Anda di halaman 1dari 2

A.

Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini, secara keseluruhan terbagi dalam empat bab. Setiap bab terbagi

dalam sub bab yang lebih kecil. Ada pun perinciannya sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan ini memuat hal-hal yang mendasari penulisan hukum, Latar

Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kerangka

Pemikiran, Metode Penelitian Serta Sistimatika Penulisan.

BAB II KONSEP WEWENANG DAN DISKRESI

Bab ini pada dasarnya berisi telaah kepustakaan yang berkaitan dengan

konsep kewenangan diskresi terhadap penyidik kepolisian dalam melakukan

penahanan. Pada bab ini dibagi dalam sub bab sebagai berikut: Konsep

Kewenangan dalam Hukum Administrasi; Bentuk-Bentuk Penahanan;

Wewenang Diskresi.

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan yang dianggap sebagai

jantung dari penulisan hukum, karena pada bab ini akan dibahas

permasalahan-permasalahan yang ada yaitu: Indikasi Pembatasan Penahaan

Kewenangan Dikskresi Penyidik dalam Melakukan Penahanan; Indikator

yang Perlu Diterapkan Untuk Mencegah Penyimpangan Diskresi;

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan hasil akhir yang memuat Kesimpulan dan Saran penulis.

Kesimpulan diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang


telah dilakukan oleh penulis. Sedangkan saran diberikan berdasarkan hasil

penelitian yang merupakan tindak lanjut dalam pembenahan dan perbaikan.

Diskresi

Undang-Undang ini juga mengatur masalah Diskresi atau Keputusan dan/atau Tindakan yang
ditetapkan dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret
yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan
yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya
stagnasi pemerintahan.

Menurut UU ini, Diskresi hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan yang berwenang,
dengan tujuan untuk: a. Melancarkan penyelenggaraan pemerintahan; b. Mengisi kekosongan
hukum; dan c. Mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna kemanfaatan dan
kepentingan umum.

Diskresi dimaksud meliputi: a. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan berdasarkan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang memberikan suatu pilihan Keputusan dan/atau
Tindakan; b. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan karena peraturan perundang-undangan
tidak mengatur; c. Pengambil Keputusan dan/atau Tndakan karena peraturan perundang-
undangan tidak lengkap atau tidak jelas; dan d. Pengambilan Keputusan dan/atau Tindakan
karena adanya stagnasi pemerintahan guna kepentingan yang lebih luas.

“Pejabat Pemerintahan yang menggunakan Diskresi harus memenuhi syarat sesuai dengan tjuan
Diskresi, tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sesuai dengan
AUPB, berdasarkan alasan-alasan yang objektif, tidak menimbulkan Konflik Kepentingan, dan
dilakukan dengan itikad baik,” bunyi Pasal 24 UU ini.

Adapun penggunaan Diskresi yang berpotensi mengubah alokasi anggaran wajib memperoleh
persetujuan dari Atasan Pejabat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Persetujuan dimaksud dilakukan apabila penggunaan Diskresi menimbulkan akibat hukum yang
berpotensi membebani keuangan negara. (Pusdatin/ES)

Anda mungkin juga menyukai