Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Nama dan Penerbit Jurnal


Adapun nama-nama yang terdapat dalam jurnal ini adalah Vega-Marcote dan
Wim Lambrechts. Dan penerbit jurnal ini adalah Terese Monte dan Pedro Reis.

B. Judul Artikel
Artikel ini berjudul Desain Model Pendidikan Pedagogis Lingkungan
Kewarganegaraan di Pendidikan Dasar.

C. Penulis Artikel
Adapun penulis artikel ini adalah Terese Monte dan Pedro Reis.

D. Abstrak Artikel
PKL (Pendidikan Kewarganegaraan Lingkungan) adalah jenis pendidikan
yang penting yang membantu individu mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
nilai, dan sikap yang mereka butuhkan untuk menjadi warga negara yang bertanggung
jawab dan peduli terhadap lingkungan. PKL bertujuan untuk menciptakan masa
depan yang lebih berkelanjutan dan hubungan yang lebih sehat antara manusia dan
alam. PKL menumbuhkan seperangkat pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
yang koheren dan memadai.
PKL membekali warga lingkungan dengan apa yang mereka butuhkan untuk
bertindak dan berpartisipasi dalam masyarakat sebagai agen perubahan. PKL
berlangsung di berbagai skala dan melalui berbagai tindakan. PKL bertujuan untuk
menyelesaikan permasalahan lingkungan hidup, mencegah terciptanya permasalahan
lingkungan baru, mencapai keberlanjutan, dan mengembangkan hubungan yang sehat
dengan alam.

1
Desain Model Pendidikan Pedagogis Lingkungan Kewarganegaraan di
Pendidikan Dasar Pendidikan kewarganegaraan di tingkat dasar memegang peran
krusial dalam membentuk pemahaman anak-anak terhadap nilai-nilai demokrasi,
tanggung jawab sosial, keadilan, dan partisipasi dalam masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengusulkan sebuah model pendidikan pedagogis yang berfokus
pada lingkungan untuk meningkatkan pemahaman anak-anak mengenai konsep-
konsep kewarganegaraan.

Model ini menekankan integrasi antara pendidikan lingkungan dan pendidikan


kewarganegaraan dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah. Para siswa
akan diperkenalkan pada masalah lingkungan lokal dan global yang relevan dengan
melibatkan mereka dalam penemuan solusi melalui kolaborasi dan pemikiran kritis.

Fokus utama dari model ini adalah:

1. Interdisiplinaritas: Melalui pendekatan interdisipliner, model ini akan memadukan


bidang-bidang seperti ilmu lingkungan, sosiologi, dan kebijakan publik untuk
mendukung pemahaman siswa tentang hubungan antara lingkungan dan tanggung
jawab kewarganegaraan.

2. Pembelajaran Berbasis Pengalaman: Siswa akan terlibat dalam kegiatan praktis di


lingkungan mereka, seperti survei lingkungan, proyek kebersihan, dan
pemahaman tentang dampak tindakan manusia terhadap lingkungan.

3. Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan: Melalui diskusi, perdebatan, dan


tindakan nyata, siswa akan mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan
berpikir kritis, serta rasa tanggung jawab terhadap keberlanjutan lingkungan.

4. Kolaborasi dengan Komunitas: Model ini akan memperkuat keterlibatan


komunitas lokal dan organisasi terkait lingkungan untuk mendukung pemahaman
siswa tentang peran individu dalam menjaga lingkungan hidup.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Maksud dan Isi Artikel


1. Kompetensi warga lingkungan
Kesadaran lingkungan merupakan kunci untuk mendorong perubahan perilaku
yang positif terhadap lingkungan. Hal ini dapat dipupuk melalui edukasi, pengalaman
langsung dengan alam, dan identifikasi diri dengan lingkungan. Persepsi tentang cara
kerja ekosistem, cara pemeliharaannya, karakteristiknya, dan semua interaksinya
dapat membantu individu mengembangkan perasaan memiliki dan kepedulian
terhadap lingkungan. Hal ini dapat diperoleh melalui aktivitas sensorik dan paparan
alam, seperti bermain di luar ruangan, berkebun, atau mengamati satwa liar. Aktivitas
ini idealnya dilakukan secara rutin, dan jika memungkinkan, setiap hari.
Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui jalur formal, seperti pendidikan
sekolah, dan jalur non formal, seperti pelatihan, seminar, dan pengalaman langsung di
alam. Pengetahuan lingkungan dianggap sebagai prasyarat untuk mengambil tindakan
dan mengambil keputusan secara sadar dan terinformasi. Dengan pengetahuan yang
cukup, individu akan lebih siap untuk melakukan tindakan yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan.

Karakteristik pribadi dan keterampilan pribadi siswa harus dipertimbangkan


dalam upaya meningkatkan partisipasi aktif mereka dalam kegiatan lingkungan.
Dengan mengembangkan keterampilan seperti komunikasi, berpikir kritis, dan
kreativitas, siswa dapat menjadi warga lingkungan yang lebih bertanggung jawab dan
terlibat.

Budaya dan lingkungan sosial memainkan peran penting dalam pembelajaran


dan pengembangan perilaku pro-lingkungan. Dengan mengembangkan kompetensi
sosio-kultural, individu dapat menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab
dan terlibat dalam menjaga lingkungan.

3
Semua manusia memiliki hak dan kewajiban terhadap lingkungan. Menjadi
warga negara lingkungan yang bertanggung jawab berarti memahami hak dan
kewajiban kita terhadap lingkungan, serta bertindak untuk melindungi dan
melestarikannya.

Seorang warga negara lingkungan yang aktif memiliki kesadaran dan


pengetahuan tentang alam dan lingkungan hidup. Tindakan ini didorong oleh rasa
pemberdayaan yang diperoleh melalui pengalaman sekolah, di mana keterampilan
seperti: Kepercayaan diri dan Motivasi. Warga negara lingkungan yang aktif
memainkan peran penting dalam melindungi dan melestarikan lingkungan. Aktivisme
lingkungan adalah salah satu cara untuk terlibat dan membuat perbedaan.

Aktivisme merupakan aspek penting dari kewarganegaraan lingkungan.


Keterlibatan siswa dalam inisiatif aktivisme merupakan elemen kunci dalam
Pendidikan Kewarganegaraan Lingkungan. Aktivisme adalah cara yang penting bagi
siswa untuk terlibat dalam kewarganegaraan lingkungan dan membuat perbedaan di
dunia.

Mendukung kebijakan publik yang berwawasan lingkungan hidup pada


dasarnya melibatkan beberapa aspek penting:

a. Hak pilih

b. Penandatanganan petisi lingkungan hidup

c. Tindakan lingkungan hidup oleh pemerintah

d. Perubahan perilaku sebagai konsumen

e. Motivasi siswa

Mendukung kebijakan publik yang berwawasan lingkungan adalah tanggung


jawab semua orang, baik pemerintah, individu, maupun kelompok masyarakat.
Dengan bekerja sama, kita dapat melindungi dan menjaga kelestarian lingkungan
untuk generasi sekarang dan masa depan.

4
2. Metodologi untuk Mempromosikan Pendidikan Kewarganegaraan Lingkungan
Saat ini terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengintegrasikan kewarganegaraan lingkungan dalam konteks sekolah. Integrasi ini
bertujuan untuk:
a. Memberikan siswa kesempatan untuk menjadi agen perubahan dalam
komunitas local

b. Mempersiapkan siswa untuk secara aktif berkontribusi terhadap masa depan


yang berkelanjutan

c. Mencapai pemberdayaan

Integrasi kewarganegaraan lingkungan dalam konteks sekolah sangat penting


untuk mempersiapkan siswa menjadi agen perubahan positif di masa depan. Dengan
mempelajari tentang kewarganegaraan lingkungan, siswa akan memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan motivasi yang diperlukan untuk berkontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan.

Pendekatan pendidikan yang disebut ekopedagogi, yang dikembangkan oleh


pendidik Brasil Paulo Freire. Ekopedagogi adalah filosofi pendidikan yang
menghubungkan pengajaran dan pembelajaran konsep lingkungan dengan pendidikan
kewarganegaraan. Tujuannya adalah untuk menciptakan warga negara yang
terinformasi dan terlibat yang mampu mengambil tindakan untuk mengatasi masalah
lingkungan.

Freire berpendapat bahwa pendidikan tradisional sering kali bersifat pasif dan
berpusat pada guru, dengan siswa diharapkan untuk menerima informasi secara tidak
kritis. Pendekatan ini tidak efektif dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi
tantangan kompleks dari masalah lingkungan. Sebaliknya, Freire menganjurkan
pedagogi partisipatif, di mana siswa didorong untuk terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.

Ekopedagogi dapat diterapkan di semua tingkatan pendidikan, dari sekolah


dasar hingga perguruan tinggi. Ini dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai topik
5
lingkungan, seperti perubahan iklim, polusi, dan keanekaragaman hayati.
Ekopedagogi adalah pendekatan pendidikan yang kuat yang dapat membantu siswa
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang mereka butuhkan untuk
menjadi warga negara yang bertanggung jawab secara lingkungan.

PBL dan kolaborasi adalah strategi belajar mengajar yang efektif yang dapat
membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang mereka
butuhkan untuk menjadi warga negara yang sukses di abad ke-21. PBL adalah strategi
belajar mengajar yang sosio-konstruktivis. Dalam PBL, siswa memecahkan masalah
sosio-lingkungan nyata. PBL membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, kolaborasi, rasa hormat, kepemimpinan, otonomi, dan tanggung jawab.
Kolaborasi adalah strategi kerja yang penting dalam dunia pendidikan. PBL dan
kolaborasi sering digunakan bersama-sama untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran Sosio-Emosional (SEL) Telah menjadi fokus penelitian selama


beberapa dekade terakhir. Merupakan proses belajar untuk memahami dan mengelola
emosi. Memainkan peran penting dalam pembelajaran. Manfaat SEL sebagai berikut:

a. Meningkatkan motivasi siswa.

b. Memainkan peran penting dalam pembelajaran.

c. Meningkatkan proses kognitif

d. Meningkatkan kinerja siswa.

e. Membangun kepercayaan dan hubungan kolaboratif.

f. Mengatasi berbagai bentuk kesenjangan.

g. Memungkinkan anak-anak, remaja, dan orang dewasa untuk bersama-


sama menciptakan sekolah yang sejahtera.

h. Berkontribusi terhadap pembangunan komunitas yang aman, sehat, dan


adil.

6
SEL dan pembelajaran inkuiri kritis adalah dua pendekatan penting untuk
pendidikan yang dapat membantu siswa untuk berkembang secara akademis dan
sosial. Pembelajaran sosio-emosional adalah proses belajar untuk memahami dan
mengelola emosi. Pembelajaran sosio-emosional memainkan peran penting dalam
pembelajaran. Pembelajaran sosio-emosional dapat membantu membangun
kepercayaan dan hubungan kolaboratif, mengatasi kesenjangan, dan menciptakan
sekolah yang sejahtera. Pembelajaran inkuiri kritis adalah pendekatan konstruktivis
dan berpusat pada siswa yang mendorong pengembangan kompetensi sains dan
teknologi. Pembelajaran inkuiri kritis dapat membantu siswa membuat keputusan
yang terinformasi, bertanggung jawab, demokratis, dan kritis tentang masalah
lingkungan.

Pendidikan lingkungan hidup yang efektif harus menggunakan berbagai


metodologi untuk membantu siswa mengembangkan kesadaran dan kepedulian
terhadap lingkungan. Beberapa metodologi penting dalam pendidikan lingkungan
hidup:

a. Penilaian Dunia Secara Intrinsik


Menurut Bai, pendidikan lingkungan harus dimulai dengan penilaian
dunia secara intrinsik. Hal ini berarti menempatkan indera sebagai pusat
kesadaran dan fokus pada pengalaman langsung dengan alam. Pendekatan ini
berbeda dengan "mode linguistik-konseptual abstrak" yang sering digunakan
dalam pendidikan tradisional.
b. Pembelajaran Berbasis Masyarakat
Metodologi ini menggabungkan tujuan pendidikan dengan pengabdian
masyarakat. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan kontribusi yang
relevan dan otentik terhadap perbaikan isu-isu lingkungan lokal. Hal ini
membantu siswa untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan
sadar akan lingkungan.

7
c. Interaksi dengan Masyarakat
Interaksi dengan masyarakat dapat membangkitkan kekhawatiran
siswa mengenai keadilan dan kesetaraan sosial. Siswa disadarkan akan
dampak permasalahan sosial dan lingkungan terhadap masyarakat. Hal ini
memotivasi mereka untuk berpartisipasi aktif dan menjadi agen perubahan.

d. Praktik Kontemplatif
Praktik kontemplatif dapat menjadi wahana perubahan sosial. Latihan
seperti yoga dan mindfulness membantu siswa untuk menghargai tubuh dan
indranya. Siswa memahami kehidupan sebagai bagian integral dari alam.
Kesadaran diri dan orang lain ini mendorong siswa untuk terlibat dalam
kegiatan keadilan sosial dan kegiatan sosial secara sukarela.

Dua metodologi penting dalam pendidikan anak usia dini yaitu:

a. Pembelajaran Berbasis Bermain


Melibatkan aktivitas bermain yang dipandu oleh guru. Memiliki tujuan
pembelajaran khusus untuk meningkatkan perkembangan kognitif, emosional, dan
sosial anak-anak. Mendorong anak untuk memperoleh keterampilan seperti imajinasi,
kreativitas, rasa ingin tahu, ketekunan, eksplorasi, dan penemuan. Meningkatkan
pengembangan siswa yang kompeten secara sosial yang mampu menghadapi
tantangan dan menciptakan solusi dalam kehidupan sehari-hari mereka.

b. Pembelajaran di Luar Ruangan


Mendorong pemahaman dan perolehan pengetahuan oleh siswa itu sendiri.
Dimotivasi oleh keingintahuan alami siswa. Mendorong keterlibatan siswa dengan
alam dan lingkungan. Mendorong perubahan perilaku terkait alam dan lingkungan.
Pembelajaran berbasis bermain dan pembelajaran di luar ruangan adalah dua
metodologi yang efektif untuk membantu anak-anak belajar dan berkembang.
Pembelajaran berbasis bermain melibatkan aktivitas bermain yang dipandu oleh guru
dengan tujuan pembelajaran khusus. Pembelajaran berbasis bermain membantu anak-
8
anak mengembangkan keterampilan seperti imajinasi, kreativitas, dan rasa ingin tahu.
Pembelajaran di luar ruangan mendorong pemahaman dan perolehan pengetahuan
oleh siswa sendiri. Pembelajaran di luar ruangan mendorong keterlibatan siswa
dengan alam dan lingkungan.

Menurut Kuo, pengalaman di alam membantu siswa memperoleh


keterampilan yang dibutuhkan oleh warga abad ke-21.

Keterampilan ini diperlukan untuk membuat keputusan ketika mereka


berpartisipasi aktif dalam masyarakat. Pengalaman di alam dan solusi berbasis alam
memiliki banyak manfaat bagi siswa, masyarakat, dan lingkungan. Pengalaman di
alam membantu siswa memperoleh keterampilan abad ke-21. Solusi berbasis alam
adalah solusi ekonomi yang terinspirasi oleh alam. Solusi berbasis alam memberikan
manfaat lingkungan, sosial, dan ekonomi. Solusi berbasis alam dapat diterapkan di
kota-kota dan lanskap maritim. Solusi berbasis alam dapat membantu memerangi
perubahan iklim. Ada skenario pembelajaran yang tersedia untuk penerapan solusi
berbasis alam.

Model pedagogi yang dikembangkan oleh Hawthorne dan Alabaster untuk


mencapai kewarganegaraan lingkungan. Model ini didasarkan pada keterkaitan antar
komponen yang didefinisikan “a priori” Model ini menunjukkan bahwa Partisipasi
dalam pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup merupakan prasyarat terpenting
bagi perilaku lingkungan. Perilaku lingkungan tidak hanya dipromosikan oleh
program pendidikan, tetapi juga oleh seluruh rangkaian faktor yang harus berinteraksi
dengan pendidikan. Faktor-faktor tersebut termasuk faktor pribadi dan kepribadian
yang memiliki pengaruh kuat terhadap perubahan perilaku.Model pedagogi
Hawthorne dan Alabaster memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk
mencapai kewarganegaraan lingkungan.

Model pembelajaran berbasis proyek kewarganegaraan lingkungan, Model ini


dimulai dari permasalahan lingkungan hidup setempat yang didasari oleh minat dan
keprihatinan para mahasiswa. Para mahasiswa merasa mempunyai tanggung jawab

9
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut karena merupakan permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakatnya. Permasalahan tersebut mungkin juga merupakan
masalah lingkungan global yang tercermin secara lokal, sehingga membuat siswa
merasa mampu bertindak sebagai agen perubahan. Model pembelajaran berbasis
proyek kewarganegaraan lingkungan adalah model pembelajaran yang efektif untuk
membantu siswa belajar tentang masalah lingkungan dan mengembangkan
keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi warga negara
yang bertanggung jawab.

3. Metodologi dalam prototipe


Prinsip-prinsip Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang dituangkan dalam
Deklarasi Tbilisi, Prinsip-prinsip tersebut mencakup unsur-unsur mendasar bagi
pembangunan berkelanjutan. Unsur-unsur tersebut meliputi:
a. Perlunya mempertimbangkan aspek sosio-lingkungan

b. Memperhatikan hubungan antara ekonomi, lingkungan, dan pembangunan

c. Mengadopsi perspektif lokal dan global

d. Mempromosikan solidaritas internasional

Tujuan PLH tidak hanya terbatas pada pengembangan pengetahuan dan


kesadaran, tetapi juga untuk Mengembangkan karakteristik yang sesuai untuk
menangani masalah lingkungan hidup dan mendorong partisipasi siswa dalam
pengambilan keputusan dan tindakan untuk menyelesaikan masalah lingkungan
hidup. PLH adalah proses belajar yang membantu siswa untuk memahami dan
menangani masalah lingkungan hidup. PLH harus memiliki tiga komponen: kognitif,
afektif, dan partisipatif. PLH harus dipelajari secara interdisipliner untuk memahami
kompleksitas dan globalitas isu-isu lingkungan hidup.

Salah satu tujuan pendidikan lingkungan adalah untuk mempromosikan


kewarganegaraan lingkungan. PKL bertujuan untuk membekali individu dengan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang mereka butuhkan untuk menjadi warga
negara yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan.
10
Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan Lingkungan sebagai berikut:

a. PKL adalah model pendidikan baru yang didasarkan pada penelitian dan
tindakan, bersama dengan keterlibatan masyarakat.

b. PKL lebih tepat untuk mempromosikan jenis kewarganegaraan dan literasi


yang diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan.

c. PKL meningkatkan keterampilan sosial dan pengetahuan ilmiah.

d. PKL mencakup pemahaman sosial-lingkungan yang lebih interdisipliner.

e. PKL mendorong hasil yang berorientasi pada tindakan dan pengambilan


keputusan.

PKL adalah model pendidikan yang penting untuk mencapai pembangunan


berkelanjutan. PKL membekali individu dengan pengetahuan, keterampilan, dan nilai
yang mereka butuhkan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan
peduli terhadap lingkungan.

Metodologi dalam Pendidikan Lingkungan (PL) harus fleksibel dan diadaptasi


dengan berbagai situasi. Pendidikan adalah proses aktif yang berlangsung seumur
hidup. Tidak ada satu model pedagogis yang berlaku untuk semua orang dan semua
situasi. Metodologi harus fleksibel: Metodologi PL harus dapat diadaptasi dengan
kebutuhan dan karakteristik anak-anak, konteks situasional, dan hubungan antara
anak dan guru. Pentingnya individualitas anak, strategi yang sesuai untuk satu anak
mungkin tidak sesuai untuk anak lainnya. Konteks situasional, metodologi PL harus
mempertimbangkan konteks di mana pendidikan berlangsung, seperti lingkungan
sekolah, rumah, atau komunitas. Hubungan antara anak dan guru, hubungan yang
positif antara anak dan guru dapat meningkatkan efektivitas PL.

Pembelajaran berorientasi masyarakat tidak hanya meningkatkan ikatan


dengan masyarakat, namun juga meningkatkan apresiasi yang lebih besar terhadap
lingkungan alam, memberikan siswa kesempatan, untuk menganalisis, mengkritik,
dan memperbaiki praktik lingkungan setempat. Pembelajaran berorientasi masyarakat
11
adalah pembelajaran yang berfokus pada pemecahan masalah dan kebutuhan
masyarakat. Pembelajaran ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti melalui
proyek-proyek, kunjungan lapangan, atau kegiatan sukarela. Pembelajaran
berorientasi masyarakat dapat meningkatkan ikatan dengan masyarakat dengan cara
melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat. Hal ini
dapat membuat siswa merasa lebih dekat dengan masyarakat dan memiliki rasa
memiliki terhadap lingkungannya. Meningkatkan kekhawatiran mengenai
ketidakadilan sosial-lingkungan, menyadarkan mereka akan dampak permasalahan
sosial dan lingkungan terhadap masyarakat, dan memotivasi mereka untuk
berpartisipasi aktif. Dengan cara ini, siswa mengembangkan rasa keadilan,
kesetaraan, tanggung jawab, dan pemikiran kritis dan kreatif, karakteristik penting
dari kewarganegaraan partisipatif aktif.

Melalui pembelajaran berbasis bermain, pemikiran kritis, kreativitas,


kompetensi pemecahan masalah, perumusan hipotesis, pemahaman konsep, dan
kemampuan mengambil keputusan dipromosikan. Dalam konteks ini, anak dapat
bereksplorasi, bereksperimen, menemukan, dan memecahkan masalah dengan cara
yang kreatif, imajinatif, dan menyenangkan, mengembangkan keterampilan sosial dan
menjadikan siswa mampu menghadapi dan menciptakan solusi terhadap tantangan
dalam kehidupan sehari-hari.

B. Pandangan Penulis Tentang Artikel


Pendekatan pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk membantu siswa
memahami dan mengembangkan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi, hak asasi
manusia, keadilan sosial, dan partisipasi aktif dalam masyarakat. Dalam konteks
lingkungan, pendidikan kewarganegaraan dapat membantu siswa memahami
pentingnya menjaga dan melindungi lingkungan alam serta mempromosikan
keberlanjutan.

12
Beberapa prinsip yang mungkin relevan dalam desain model pendidikan
pedagogis lingkungan kewarganegaraan adalah:

1. Pembelajaran berbasis proyek: Siswa dapat terlibat dalam proyek nyata yang
berhubungan dengan isu lingkungan, seperti pengelolaan sampah, penghematan
energi, atau pelestarian alam. Melalui proyek ini, siswa dapat mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu lingkungan dan belajar untuk
mengambil tindakan yang positif.

2. Kolaborasi dan partisipasi: Model pendidikan pedagogis lingkungan


kewarganegaraan dapat mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok,
berdiskusi, dan mengambil keputusan bersama terkait isu-isu lingkungan. Ini
dapat membantu siswa memahami pentingnya partisipasi aktif dalam masyarakat
dan mengembangkan keterampilan kolaborasi.

3. Pemikiran kritis: Siswa dapat diajak untuk mempertanyakan dan menganalisis


informasi yang mereka terima tentang isu-isu lingkungan. Mereka dapat diajarkan
untuk melihat berbagai sudut pandang, mengevaluasi bukti ilmiah, dan
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas isu-isu
lingkungan.

4. Tindakan nyata: Model pendidikan pedagogis lingkungan kewarganegaraan dapat


mendorong siswa untuk mengambil tindakan nyata dalam menjaga dan
melindungi lingkungan. Ini dapat melibatkan kegiatan seperti mengurangi
penggunaan plastik sekali pakai, mengadakan kampanye kesadaran lingkungan,
atau berpartisipasi dalam kegiatan restorasi lingkungan.

Pendekatan dan prinsip ini dapat membantu siswa mengembangkan


pemahaman yang lebih mendalam tentang isu-isu lingkungan dan memotivasi mereka
untuk mengambil tindakan yang positif. Namun, penting untuk dicatat bahwa desain
model pendidikan pedagogis lingkungan kewarganegaraan dapat bervariasi
tergantung pada konteks lokal, kebutuhan siswa, dan tujuan pendidikan yang
diinginkan.
13
Desain model tersebut terlihat sangat holistik dan berorientasi pada
pengembangan pemahaman kewarganegaraan dan tanggung jawab lingkungan pada
anak-anak. Beberapa poin kunci yang dapat diperhatikan:
1. Integrasi Konsep:
Integrasi antara konsep kewarganegaraan dan lingkungan sangat penting. Dengan
menggabungkan kedua aspek ini, model tersebut dapat membantu siswa
memahami bagaimana tanggung jawab individu terhadap lingkungan berkaitan
erat dengan peran mereka dalam masyarakat.
2. Pendekatan Berbasis Masalah:
Penggunaan pendekatan berbasis masalah dapat meningkatkan keterlibatan siswa.
Melibatkan mereka dalam penyelesaian masalah lingkungan nyata dapat
memotivasi mereka untuk belajar dan mengembangkan pemikiran kritis.
3. Interdisiplinaritas:
Pendekatan interdisipliner membantu siswa melihat hubungan antara berbagai
bidang ilmu, seperti ilmu lingkungan, sosiologi, dan kebijakan publik. Ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas isu-isu
kewarganegaraan dan lingkungan.
4. Pembelajaran Berbasis Pengalaman:
Melibatkan siswa dalam kegiatan praktis di lingkungan mereka tidak hanya
meningkatkan pemahaman, tetapi juga membantu mereka mengembangkan
keterampilan praktis dan empati terhadap isu-isu lingkungan.
5. Pengembangan Keterampilan Kewarganegaraan:
Fokus pada pengembangan keterampilan sosial, berpikir kritis, dan rasa tanggung
jawab terhadap keberlanjutan lingkungan merupakan langkah positif untuk
membentuk generasi yang aktif dan sadar terhadap peran mereka dalam
masyarakat.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa Hasil Pembelajaran
dari Model Pedagogis adalah untuk mengembangkan hasil pembelajaran siswa yang
mencakup kesadaran, pengetahuan, hak, tugas, berpikir kritis, etika, rasa hormat,
tanggung jawab, dan pemberdayaan. Diharapkan bahwa pendekatan ini dapat
meningkatkan keterlibatan siswa dalam praktik lingkungan hidup dan mempersiapkan
mereka untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan berkelanjutan.

Penelitian ini membahas metodologi edukasi untuk mempromosikan


kewarganegaraan lingkungan di pendidikan dasar. Paper ini menyoroti pentingnya
pendidikan lingkungan yang praktis, terintegrasi, dan inovatif dalam membantu siswa
mengembangkan keterampilan dan sikap yang relevan dalam kaitannya dengan
lingkungan. Metode-metode yang dipromosikan termasuk pembelajaran inkuiri kritis,
kontemplatif, berorientasi masyarakat, berbasis bermain, dan berbasis alam.
Pembelajaran inkuiri kritis, kontemplatif, berbasis masyarakat, dan berbasis alam
membantu siswa mengembangkan keterampilan kritis, emosional, dan sosial yang
relevan dengan lingkungan, sedangkan pembelajaran berbasis bermain memberikan
pengalaman belajar yang kreatif dan menyenangkan. Disarankan pula menerapkan
pembelajaran berbasis alam karena hubungannya dengan peningkatan motivasi siswa,
pengurangan stres, dan peningkatan keterlibatan siswa.

15

Anda mungkin juga menyukai