Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Kelas : B
Disusun oleh:
1. Muhammad Wildan Aziz 215070500111006
2. Jessica Jasmine 215070500111012
3. Faishal Nashif Guntoro 215070500111014
4. Btari Aisyah Sendari 215070501111002
5. Alifda Nurhayati 215070501111004
6. Fahma Nurmadani 215070501111006
7. Risma Finka Firdausi 215070501111008
8. Alisha Dini Irsalina 215070501111016
9. Faizatul Mukaromah 215070501111024
10. Muhammad Rafly MBS 215070507111024
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya yang telah memberikan kesehatan dan kelapangan waktu bagi penyusun sehingga
penyusun dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya. Paper ini kami susun guna
memenuhi tugas tambahan mata kuliah Etika & Perundang-Undangan farmasi.
Secara garis besar paper ini membahas mengenai Pelaporan narkotika, psikotropika dan
prekursor pada Industri Farmasi, PBF (Pedagang Besar Farmasi), Apotek, IFRS (Instalasi
Farmasi Rumah Sakit) dan TOB (Toko Obat Berizin).
Dengan demikian paper ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi
positif mengenai tahap-tahap Pelaporan narkotika, psikotropika dan prekursor. Penyusun
menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun dengan
senang hati akan menerima segala bentuk kritik yang bersifat membangun dan saran-saran dari
berbagai pihak yang akhirnya dapat memberikan manfaat bagi paper ini. Akhir kata, penyusun
mengucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
2.1 Pelaporan di Industri Farmasi ................................................................................................. 3
2.2 Pelaporan di PBF (Pedagang Besar Farmasi) ......................................................................... 4
2.3 Pelaporan di Apotek ................................................................................................................. 5
2.4 Pelaporan di IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) ............................................................. 6
2.5 Pelaporan di TOB (Toko Obat Berizin) .................................................................................. 7
2.6 Pelaporan online melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) .......... 8
BAB III KESIMPULAN................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 11
LAMPIRAN ...................................................................................................................................... 12
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1 Bagaimana mekanisme pelaporan di Industri Farmasi?
2 Bagaimana mekanisme pelaporan di PBF (Pedagang Besar Farmasi)?
3 Bagaimana mekanisme pelaporan di Apotek?
4 Bagaimana mekanisme pelaporan di IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit)?
5 Bagaimana mekanisme pelaporan di TOB (Toko Obat Berizin)?
6 Bagaimana mekanisme pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor secara online?
1.3 Tujuan
1 Agar mekanisme pelaporan di Industri Farmasi dapat diketahui
2 Agar mekanisme pelaporan di PBF (Pedagang Besar Farmasi) dapat diketahui
3 Agar mekanisme pelaporan di Apotek dapat diketahui
4 Agar mekanisme pelaporan di IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dapat diketahui
5 Agar mekanisme pelaporan di TOB (Toko Obat Berizin) dapat diketahui
6 Agar mekanisme pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor secara online dapat
diketahui.
2
BAB II PEMBAHASAN
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3 tahun 2015 pasal 45 ayat 1
Peraturan Kepala BPOM Republik Indonesia nomor 40 tahun 2013 BAB II
“Industri Farmasi yang memproduksi narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi wajib
menyampaikan laporan produksi dan penyaluran produk jadi narkotika, psikotropika, dan
prekursor farmasi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan”
xx
Setiap kali kegiatan Dirjen Binfar
Laporan Realisasi importasi atau dengan tembusan
Impor dan Ekspor eksportasi (paling Kabadan c.q.
lambat 2 minggu Ditwas Napza
(Lampiran 1&2) sejak diterima)
Laporan
xx
xx
xx
Pemasukan dan
Dirjen tembusan
penggunaan
Setiap bulan Kabadan c.q.
prekursor untuk
Ditwas Napza dan
produksi Kabalai
(Lampiran 3)
Laporan Hasil
xx
xx
xx
xx
3
xx
xx
xx
Laporan Kabadan c.q.
Kehilangan Ditwas Napza
Prekursor Farmasi Setiap kali kejadian
atau kegiatan tembusan Dirjen
(Lampiran 6) dan Kabalai Besar
xx
xx
xx
Laporan Kabadan c.q.
Pemusnahan Setiap kali kejadian Ditwas Napza
Prekursor Farmasi atau kegiatan tembusan Dirjen
(Lampiran 7) dan Kabalai Besar
xx
xx
xx
Laporan Penarikan Setiap kali kejadian Dirjen Binfar
Obat yang atau kegiatan dengan tembusan
Mengandung Kabadan cq.
Prekursor Farmasi Ditwas Napza
dari Peredaran
Peraturan Kepala BPOM Republik Indonesia nomor 40 tahun 2013 BAB III
“PBF pengelola Prekursor Farmasi/obat mengandung Prekursor Farmasi wajib membuat dan
menyimpan catatan serta mengirimkan laporan.”
“Pencatatan dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan Prekursor Farmasi/obat
mengandung Prekursor Farmasi mulai dari pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penanganan
kembalian, penarikan kembali (recall), pemusnahan dan inspeksi diri secara tertib dan akurat
serta disahkan oleh penanggung jawab PBF.”
4
(Lampiran 8) diterimanya Prekursor
Farmasi
Laporan realisasi ekspor, Setiap kali kegiatan Dirjen Binfar tembusan
bila PBF melakukan importasi atau eksportasi KaBadan cq. Ditwas Napza
ekspor/reekspor selambat-lambatnya 7
(Lampiran 2) (tujuh) hari sejak
diterimanya Prekursor
Farmasi
Laporan penyaluran obat Setiap bulan Kepala Badan c.q.
mengandung Prekursor Direktorat Pengawasan
Farmasi oleh PBF Napza dan Kepala Balai
(Lampiran 9)
Laporan kehilangan Setiap kali kejadian/kegiatan Kepala Badan dengan
Prekursor Farmasi/obat tembusan Direktur Jenderal,
mengandung Prekursor Kepala Balai setempat, dan
Farmasi Kepala Dinas Kesehatan
(Lampiran 5) Propinsi setempat
Laporan pemusnahan Setiap kali kejadian/kegiatan Kepala Badan dengan
Prekursor Farmasi/obat tembusan Direktur Jenderal,
mengandung Prekursor Kepala Balai setempat, dan
Farmasi Kepala Dinas Kesehatan
(Lampiran 6) Propinsi setempat
5
Pelaporam narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulannya yang diinput oleh
apoteker atau asisten apoteker, kemudian setelah input lengkap, data akan diimpor sebelum
tanggal 10 (pada bulan berikutnya). Pelaporan yang dilakukan melalui SINAP nama, bentuk
sediaan, dan kekuatan NPP, jumlah persediaan awal dan akhir, tanggal, no. dokumen, dan
sumber penerimaan, jumlah yang diterima, tanggal, no. dokumen, dan tujuan penyaluran,
jumlah yang disalurkan, no. bets dan kedaluwarsa penerimaan atau penyaluran, persediaan
awal dan akhir.
Tahapan pelaporan narkotika dan psikotropika di apotek
Entry
Registrasi Pilih Produk
Laporan
Verifikasi Persetujuan
Cetak
(Dinkes (Dinkes
Laporan
Kab/Kota) Kab/Kota)
6
Jenis Pelaporan Waktu Pelaporan Tujuan Pelaporan
Toko Obat Berizin (TOB) wajib membuat dan menyimpan catatan penyerahan serta
pengeluaran obat mengandung Prekursor Farmasi Efedrine dan Pseudoefedrine
dalam bentuk sediaan tablet dan laporan kehilangan
7
Kepala Badan dengan
tembusan Kepala Balai
Laporan Setiap kali
setempat, dan Kepala
kehilangan kejadian/kegiatan
Dinas Kesehatan Provinsi
setempat
2.6 Pelaporan online melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika)
Aplikasi SIPNAP merupakan aplikasi sistem pelaporan obat golongan narkotika dan
psikotropika (SIPNAP) yang dikembangkan dan dikelola oleh Direktorat Bina Produksi dan
Distribusi Kefarmasian, Ditjen Binfar dan Alkes, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Aplikasi ini diperuntukkan bagi seluruh unit pelayanan apotek, klinik, rumah sakit, instalasi
farmasi kabupaten/kota, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi
seluruh Indonesia (Susanti, 2018).
Tujuan dari SIPNAP
a) Memperoleh data yang valid dan real-time dalam proses pengambilan keputusan dan
penentuan kebijakan,
b) Memudahkan dalam memonitor kemungkinan adanya penyimpangan/kebocoran ke jalur
ilegal untuk obat dalam pengawasan,
c) Memudahkan dalam melakukan analisa dan penyusunan laporan,
d) Laporan yang paper-less, terpusat, mudah diakses, dan didistribusikan
Penyampaian laporan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan
dengan cara mengirim laporan menggunakan lembar kerja elektronik melalui website
http://www.sipnap.kemkes.go.id. Pelaporan diawasi langsung oleh petugas SIPNAP Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementrian Kesehatan RI. Hasil
laporan SIPNAP dapat dicetak sebagai arsip di unit layanan masing-masing. Laporan yang
diterima oleh Kementrian Kesehatan akan dilaporkan ke International Narcotic Control Board
(INCB).
8
Aplikasi SIPNAP
9
BAB III KESIMPULAN
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai merupakan
suatu kegiatan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi.
Kegiatan ini bertujuan agar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
tersedia dalam mutu, jumlah serta tepat guna. Hal ini karena narkotika, psikotropika, dan
prekursor merupakan sediaan farmasi yang harus diperhatikan pengelolaannya agar tidak
disalahgunakan di kalangan masyarakat. Dengan mempelajari pengelolaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai pada tahapan pelaporan dapat diketahui
mekanisme pelaporan di industri farmasi, PBF (Pedagang Besar Farmasi), apotek, IFRS
(Instalasi Farmasi Rumah Sakit), dan TOB (Toko Obat Berizin).
10
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, T. dan Ramadhan, D. K. 2019. Analisis kegiatan pengelolaan sedian farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai berdasarkan Permenkes RI Nomor 72 tahun
2016 di RS X Kabupaten Bekasi. Jurnal Inkofar. 1(2): 13-20
Anggraini, W., Geni, W. S., Putri, G., Maimunah, S., dan Syahrir, A. 2020. Buku Pedoman
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. UIN Maulana Malik Ibrahim. Malang.
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 40 tahun
2013 Tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor Farmasi dan Obat Mengandung
Prekursor Farmasi. 27 Juni 2013. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik
Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran
Penyimpanan Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika Psikotropika dan Prekursor
Farmasi. 5 Januari 2015. Berita Negara Republik Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. 9 Januari 2017. Berita Negara Republik
Indonesia. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. 2 Februari 2017. Berita Negara Republik
Indonesia. Jakarta.
Petunjuk Teknis Standart Pelayanan di Apotek. 2019. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
SINAP User Manual untuk Apotek. 2014. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Susanti, J. 2018. Evaluasi Ketersediaan Serta Aplikasi Sistem Pelaporan Obat Golongan
Narkotika dan Psikotropika pada Apotek di Kota Medan, pp. 1–168.
Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 13 Oktober 2009. Berita Negara
Republik Indonesia. Jakarta.
11
LAMPIRAN
12
Lampiran 3 (Contoh Form Laporan Penyaluran Obat mengandung Prekursor
Farmasi)
Laporan 4 (Contoh Form Laporan Hasil Produksi dan Penyaluran Obat Mengandung
Prekursor Farmasi)
13
Lampiran 5 (Contoh Form Laporan Hasil Investigasi Ketidaksesuaian Stok)
14
Laporan 7 (Contoh Form Berita Acara Pemusnahan Prekursor Farmasi)
15
Lampiran 9 (Contoh Form Laporan penyaluran obat mengandung Prekursor Farmasi
oleh PBF)
16
Lampiran 11 (Contoh Form Laporan Apotek Psikotropika)
17