Sintesis Protein
Oleh :
NENY SANDRAWATI
No. BP 1720312019
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER (S2) ILMU BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
SINTESIS PROTEIN
Istilah genetik pertama kali ditemukan oleh Willian Bateson (1905).
“Genetics” berasal dari bahasa Yunani : genno / give birth yang menjelaskan
studi pewarisan dan variasi. Informasi genetik sebuah sel tersimpan di dalam
sekuens-sekuens nukleotida-nukleotida atau yang disebut juga basa DNA yang
terdapat di dalam inti sel. Bagian fungsional dari rantai DNA yang menyandi
sifat-sifat genetik atau sifat-sifat yang diwariskan disebut gen. Jadi, gen adalah
urutan basa nitrogen / basa nukleotida dari DNA yang akan diekspresikan menjadi
protein. Tiap gen akan mensintesa satu protein. Di setiap gen terdiri dari beberapa
kodon. Kodon terdiri dari 3 urutan nukleotida / basa nukleotida. Satu kodon akan
mensintesa 1 asam amino. Kodon yang berbeda bisa mensintesa asam amino yang
sama. Sebuah protein dapat tersusun dari lebih dari satu polipeptida, dan setiap
polipeptida masing-masing memiliki gen tersendiri. Pada tahun 1909, W.
Johannsen pertama kali menggunakan istilah “gene” (gen). Keseluruhan
informasi sifat genetik yang terdapat dalam tubuh suatu makhluk hidup disebut
genom.
Rantai DNA yang panjang tergulung kompak dalam beberapa bagian yang
disebut kromosom. Jadi, setiap kromosom merupakan gulungan atau gelondong
yang memuat sebagian dari rantai DNA. Struktur ini baru tampak apabila terdapat
dalam keadaan terkondensasi, yaitu sesaat sebelum dan pada saat prosese mitosis
(prose pembelahan sel dan nukleus yang terdapat dalam sel-sel somatis). Pada
tahun 1901, Montrogomery menemukan bahwa kromosom-kromosom terdapat
dalam pasangan-pasangan dalam bentuk dan ukuran yang bisa dibedakan.
Kromosom yang berpasangan berasal dari induk jantan dan betina.
Gambar. Contoh kromosom homolog pada trilium ungu (Trilium erectum). 10
kromosom terdiri dari 5 pasang, yang tiap pasang berasal dari induk yang berbeda.
Jumlah pasangan menunjukkan nomer identitas.
Setiap spesies makhluk hidup memiliki jumlah kromosom yang berbeda
satu sama lain. Manusia memiliki 23 pasang kromosom, sepasang diantaranya
merupakan kromosom seks, yaitu kromosom yang menentukan jenis kelamin
seseorang. Sisanya, 22 pasang kromosom, merupakan kromosom autosomal yang
menentukan karakteristik lain dari tubuh seseorang.
Pada sel-sel yang tidak sedang membelah, materi kromosom ini disebut
kromatin, tidak memiliki bentuk tertentu dan terdispersi secara random di dalam
nukleus. Kromatin merupakan struktur benang yang sangat tipis, terdiri dari
protein (sekitar 65%), DNA (sekitar 35%) dan RNA (sekitar 5%). DNA di dalam
kromatin terikat sangat kuat dengan protein yang disebut histon. Histon ini
menjadi molekul DNA yang sangat panjang agar tetap terorganisasi dengan rapi.
Pada saat ini telah dikenal beberapa protein histon dalam kromatin, yaitu H1,
H2A, H2B, H3, dan H4. Di samping histon, terdapat satu kelompok protein lagi di
dalam kromatin, yang disebut non-histon. Protein non-histon dalam kromatin ini
sangat beragam, lebih dari 1000 macam protein, dan jumlahnya sangat sedikit
dibandingkan dengan histon.
DNA memiliki 2 bagian yaitu bagian sandi yang disebut ekson dan bagian
non-sandi yang disebut intron. Umumnya intron memisahkan ekson menjadi
bagian-bagian sandi yang memiliki domain fungsi yang berbeda. Ekson umumnya
memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari intron. Sekuens intron dapat mencapai
20.000 pasang basa.
Gen memberi perintah untuk membuat protein tertentu. Tetapi gen tidak
membangun protein secara langsung. Jembatan antara DNA dan sintesis protein
adalah RNA. Molekul RNA tersusun oleh hanya satu untai polinukleotida, namun
tidak berbentuk lurus melainkan melekuk dan melipat sehingga membentuk suatu
konformasi tertentu. Gula pentosa yang menyusun RNA adalah ribosa. RNA
mengandung komposisi basa nitrogen yang berbeda dengan DNA, yaitu Adenin
(A), Guanin (G), Sitosin (C) dan Urasil (U). Lekukan dan lipatan ini terjadi karena
terbentuknya ikatan hidrogen antar basa Adenin dan Timin (A-T) atau antara
Guanin dan Sitosin (G-C) yang berada pada rantai polinukleotida yang sama.
Ada 3 macam asam ribonukleat atau RNA di dalam sel, baik eukariota atau
prokariota, yaitu :
a. Transkripsi
Transkripsi adalah proses penyalinan kode-kode genetik yang ada
pada urutan DNA menjadi molekul RNA. Proses transkripsi
berlangsung di dalam nukleus pada sel-sel eukariotik atau di dalam
sitoplasma pada sel-sel prokariotik. Transkripsi dari setiap gen akan
menghasilkan RNA untai tunggal yang sekuensnya merupakan
komplemen dari sekuens nukleotida pada salah satu untai DNA untai
ganda. Untai DNA ini disebut untai template (template strand),
sedangkan untai DNA pasangannya sering disebut untai kode (coding
strand). Pada proses transkripsi DNA template dibaca dari arah 3’
5’.
Enzim utama yang berperan pada proses transkripsi adalah RNA
polimerase. Enzim ini tidak memerlukan primer untuk memulai
sintesis RNA.
1. Inisiasi
Tahap ini diawali dengan pengenalan sekuens promoter
RNA polimerase yang dibantu oleh faktor-faktor pengendali
transkipsi. Promoter merupakan sekuens tertentu pda gen yang
merupakan pertanda akan dmulainya proses transkripsi apabila
telah berikatan dengan enzim RNA polimerase. Faktor – faktor
pengendali transkripsi ini berupa protein, dan beberapa yang sudah
dikenal diantaranya TFIIA, TFIIB, TFIID, TFIIE, dan sebagainya.
Pengenalan sekuens promoter mula-mula dilakukan oleh TFIID
(Transcription Factor IID) melalui komponennya yang disebut
TBP (TATA Binding Protein). Setelah TFIID berikatan dengan
sekuens promoter, lalu faktor-faktor transkripsi lain, yaitu TFIIA
dan TFIIC berikatan dengan kompleks ini dan menginduksi
konformasi DNA agar sesuai untuk pengikatan enzim RNA
polimerase. Keseluruhan kompleks yang terbentuk dari faktor-
faktor transkripsi dan RNA polimerase yang terikat pada sekuens
promoter ini disebut “kompleks inisiasi transkripsi”. Ketika
transkripsi diinisiasi, komplek yang terbentuk dari RNA
polimerase dengan promoter ini disebut kompleks terbuka (open
promoter complex).
2. Elongasi
Pada akhir tahap inisiasi, enzim RNA polimerase
mengalami fosforilasi berulang kali yang menyebabkannya terlepas
dari protein-protein faktor transkripsi lainnya. Setelah faktor-faktor
tersebut terlepas, selanjutnya enzim RNA polimerase melanjutkan
pembentukan untai RNA. RNA polimerase akan membaca DNA
cetakan (template) dan mulai melakukan pengikatan nukleotida
yang komplementer dan terjadi pemanjangan untaian DNA.
3. Terminasi
Setelah pemanjangan untaian RNA, diikuti dengan
terminasi yang ditandai dengan lepasnya RNA polimerase dari
DNA yang ditranskripsi.
b. Translasi
1. Inisiasi
Sistesis protein di dalam sel memerlukan kerja sama dari empat
komponen yang membentuk kompleks translasi, yaitu ribosom yang
mengkatalisis pembentukan ikatan peptida; protein-protein faktor
translasi yang membentu ribosom pada setiap tahap translasi; m RNA
yang membaa informasi genetik tentang protein yang disintesis ; dan
aminoasil-t RNA yang membawa asam-asam amino untuk membentuk
untai polipeptida atau ptotein yang disintesis.
Pada saat inisiasi tranlasi, keempat komponen ini bergabung
membentuk kompleks di posisi kodon start dalam untai m RNA.
Pengenalan kodon start dilakukan oleh sub unit kecil dari ribosom
yang sudah berikatan dengan satu set faktor translasi yang disebut IF3.
Kompleks ribosom sub unit kecil – IF3 akan menyusuri untai m RNA
sampai menemukan kodon start (AUG). Ikatan antara kodon start
dengan sub unit kecil ribosom akan diikuti oleh terikatnya metionil-t
RNA, yaitu t RNA yang membawa residu asam asmino metionin
setelah sebelumnya berikatan dengan faktor translasi lainnya yang
disebut IF2, membentuk kompleks yang disebut “kompleks inisiasi
translasi”.
2. Elongasi
Setelah sub unit ribosom bergabung menjadi satu unit yang
lengkap, maka ribosom tersebut akan terbentuk 2 tempat pengikatan,
yaitu tempat pengikatan P (peptidil) dan A (aminoasil). T RNA yang
pertama akan menempati tempat pengikatan P, dan t RNA berikutnya
akan menempati tempat pengikatan A. Kemudian enzim peptidil
transferase menautkan kedua residu asam amino tersebut melalui
pembentukan ikatan amida, dan pada saat yang sama terjadi pemutusan
ikatan asam amino dengan t RNA yang membawanya. Kemudian, t
RNA yang terikat dengan oligopeptida secara otomatis akan berada di
lokasi pengikatan P, dan begitu seterusnya. Pada saat elongasi,
kompleks ini bergerak atau melakukan translokasi, sepanjang untai m
RNA dengan arah 5’ 3’.
3. Terminasi
Pada suatu saat ribosom akan sampai pada kodon stop
(UAA,UAG, atau UGA). Karena tidak ada t RNA yang memiliki
antikodon yang kompleman dengan kodon stop, maka tempat
pengikatan A akan kosong, dan ditempati oleh suatu protein khas yang
disebut RF (Release Factor). Ini menyebabkan translasi berhenti,
kompleks translasi akan terurai dan polipeptida yang dihasilkan akan
terlepas.
Setelah polipeptida terlepas dari kompleks translasi, umumnya
polipeptida-polipeptida ini mengalami modifikasi yang disebut “modifikasi pasca
translasi” sebelum menjadi protein fungsional. Modifikasi ini bertujuan untuk
membentuk atau meningkatkan aktivitas biologis protein, untuk meningkatkan
stabilitas, untuk mengarahkan ke kompartemen subseluler tertentu atau untuk
mempersiapkan protein tersbut agar mudah dieksresikan keluar sel. Modifikasi
pasca translasi yang hampir selalu terjadi adalah pembuangan residu metionin
yang terdapat pada ujung N (Sinaga, 2012).
DAFTAR PUSTAKA