Anda di halaman 1dari 18

Pengertian APB-Desa

APB-Desa merupakan rencana tahunan desa yang dituangkan dalam bentuk angka-angka yang
mencerminkan berbagai kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan desa.

APB-Desa terdiri dari bagian penerimaan dan bagian pengeluaran desa dalam satu tahun anggaran, mulai
bulan Januari s/d Desember.

APB-Desa ditetapkan dengan Perdes oleh BPD bersama Kepala Desa selambat-lambatnya satu bulan
setelah ditetapkan APBD Kabupaten.

Pengelolaan APB-Desa dilaksanakan oleh Bendaharawan Desa yang diangkat oleh Kepala Desa atas
persetujuan BPD.

Pengelolaan APB-Desa dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa kepada Masyarakat melalui BPD
selambat-lambatnya 3 bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, APB-Desa merupakan suatu rencana
keuangan tahunan desa yang ditetapkan berdasarkan peraturan desa yang mengandung prakiraan
sumber pendapatan dan belanja untuk mendukung kebutuhan program pembangunan desa
bersangkutan.
Manfaat APB-Desa
a. APB-Desa sebagai panduan bagi pemerintah desa dalam menentukan strategi operasional kegiatan
berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan dana pendukung.
b. Indikator dalam menentukan jumlah dan besarnya pungutan yang dibebankan kepada masyarakat
secara proporsonal.
c. Bahan pertimbangan dalam menggali sumber pendapatan lain di luar pendapatan asli desa, seperti
melalui pinjaman atau jenis usaha lain.
d. Memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk menyelenggarakan administrasi keuangan
desa sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
e. Memberikan arahan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa sekaligus sebagai sarana untuk
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan pemerintahan desa.
f. Gambaran mengenai arah kebijakan pembangunan pemerintah desa setiap tahun anggaran.
g. Memberi isi terhadap model penyelenggaraan pemerintahan desa dalam mewujudkan good
governance.
h. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat melalui perencanaan pembangunan dan pembiayaan
secara komprehensif.
Prinsip-prinsip Penganggaran Desa
Sukasmanto (2004:73) menjelaskan proses penganggaran dipengaruhi oleh beberapa
faktosebagai berikut:

1. Transparansi; menyangkut keterbukaan pemerintah desa kepada masyarakat mengenai


berbagai kebijakan atau program yang ditetapkan dalam rangka pembangunan desa.
2. Akuntabilitas; menyangkut kemampuan pemerintah desa mempertanggungjawabkan kegiatan
yang dilaksanakan dalam kaitannya dengan masalah pembangunan dan pemerintahan desa.
Pertanggungjawaban yang dimaksud terutama menyangkut masalah finansial.
3. Partisipasi masyarakat; menyangkut kemampuan pemerintah desa untuk membuka peluang
bagi seluruh komponen masyarakat untuk terlibat dan berperan serta dalam proses
pembangunan desa.Hal ini sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang menitikberatkan pada
peran serta masyarakat.
4. Penyelengaraan pemerintahan yang efektif; menyangkut keterlibatan masyarakat dalam
penyusunan APB-Desa.
5. Pemerintah tanggap terhadap aspirasi yang berkembang di masyarakat; menyangkut
kepekaan pemerintah desa terhadap permasalahan yang ada dalam kehidupan Masyarakat
dan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan masyarakat.
6. Profesional; menyangkut keahlian yang harus dimiliki oleh seorang aparatur sesuai dengan
jabatannya.
Sumber Pendapatan Desa
Secara umum setiap APBDesa terdiri atas dua bagian, yaitu
(1) Anggaran Penerimaan dan
(2) Anggaran Pengeluaran
Sumber Pendapatan Desa
Dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD), pemerintah desa dapat mendirikan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) yang ditetapkan dengan peraturan desa dalam bentuk badan hukum sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kekayaan desa dapat berupa hasil-hasil dari tanah kas,
pasar desa, bangunan desa, pelelangan ikan, obyek rekreasi dan pemandian umum yang diurus oleh desa,
hutan, serta kekayaan lain milik desa.

Pinjaman desa berasal dari; Sumbangan dari pihak ketiga Desa dapat mengupayakan
peningkatan pendapatan melalui
a. Pemerintah (nasional), pemerintah dapat berbentuk hadiah, donasi, Kerjasama pihak ketiga atas
propinsi, dan pemerintah wakaf, hibah atau sumbangan lain. persetujuan BPD. Bentuk kerjasama
kabupaten; Pemberian sumbangan dimaksud tidak ini meliputi;
mengurangi kewajiban pihak
b. Bank pemerintah. penyumbang kepada desa. Sumbangan a. Kerjasama bidang manajemen.
c. Bank pemerintah daerah. yang berbentuk barang, baik barang
bergerak maupun barang tidak b. Operasional.
d. Bank swasta; dan bergerak dicatat sebagai inventaris c. Bantuan teknis.
e. Sumber-sumber lain yang sah kekayaan milik desa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- d. Patungan.
sesuai peraturan perundang-
undangan. undangan yang berlaku. Sumbangan e. Pembiayaan.
yang berbentuk uang dicantumkan di
dalam APB-Desa. f. Kerjasama bagi hasil.
Alokasi Dana Desa (ADD)
Dalam rangka meningkatkan pemberdayaan, kesejahteraan dan pemerataan pembangunan di perdesaan
melalui dana APBD kabupaten, propinsi dan pemerintah (nasional), maka perlu direalisasikan dalam APBD
masing-masing sebesar 10% untuk dana alokasi desa. Dana tersebut dapat direalisasikan untuk pembangunan
sumber daya manusia dan prasarana penunjang yang dibutuhkan serta mendorong otonomi desa sekaligus
sebagai upaya pemberdayaan pemerintahan desa dan masyarakat.

Belum adanya pola pembagian ADD yang baku menyebabkan pemerintah kabupaten banyak mengalami
kesulitan teknis dalam penyalurannya. Karena alasan teknis banyak diantaranya menempuh cara pembagian
ADD secara ‘bagi rata’ kepada setiap desa di wilayahnya. Pembagian ADD secara merata sebagaimana yang
dilakukan selama ini merupakan cara mudah dan praktis, tetapi pola ini tidak mencerminkan prinsip keadilan
anggaran.

Penentuan bobot desa akan menentukan besarnya penerimaan ADD dari komponen variabel yang didasarkan
pada pertimbangan, indeks kebutuhan desa, potensi dan intensif. Indeks kebutuhan desa dihitung
berdasarkan; (a) luas wilayah desa, (b) jumlah penduduk, (c) jumlah penduduk miskin, (d) ketersediaan
layanan publik, dan (e) keterjangkauan. Semakin besar indeks atau variabel ikutannya, maka semakin kecil
jumlah alokasi dana yang akan diperoleh oleh desa bersangkutan. Indeks kebutuhan memiliki bobot yang
lebih besar dari indeks lainnya (potensi dan insentif).
Rencana Pembangunan dan Penganggaran

Beberapa prasyarat yang perlu dipenuhi dalam proses penganggaran, diantaranya;


1. Pengganggaran dikaitkan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran startegis.
2. Kebijakan dan prioritas alokasi program.
3. Tersedianya anggaran program dan modal investasi.
4. Dilakukan review tahunan terhadap pandapatan dan belanja pembangunan.
5. Keterlibatan stakeholders dalam proses pengambilan keputusan.
6. Standar pelayanan yang jelas dan terukur.
7. Indikator kinerja yang disepakati bersama.
8. Sistem pemantauan, kontrol dan evaluasi anggaran.
9. Transparansi dan akuntabilitas.
10. Menggunakan semua sumber pembiayaan.
Rencana Pembangunan dan Penganggaran

Anggaran Program/Kegiatan Anggaran Kinerja Anggaran Modal Investasi


Anggaran program merupakan Anggaran kinerja berorientasi pada Anggaran modal investasi berkaitan
efisiensi pengelolaan internal dengan pengembangan atau
rencana pendapatan dan program. Anggaran ini mengkaitkan pembangunan aset baru yang bersifat
pengeluaran yang berorientasi belanja dan pendapatan dengan jangka panjang, seperti prasarana
pada program atau kegiatan beban kerja. Kelebihan jalan, sekolah, air bersih, irigasi, dan
pemberdayaan masyarakat. Cara penganggaran kinerja pemukiman. Biasanya untuk keperluan
ini memberikan focus pada hasil memperlihatkan kegiatan dan ini disusun Rencana Investasi atau CIP
kegiatan atau pelayanan yang tingkat pelayanan yang diberikan. (Capital Investment Plan) yang
Anggaran kinerja memberikan
diberikan, yaitu pencapaian tujuan informasi berkaitan dengan kualitas, menggambarkan jadual waktu, biaya
strategis pembangunan desa kuantitas dan produktivitas investasi untuk perbaikan,
(jangka menengah dan jangka pelayanan yang diberikan oleh pembangunan, perluasan dalam jangka
pemerintah atau lembaga lainnya. menengah dan panjang.
panjang)
Disisi lain, anggaran kinerja
memberikan informasi untuk
pengambilan keputusan prioritas
pelayanan.
Prinsip-prinsip Penganggaran

Komposisi harus menggambarkan keseimbangan dan keadilan. Pengeluaran tidak hanya untuk kepentingan individu,
pemerintah atau kelompok tertentu saja, tetapi harus proporsonal agar dapat dinikmati masyarakat, terutama yang
Keadilan Anggaran berkemampuan terbatas. Dengan demikian, anggaran harus mampu menggambarkan nilai rasionalitas dalam menetapkan
prioritas dan tingkat pelayanan yang diterima masyarakat.

Anggaran
Sistem anggaran berimbang dan dinamis, artinya dalam menetapkan komponen pendapatan dan pengeluaran atau belanja
Berimbang dan harus memperhatikan keseimbangan antara pengeluaran rutin dan Pembangunan dengan penerimaan keuangan desa.
Dinamis

Masyarakat harus mampu membaca dan memahami fungsi anggaran dalam konteks rencana jangka panjang desa.
Transparansi Transparansi dan pengetahuan masyarakat yang memadai tentang proses penyusunan dan penetapan pos-pos anggaran
akan mendorong kinerja dan kontrol public terhadap pelaksanaan pembangunan.

Pemerintah desa harus mampu meningkatkan pendapatan asli desa secara rasional dan tidak membebani perekonomian
Kemandirian masyarakat. Menggali sumber pendapatan desa secara optimal dan penerapan efisiensi pengeluaran pembangunan, melalui
strategi pembiayaan yang tepat, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap bantuan pemerintah.
Prinsip-prinsip Penganggaran

Prinsip ini meliputi tindakan pengendalian pembiayaan melalui optimalisasi pemanfaatan, penghematan dan memperjelas
Efektivitas dan kinerja program dalam mempercepat target serta sasaran pembangunan tahunan. Proses yang benar dalam perencanaan
Efisiensi anggaran terlebih dahulu menetapkan pokok kegiatan atau program yang akan dilaksanakan berdasarkan rencana strategis
desa, selanjutnya ditetapkan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan

Penganggaran yang baik akan menetapkan jenis dan skala prioritas dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan.
Prioritas Anggaran Dengan demikian, anggaran yang tersedia dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat dasar dansangat mendesak dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Anggaran yang telah disediakan dalam pos atau pokok-pokok pengeluaran merupakan batas tertinggi dari pengeluaran yang
Disiplin Anggaran diijinkan. Artinya tidak dibenarkan pemerintah atau pelaksana menggunakan biaya untuk pelaksanaan proyek di luar batas
pagu dan pos anggaran yang telah ditetapkan.

Akuntabilitas perencanaan dan pelaksanaan anggaran merupakan keharusan sebagai wujud pertanggungjawaban
pemerintah desa kepada masyarakat. APB-Desa yang disusun harus mampu menunjukkan informasi yang lengkap untuk
Akuntabilitas kepentingan pemerintah, pelaksanaan kegiatan, dan masyarakat. Penggunaan anggaran harus dipertanggung-jawabkan dan
dikontrol melalui mekanisme pelaporan yang telah ditetapkan.
Pedoman Penyusunan APB-Desa
Bupati menetapkan pedoman penyusunan APB-Desa. Pedoman tersebut memuat hal-hal sebagai berikut;

a. Tata cara penyusunan anggaran.


b. Tata usaha keuangan desa.
c. Mekanisme dan persyaratan pengangkatan bendaharawan desa.
d. Pelaksanaan anggaran.
e. Perubahan anggaran.
f. Perhitungan anggaran.
g. Mekanisme pelaporan dan bentuk pertanggungjawaban keuangan desa.
h. Mekanisme pengawasan pelaksanaan anggaran oleh Badan Perwakilan Desa.

Selanjutnya, Kepala Desa bersama BPD menetapkan anggaran pendapatan dan belanja setiap tahun sesuai
peraturan desa.
Peran Masyarakat dalam Penyusunan APB-Desa
Peran masyarakat dalam proses penyusunan APB-Desa, diantaranya;

a. Menyampaikan aspirasi dan masukan kepada BPD dan Pemerintah Desa.


b. Membuat dan mengusulkan Rencana Anggaran alternatif (tandingan) terhadap
Rancangan APB-Desa yang diajukan oleh Kepala Desa dan atau BPD.
c. Terlibat aktif dalam Rapat Dengar Pendapat atau Rapat Paripurna Pembahasan dan
Penetapan APB-Desa.
d. Memberikan dukungan terhadap Rancangan APB-Desa yang partisipatif, transparan,
akuntabel, memihak kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
Peran Masyarakat dalam Penyusunan APB-Desa
Peran masyarakat dalam proses pelaksanaan APB-Desa, diantaranya;
a. Melakukan pengawasan pelaksanaan APB-Desa.
b. Menyampaikan fakta atau bukti penyimpangan pengelolaan APB-Desa kepada pihak-
pihak terkait.
c. Bersedia menjadi saksi atas penyimpangan pengelolaan APB-Desa.
d. Memberikan penilaian pelaksanaan APB-Desa.
e. Menyampaikan usulan perubahan APB-Desa.
f. Mendorong pihak-pihak terkait untuk melaksanakan APB-Desa secara disiplin.
g. Memberikan penghargaan atas keberhasilan Pemerintah Desa dalam pengelolaan
APBDesa.
h. Memberikan penghargaan atas keberhasilan BPD dalam pengawasan (kontrol)
pelaksanaan APB-Desa.
Tahapan Penyusunan APB-Desa
Berikut ini diuraikan langkah-langkah penyusunan APB-Desa yang dikutip dari Tim
P3M-OTDA (2002);

Penyusunan Rancangan APB-Desa


a. Disusun dan diajukan oleh Kepala Desa dan atau BPD.
b. Sebaiknya dikonsultasikan kepada elemen masyarakat, misalnya melalui dialog, rapat
dengar pendapat, dll.
c. Hasil konsultasi digunakan untuk menyempurnakan materi RAPB-Desa.
d. RAPB-Desa yang telah disempurnakan diajukan dalam rapat pembahasan dan
penetapan APB-Desa.
Tahapan Penyusunan APB-Desa
Pembahasan RAPB-Desa
a. Sebelum disampaikan dalam rapat BPD, naskah RAPB-Desa harus sudah diterima oleh
anggota BPD dan Pemerintah Desa (selambat-lambatnya 7x24 jam sebelumnya).
b. RAPB-Desa usulan Kepala Desa disampaikan kepada pimpinan BPD dengan surat pengantar
dari Kepala Desa. RAPDes usulan anggota BPD disampaikan secara tertulis (surat pengantar)
dari pengusul kepada pimpinan BPD.
c. RAPB-Desa yang telah disampaikan kepada Pimpinan BPD, selanjutnya didisposisikan kepada
sekretaris BPD untuk diberi nomor.
d. RAPB-Desa yang telah mendapatkan nomor, diumumkan dalam Rapat Paripurna bahwa
RAPB-Desa telah di perbanyak dan dibagikan kepada semua anggota BPD/Komisi.
e. Penjelasan RAPB-Desa dari pihak pengusul (Pemdes dan atau para pengusul dari anggota
BPD).
f. Pemandangan umum dari angota BPD dan Pemerintah Desa.
g. Pembahasan dalam komisi bersama Pemerintah Desa dan atau pengusul.
h. Pendapat komisi sebagai tahapan menuju pengambilan keputusan.
Tahapan Penyusunan APB-Desa
Persetujuan dan Pengundangan APB-Desa
a. Apabila RAPB-Desa tidak disetujui, maka dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3 x
24 jam sebelum rapat pembahasan kedua, RAPB-Desa harus sudah disempurnakan.
b. Apabila RAPB-Desa yang disempurnakan tersebut belum disetujui, maka diupayakan
melalui pendekatan (loby) beberapa pihak yang belum menyetujui.
c. RAPB-Desa yang telah disetujui BPD, harus sudah disampaikan kepada pemerintah
desa, misalnya selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah rapat BPD untuk
ditandatangani atau disahkan menjadi APB-Desa oleh Kepala Desa.
d. Apabila RAPB-Desa yang diajukan oleh Kepala Desa dan atau sebagian anggota BPD
tidak mendapat persetujuan BPD, maka pemerintah desa dapat menggunakan APB-
Desa tahun lalu.
Tahapan Penyusunan APB-Desa

Peraturan Pelaksanaan APB-Desa


a. Kepala Desa dapat menetapkan kebijakan pelaksanaan APB-Desa yang dituangkan
dalamkeputusan Kepala Desa.
b. Keputusan Kepala Desa tersebut harus disampaikan kepada BPD dengan tembusan
Bupati dan Camat selambat-lambatnya 15 (lima belas hari setelah ditetapkan untuk
keperluan pengawasan.

Anda mungkin juga menyukai