Anda di halaman 1dari 3

TAUQIT MUKHLIS DIANSYAH / 21.1.1.

081-AN

OTONOMI DAERAH

1. Secara konseptual, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan
utama yang meliputi tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang
ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah diantaranya
adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai melalui
pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara
pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan serta pembaharuan manajemen birokrasi
pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan Indeks
pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.

Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah memiliki
peranan yang penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di daerahnya masing-
masing. Hal ini terutama disebabkan karena dalam otonomi daerah terjadi peralihan
kewenangan yang pada awalnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini menjadi
urusan pemerintahan daerah masing-masing.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pelaksanaan otonomi daerah, terdapat beberapa


faktor penting yang perlu diperhatikan, antara lain : faktor manusia yang meliputi kepala
daerah beserta jajaran dan pegawai, seluruh anggota lembaga legislatif dan partisipasi
masyarakatnya. Faktor keuangan daerah, baik itu dana perimbangan dan pendapatan
asli daerah, yang akan mendukung pelaksanaan pogram dan kegiatan pembangunan
daerah. Faktor manajemen organisasi atau birokrasi yang ditata secara efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan pengembangan daerah.

2. Regulasi yang tumpang tindih


Pemda menghadapi tantangan administratif karena belum adanya regulasi yang
mengikat dan adanya tumpang tindih birokrasi yang menghambat kinerja dalam
menjalankan program terkait lingkungan dan perubahan iklim.

Pendanaan yang minim


Tantangan berikutnya adalah tantangan finansial.
Anggaran lingkungan hidup bertujuan untuk membiayai berbagai program yang
berorientasi pada lingkungan dan mitigasi perubahan iklim di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), seperti program pembangunan hijau
maupun program konservasi.

Kesadaran politis mengenai isu iklim


Dalam menjalankan programnya, pemda juga dihadapkan pada tantangan politis,
seperti rendahnya kesadaran para pemangku kepentingan akan masalah lingkungan dan
perubahan iklim.

Rendahnya pengetahuan mengenai isu lingkungan dan iklim


Tantangan terakhir adalah tantangan teknis pada saat menjalankan program lingkungan
dan pengendalian iklim.
Isu yang paling sering dihadapi ialah ketidaksetaraan pemahaman mengenai risiko iklim
antar pemangku kepentingan daerah. Perbedaan pandangan menyebabkan tidak
selarasnya perencanaan program-program yang berkaitan dengan isu tersebut.

3. Berkaitan dengan implementasi otonomi daerah, masyarakat dapat berperan serta


secara
aktif dalam menyumbangkan pikiran dan tenaganya, yang artinya masyarakat dapat
berperan juga dalam merencanakan suatu keputusan atau kebijakan serta rencana
untuk dioptimalisasikan juga dengan tenaganya. Dimana hal ini lebih kearah
transparansi menyuarakan pendapat dan turut terlibat dalam kegiatan.

4. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun


2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang mengatur pemilihan
kepala daerah dilakukan secara langsung dan untuk memberikan kepastian hukum
dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang berlandaskan kedaulatan rakyat dan
demokrasi.

Maka perlu dilakukan perubahan terhadap ketentuan mengenai tugas dan wewenang
DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 2
Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
Perubahan dilakukan sebagai konsekuensi atas perubahan undang-undang tentang
pemilihan
gubernur, bupati, dan walikota yang mengatur wakil kepala daerah dipilih secara
berpasangan dengan kepala daerah. Sehingga perlu diatur pembagian tugas antara
kepala daerah dan wakil kepala daerah agar tidak terjadi disharmoni dan dan perlunya
pengaturan mekanisme pengisian jabatan kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam
hal terjadi kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan.

Anda mungkin juga menyukai