Anda di halaman 1dari 2

Senja hampir saja menganggapnya lelucon, tapi mengingat perubahan pada diri Bara,

bukan tidak mungkin alasannya benar-benar mengejutkan. Jadi, akhirnya Senja


mengangguk.

"Kamu tahu kan, kita lihat dengan mata kepala sendiri kalau Kak Bara ngaku
ngehamilin Kak Jess?"

Senja mengangguk lagi.

"Anak itu..." Gayatri memberi jeda, ia tampak mencari kata yang tepat untuk
melanjutkannya. "Anak itu, bukan anak Kak Bara."

"Hah?!" Senja sontak bangkit dari baringnya. Ia terduduk menatap Gayatri tak
percaya. Jantungnya sudah berdegup tak beraturan. "Serius?!"

Gayatri ikut bangkit dan duduk menghadap Senja. Ia mengangguk serius, tak ada sorot
candaan dari matanya.

"Maksudnya, Kak Jess bohongin kita? Dia ngaku-ngaku itu anak Kak Bara?"

"Bukan, bukan ngaku-ngaku itu anak Kak Bara. Lebih tepatnya mereka yang ngaku-ngaku
itu anak Kak Bara."

Otak Senja mendadak macet, entah karena terlalu kaget atau memang ceritanya terlalu
rumit untuk dicerna. "Hah? Gimana, Ya?"

Gayatri menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, "Ja... Dari awal
Kak Bara tahu itu bukan anaknya."

Cetar!!

Bagai tersambar petir di siang bolong, Senja terkejut hingga seluruh tubuhnya tak
dapat berfungsi dengan baik. Bahkan otaknya seolah lumpuh saat ini.

"Udah aku bilang, Kak Bara pasti dijampi-jampi sampe rela ngelakuin apapun demi Kak
Jess. Bahkan bertanggungjawab atas anak yang bukan darah dagingnya. Kebayang ga sih
gimana ngamuknya Mama sama Papa setelah tahu mereka dibohongin abis-abisan selama
ini?"

"Ini ngga mungkin," ujar Senja lirih. Dirinya masih terlalu syok mengetahui
kenyataan yang sesungguhnya. Bara memang menceritakan persoalan rumah tangganya,
tapi pria itu menutup rapat aib Jessica. Sebegitu cintanya kah Bara pada Jessica
hingga ia mengorbankan kebahagiannya sendiri demi kebahagiaan Jessica? Hati Senja
seakan diiris belati saat ini. Sakit, perih, menyesakkan.

"Sampe sekarang, ngga ada yang tahu siapa ayah biologis Nadia —anak Jessica."

Senja memejamkan matanya, sebulir air mata lolos begitu saja. Membayangkan betapa
kesakitannya Bara selama ini membuat hatinya nyeri. Masih Senja ingat dengan jelas
perkataan Bara di hari pernikahannya. Cintanya pada Jessica berbeda? True love? Apa
sebenarnya makna cinta sejati bagi pria itu? Semua yang Bara lakukan selama ini
bukan cinta, tapi kebodohan. Sama saja dengan bunuh diri. Lihat pria itu sekarang,
hatinya mati.

"Ja, aku sebenernya seneng Kak Bara bisa deket lagi sama kamu. Meski masih sedatar
triplek, at least dia mau berinteraksi lebih sama kamu. Bahkan dia ceritain
masalahnya ke kamu, meskipun ngga semuanya. Cuma sama kamu dia mau terbuka. Senja,
my dearest best friend, would you help him to find himself back? Selayaknya dia
bantu kamu bangkit dulu, aku minta tolong sama kamu untuk bantu Kak Bara bangkit
dan lepas dari bayang-bayang Kak Jessica," Gayatri menggenggam tangan Senja erat,
tangisnya pecah, memohon dengan begitu tulus pada Senja supaya mau membantu Kakak
tertuanya.

Senja menatap Gayatri lekat, mereka sama-sama berurai air mata saat ini. Gayatri
terlihat sangat putus asa. Ia kehilangan sosok Kakaknya. Sama seperti Senja yang
kehilangan Baranya, cinta pertamanya.

"Dengan senang hati, Ya. Dengan senang hati. Dari dulu, sampe sekarang, meskipun 10
tahun udah berlalu,. Nyatanya perasaanku buat dia ngga bisa hilang. Ngelihat dia
kayak gini juga bikin aku sakit. I will do my best, Ya."

"Thanks, Senja. Makasih banyak my bestie."


***
"Om Ray, aku minta tolong, dong."

Rayyan dan Senja sedang istirahat makan siang di ruangan Senja saat ini. Mereka
memesan dua porsi nasi padang sebagai menu makan siang mereka. Dan seperti biasa,
jika istirahat makan siangnya dihabiskan bersama Rayyan, topik obrolan mereka tidak
jauh-jauh dari masalah pekerjaan.

"Anything, Senja."

"Tolong mintakan laporan terbaru soal resort-resort kita di Bali, Lombok sama
Sumba. Aku ngga bisa pulang ke Sumba dalam waktu dekat, belum bisa keliling
nengokin resort lainnya juga."

"Kamu bilang cuma seminggu di Jakarta?"

"Kan kepotong sakit, Om."

"Saya pikir kamu cuma akan extend seminggu lagi."

"Nope, aku di sini sampe waktu yang ngga bisa ditentukan. Aku juga udah bilang sama
Papa, I will take th

Anda mungkin juga menyukai