Anda di halaman 1dari 26

IMPLEMENTASI APLIKASI INLISLITE DALAM MENINGKATKAN LAYANAN

PERPUSTAKAAN DI DINAS KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI


SUMATERA BARAT

PROPOSAL PENELITIAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar

NURHASANAH

19234045

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN ILMU INFORMASI

DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji beserta syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang mana telah
melimpahkan rahmat beserta karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
pnelitian ini dengan baik. Proposal penelitian ini berjudul “Implementasi Aplikasi Inlislite
Dalam Meningkatkan Layanan Perpustakaan Pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
Provinsi Sumatera Barat”. Proposal penelitian ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Seminar.

Dalam penyusunan dan penulisan proposal penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab, penulis menyampaikan terima kasih secara
khusus kepada dosen pengampu Ibuk Dr. Yona Primadesi, M.Hum.

Penulis menyadari dalam penulisan proposal penelitian ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik serta saran yang membangun dari pembaca. Semoga
proposal penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Atas perhatian dari pembaca,
penulis mengucapkan terima kasih.

padang, Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perpustakaan sangat berperan dalam pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian


informasi yang mana harus berhadapan dengan teknologi informasi. Perkembangan
perpustakaan dalam beberapa dasawarsa telah banyak dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi informasi. Perpustakaan dianggap sebagai sebuah institusi yang ketinggalan
zaman dan tidak berkembang, tanpa adanya sentuhan teknologi informasi. Perkembangan
perpustakaan pada saat sekarang ini dapat dijadikan bukti dari manfaatnya teknologi
informasi pada perpustakaan, yang mana diawali dari perpustakaan konvensional dan
sekarang menjadi perpustakaan digital.

Dinamika perpustakaan terus berubah mengalami berbagai inovasi dan terus


menambah pada berbagau aspek kehidupan masyarakat. Modernisasi perpustakaan juga
telah diadopsi dalam Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan Bab V
pasal 14 ayat 3, bahwa setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai
dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perpustakaan sebagai institusi
pengelola informasi, dituntut agar memiliki standar kinerja tinggi, meningkatkan kualitas
layanannya dan senantiasa menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi
terkini serta kebutuhan masyarakat di era digitalisasi dan globalisasi informasi sehingga
layanan perpustakaan diarahkan pada pembangunan perpustakaan digital. Tanpa adanya
kemampuan membangun dan mengembangkan layanan perpustakaan ke arah digital,
maka perpustakaan akan tertinggal jauh dan juga kurangnya memiliki daya saing yang
tidak optimal dalam memberikan pelayanan. Pemustaka pasti akan memerlukan informasi
yang up date dan sangat menarik, maka dari itu diperlukan penyediaan informasi secara
cepat, tepat dan akurat hanya dapat diwujudkan dengan menerapkan teknologi informasi
dan komunikasi perpustakaan, terutama untuk kegiatan pengadaan, pengolahan dan
pelayanan pada pemustaka.

Teknologi informasi di perpustakaan selalu menjadi tolak ukur dari sebuah


perpustakaan. Hal ini tentu tidak bisa dipungkuri mengingat tuntunan masyarakat yang
memang sudah kenal dengan segala macam bentuk teknologi informasi. Pemanfaatan
teknologi informasi di perpustakaan dapat difungsikan sebagai sistem informasi
manajemen perpustakaan. Dapat pula sebagai sarana dalam mendapatkan, menyimpan,
dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Menurut
Mukhsin (2008: 32) bentuk ini sering juga disebut dengan perpustakaan digital.

Secara khusus pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan dapat memberikan


dampak yang begitu besar dalam pelaksanaannya. Seperti layanan sirkulasi yang
mencakup peminjaman, pengembalian, dan denda yang dulunya dilakukan secara manual
dan terkesan lambat sekarang bisa dilakukan secara cepat dan tepat waktu. Secara
otomatis hal ini berdampak pula dalam peningkatan pelayanan di perpustakaan.

Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat salah satu perpustakaan
daerah yang telah menggunakan otomasi perpustakaan dalam meningkatkan
layananannya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, Dinas Kearsipan
dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat sudah berupaya melakukan perkembangan
teknologi informasi. Hal ini menunjukkan adanya pembaharuan secara terus menerus
pada manajemen perpustakaan. Perpustakaan ini sudah cuku layak dan maju dalam segi
teknologi dan informasi. Perpustakaan ini sudah menerapkan teknologi informasi dalam
setiap kegiatan seperti pengolahan, penyajian dan pelayanan informasi seperti layanan
sirkulasi yang sudah memakai aplikasi Inlislite dan pencarian melalui OPAC.

Menurut Hendriani (2009), di era teknologi seperti sekarang ini, otomasi


perpustakaan sangat berperan penting untuk diterapkan dalam perpustakaan agar dapat
memudahkan dalam pembuatan katalog, memudahkan dalam layanan sirkulasi. hal ini
menjadi pekerjaan rutin dalam pengolahan bahan pustaka yang semulanya dilakukan
secara manual sedikit demi sedikit dapat dihilangkan dan diganti dengan cara otomasi
yang menghemat biaya, tenaga dan waktu.

Dari uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam
lagi mengenai hal apa yang melatarbelakangi penerapan dan peran inlislite dalam
meningkatkan layanan perpustakaan pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi
Sumatera Barat. Oleh karena itu, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan
judul “Implementasi Aplikasi Inlislite Dalam Meningkatkan Layanan Perpustakaan Di
Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat”
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana peran aplikasi inlislite dalam meningkatkan kinerja pengelola


perpustakaan pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat?
2. Bagaimana implementasi aplikasi inlislite dalam meningkatkan layanan
perpustakaan di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat?
3. Apa saja hambatan yang dihadapi pada penerapan aplikasi inlislite dalam
meningkatkan layanan perpustakaan pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
Provinsi Sumatera Barat?

C. Fokus Masalah

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi penelitian ini serta menghindari
adanya ketidakpahaman, maka peneliti menganggap perlu mengemukakan pengertian dari
beberapa kata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi merupakan
pelaksanan atau penerapan dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu untuk kepentingan
yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun
sebelumnya.

Inlislite merupakan program aplikasi sistem otomasi perpustakaan yang memiliki


fungsi sebagai sarana pengelolaan data perpustakaan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Selain itu inlislite juga di kembangkan secara resmi oleh perpustakaan
nasional Republik Indonesia dalam menghimpun koleksi digital, disamping untuk
membantu upaya pengembangan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan berbasis
teknologi informasi dan komunikasi.

Menurut Prastowo (2012), Layanan perpustakaan adalah upaya yang dilakukan


dengan oleh pustakawan agar bahan-bahan pustaka dapat dimanfaatkan dan
diberdayagunakan dengan optimal oleh para pengguna perpustakaan, sehingga
perpustakaan dapat menjalankan seluruh fungsinya dengan baik.

Otomasi perpustakaan adalah penerapan teknologi informasi untuk kepentingan


perpustakaan mulai dari pengadaan hingga ke jasa informasi bagi pembaca (Hs, 2001)
Jadi, sebelum penulis sudah mengemukakan satu persatu kata dalam judul tersebut
adapun fokus penelitian ini adalah Implementasi Aplikasi Inlislite Dalam Meningkatkan
Layanan Perpustakaan Di Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat.
Deskripsi fokus dalam penelitian ini adalah proses Implementasi Aplikasi Inlislite Dalam
Meningkatkan Layanan Perpustakaan Di Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Provinsi
Sumatera Barat dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam perpustakaan, maka
segala hal yang akan dilakukan oleh pustakawan agar bahan-bahan pustaka dapat
dimanfaaatkan oleh pengguna atau pemakai dengan optimal oleh para pengguna
perpustakaan.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitiannya sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peran Inlislite dalam meningkatkan kinerja pengelola


perpustakaan pada Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat
2. Untuk mengetahui penerapan inlislite dalam meningkatkan layanan perpustakaan
pada Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat
3. Untuk mengetahui apa saja dan bagaimana hambatan yang dihadapi pada
penerapan inlislite dalam meningkatkan layanan perpustakaan pada Dinas
Kearsipan Dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat

E. Manfaat Penelitian

Berikut dibawah ini merupakan manfaat penelitian, yaitu :

1. Secara Ilmiah
Sebagai suatu karya ilmiah yang dapat memberi kontribusi bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di bidang perpustakaan dan informasi,
khususnya masalah yang berkaitan dengan penerapan teknologi informasi dalam
menunjang kinerja pustakawan serta dapat berguna sebagai referensi atau
pedoman untuk kegiatan penelitian yang sejenisnya pada waktu yang akan datang.
2. Secara Praktis
a. Memberikan masukan kepada tenaga pengelola perpustakaandankhususnya
pengguna dan tenaga pengelola Perpustakaan di perpustakaan daerah Sinjai
yang berkaitan dengan penerapan teknologi informasi untuk meningkatkan
kinerja layanan perpustakaan.
b. Diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap pembaca bahwa
penerapan teknologi informasi di perpustakaan sangat dibutuhkan untuk
mendukung kehidupan baik di bidang akademik maupun bidang non akademik
serta menambah wawasan dalam penerapan teknologi informasi di
perpustakaan.
BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Perpustakaan Umum

1. Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum menurut Sulistyo Basuki (1991) merupakan perpustakaan


yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum. Di dalam
buku Etika Kepustakawan (2006, h.30) perpustakaan umum merupakan perpustakaan
yang melayaniseluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakan, status
sosial, suku, agama, pendidikan dan lain sebagainya. Perpustakaan umum adalah
suatu perpustakaan yang sebahagian atau seluruh anggarannya berasal dari dana
masyarakat dan penggunaannya tidak terbatas pada kelompok tertentu saja melainkan
bebas dan terbuka bagi anggota masyarakat.

Perpustakaan umum merupakan pusat informasi yang menyediakan


pengetahuan dan informasi siap akses bagi pemakainya. Defenisi lain dari
perpustakaan umum merupakan pusat informasi yang menyediakan pengetahuan dan
informasi siap akses bagi para pemakainya. Layanan perpustakaan umuj disediakan
dengan dasar kesamaan umur, ras, gender, kebangsaan, agama, bahasa , dan status
sosial. Menurut Blasius, 2006, h.159, layanan dan materi khusus harus disediakan
bagi pihak yang karena alasan tertentu tidak dapat menggunakan layanan dan materi
biasa. Sebagai contoh pihak dengan bahsa minoritas, para penyandang cacat, orang
sakit maupun narapidana. Perpustakaan umum juga sering diibaratkan sebagai sumber
membaca bagi masyarakat. Maksudnya yaitu bahwa perpustakaan umum merupakan
lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi,
ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya, sebagai sumber belajar untuk meningkatkan
dan memperoleh ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat.

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa perpustakaan


umum merupakan perpustakaan yang berada di suatu daerah, yang diselenggarakan
oleh dana umum dan dapat digunakan oleh siapapun tanpa memandang perbedaan.
Perpustakaan umum memiliki tiga cirri-ciri yaitu layanan yang terbukan untuk umum,
dibiyai oleh umum, dan jasa yang diberikan pada hakekatnya bersifat cuma-cuma.
2. Tujuan Perpustakaan Umum

Menurut Hermawan dan Zulfikar (2006). Tujuan dari perpustakaan umum


yaitu:

 Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan


bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kesejahteraan
 Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui
penyediaan bahan pustaka dan informasi
 Menyediakan informasi yang mudah, murah, cepat dan akurat yang berguna
bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari
 Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat
 Bertindak sebagai agen cultural,sehingga menjadi pustaka utama kehidupan
budaya bagi masyarakat sekitar

Perpustakaan umum tentunya memiliki tujuan sesuai dengan jenis


perpustakaannya, yang mana tujuannya tersebut harus sesuai dengan masyarakat yang
dilayaninya. Perpustakaan umum memiliki tujuan yang ungin dicapai. Menurut dalam
Buku Manifetso Perpustakaan Umum UNESCO, yang dikutip oleh Sulistyo Basuki
(1993) yang mana perpustakaan umum memiliki empat tujuan utama yaitu :

1. Memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk membaca dan


menggunakan bahan pustaka dengan tujuan dapat membantu meningkatkan
kehidupan yang lebih baik
2. Menyediakan informasi yang tepat, cepat, dan bermanfaat bagi masyarakat
terutama untuk informasi yang sangat mereka perlukan atau informasi yang lagi
viral dalam kalangan masyarakat
3. Membantu masyarakat dalam mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya
sehingga akan memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar mereka, yang mana
kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka
4. Bersikap atau bertindak selaku agen cultural, maksudnya yaitu perpustakaan
umum merupakan pusat utama kehidupan sosial budaya bagi masyarakat
sekitarnya
Kesimpulan dari tujuan perpustakaan umum yaitu, untuk memberikan
kesempatan kepada masyarakat untuk mendapat dan menggunakan sumber informasi
dan sumber ilmu pengetahuan secara mudah, murah, cepat dan akurat dalam
meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
kesejahteraan untuk menciptakan masyarakat yang berbudaya dan terampil bagi
kehidupan masyarakat disekitarnya.

3. Fungsi Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum berfungsi untuk memberikan layanan kepada seluruh


lapisan masyarakat sebagai pusat informasi, sebagai pusat sumber belajar, penelitian,
tempat rekreasi, dan pelestarian bahan pustaka yang dimilikinya. (Sutarno, 2006: 37)

Sedangkan Menurut Samosir (2004), perpustakaan umum dapat dikatakan


sebagai perangkat dan bagian yang tidak lepas dari sistem pembelajaran sepanjang
hayat yang berfungsi sebagai berikut, yaitu:

 Pusat informasi, menyediakan berbagai macam informasi yang meliputi bahan


tercetal, terekam maupun koleksi lainnya agar pengguna perpustakaan dapat
memanfaatkan koleksi tersebut sesuai dengan kebutuhannya
 Preservasi kebudayaan, perpustakaan dimanfaatkan pengguna sebagai rekaman
budaya bangsa untuk meningkatkan taraf hidup dan mutu kehidupan manusia baik
itu secara individu maupun kelompok. Sebagai preservasi kebudayaan maka
bahan pustaka harus disimpan dan disediakan tulisan-tulisannya mengenai
kebudayaan masa lampau, kini dan sebagai kebudayaan dimasa yang akan dating
 Pendidikan, yaitu agar pengguna perpustakaan mendapatkan kesempatan untuk
mendidik diri sendiri secara berkesinambungan untuk mengembangkan dan
membangkitkan minat yang telah dimiliki pengguna
 Rekreasi, sebagai fungsi rekreasi maka perpustakaan dimanfaatkan pengguna
untuk menciptakan kehidupan yang seimbang antara jasmani dan rohani,
mengembangkan minat rekreasi pengguna melalui berbagai bahan bacaan dan
pemanfaatan waktu senggang, dan menunjang berbagai kegiatan kreatif serta
hiburan yang positif

Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi perpustakaan umum merupakan


sebagai pusat informasi yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat
pemakai, yang mana informasi tersebut dapat dimanfaatkan dan berguna bagi
pemustaka.

4. Jenis-Jenis Perpustakaan Umum

Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2009


mengenai Standar Nasional Perpustakaan, disebutkan bahwa perpustakaan
berdasarkan jenis dan kepemilikan mencakup :

 Perpustakaan nasional
 Perpustakaan pemerintah
 Perpustakaan provinsi
 Perpustakaan kabupaten/kota
 Perpustakaan kecematan
 Perpustakaan desa/kelurahan
 Perpustakaan perguruan tinggi
 Perpustakaan khusus
 Perpustakaan keluarga
 Perpustakaan pribadi

Menurut Sulistyo Basuki (1991), perpustakaan umum dikelompokkan menjadi


sebagai berikut :

a. Perpustakaan Umum Kota yang dahulu dikenal dengan Kotamadya merupakan


perpustakaan umum yang dikelola oleh kota. Berfungsi sebagai pusat belajar,
jasa referensi dan informasi, penelitian dan referensi bagi seluruh kalangan
masyarakat
b. Perpustakaan Umum Kabupaten merupakan perpustakaan umum yang
dikelola oleh kabupaten, yang memiliki fungsi sama dengan fungsi
perpustakaan kota
c. Perpustakaan Umum Kecematan merupakan perpustakaan umum yang
terdapat di kecamatan. Jenis perpustakaan ini masih belum berkembang
dibandingkan dengan perpustakaan umum kabupaten dan kota
d. Perpustakaan Umum Desa atau Lazim disebut perpustakaan desa merupakan
perpustakaan yang terdapat di desa dan dikelola oleh swadaya masyarakat
desa
e. Perpustakaan umum untuk anggota masyarakat yang memerlukan media
khusus, misalnya perpustakaan untuk tuna netra
f. Perpustakaan umum untuk anggota masyarakat yang memerlukan bacaan
khusus karena faktor usia misalnya perpustakaan anak antara umur 12 tahun
dan perpustakaan umum khusus untuk remaja dengan koleksi khusus remaja
g. Perpustakaan keliling yaitu bagian perpustakaan umum yang mendatangi
pemakai dengan menggunakan kendaraan darat maupun air
h. Perpustakaan komunitas merupakan perpustakaan yang didirikan oleh
komunitas atau lembaga swadaya masyarakat untuk melayani komunitas
tertentu dengan menyediakan materi perpustakaan umum
Maka disimpulkan bahwa jenis-jenis perpustakaan umum yaitu perpustakaan
umum kota, perpustakaan umum kabupaten, perpustakaan umum kecamatan,
perpustakaan umum desa, perpustakaan umum untuk anggota masyarakat yang
memerlukan media khusus, perpustakaan umum untuk anggota masyarakat yang
memerlukan bacaan khusus karena faktor usia, perpustakaan keliling dan perpustakaan
komunitas.

B. Otomasi Perpustakaan
1. Defenisi Otomasi Perpustakaan

Otomasi perpustakaan adalah proses atau hasil membuat mesin swatindak dan
atau swakendali tanpa campur tangan manusia dalam proses tersebut (Hs, 2001)
Otomasi perpustakaan atau library automation adalah penerapan mesin-mesin
komputer untuk semua kegiatan perpustakaan mulai dari pengadaan, pengolahan,
sampai ke layanan sirkulasi (Pendit, 2008:222). Istilah yang dipakai untuk
menyatakan konsep pemanfaatan TI di perpustakaan adalah otomasi perpustakaan
(library automation). Di Indonesia saat ini perpustakaan pada umumnya telah
memanfaatkan komputer untuk sistem kerumah tanggaannya. Dalam
perkembangannya otomasi merupakan pengendalian suatu kegiatan secara otomasi
dengan memanfaatkan mesin. Dari pendapat yang mengemukakan definisi dan arti
secara umum, maka otomasi merupakan teknik untuk proses kegiatan atau sistem
yang berjalan secara otomatis, mengendalikan secara otomatis untuk menggantikan
organ manusia dengan memanfaatkan mesin (komputer).
sistem otomasi perpustakaan (library automation system) adalah seperangkat
aplikasi komputer untuk kegiatan di perpustakaan terutama bercirikan penggunaan
pangkalan data ukuran besar dengan kandungan cantuman tekstual yang dominan
dengan fasilitas utama dalam hal menyimpan, menemukan dan menyajikan informasi.
Otomasi Perpustakaan dapat diartikan dengan sebuah proses pengelolaan
perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi (TI). Dengan
bantuan teknologi informasi maka beberapa pekerjaan manual dapat dipercepat dan
efisien.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membawa perubahan


besar dalam proses pengolahan, penyimpanan serta distribusi data dan informasi.
Dengan bantuan teknologi informasi maka beberapa pekerjaan manual dapat
dilakukan dengan lebih cepat dan tepat sehingga lebih efisien. Penerapan otomasi
perpustakaan sesuai dengan tuntutan zaman yang pada nantinya ketika segala aspek
perpustakaan telah siap dan penggunaan teknologi informasi telah berkembang
penggunaannya di instansi, maka era perpustakaan digital menjadi suatu periode
berikutnya dari perkembangan perpustakaan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka peneliti memberikan suatu


kesimpulan tentang otomasi perpustakaan dengan merujuk pada definisi-definisi
sebelumnya yaitu otomasi perpustakaan merupakan aplikasi atau penerapan teknologi
informasi dan komunikasi pada perputakaan secara keseluruhan maupun pada bidang-
bidang tertentu saja yang dapat partisipasi dalam hal ini pustakawan melakukan
kegiatan sehari-hari di perpustakaan.

2. Tujuan Otomasi Perpustakaan

Sulistyo-Basuki (1998:2) dikutip dalam Moh. Efendi tujuan sistem otomasi


perpustakaan adalah :

a. Memudahkan integrasi berbagai kegiatan perpustakaan


b. Memudahkan kerjasama dan pembentukan jaringan perpustakaan
c. Membantu menghindari duplikasi kegiatan di perpustakaan
d. Menghilangkan pekerjaan yang bersifat mengulang
e. Membantu perpustakaan dalam memperluas jasa perpustakaan maupun kerjasama
antar perpustakaan
f. Menimbulkan berbagai peluang untuk memasarkan jasa perpustakaan
g. Meningkatkan efisiensi pekerjaan.

Otomasi perpustakaan diperlukan untuk meningkatkan mutu layanan kepada


pemustaka dan dapat meningkatkan kemampuan perpustakaan agar dapat mengikuti
pertambahan koleksi, transaksi, dan resource sharing dengan perpustakaan lainnya.

Menurut Harmawan (2009: 6-7) tujuan otomasi perpustakaan sebagai berikut :

 Mengatasi keterbatasan waktu


 Mempermudah akses informasi dari berbagai pendekatan misalnya dari
judul, kata kunci judul, pengarang, kata kunci pengarang dan sebagainya
 Dapat dimanfaatkan secara bersama-sama d. Mempercepat proses
pengatalogan, peminjaman dan pengembalian
 Memperingan pekerjaan
 Meningkatkan layanan
 Memudahkan dalam pembuatan laporan statistik
 Menghemat biaya
 Menumbuhkan rasa bangga
 Mempermudah dalam pelayanan untuk kepentingan akreditasi

3. Cakupan Teknologi Informasi

Adapun bidang cakupan otomasi layanan perpustakaan dengan menggunakan


teknologi informasi dapat menjalankan sistem layanan secara otomatis mulai dari
usulan koleksi, inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi (reserve, inter-library loan),
pengelolaan penerbitan berkala dan pengelolaan anggota (Mukhsin, 2008, hal. 38)

Perpustakaan merupakan istilah yang sudah lama ada dalam dunia pendidikan.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan dalam dunia pendidikan dan teknologi
informasi, maka pengertian istilah perpustakaan turut berkembang. Perpustakaan
sebagai sentral pengetahuan tidak lepasdari fungsi untuk menyediakan sarana
informasi dan ilmu pengetahuan. Perpustakaan berperan melakukan layanan informasi
literal kepada masyarakat, maka setiap perpustakaan mengembangkan layanan
perpustakaan sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang
dijelaskan dalam undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 14
mengenai layanan perpustakaan. (NS, 2008).

Supriyanto dan Muhsin (2008: 38) dikutip dalam Moh. Efendi, dalam
menjalankan sistem layanan secara otomasi, mencakup beberapa bidang otomasi
perpustakaan diantaranya :

 Usulan koleksi (akuisisi) pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari


kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan (Darmono, 2001: 57). Semua
kebijakan pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara pada kegiatan
pengadaan bahan pustaka.
 Inventarisasi bahan pustaka merupakan suatu kegiatan pencatatan setiap bahan
pustaka yang diterima perpustakaan ke buku induk/buku inventaris
perpustakaan menyangkut semua data bibliografi yang sesuai dengan
kebutuhan pelaporan dan database, sebagai tanda bukti perbendaharaan atau
pemilikan perpustakaan.
 Katalogisasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pustakawan
profesional terutama menyangkut pedoman kerja seperti Anglo American
Cataloguing Rules (AACR). Seiring dengan perkembangan teknologi
informasi demi terwujudnya efisiensi dan efektivitas proses temu kembali
informasi, perpustakaan saat ini menggunakan katalog elektronik, Online
Access Public Catalog (OPAC).
 Sirkulasi on reserve dan interlibrary loan merupakan bagian dari perpustakaan
yang langsung berhubungan dengan pemakai. Kegiatan ini dilakukan secara
berulang-ulang serta sifatnya sama yakni selalu mencakup informasi tentang
materi perpustakaan dan informasi peminjamnya.

4. Pengertian Inlislite

Inlislite merupakan perangkat lunak (software) aplikasi otomasi perpustakaan yang


dibangun dan dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
(Perpusnas) sejak tahun 2011. Penamaan INLIS diambil dari kata Integrated Library
System, nama dari perangkat lunak manajemen informasi perpustakaan terintegrasi yang
dibangun sejak tahun 2003 untuk keperluan kegiatan rutin pengelolaan informasi
perpustakaan di internal Perpusnas.
Inlislite adalah nama salah satu perangkat lunak program aplikasi yang memiliki
fungsi sebagai sarana pengelolaan data perpustakaan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi, atau dengan kata lain Inlislite merupakan program aplikasi Otomasi
Perpustakaan.

Seiring dengan perkembangan dunia perpustakaan, khususnya di Indonesia,


Perpusnas memandang perlu untuk memfasilitasi semangat pengelola perpustakaan di
seluruh daerah untuk memulai menerapkan otomasi perpustakaan menuju terwujudnya
perpustakaan digital, maka Perpusnas berinisiatif untuk mendistribusikan perangkat
lunak ini dalam versi yang lebih ringan dengan nama INLIS Lite.

INLIS Lite merupakan inisiatif Perpusnas dalam rangka penyediaan sarana


pendukung untuk :

 membantu pengembangan otomasi perpustakaan di seluruh Indonesia


 Sebagai tool perpustakaan digital untuk  mengelola koleksi full teks dan
multimedia
 Membantu dalam pembentukan katalog elektronis berbasis MARC untuk
Indonesia (INDOMARC)
 Melaksanakan program nasional yang diamanatkan kepada Perpusnas untuk
menghimpun data koleksi nasional dalam sebuah Katalog Induk Nasional
(KIN) dan Bibliografi Nasional Indonesia (BNI) dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi
 Membantu pembentukan Katalog Induk Daerah (KID) dan Bibliografi
Daerah (BiD) yang diselenggarakan oleh perpustakaan umum provinsi
bersama mitra kerjanya di tingkat kabupaten dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (http://inlislite.perpusnas.go.id)

Inlislite dibangun dan dikembangkan secara resmi oleh Perpustakaan Nasional RI


dalam rangka menghimpun koleksi nasional dalam jejaring Perpustakaan Digital
Nasional Indonesia, disamping membantu upaya pengembangan pengelolaan dan
pelayanan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi di seluruh
Indonesia yang didasarkan pada :

a. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1990 Tentang Serah Simpan Karya Cetak


Rekam
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan

INLISLite versi awal dibangun pada tahun 2011 yang penyebarannya dilakukan
melalui bantuan perangkat keras dan lunak otomasi perpustakaan kepada instansi
perpustakaan umum pemerintah daerah kabupaten/kota terpilih di seluruh Indonesia.
Menurut Hamid (2015) Seiring perkembangan dunia perpustakaan, khususnya di
Indonesia, Perpusnas memandang perlu untuk memfasilitasi semangat pengelola
perpustakaan di seluruh daerah untuk memulai menerapkan otomasi perpustakaan
menuju terwujudnya perpustakaan digital, maka Perpusnas berinisiatif untuk
mendistribusikan perangkat lunak ini dalam versi yang lebih ringan dengan nama
Inlislite.

Berdasarkan kritik, saran, masukan, dan permintaan dari pengelola berbagai


perpustakaan di seluruh nusantara, serta pertimbangan akan pentingnya keberlanjutan
program Perpustakaan Nasional RI dalam menghimpun koleksi nasional dan mendorong
pengembangan perpustakaan digital di seluruh Indonesia, maka pada tahun 2015
dilaksanakanlah pengembangan program aplikasi Inlislite versi 3 sebagai penerus dari
versi sebelumnya.

5. Aplikasi Otomasi Perpustakaan Inlislite (Integrated Library System)

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai lembaga pembina terus


mengupayakan dan mengembangkan sistem otomasi perpustakaan agar dapat
dimanfaatkan oleh seluruh perpustakaan. Beberapa kebijakan telah dibuat diantaranya
dengan menerbitkan Surat Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 19
Tahun 2016 tentang Penetapan Inlis Enterprise dan Inlislite sebagai aplikasi resmi
Perpustakaan Nasional dan Surat Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor
602.1/HMP.02.00/I.2017 perihal Himbauan Penggunaan Inlislite Kepada Kepala Dinas
Perpustakaan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dan Kepala Unit Pelaksanan Teknis
Perpustakaan.

Berdasarkan kebijakan fungsi pembina Perpustakaan Nasional, perpustakaan


umum provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia diwajibkan menggunakan aplikasi
inlislite yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun
2011 bersamaan dengan pendistribusian perangkat server ke perpustakaan umum
pemerintah daerah kabupaten/kota di seluruh Indonesia sebagai perpustakaan mitra.

Pengembangan dan penyempurnaan sistem otomasi perpustakaan inlislite terus


dilakukan oleh Perpustakaan Nasional dan sekarang sudah menjadi versi 3.1. Selain
melakukan pengembangan dan penyempurnaan inlislite, pemberian bantuan perangkat
keras dan pelatihan kepada pengelola perpustakaan mitra, Perpustakaan Nasional juga
membentuk forum inlislite di beberapa provinsi sebagai suatu sarana untuk konsultasi,
pembinaan, kolaborasi, komunikasi dan kerjasama antar anggota sehingga bermanfaat
bagi pengembangan dan penggunaan inlislite.

C. Layanan Perpustakaan
1. Pengertian Layanan

Menurut Sutarno (2006: 90), bahwa layanan perpustakaan merupakan salah


satu kegiatan utama di setiap perpustakaan dimana layanan tersebut merupakan
kegiatan yang langsung berhubungan dengan masyarakat dan sekaligus merupakan
barometer keberhasilan perpustakaan. Pelayanan perpustakaan merupakan kegiatan
yang memberikan layanan yang baik sebagaimana dikehendaki oleh pengguna dalam
pemberian informasi. Layanan perpustakaan merupakan sebuah layanan yang
menawarkan semua jenis kegiatan yang mana kegiatan tersebut mnegarah kepada
koleksi yang dimiliki perpustakan, yang dilayankan kepada pemustaka yang datang ke
perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya. (Darmono, 2001: 34)

Dalam hal ini perpustakaan merupakan tempat terjadinya interaksi antara


pustakawan yang membutuhkan pelayanan pustakawan. Pelayanan perpustakaan
merupakan kunci keberhasilan suatu perpustakaan. Karena pada pelayanan
perpustakaan terjadi hubungan langsung antara pustakawan dan pemustaka sebagai
sarana penyebaran informasi serta pemanfaatan jasa dan fasilitas yang ada di
perpustakaan. Dalam arti lain layanan perpustakaan merupakan jasa pemberian
informasi kepada pemustaka secara cepat dan tepat kepada masyarakat pemustaka.

Adapun jenis-jenis layanan perpustakaan menurut Buku Pedoman Umum


Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000: 37) pelayanan kepada masyarakat
meliputi kegiatan sebagai berikut :

 Menyusun rencana operasional pelayanan informasi


 Layanan sirkulasi
 Layanan perpustakaan keliling
 Layanan rujukan
 Penelusuran literatur
 Layanan bahan pandang dengar
 Menyediakan bahan pustaka
 Bimbingan pembaca
 Bimbingan pemakai perpustakaan
 Layanan anak atau bercerita ke anak-anak
 Membina kelompok pembaca
 Menyebarkan informasi terbaru/kilat
 Menyebarkan informasi terseleksi
 Membuat analisis kepustakaan
 Membuat statistik pelayanan informasi kepada masyarakat

2. Sistem Pelayanan Perpustakaan

Menurut Rahmah (2018: 12-15) sistem layanan perpustakaan terbagi menjadi


tiga yaitu :

a. Sistem Layanan Terbuka

Sistem layanan terbuka merupakan sistem layanan yang memungkinkan


para pemustaka secara langsung dapat memilih, menemukan, dan mengambilkan
sendiri bahan pustaka yang dikehendaki dari jajaran koleksi perpustakaan. Pada
sistem layanan terbuka, setiap pengunjung atau pengguna perpustakaan diizinkan
melakukan penelusuran atau browsing langsung ke ruang koleksi dan berhak
mengambil sendiri buku atau bahan-bahan yang dibutuhkannya. Sistem ini
memberikan kebebasan kepada pengunjung untuk memasuki ruang koleksi dan
memilih sendiri koleksi yang dibutuhkan. Tujuan dari sistem layanan terbuka
yaitu memberikan kesempatan kepada pemustaka untuk mendapatkan koleksi
seluas-luasnya, tidak hanya sekedar membaca, tetapi mengetahui berbagai
alternatif dari pilihan koleksi yang ada di rak, sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Sistem layanan terbuka memiliki beberapa kelebihan yaitu :


 Jika buku yang dicari tidak ditemukan, pengunjung bisa memilih yang sesuai
dengan subjek yang dibutuhkan
 Menghemat tenaga petugas sebab tidak perlu mengambilkan buku yang
diinginkan pengunjung
 Pemustaka lebih menyenangi melihat buku langsung daripada menelusuri
melalui katalog
 Kemungkinan terjadinya salah paham antara pengunjung dan petugas menjadi
kecil
 Pengunjung dapat melakukan penelusuran langsung ke rak koleksi, sehingga
dapat memilih bahan yang diinginkan tanpa harus melalui katalog
 Kartu katalog tidak cepat rusak karena frekuensi penggunaannya tidak terlalu
tinggi

Sistem layanan terbuka juga memiliki beberapa kekurangan yaitu :

 Memerlukan ruangan yang lebih luas karena letak rak satu dengan lainnya
memerlukan jarak yang longgar
 Pengunjung pemula biasanya merasa bingung dalam mencari buku
 Susunan buku di rak lebih tidak rapi dan tidak teratur, dan banyak
kemungkinan terjadi salah penempatan oleh pemustaka, baik disengaja
maupun tidak
 Kebebasan memilih dapat disalahgunakan oleh pengunjung, sehingga koleksi
banyak hilang atau rusak

b. Sistem Layanan Tertutup


Sistem layanan tertutup merupakan sistem layanan perpustakaan yang
tidak memungkinkan pengguna perpustakaan mengambil sendiri bahan
pustaka di perpustakaan. Pengunjung tidak boleh memasuki ruang koleksi,
pemustaka harus memesan koleksi yang dibutuhkan melalui petugas
perpustakaan dibagian peminjaman atau sirkulasi.

Sistem layanan tertutup memiliki beberapa kelebihan yaitu :

 Tidak memerlukan petugas khusus untuk mengawasi perpustakaan


 Letak buku di rak selalu terpelihara karena pengambilan buku dilakukan oleh
petugas
 Angka kehilangan bahan pustaka atau buku dapat ditekan dengan memasukan
slip buku yang dipinjam

Sistem layanan tertutup juga memiliki beberapa kekurangan yaitu :

 Banyak buku yang kurang dikenal oleh pengunjung karena tidak pernah
dipinjam
 Pengunjung tidak puas dalam memilih koleksi karena hanya melalui katalog
 Pengunjung tidak akrab dengan bahan pustaka
 Katalog cepat rusak karena sering digunakan
 Memerlukan jumlah petugas yang lebih banyak terutama jika jumlah
pengunjung sedang banyak
 Terkadang terjadi kesalahpahaman antara petugas dan pengunjung

c. Sistem Layanan Campuran

Perpustakaan dapat menerapkan dua sistem yaitu sistem layanan terbuka dan
sistem layanan tertutup pada sistem layanan campuran. Perpustakaan
menggunakan sistem layanan campuran biasanya memberikan layanan secara
tertutup untuk koleksi karya ilmiah (skripsi, tesis, dan hasil penelitian lainnya) dan
koleksi referensi, sedangkan untuk koleksi lainnya menggunakan sistem layanan
terbuka.

Berikut dibawah ini merupakan kelebihan dari sistem layanan campuran,


yaitu :

 Tidak memerlukan ruang baca khusus koleksi referensi


 Menghemat tenaga layanan
 Pemustaka langsung menggunakan koleksi referensi dan koleksi umum secara
bersamaan

Adapun kekurangan dari sistem layanan campuran yaitu sebagai berikut :

 Ruang koleksi referensi dan koleksi umum menjadi satu


 Perlu pengawasan yang lebih ketat
 Petugas sulit mengontrol pemustaka yang menggunakan koleksi referensi dan
koleksi umum sekaligus

Beberapa faktor yang dapat dipergunakan dalam menentukan layanan menurut


Rahayuningsih (2007: 94), yaitu sebagai berikut :

 Rasio jam buka dan jumlah petugas


 Perbandingan dan jumlah petugas dan jumlah pengguna koleksi
 Keuntungan dan kerugian masing-masing sistem
 Luas gedung perpustakaan
 Tingkat keselamatan koleksi, jenis dan sifat rentan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan


pendekatan kualitatif. Menurut Noor (2017), penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat
sekarang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu Dinas Kearsipan dan
perpustakaan Provinsi Sumatera Barat. Penulis memilih lokasi ini untuk dijadikan
tempat penelitian karena di perpustakaan sudah tidak manual dan menggunakan
aplikasi inlislite sebagai sistem manajemen perpustakaan berbasis teknologi. Hal
tersebut membuktikan bahwa Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera
Barat mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu
perpustakaan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 08 Agustus 2022 sampai 07 Oktober


2022.

C. Sumber Data
1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau
pertama, seperti Kepala Dinas Perpustakaan, Kepala Bidang Sistem TI, dan
pustakawan merupakan informan yang diwawancarai untuk pengambilan data,
sebagaimana yang terdapat pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi
Sumatera Barat.
2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data dokumen yang sudah tersedia dan merupakan
sumber tertulis informasi yang terdapat pada Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
Provinsi Sumatera Barat.

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat
dan mengamati secara langsung objek yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal
ini peneliti mengamati kondisi, koleksi dan pelayanan perpustakaan.

2. Wawancara

Kegiatan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak


terstruktur, dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana wawancara
tersebut dilakukan terhadap informan yang dianggap mampu memberikan data
tentang apa yang sedang diteliti. Alat yang diguanakan adalah handpone. Peneliti
akan melakukan wawancara dikarenakan dengan alasan bahwa peneliti ingin
mengetahui pengaruh perkembangan teknologi informasi dalam meningkatkan
layanan perpustakaan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mencari data mengenai


hal-hal atau yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,
agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 23).

Dalam pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi ini peneliti akan


mengumpulkan semaksimal mungkin data-data pendukung dalam penelitian ini,
sehingga memudahkan peneliti dapat menjelaskan dan menguraikan berbagai hal
terkait, agar keabsahan dan kemurnian dari penelitian ini dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.
E. Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, merupakan teknik pengolahan
data yang bersifat nonstatistik. Mile dan Huberman seperti yang dikutip oleh Salim
(2006: 20), menyebutkan ada tiga langkah pengolahan data kualitatif, yakni:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,


mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,
2013)

2. Penyajian Data

Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan
data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Pada penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Penyajian data dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang menarik dari masalah yang diteliti,
metode yang digunakan, penemuan yang diperoleh, penafsiran hasil, dan
pengintegrasiannya dengan teori.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin akan menjawab rumusan masalah


yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih
bersifat sementara dan akan berkembang setelah berada di lapangan (Sugiyono, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Rezki, R. (2019). Penerapan Inlislite dalam Meningkatkan Layanan Perpustakaan pada Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Sinjai (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

SUDRADJAT, R. (2019). Pemanfaatan Aplikasi Otomasi Perpustakaan INLISLite Pada


Perpustakaan Umum Provinsi dan Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi. Jurnal
Khazanah Intelektual, 3(2), 489-504.

Hamid, A. (2015). Penerapan INLISlite (Integrated Library System) di Kantor Perpustakaan


dan Arsip Daerah Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Khizanah al-Hikmah: Jurnal
Ilmu Perpustakaan, Informasi, dan Kearsipan, 3(2), 112-124.

Adita, K. P. (2015). Desain interior layanan anak di Perpustakaan Umum Kapd Kabupaten
Bogor.

https://www.academia.edu/download/51991185/1051-1996-1-PB.pdf

Aida, N. 2016. Peningkatan Layanan Perpustakaan PPIKSN Batan Melalui Pembuatan


Pathfinder Berbasis Web. Seminar dan Knowledge Sharing Kepustakawanan, 1-11.

Nasional, B. S. (2009). Perpustakaan umum kabupaten/kota. SNI, 7495, 2009.

Hamid, A. “Penerapan INLIS Lite (Integrated Library System) di Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan”. Jurnal Khizanah Al-hikmah, 3,
no.2 (2015) : h.112-124.

Puspa, E. (2016). Analisis Kepuasan Pemustaka Terhadap Pelayanan Perpustakaan Pusat


Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. J. Pari, 2(2), 113-125.

Anda mungkin juga menyukai