Anda di halaman 1dari 3

kerja part time? tanyaku pada Joshua sahabatku.

Iya, aku bisa kan kerja part time di kedai kopi milik ayahmu? Bisa, sih! Tapi buat apa? tanyaku lagi semakin penasaran Aku mau memberikan hadiah kepada seseorang dengan usahaku sendiri. Aku mau membeli kalung dengan liontin batu kelahiran seseorang.

Konon katanya kalau kita memberikan kalung itu pada seseorang, perasaan kita akan tersampaikan pada orang itu, dan jika seseorang itu menerima cintanya, maka cinta kita akan abadi, terangnya panjang lebar kamu mau memberikan pada siapa? kak Lea, siapa lagi?! Aku sudah cari tahu kalau batu kelahirannya adalah Emerald. Kata-kata Joshua membuatku sedikit kecewa. Memang aku sudah

lama bersahabat dengan Joshua, tapi sebenarnya perasaanku terhadap dia lebih dari itu. Aku menyukainya tapi aku tak berani mengungkapannya karena takut kalau dia tahu perasaanku hubungan kita bisa renggang. Aku mau keadannya seperti ini saja. Sejak dulu Joshua sudah menyukai kak Lea, kakak kelas kami. Walaupun umurnya lebih muda dari kak Lea, dia tidak mempermasalahkan itu. Sebenarnya aku sudah tau kalau kak Lea sudah memiliki kekasih, tapi aku tidak berani mengatakan pada Joshua karena takut membuatnya patah hati. Hey, kok ngelamun aja! Kamu bisa ngomong ke ayahmu buat memberikan pekerjaan, kan? ucapannya membuyarkan lamunanku. Oh! Tentu saja. Beres, kamu nggak usah khawatir, ucapku. Dia senang sekali dan memelukku. mungkin hanya ini saja yang bisa kulakukan untuknya. Sebagai sahabatnya aku hanya bisa memberi dukungan. Sampai pada akhirnya kalung berliontin batu kelahiran terbeli juga, dan malam ini Joshua hendak menyatakan cintanya kepada kak Lea. Karena aku takut dia patah hati, aku memberanikan diri untuk menemui kak Lea.

Kau memintaku untuk menerima cintanya? Tanya kak Lea setengah tidak percaya padaku, setelah aku memohon padanya untuk menerima cinta Joshua. Aku mengangguk perlahan. Tapi kau tau aku sudah punya pacar. Tapi Joshua sungguhsungguh menyukaimu. Jawabku. Dia menatapku. Kumohon kak, pintaku lagi kemudian dia tersenyum, sepertinya kau sungguh-sungguh menyukainya. Kata katanya membuatku mati kutu. Aku tidak tau harus berbuat apa. Kak Lea bisa membaca pikiranku. Pokoknya kakak harus menerimanya!! ucapku sambil pergi meninggalkannya karena malu. Sebelum malam menjelang, Joshua datang menemuiku untuk meminta dukunganku.Doakan aku,ya! Semangat!ucapku. Beberapa jam kemudian Joshua datang, tampak senyuman yang tadi menghias bibirnya menghilang. Dia menghampiriku. Langsung duduk di sebelahku dengan wajah yang tidak bersemangat. Aku ditolak, ucapnya. Aku menepuk pundaknya tanda aku simpatik padanya Sabar,ya. Dia tertunduk lesu. Cukup lama kita terdiam. Kesunyian menyelimuti kami.

Sudahlah.., jangan bersedih lagi. Aku menghiburnya. aku tidak sedih, kok. Lagian tadi kak Lea mengatakan sesuatu. Mengatakan apa? Cinta tak harus memiliki. Yang kita sangat mencintainya, ternyata itu hanya jembatan untuk menuju cinta yang sesungguhnya. Tanpa kita sadari cinta sesungguhnya itu sudah hadir sejak dulu, ucapnya panjang lebar. Tampak senyumnya mulai mengembang lagi. Aku diam sejenak mencerna kata-katanya. Tahu tidak maksudnya? tanyanya sambil melirik kearahku. Aku menggeleng pelan. Kemudian dia mengusap-usap kepalaku gemas seperti anak kecil. Dia memang sering melakukan itu. Dia tersenyum simpul, dan bangkit berdiri beranjak dari tempat duduknya.Sudah, yuk pulang! Lagian besok aku harus kerja kan? katanya. kerja lagi? Untuk apa? Dia menatapku Batu kelahiranmu apa? Kata katanya membuat wajahku memerah dan jantungku berdegup kencang. Aku tidak sedang bermimipi kan? Kucubit wajahku untuk membuktikan aku sedang tidak bermimpi, dan hasilnya aku memang sedang tidak bermimpi. Sambil membalas senyumnya akupun menjawab.Saphire.

Anda mungkin juga menyukai