Anda di halaman 1dari 6

JRL Vol.5 No.3 Hal. 219 - 224 Jakarta, ISSN : 0216.

7735,
November 2009 No169/Akred-LIPI/P2MBI/07/2009

PENCEMARAN PESTISIDA DALAM BUDIDAYA


PERTANIAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA
Daru Mulyono
Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi, BPPT
Jl. M.H. Thamrin 8, Gedung II, Lantai 17, Jakarta 10340

Abstract

The using of pesticides for agricultural pest control usually directed to plants, whereas almost of
them are fall into soil. In the soil, the pesticides are very dinamics in concentration, because of
several processes occur, such as chemical, and microbial processes. There are a tend that the
pesticide have bad impact within the soil for crops production, especially the pesticides which have
persistent active ingredient. For this reason, therefore are needed some particular soil management
in order to reduce or overcome the bad impact of pesticides in the soil. The some particular
soil management are: soil tillage, using of organic matter, limming, irrigation, and application of
microbial technique.
Keywors pesticide, pollution

1. Pendahuluan akan terpengaruh kehidupannya dan bahkan


pada tingkat konsentrasi yang cukup tinggi
Dalam upaya membangun sektor pertanian akan mengakibatkan matinya mikroorganis-me
dewasa ini, penggunaan pestisida untuk tersebut (Soepardi, 1979). Bahkan ada sebagian
memberantas hama tanaman sudah merupakan dari pestisida tersebut akan terbawa oleh aliran
suatu kebutuhan. Penggunaan pestisida untuk air dan akhirnya masuk ke sungai sehingga
pembangunan sektor pertanian khususnya untuk berpotensi membahaya-kan hewan ternak
menunjang intensifikasi pertanian dalam upaya (Ardiwinata, AN., 2008).
swasembada pangan terus digalakkan terutama Apabila hal tersebut terus dibiarkan
mulai pada awal 1970. Pestisida yang digunakan berlangsung, akibatnya akan terjadi penurunan
meliputi berbagai jenis dan formulasi bahan daya dukung atau bahkan daya dukungnya
aktifnya yang sebagian besar termasuk golongan dapat merosot sampai di bawah marginal atau
organofosfat, golongan organoklor, dan golongan bahkan kehilangan daya dukung sama sekali.
karbamat (Wudianto, R. 2001). Pada tingkat yang demikian ini daya dukung
Penggunaan pestisida untuk memberantas lingkungan dikatakan telah mencapai nilai kritik.
hama tanaman pada umumnya diarahkan pada Sekali sumberdaya alam itu rusak sangatlah sulit
tanaman, tetapi sebagian besar jatuh ke dalam untuk dapat diperbaiki. Kalaupun kerusakan itu
tanah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh masih dapat diperbaiki akan memerlukan korban
Ardiwinata (2008) kurang lebih 60 % pestisida yang sangat besar.
yang dipergunakan untuk membasmi hama Pestisida yang ada di dalam tanah selalu
tanaman ini akan jatuh ke tanah. Lebih lanjut, mengalami keadaan yang dinamis. Setiap waktu
pestisida dapat mencapai tanah melalui berbagai mengalami penambahan dan pengurangan.
cara, yaitu penyemprotan dari udara, langsung Penambahan pestisida di dalam tanah terjadi
diberikan pada tanah, dan terikut melalui air karena sebagian besar pestisida yang digunakan
hujan atau debu (Soepardi, 1979; Tarumingkeng, akan masuk ke dalam tanah. Pengurangan
1977). Beberapa kelompok mikroorganisme tanah terjadi karena adanya peruraian secara kimiawi

219 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 219-224


(chemical degradation) dan peruraian secara erat sekali hubungannya dengan jerapan adalah
mikrobiologi ( microbial degradation ) yang kadar bahan organiknya. Jerapan pestisida ini
dilakukan oleh mikroorganisme tanah (Walker akan semakin besar dengan semakin tingginya
dan Stojanovic, 1983). Peruraian secara kimiawi kadar bahan organik di dalam tanah. Jerapan ini
terutama terjadi karena adanya reaksi hidrolisa disebabkan oleh adanya gaya Coulomb dan gaya
dan isomerisasi (O’Brien, 1967). Van der Waals (Allison, 1973, Soepardi, 1979).
Selama berada di dalam tanah, pestisida Seperti halnya reaksi-reaksi kima lainnya,
ini mempunyai perangai yang beragam, yaitu penghilangan residu pestisida mengikuti hukum
menguap bersama dengan penguapan air kinetika pertama, yaitu bahwa derajat kecepatan
(condistilation ) dan hilang ke atmosfir tanpa menghilangnya pestisida berhubungan langsung
mengalami perubahan kimia, diserap oleh partikel dengan banyaknya pestisida yang diberikan
tanah, bergerak ke bawah mengalami pencucuian (deposit). Dalam alam, reaksi ini berlangsung
(leaching), bereaksi secara kimia di dalam atau dalam dua tahap proses, yaitu proses disipasi
pada permukaan partikel tanah, dan diambil oleh atau proses menghilangnya residu yang terjadi
hewan atau tumbuh tumbuhan. Semuanya tidak sangat cepat dan proses persistensi atau proses
menyebabkan terjadinya peruraian, sehingga menghilangnya resid Kecepatan menghilangnya
tidak mengurangi jumlah pestisida di dalam residu pestisida seringkali dinyatakan dengan
lingkungan secara keseluruhan (Soepardi, nilai Umur Separuh (half life). Umur Separuh
1979). Selanjutnya karena adanya proses biologi ini didefinisikan sebagai periode sejak mulai
maupun pengaruh faktor lain seperti pengaruh terjadinya deposit pestisida di dalam tanah
sinar matahari terutama sinar ultra ungu/violet sampai dengan setengah dari deposit tersebut
akan menyebabkan terjadinya peruraian yang tersisa sebagai residu. Dalam istilah teknis
akan dapat mengurangi jumlah/total pestisida. dituliskan dengan simbol RL 50 (Residual Life
Dalam jumlah yang relatif sedikit, pestisida yang 50) (Tarumingkeng, 1977).
ada di dalam tanaman dapat hilang sama sekali
karena proses pertumbuhan tanaman itu sendiri
2. Dampak Pemanfaatan Pestisida
(Tarumingkeng, 1977).
Berkaitan dengan adanya proses Secara garis besar ada tiga faktor yang
penguapan (volatilisasi) pestisida ini, Guenzi dan menentukan kehadiran masalah pestisida ini,
Beard (1970) mengadakan percobaan terhadap yaitu:
insektisida DDT dan Lindane, menunjukkan
bahwa nilai volatilisasi insektisida tersebut 1) P e n g g u n a a n p e s t i s i d a s e c a r a
pada tanah dengan kadar air dibawah titik layu berkesinambungan. Penggunaan yang
permanen, tergantung pada temperatur tanah, demikian ini akan mengakibatkan beberapa
sifat jerapan tanah, dan konsentrasi pestisida. spesies hama secara berangsur akan menjadi
Pada tanah yang bertekstur halus, seperti tanah semakin toleran terhadap pestisida. Menurut
lempung, proses volatilisasi akan berjalan lebih Dasmann (1973), kecepatan timbulnya
lambat dibanding dengan tanah-tanah yang kekebalan/toleransi ini tergantung pada
bertekstur lebih kasar. jumlah penggunaan pestisida dan lamanya
waktu antara dua generasi serangga/hama.
Dalam hubungannya dengan jerapan Keadaan demikian ini akan menyebabkan
pestisida oleh partikel tanah, Kermit (1978) penggunaan pestisida yang semakin
mengistilahkan adanya Ratio Jerapan Pestisida meningkat.
(Pesticides Adsorption Ratio). Ratio Jerapan
Pestisida menunjukkan perbandingan banyaknya 2) Beberapa pestisida yang digunakan tidak
pestisida yang dijerap oleh partikel tanah dengan segera dirombak secara mikrobiologis
pestisida yang digunakan. Kecenderungan ataupun diurai secara kimiawi dan cenderung
pestisida dijerap oleh partikel tanah sebagian tetap berada dalam lingkungan untuk waktu
besar ditentukan oleh ciri dan sifat kimia pestisida yang lama. Ditinjau dari segi pemberantasan
itu sendiri disamping ditentukan pula oleh ciri dan hama, hal ini memang memberi keuntungan,
sifat tanah sebagai media pestisida, seperti tipe tetapi ditinjau dari segi kesuburan tanah hal
lempung dan derajat kejenuhan kation lempung ini kurang menguntungkan.
(Yaron, 1978). Adanya kelompok fungsional 3) Pestisida yang dipergunakan sebagian besar
tertentu, seperti: -OH; -NH2; -NHR; -CONH2; akan masuk ke dalam tanah (Soepardi, 1979;
-COOR, dan R3N dalam struktur molekulnya Tarumingkeng, 1977).
merangsang terjadinya jerapan. Ciri tanah yang Ketiga faktor tersebut mengantar pada

220 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 219-224


pokok permasalahannya yaitu pengaruh merusak hama, yang terkenal adalah Bacillus
pestisida terhadap mikroorganisme tanah yang thuringiensis (Bt). Bakteri ini dapat digunakan
bukan merupakan sasarannya. Seperti diketahui untuk mengendalikan Lepidoptera,
bahwa kesuburan tanah bukan hanya merupakan Hymenoptera, diptera, dan coleoptera.
perpaduan dari aspek kimia tanah, fisika tanah, Bakteri ini dapat menghasilkan kristal protein
ataupun morfologi tanah, tetapi terkandung pula toksin yang dapat mematikan serangga
aspek mikrobiologi tanah. Dengan terpengaruhnya hama. Selain itu ada bakteri lain seperti
kehidupan mikroorganisme tanah oleh pestisida, Pseudomonas aeruginosa dan Proteus
akan mengakibatkan penurunan produktivitas vulgaris untuk mengendalikan belalang,
sumberdaya tanah itu sendiri. Pseudomonas septica dan Bacillus larvae
Adanya kecenderungan pestisida yang untuk hama kumbang, Bacillus sphaericus
berpengaruh buruk terhadap sumberdaya untuk mengendalikan nyamuk, dan B. Moritai
tanah, maka diperlukan beberapa penanganan untuk mengendalikan lalat.
khusus. Penanganan ini terutama ditujukan untuk (c) Jamur yang termasuk entomophagus dapat
menekan tingkat pestisida yang ada di dalam digunakan untuk mengendalikan hama.
tanah. Turunnya tingkat pestisida di dalam tanah Sebagai contoh Metarhizium anisopliae
diharapkan pengaruhnya kurang berarti terhadap dapat digunakan untuk mengendalikan
kehidupan mikroorganisme tanah. Secara garis kumbang Rhinoceros dan belalang cokelat.
besar penanganan dapat digolongkan menjadi Beauveria bassiana untuk mengendalikan
dua bagian: kumbang kentang, Nomurea rilevi untuk
1) Memilih dan membatasi penggunaan mengendalikan lepidoptera, Paecylomyces
pestisida, dengan tanpa mengurangi arti lilacinus dan Gliocladium roseum dapat
dalam pemberantasan hama. Pemilihan digunakan untuk mengendalikan nematoda.
terhadap pestisida terutama ditujukan (Sumiarsih, 2003).
pada jenis pestisida yang cepat terurai 3) Mengelola tanah sedemikian rupa sehingga
(non-persisten). Pembatasan penggunaan pestisida itu mencapai tingkat dibawah nilai
pestisida dilakukan dengan penerapan sistem kritik. Daya biosida dari pestisida itu menjadi
pengendalian hama terpadu (integrated pest kurang mempan berpengaruh terhadap
control). Sistem ini merupakan perpaduan kehidupan mikroorganisme tanah.
harmonis antara cara pemberantasan biologi,
cara bercocok tanam, dan penggunaan
3. Upaya Penanganan Pencemaran
pestisida. Aspek ini lebih condong pada
bidang hama dan penyakit tanaman. Seperti diketahui bahwa pestisida di dalam
2) Penggunaan biopestisida yang menggantikan tanah dapat terurai karena adanya kegiatan
pestisida kimia sintetik yang banyak mikroorganisme tanah, disamping karena
mencemari lingkungan. Biopestisida ini adanya proses peruraian secara kimiawi. Dengan
menggunakan parasit, hiperparasit, dan berpedoman atas kaidah ini maka berarti bahwa
predator dari hama yang menjadi sasaran. setiap usaha yang mempengaruhi kegiatan
Beberapa keuntungan penggunaan mikroorganisme tanah akan mempengaruhi pula
biopestisida ini adalah: terhadap perombakan pestisida yang ada di dalam
(a) dapat berkembang biak secara cepat tanah. Dengan menciptakan lingkungan yang
dalam jasad inangnya (hospes), lebih baik bagi kehidupan mikroorganisme tanah
sangat diharapkan akan lebih memperlancar
(b) dapat bertahan hidup di luar hospes,
terjadinya peruraian pestisida yang ada di dalam
(c) sangat mudah tersebar di alam. tanah, dengan cara pengelolaan tanah sebagai
Ada beberapa mikroorganisme yang telah berikut:
dikembangkan dan cukup efektif seperti:
(a) Virus penyebab penyakit hama, seperti NPV 1) Pengolahan Tanah
(nuclear polyhidrosis virus), CPV (cytoplasmic Adanya pengolahan tanah akan menyebabkan
polyhidrosis virus ), dan GV ( granulosis terjadinya perbaikan aerasi tanah karena
virus) untuk mengendalikan Lepidoptera. pengelolaan tanah dapat merangsang terjadinya
Baculovirus untuk mengendalikan pembentukan agregat tanah (Soepardi, 1979).
Lepidoptera, Hymenoptera, dan diptera. Tanah yang beraerasi baik akan dapat meningkatkan
(b) Bakteri yang dapat mematikan serangga kegiatan mikroorganisme tanah, termasuk kegiatan

221 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 219-224


memetabolisasi pestisida. Lebih lanjut dikatakan terhadap insektisida Malathion menunjukkan
oleh Waksman (1973) bahwa adanya pengolahan bahwa besarnya perombakan insektisida
tanah akan mengakibatkan terjadinya pengawetan Malathion tersebut secara langsung tergantung
kadar air tanah yang sangat menguntungkan pada pH tanah. Semakin tanah bereaksi asam,
bagi bagi perkembangan mikroorganisme tanah. semakin kecil terjadinya perombakan pestisida
Penelitian yang dilakukan oleh Barlow dan Hadaway tersebut. Dibawah kondisi tanah yang sangat
(dalam Guenzi dan Beard, 1970) pada tanah yang alkalis (pH > 9) setelah selang waktu inkubasi
diperlakukan dengan insektisida Lindane, Dieldrin, 24 jam di dalam tanah, insektisida Malathion
dan DDT menunjukkan bahwa dengan semakin tersebut sudah tidak terdeteksi lagi. Demikian
besarnya kadar air tanah akan meningkatkan pula penelitian yang dilakukan oleh Munnecke
perpindahan insektisida dari tanah ke udara melalui dan Hsieh (1975) terhadap insektisida Parathion
proses penguapan. cenderung lebih mudah dirombak (dimetabolisasi)
oleh mikroorganisme. Lebih lanjut penelitian
2) Penggunaan Bahan Organik yang dilakukan oleh Paschal dan Neville (1976)
terhadap insektisida Malaoxon, menunjukkan
Penanaman tanaman pupuk hijau yang
bahwa pada reaksi tanah yang semakin asam
digunakan untuk menambah bahan organik
akan menyebabkan terjadinya penundaan umur
tanah dalam jumlah yang cukup banyak
separuh (half life).
bertujuan untuk memperbaiki kondisi mikrobiologi
tanah. Diutamakannya pemberian pupuk hijau
4) Pengairan
dikandung maksud karena pupuk hijau ini lebih
mudah tersedia sebagai bahan makanan bagi Salah satu tujuan pengairan adalah untuk
mikroorganisme tanah. Pemberian pupuk hijau ini menyingkirkan senyawa-senyawa yang bersifat
biasanya dilakukan pada saat tingkat sukulensi racun (Gandakoesoemah, 1975), termasuk
bahan organik mencapai maksimum. Sukulensi pestisida. Dengan pengairan akan terjadi proses
membantu mempercepat perombakan karena pencucian (leaching) dan dapat menghanyutkan
pada saat itu kadar lignin dan senyawa lain pestisida yang larut ke dalam air. Dengan
yang tahan serangga mikroorganisme masih pengairan akan dapat meningkatkan kadar air
rendah. Terjadinya proses perombakan yang tanah, dimana kadar air tanah yang relatif besar,
cepat ini akan diikuti pula dengan meningkatnya sangat menguntungkan bagi kehidupan mikro-
populasi maupun keragaman mikroorganisme organisme tanah. Penelitian yang dilakukan
tanah. Dikatakan bahwa tingkat bahan organik oleh Bowman dan kawan-kawan (dalam Guenzi
tanah merupakan faktor penting untuk terjadinya dan Beard, 1970) menunjukkan bahwa adanya
perombakan pestisida secara mikrobiologis air akan dapat menyingkirkan sebagian besar
(Alexander, 1981). Lebih lanjut penelitian insektisida di dalam tanah, dan adanya air
Malathion menunjukkan bahwa terjadinya proses akan dapat menyebabkan terjadinya deaktifasi
perombakan secara mikrobiologis terhadap insektisida.
insektisida, akan semakin bertambah besar
dengan semakin meningkatnya kadar bahan 5) Penerapan Teknik Mikrobiologi
organik tanah (Walker dan Stojanovic, 1983).
Penerapan teknik mikrobiologi ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa spesies mikro-
3) Pengapuran
organisme tanah tertentu yang berkemampuan
Pengapuran ini terutama dilakukan tinggi untuk dapat mengurai pestisida. Tidak
pada tanah-tanah yang bereaksi asam, yang semua jenis mikroorganisme tanah terpengaruh
bertujuan tidak hanya untuk lebih meningkatkan kehidupannya karena pemberian pestisida.
ketersediaan unsur hara saja, tetapi juga untuk Bahkan beberapa mikroorganisme tertentu
meningkatkan kegiatan mikroorganisme tanah. justru dapat mempergunakan pestisida sebagai
Kebanyakan mikroorganisme tanah cenderung pembangun tubuh atau sebagai sumber enersinya
dapat hidup lebih baik pada kisaran keasaman (Elliot dan Donawa, 1976). Penelitian terhadap
tertentu yang mendekati netral (Alexander, 1961). 18 spesies bakteri tanah menunjukkan bahwa
Rupanya adanya reaksi tanah yang semakin lima diantaranya mampu untuk merombak
asam akan menghambat terjadinya proses mathion dari 47 % menjadi 95 %. Ternyata
perombakan pestisida karena terhambatnya diketahui bahwa jenis Arthrobacter sp mempunyai
kegiatan mikroorganisme. Penelitian yang kemampuan paling besar dalam merombak
dilakukan oleh Walker dan Stojanovic (1983) insektisida malathion tersebut (Walker dan

222 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 219-224


Stojanovic, 1983). Lebih lanjut telah diketahui Daftar Pustaka
pula bahwa jenis Achromobacter sp, Arthrobacter
sp, Corynebacterium sp, Flavobacterium sp, dan 1. Alexander, M. 1981. Introduction to Soil
Mycoplana sp, sangat efektif dalam merombak Microbiology. John Wiley & Sons Inc. New
herbisida 2-4 Dichlorophenoxyacetic acid York.
(Alexander, 1981). 2. Allison, F.E. 1973. Soil Organic Matter
and Its Role in Crop Production. Elsevier
6) Imobilisasi Scientific Publishing Company, Amsterdam.
Agar residu pestisida di dalam tanah 1961.
tersebut tidak terbawa aliran air maka residu itu 3. Ardiwinata, AN. 2008. Arang Aktif Sebagai
perlu ditahan dengan suatu bahan yang dapat Pengendali Residu Pestisida. Dinas
menyerap (imobilisasi), yakni arang aktif yang Pertanian Propinsi Jawa Barat
memiliki kemampuan menyerap polutan. Arang 4. Dasmann, F.R.; J.P. 1973. Milton, dan
aktif dapat dibuat dari limbah pertanian yang P.H. Freeman. Prinsip Ekologi untuk
melimpah yaitu sekam padi atau tempurung Pembangunan Ekonomi. Penerbit P.T.
kelapa, atau limbah pertanian lainnya melalui Gramedia, Jakarta.
proses pemanasan yang tinggi. Berdasarkan
5. Elliot, A.P. dan A. Donawa. 1976. Effect
hasil penelitian menunjukkan bahwa arang aktif
of 1,2 - Dibromo - 3 - Chloropropane on
yang berasal dari sekam padi dan tempurung
Oxygen Uptake and Population of Soil
kelapa memiliki daya serap yang tinggi. Dari
Microorganisms. Soil Sci. 124 (6) : 332-
hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
333.
arang aktif di tanah dapat menurunkan residu
pestisida organoklorin (lindan, aldrin, dieldrin, 6. Gandakoesoemah. 1975. Ilmu Irigasi.
DDT, endosulfan dan heptaklor), organofosfat Penerbit Sumur, Bandung.
(klorpirifos, diazinon) dan karbamat (karbofuran) 7. Guenzi, W.D. dan W.E. Beard. 1970.
dengan kisaran 70-90%. Dengan demikian Volatilization of Lindane and DDT from Soil.
apabila konsentrasi residu pestisida di dalam Soil Sci. Am. Proc. 34 (3) : 443-447.
tanah dapat dikendalikan maka konsentrasi residu 8. Kermit. S.L. 1978. Sorption of Pesticides
pada produk pertanian pun akan dapat ditekan. by a Model Soil and Agronomic Soil, Rates
(Ardiwinata AN, 2008). and Equilibria. Soil Sci. 127 (2) : 94-101.
9. Munnecke. D.M. dan D.P.H. Hsieh. 1975.
4. Kesimpulan Microbial Metabolism of a Parathion-Xylene
Pesticide Formulation. Appl. Microbiology
Penggunaan pestisida untuk memberantas 30 (4) : 575-580.
hama dan penyakit tanaman dalam rangka 10. O’Brien. R.D. 1967. Insecticides Action and
meningkatkan produksi pertanian harus Metabolism. Academic Press. Inc., New
dikendalikan. Penggunaan pestisida harus York.
didasarkan atas keterangan tentang ambang
11. Paschal D.C. dan M.E. Neville. 1975.
kerusakan ekonomi, pengetahuan tentang biologi
Chemical and Microbial Degradation
dan pengetahuan tentang ekologi organisme
of Malaoxon in an Illionis Soil. Journal
sasaran dan bukan sasaran untuk mencegah
Environ. Quality 5 (4) : 441-443.
atau sedapat mungkin mengurangi akibat-akibat
buruk yang kemungkinan dapat ditimbulkannya. 12. Soepardi. G. 1979. Sifat dan Ciri Tanah.
Ruang lingkup konsep pengendalian pestisida Jilid I dan II. Institut Pertanian Bogor.
tidak hanya mencakup tentang pemilihan atau 13. Sumiarsih S. 2003. Mikrobiologi Dasar.
pemberantasan penggunaan pestisida, tetapi Universitas Diponegoro, Semarang.
harus mencakup pula usaha penekanan tingkat 14. Tarumingkeng. R. 1976. Dinamika Pestisida
pestisida itu sendiri yang ada di dalam tanah. Dalam Lingkungan. Dalam : Aspek Pestisida
Pemecahan terhadap masalah ini di Indonesia. Lembaga Pusat Penelitian
memerlukan tindakan teladan yang melembaga Pertanian Bogor. Hal: 52-58.
dengan program dan jangkauan luas. Diperlukan 15. Waksman. S.A. 1963. Soil Microbiology.
perencanaan “preventif” yang pada dasarnya John Wiley & Sons, New York.
adalah memasukkan semua akibat lingkungan
itu sendiri.

223 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 219-224


16. Walker, W.W. dan B.J. 1983. Stojanovic. 18. Wudianto R. 2001. Petunjuk Penggunaan
Microbial Versus Chemical Degradation of Pestisida. Cetakan XI. Penebar
Malathion in Soil. Journal Environ. Quality Swadaya.
2 (2) : 229-232. 19. Yaron. B. 1978. Some Aspect of Surface
17. ------------------------------ 1974. Malathion Interactions of Clay With Organophos-
Degradation by An Arthrobacter Species. phorus Pesticides. Soil Sci. 125 (4) : 210-
Journal Environ. Quality 3 (1) : 4-10. 213.

224 JRL Vol. 5 No. 3, November 2009 : 219-224

Anda mungkin juga menyukai