Anda di halaman 1dari 4

About My Twins

Apa pendapat kalian tentang orang yang memiliki kembaran? Sebagian orang bilang kalau punya
kembaran adalah hal yang menyenangkan. Kalau punya kembaran, maka kita tidak akan merasa
kesepian, bisa melakukan banyak hal dengan kembaran kita. Bahkan bisa menipu orang lain
karena wajah yang mirip. Tidak berlaku untuk orang yang wajahnya tidak mirip, kata Upin Ipin sih
namanya kembar tak seiras. Kalau sama kembaran udah kayak sahabat sendiri.

Tapi menurutku, punya kembaran ngak semenyenangkan itu, dan ngak seseru yang kalian
bayangin. Kenapa? Karena aku ngalamin sendiri, aku bakal ceritain. Aku punya kembaran cowok,
kami ini kembar identik. Menurut pendapatku punya kembaran cowok itu ngerepotin banget,
apalagi kalau dia populer, beh... tambah repot lagi.

Bayangin aja para fans-fansnya selalu nyamperin aku cuma buat nanya dan minta hal tentang
kembaranku. Aku sempat mikir, ini mereka kurang kerjaan banget, masalahnya mereka datang ke
aku cuma buat nanya loh, gak ada niatan berteman gitu.

Oh ya aku lupa, namaku Keysha Maharani, dan kembaranku Kevvano Mahardika. Awalnya sih
aku pikir bakalan senang kalau punya kembaran, nyatanya enggak. Aku sama Kevvan itu gak
sefrekuensi, ditambah dia punya sikap yang dinginnya Masya Allah, cuek, tatapannya tajam, dan
wajahnya sedatar tripleks. Ya.... aku akui dia ganteng sih, hehe.

Karena dia cuek makanya banyak fansnya yang deketin aku, nanya ini itu, minta ini itu, terus
kalau keinginannya udah terpenuhi, aku nya ditinggal gitu aja, kan ngeselin.

Aku juga selalu dibanding-bandingin sama orang tuaku, lebih seringnya mama sih.
Dibandinginnya bukan sama anak tetangga, sama Kevvan cuy. Bayangin dibandinginnya sama
kembaran sendiri, mana cowok lagi, kit heart aku tuh ma.

Di rumah maupun di sekolah Kevvan jarang banget ngajak aku ngobrol, jangankan ngobrol, waktu
ketemuan aja kadang ngak mau nyapa. Walaupun gitu, banyak yang ngira aku sama Kevvan
dekat, kemana-mana selalu bareng, nempel terus gak bisa dipisah. Mereka gak tau aja kalau aku
sama Kevvan gak sedekat yang mereka kira. Mungkin mereka pernah liat aku sama Kevvan ke
supermarket bareng, padahal itu disuruh mama.

Pernah sekali aku ngajak Kevvan ngobrol, karena udah benar-benar bosan sama sifatnya yang
dingin, dan juga di rumah gak ada siapapun lagi selain kami berdua.

"Kev, aku mau nanya boleh ngak?" Aku menatapnya yang sedang fokus mengetik sesuatu di
laptop, mungkin tugas sekolah.
"Hmm," balasnya. Hanya 'hmm?' ah ingin rasanya kutonjok wajah gantengnya itu.

"Hmm itu boleh atau ngak?" Tanyaku sekali lagi.

Dia berhenti sejenak dan menatapku, "Mau nanya apa?"

Nah gitu dong dari tadi, aku gak langsung bertanya, sengaja membuatnya menunggu. Aku bisa
melihat raut wajahnya berubah menjadi kesal karena tidak mendengarkan suaraku sedikitpun, itu
lucu, ekspresinya sungguh lucu.

"Kenapa kamu gak nyari pacar?" Ucapku dengan cepat saat melihat tatapan tajamnya. Sangat
mengerikan pemirsa.

Dia menyerngitkan dahi, dan kemudian kembali menatap laptop dan mengetikkan sesuatu. "Buat
apa? Gak penting juga, lagian ngapain harus nyari pacar, toh di rumah udah ada cewek yang bisa
aku jadiin babu."

Aku sempat terpana mendengar dia bicara sepanjang itu. Tapi setelahnya aku memasang
ekspresi kesal saat menyadari perkataan terakhirnya.

"Maksud kamu aku babu gitu?" Tanyaku sedikit berteriak, siapa juga yang senang dikatain babu
gitu.

"Haha, aku cuma bercanda." Dia terkekeh pelan, namun tidak mengalihkan pandangannya
sedikitpun dari laptop.

"Dih, ngak lucu tau, dasar kulkas bernyawa."

"Daripada kamu, jelmaan burung murai."

Saat melihat tingkahnya yang berbeda dari biasanya aku jadi bingung, apa dia salah makan, dia
sakit, atau kepalanya terbentur sesuatu? Banyak pertanyaan yang bermunculan di benakku.

"Ini beneran Kevvano kan? Kok kamu jadi aneh gini, biasanya kamu susah banget buat diajak
berjanda, eh bercanda maksudnya." Kataku

"Ya ini aku, siapa lagi coba? Setan? amit-amit disamain sama setan. Harusnya kamu senang,
bukan malah curiga gitu." Dia membalas perkataanku dengan candaan.

Tuh kan, gimana gak curiga, dia aja ngak pernah bercanda sebelumnya, lah ini senang banget
bercandanya. Apa jangan-jangan emang benar yang di depanku ini setan. Tapi kan gak mungkin
setan ada siang-siang gini.

"Ngak usah bingung gitu, aku berubah gini juga karena kamu, akhir-akhir ini mama selalu cerita
kalau kamu pengen dekat sama aku, tapi ngak bisa karena sifatku yang cuek. Kamu selalu mikir
kalau aku gak sayang kamu ,dan selalu ngehindar, ini kulakukan karena takut kamunya jadi risih.
Asal kamu tau aku sayang banget sama adik aku yang cantik ini, tapi aku gak mampu buat
nunjukin kasih sayang itu." Perkataan dari Kevvan membuat aku tersadar kalau selama ini
dugaanku salah.

"Tapi kenapa baru sekarang, kenapa gak dari dulu-dulu aja?"

"Udah dicoba, tapi kamunya aja yang takut ngeliat aku terus pergi gitu aja." Kata Kevvan.

"Ya kenapa ngak kamu samperin aja dan bilang ke aku, kan bisa."

"Males ah, ngerepotin." Dia mengulurkan tangannya kemudian mengacak-acak rambutku.

"Haish... rambutku jadi berantakan." Aku menyingkirkan tangannya dari kepalaku, rambut yang
sudah susah payah aku sisir dan rapikan, berantakan gara-gara dia.

"Tadi ngapain nanya soal pacar?" Dia memasang ekspresi datarnya lagi, padahal baru tadi dia
ketawa.

Kenapa aku bertanya seperti itu? Alasannya simpel, kalau saja dia punya pacar atau gebetan, kan
bisa aku umumkan ke satu sekolah biar semua fansnya gak ngurusin dia lagi, dan gak gangguin
aku. Ini kulakukan demi ketenangan hidupku, bayangin lagi nih, setiap hari kecuali weekend aku
selalu dihujani beribu-ribu pertanyaan, kan aku jadi pusing jawabnya.

Semenjak hari itu, kami jadi semakin dekat, lebih banyak bicara dan menghabiskan waktu
bersama. Dan karena kedekatan kami fans-fans Kevvan satu persatu mulai menjauhiku, entah
apa alasannya. Dasar fans tidak tau terima kasih. Akan ku balas kalian, tidak-tidak, aku hanya
bercanda, hehe.

Walaupun udah makin dekat, tapi sifatnya gak berubah. Dia masih dingin, kalau ditanya jawabnya
'hmm' padahal tinggal jawab 'iya' atau 'tidak'. Terus juga wajahnya masih datar-datar aja, tapi
tambah ganteng sih. Dan tatapannya udah berubah, tatapannya sekarang jadi teduh, itu cuma
berlaku untuk aku sama mama dan papa.

****

"Melamun aja terus." Aku tersentak saat mendengar suara cowok di kamarku. Ya, dialah Kevvan.
Aku tidak langsung melihatnya, aku lebih memilih menatap laptop yang ada di depanku, kemudian
melanjutkan cerita yang aku buat. Inilah hobiku, membuat cerita. Berbeda dengan Kevvan, kalau
dia sih hobinya mempermainkan hati cewek... eh enggak, bercanda. Jangan dianggap serius. Dia
suka main volly. Tunggu dulu, ini kenapa jadi bahas hobi sih, ah lupakan.

Kulihat Kevvan berdiri disebelahku sambil menatap layar monitor yang memperlihatkan ceritaku.
Aku jadi gugup, sepertinya dia membacanya. Aku menggunakan namanya sebagai tokoh utama
dicerita itu.

"Kenapa harus namaku?" Dia menatapku dan menaikkan alisnya sebelah.

"Nama kamu keren." Alasan macam apa itu, sebenarnya aku pakai nama dia karena kehabisan
ide untuk membuat nama baru. Iya sih namanya memang keren, tapi bukan itu alasan aku
memakai namanya.

Keliatannya dia gak percaya sama perkataanku tadi, ya memang gak harus percaya, kan aku
bohong, hehe.

"Memang keren loh, kayak orangnya." Aku berusaha meyakinkan Kevvan.

Dia hanya diam menatapku, sepertinya masih tidak percaya.

"Oh ya, ngapain ke sini?" Tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan.

"Dipanggil mama." Jawabnya santai dan setelahnya meninggalkanku sendirian.

Apa-apaan dia ini, kenapa gak bilang dari tadi sih, terus enak ya main pergi gitu aja. Hish...
ngeselin banget sih, pen ku tonjok tuh muka terus aku buang ke segitiga bermuda. Tapi
sayangnya itu cuma khayalan ku doang, mana berani aku ngelakuin itu, yang ada aku duluan
yang ditonjok.

Kevvano tuh ngeselin dan ngerepotin, tapi walaupun begitu aku tetap sayang sama dia. Aku
bersyukur banget punya kembaran kayak dia, meskipun bagi aku dia itu freak, hehe.

Anda mungkin juga menyukai