengan p value > 0.05 yaitu 0.120 yang artinya tidak adanya hubungan

antara BMI dan CTDIvol pada pemeriksaan CT Scan kepala.

2. Berdasarkan hasil penelitian dari Hubungan Body Mass Index (BMI)

dengan DLP pada pemeriksaan CT Scan kepala di Klinik Utama Bunga

Emas Denpasar yang sudah dilakukan pengolahan data menggunaan

spss didapatkan bahwa Ha ditolak dan H0 diterima dengan p value >

0.05 yaitu 0.320 yang artinya tidak adanya hubungan antara BMI dan

DLP pada pemeriksaan CT Scan kepala dimana DLP mengukur

keseluruhan dosis yang didapatkan pasien saat CT Scan dilakukan dan

BMI mengatur tentang indeks massa tubuh atau besaran tubuh pasien.

B. Saran

1. Dikarenakan tidak adanya pengaruh secara signifikan hasil dari penelitian

hubungan antara BMI terhadap CTDI dsn DLP maka dari itu sebaiknya

petugas Unit Radiologi di Klinik Utama Bunga Emas membuat SOP

mengenai protokol CT Scan Kepala untuk anak-anak dan dewasa

57
58

dikarenakan dosis yang diberikan antara anak-anak dan dewasa memiliki

perbedaan dan sangat berpengaruh terhadap organ at risk dari obek yang

diperiksa.

2. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya, perlu juga meneliti perbandingan

antara CTDI dan DLP pada CT Scan Kepala untuk anak-anak dan dewasa

baik dengan menggunakan kontras maupun tanpa menggunakan kontras

media yang disesuaikan dengan IDRL yang berlaku.


DAFTAR PUSTAKA

[1] “ESTIMASI NILAI CTDI DAN DOSIS EFEKTIF PASIEN BAGIAN HEAD,
THORAX DAN ABDOMEN HASIL PEMERIKSAAN CT-SCAN MEREK
PHILIPS BRILIANCE 6”.

[2] E. E. SEERAM, A Textbook, vol. Fourth Edi, no. 3. 2016. doi:


10.2307/486972.

[3] N. Fajria, W. Setia Budi, Z. Arifin, and J. Fisika, “Analisis Perbandingan


Parameter Dan Profil Dosis Menggunakan Phantom Standar Dan Tidak
Standar,” Youngster Phys. J., vol. 3, no. 4, pp. 303–310, 2014.

[4] H. Samosir and S. Ilyas, “The effect radiation exposure to brachyterapy


officer at General Hospital Haji Adam Malik,” Eff. Radiat. Expo. to
Brachyterapy Off. Gen. Hosp. Haji Adam Malik . abstrac, pp. 5–6, 2012.

[5] E. S. . Siregar, G. N. Sutapa, and I. W. B. Sudarsana, “Analysis of


Radiation Dose of Patients on CT Scan Examination using Si-INTAN
Application,” Bul. Fis., vol. 21, no. 2, p. 53, 2020, doi:
10.24843/bf.2020.v21.i02.p03.

[6] D. I. B. Negara, “_Ega Duandini 2021,” vol. 24, no. 3, pp. 100–108, 2021.

[7] S. O’Neill, R. G. Kavanagh, B. W. Carey, N. Moore, M. Maher, and O. J.


O’Connor, “Using body mass index to estimate individualised patient
radiation dose in abdominal computed tomography,” Eur. Radiol. Exp.,
vol. 2, no. 1, pp. 0–7, 2018, doi: 10.1186/s41747-018-0070-5.

[8] Z. Y. Archilona, “( Studi Kasus Pada Mahasiswa Kedokteran Undip )


JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA,” J. Media Med. Muda, vol. 3, no. 1, pp.
6–15, 2014.

[9] M. Ng et al., “Global, regional, and national prevalence of overweight


and obesity in children and adults during 1980-2013: A systematic
analysis for the Global Burden of Disease Study 2013,” Lancet, vol. 384,
no. 9945, pp. 766–781, 2014, doi: 10.1016/S0140-6736(14)60460-8.

[10] M. A. Spocter, “‘Gender differences in the association between body


mass index and cortical thickness,’” "Gender Differ. Assoc. between body
mass index cortical Thick., 2015.

[11] S. B. H. Gmbh, “‘Age-related differences in the associations between


body mass index and brain structure,’” "Age-related Differ. Assoc.
between body mass index brain Struct., pp. 1–23, 2016.

[12] P. Claes, “‘The genetics of human head size and shape,’” “The Genet.
Hum. head size shape”.

[13] M. Hoogman, “‘Brain structure and function in Turner syndrome: a


review,’” "Brain Struct. Funct. Turn. Syndr. a Rev., 2019.

[14] R. Safitri and D. Nurmalita, “The Method of CT Dosimetry Based on the


CTDI (Computed Tomography Dose Index) for the Treatment of the
Human’s Head,” J. Aceh Phys. Soc., vol. 3, no. 1, pp. 1–12, 2014, [Online].
Available: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JAcPS

[15] M. Gabusi, L. Riccardi, C. Aliberti, S. Vio, and M. Paiusco, “Radiation dose


in chest CT: Assessment of size-specific dose estimates based on water-
equivalent correction,” Phys. Medica, vol. 32, no. 2, pp. 393–397, 2016,
doi: 10.1016/j.ejmp.2015.12.008.

[16] B. Liang, Y. Gao, Z. Chen, and X. G. Xu, “Evaluation of effective dose from
ct scans for overweight and obese adult patients using the virtualdose
software,” Radiat. Prot. Dosimetry, vol. 174, no. 2, pp. 216–225, 2017,
doi: 10.1093/rpd/ncw119.

[17] A. Y. Nurhayati, N. N. Nariswari, B. Rahayuningsih, and Y. C. Hariadi,


“Analisis Variasi Faktor Eksposi dan Ketebalan Irisan Terhadap CTDI
dan Kualitas Citra Pada Computed Tomography Scan (Analysis of
Variation of Exposure Factor and Slice Thickness On CTDI and Image
Quality at Computed Tomography Scan),” Berk. Saintek, vol. 7, no. 1, pp.
7–12, 2019.

[18] S. Rahadhy and I. Syafitri, “Proteksi Radiasi Pasien Pada Pemeriksaan


Ct-Scan,” Pros. Semin. Keselam. Nukl. 2014, pp. 20–24, 2014.

[19] J. p Lampignano, Bontrager’s Textbook of Radiographic, vol. Ninth Edit,


no. 1. 1959.

[20] I. V. Haftianingtyas, “No Title,” POLTEKKES KEMENKES SEMARANG,


2019.

[21] P. Gede Agus Krisna Yogantara, G. Ngurah Sutapa, I. Made Yuliara, P.


Studi Fisika, and F. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, “Analisis
Dosis Efektif Pada Pemeriksaan Computer Tomography (CT) Scan
Kepala Di RSUD Sanjiwani Gianyar Effective Dose Analysis on
Computer Tomography (CT) Head Scan at Gianyar Sanjiwani Hospital,”
Akreditasi SINTA 4 Mulai, vol. 22, no. 2, pp. 53–59, 2021.

[22] N. Wanara, M. Hamdi, and S. Sinuraya, “Estimasi Nilai Dosis Radiasi


Efektif Pasien Dari Citra Medis Ct Scan Asteion Multi 32 Slice Bagian
Abdomen,” Komun. Fis. Indones., vol. 17, no. 2, p. 80, 2020, doi:
10.31258/jkfi.17.2.80-86.
[23] “23-Article Text-29-1-10-20180906.”

[24] A. S. Syahda, D. Milvita, and H. Prasetio, “Evaluasi Penerapan Proteksi


Radiasi pada Pekerja Radiasi di Instalasi Radiologi RS Naili DBS , RS
Selaguri , dan RS UNAND,” vol. 9, no. 4, pp. 517–523, 2020.

[25] D. Niswatin, W. Cahyawati, and L. Rosida, “Literatur Review: Hubungan


Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Massa Otot pada Lansia,”
Homeostasis, vol. 4, no. 1, pp. 171–180, 2021, [Online]. Available:
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/hms/article/view/3378

[26] Y. C. Chooi, C. Ding, and F. Magkos, “The epidemiology of obesity,”


Metabolism., vol. 92, pp. 6–10, 2019, doi:
10.1016/j.metabol.2018.09.005.

[27] K. Volders, D., Bols, A., Haspeslagh, M., Coenegrachts, “Patient Specific
Organ Dose Assessment in Computed Tomography: Concept and Initial
Results,” Patient Specif. Organ Dose Assess. Comput. Tomogr. Concept
Initial Results, 2018.

[28] A. Perez-Gomez, F., Prieto, C., Torres, H., Zapata, D., Ruiz, C., Romero,
“Body Mass Index: A Predictive Factor of Radiation Dose in Pediatric
Abdominal CT,” Body Mass Index A Predict. Factor Radiat. Dose Pediatr.
Abdom. CT, 2020.

[29] K. Kidoh, M., Nakaura, T., Awai, “Body Size Indices to Determine Age-
and Gender-Specific Dose from Pediatric Head CT,” Body Size Indices to
Determ. Age- Gender-Specific Dose from Pediatr. Head CT, 2015.

[30] K. Osei, E.K., Faulkner, “Investigation into the Relationship between


Patient Size and Dose in Adult Body CT,” Investig. into Relatsh. between
Patient Size Dose Adult Body CT, 2018.

[31] M. G. Abdelaziz, O.S., Khalil, A., Elhak, “Optimization of Scan Protocol


and Radiation Dose in CT of the Paranasal Sinuses,” Optim. Scan Protoc.
Radiat. Dose CT Parana. Sinuses, 2021, [Online]. Available: Egypt J
Radiol Nucl Med.

[32] Y. E. Hong, J., Lee, S.M., Chung, “Feasibility of Iterative Reconstruction


Using Different Subsets of Projection Data in CT: An Experimental
Phantom Study,” Feasibility Iterative Reconstr. Using Differ. Subsets Proj.
Data CT An Exp. Phantom Study, 2017.

[33] A. Carrascosa, P., Capuñ ay, C., Deviggiano, “Patient Radiation Dose
Reduction Using an Anatomy- Specific Anthropomorphic Phantom and
a Z-DOM Protocol for an MDCT Scanner.,” Patient Radiat. Dose Reduct.
Using an Anatomy- Specif. Anthr. Phantom a Z-DOM Protoc. an MDCT
Scanner., 2016.

[34] F. . Szczykutowicz, T.P., Bour, R.K., Rubert, N., Ranallo, “Technique


Factors and Image Quality as Functions of Patient Weight at Abdominal
CT,” Tech. Factors Image Qual. as Funct. Patient Weight Abdom. CT,
2019.

[35] J. G. Toledano, S.R., Newhouse, J.H., Ravenel, “Patient Size and Tube
Current Modulation on Modern CT Scanners: How One Parameter
Affects the Other,” Patient Size Tube Curr. Modul. Mod. CT Scanners How
One Param. Affect. Other, 2015.

[36] W. . Deak, P.D., Smal, Y., Kalender, “Multisection CT Protocols: Sex- and
Age-specific Conversion Factors Used to Determine Effective Dose from
Dose-Length Product,” Multisection CT Protoc. Sex- Age-specific Convers.
Factors Used to Determ. Eff. Dose from Dose-Length Prod., 2017.

[37] H. Liu, Y., Liu, S., Wang, “CT Dose and Image Quality Optimization Based
on Taguchi Method.,” CT Dose Image Qual. Optim. Based Taguchi
Method., 2016.

[38] D. Faggioni, L., Neri, E., Sbragia, P., Pascale, R., Iaia, A., Berzaczy, “80-kV
pulmonary CT angiography with 40 mL of iodinated contrast material
in lean patients: comparison of vascular enhancement with iodixanol
(320 mg I/mL)and iomeprol (400 mg I/mL),” 80-kV Pulm. CT Angiogr.
with 40 mL iodinated contrast Mater. lean patients Comp. Vasc. Enhanc.
with iodixanol (320 mg I/mL)and iomeprol (400 mg I/mL), 2017.

[39] H. Higashigaito, K., Husarik, D.B., Fornaro, J., Leschka, S., Wildermuth,
S., Alkadhi, “High-pitch, low-voltage and low-iodine-concentration CT
angiography of supraaortic arteries: assessment of image quality and
radiation dose with iterative reconstruction.,” High-pitch, low-voltage
low-iodine-concentration CT Angiogr. supraaortic Arter. Assess. image
Qual. Radiat. dose with iterative Reconstr., 2016.

[40] Z. Nakayama, Y., Awai, K., Funama, Y., Liu, D., Nakaura, T., Tamura,
“Lower Tube Voltage Reduces Contrast Material and Radiation Doses
on 16-MDCT aortography,” Low. Tube Volt. Reduces Contrast Mater.
Radiat. Doses 16-MDCT aortography, 2020.

[41] D. Saltybaeva, N., Petrov, A., Ivanov, “Correlation between Body Mass
Index and Total Radiation Dose in Head CT Scans: An Analysis of Large-
Scale Patient Data.,” Correl. between Body Mass Index Total Radiat. Dose
Head CT Scans An Anal. Large-Scale Patient Data., 2016.

[42] K. L. Fowler, J. R., Smith, M. L., Davis, “The Impact of Machine


Parameters on Total Radiation Dose in Head CT Scans: A Comparative
Study. Journal of Radiological Sciences,” Impact Mach. Parameters Total
Radiat. Dose Head CT Scans A Comp. Study. J. Radiol. Sci., 2021.

[43] L. Bechara, M., Garcia, J., Rodriguez, “Impact of Increased BMI on Total
Radiation Dose in CT Scans: A Comprehensive Analysis of Patient Data.
Radiology and Health Sciences,” Impact Increased BMI Total Radiat.
Dose CT Scans A Compr. Anal. Patient Data. Radiol. Heal. Sci., 2019.

[44] K. J. Pierce, S. L., Thompson, R. M., Williams, “Influence of BMI on


Radiation Dose in Different CT Scans: A Comparative Study. Journal of
Radiological Medicine,” Influ. BMI Radiat. Dose Differ. CT Scans A Comp.
Study. J. Radiol. Med., 2020.

[45] E. Altun, A., Yilmaz, S., Cetin, “Lack of Correlation between BMI and DLP
in Head CT Scans: A Study Based on Spearman Correlation Analysis.
Radiology Research Journal,” Lack Correl. between BMI DLP Head CT
Scans A Study Based Spearman Correl. Anal. Radiol. Res. J., 2018.

[46] C. W. Ko, J. H., Lee, S. M., Park, “Consistency of Scanned Area in Head CT
Scans Across Different BMI Categories: A Study of Patient Data.
Radiological Imaging Analysis,” Consistency Scanned Area Head CT
Scans Across Differ. BMI Categ. A Study Patient Data. Radiol. Imaging
Anal., 2017.

[47] S. Katsura, M., Yamada, K., Suzuki, “Lack of Correlation between BMI
and DLP in Head CT Scans: A Study based on Large-Scale Patient Data.
Radiological Imaging Research,” Lack Correl. between BMI DLP Head CT
Scans A Study based Large-Scale Patient Data. Radiol. Imaging Res., vol.
52, no. 6, pp. 890–898, 2018.

[48] L. Khatonabadi, M., Rahman, A., Smith, “Importance of Considering BMI


in CT Examinations, Including Head CT Scans, to Minimize Radiation
Dose. Radiological Safety Journal,” Importance Considering BMI CT
Exam. Incl. Head CT Scans, to Minimize Radiat. Dose. Radiol. Saf. J., 2015.

[49] Q. Liu, Y., Chen, H., Wang, “Consideration of BMI in CT Examination


Planning: Optimization of Images and Radiation Risk Minimization.
Radiological Strategies Journal,” Consid. BMI CT Exam. Plan. Optim.
Images Radiat. Risk Minimization. Radiol. Strateg. J., vol. 48, no. 4, pp.
550–558, 2019.

[50] M. Yamashiro, T., Nakamura, K., Tanaka, “Impact of BMI on DLP in Head
CT Scans: Analysis of Variations in Cranial Thickness. Radiological
Variation Journal,” Impact BMI DLP Head CT Scans Anal. Var. Cranial
Thick. Radiol. Var. J., 2020.
Lampiran 1. Lembar Kerja Data Pemeriksaan CT Scan Kepala

Berat Tinggi
Jenis CTDIVOL DLP
NO Pasien Umur Badan Badan
Kelamin (mGy) (mGy*cm)
(Kg) (Cm)
1 P1 72 Perempuan 98 165 37.70 915.40
2 P2 79 Laki laki 75 168 37.70 915.40
3 P3 54 Perempuan 88 167 37.70 972.00
4 P4 56 Laki laki 68 170 37.70 972.00
5 P5 21 Perempuan 65 165 37.70 953.10
6 P6 41 Perempuan 41 167 37.70 953.10
7 P7 27 Perempuan 50 166 37.70 972.00
8 P8 50 Laki laki 88 170 37.70 915.40
9 P9 19 Laki laki 67 173 37.70. 915.40
10 P10 19 Perempuan 42 168 37.70 934.20
11 P11 23 Laki laki 56 169 37.70 972.00
12 P12 66 Perempuan 82 166 37.70 877.70
13 P13 55 Laki Laki 85 169 37.70 953.10
14 P14 57 Laki Laki 70 173 37.70 915.40
15 P15 70 Perempuan 63 165 37.70 915.40
16 P16 60 Laki Laki 85 168 37.70 896.60
17 P17 49 Laki Laki 78 173 37.70 953.10
18 P18 44 Laki Laki 70 169 37.70 915.40
19 P19 41 Perempuan 65 167 37.70 934.20
20 P20 65 Laki Laki 65 168 37.70 972.00
21 P21 49 Laki Laki 58 169 37.70 915.40
22 P22 42 Laki Laki 89 167 50.20 1068.60
23 P23 71 Laki Laki 70 167 37.70 934.20
24 P24 72 Laki Laki 69 168 37.70 915.40
25 P25 60 Laki Laki 78 170 37.70 972.00
26 P26 49 Laki Laki 60 168 37.70 934.20
27 P27 65 Perempuan 68 166 37.70 915.40
28 P28 63 Laki Laki 79 172 37.70 934.20
29 P29 60 Perempuan 75 167 37.70 877.70
30 P30 70 Laki Laki 78 170 37.70 915.40
Lampiran 2. Hasil Uji SPSS Variabel Deskriptive Sample

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 19 63.3 63.3 63.3
Perempuan 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Lampiran 3. Hasil Uji SPSS Deskriptive Variabel

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BMI 30 14.70 36.00 25.0020 4.82495
CTDI 30 37.70 50.20 38.1167 2.28218
DLP 30 877.70 1068.60 936.8467 36.92546
Valid N (listwise) 30
Lampiran 4. Hasil Uji SPSS Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
BMI .108 30 .200 .978 30 .767
CTDI .539 30 .000 .180 30 .000
DLP .186 30 .010 .854 30 .001
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 5. Hasil Uji SPSS Spearman BMI terhadap CTDIvol

Correlations
BMI CTDI
Spearman's rho BMI Correlation Coefficient 1.000 .290
Sig. (2-tailed) . .120
N 30 30
CTDI Correlation Coefficient .290 1.000
Sig. (2-tailed) .120 .
N 30 30
Lampiran 6. Hasil Uji SPSS Spearman BMI terhadap DLP

Correlations
BMI DLP
Spearman's rho BMI Correlation Coefficient 1.000 -.188
Sig. (2-tailed) . .320
N 30 30
DLP Correlation Coefficient -.188 1.000
Sig. (2-tailed) .320 .
N 30 30
Lampiran 7. Ijin Penelitian

Anda mungkin juga menyukai