Anda di halaman 1dari 17

Cinta Tanpa Batas

Zaki terus terusan saja gelisah dan bingung apa


yang akan dibuatnya. Antara harus melakukan ataupun
tidak. Dia selalu saja memandangi layar HP nya dengan
keringat yang sontak bercucuran. Rupanya ia sedang
hendak comment disalah satu postingan seseorang. Lalu
temannya pun mendekat.

“Yaela, sampe segitunya Zak,” ucap Beni.

“Iya nih, kenapa sih zak?” ucap Hardi.

“Apaan sih kalian berdua, gini gini tekanan batin.


Maslaah hati ini,”ucap Zaki.

Beni pun bingung dnegan apa yang dikatakan


Zaki. Biasanya ia tak pernah gugup ataupun gelisah soal
wanita, apalagi hanya sekadar comment di story IG nya.
Beni pun mencoba memancing zaki untuk menjawab
pertanyaannya.

“Siapa sih loh sih Zak, gebetan lu ya?”


Zaki pun menjawab, “Bukan zak, kamu juga gak
bakal ngerti juga”.

Setelah itu Zaki pun segera menuju ke toilet.


Tiba-tiba setelah kembali.

“Beni, Hardi!!!”

“Sorry zak, gua kagak bisa nahan rasa penasaran,


yaudah sekarang jujur aja, kita temenan udah lama,
mungkin kita bisa bantu.”

Zaki pun langsung menjelaskan semuanya, “Aku


bingung mulai dari mana, intinya dia adalah seseorang
yang dulu menghiasi hari-hariku, orang kedua yang
ngertin dan peduli banget sama gua setelah orang tua
gua, orang yang nyebelin, cerewet, ga bisa diem tapi itu
semua yang bikin gua kangen. Loe semua tahu kan
rasanya kehilangan sosok wanita seperti itu. Rasanya
sakit tapi tidak berdarah alias luka yang tak kasat mata
dan hanya dpaat dirasakan ketikaa kita mengerti apa itu
arti “cinta”.”
“Dalem bangat zak, begitu pentingnya dia di
hiduplu,” ucap beni.

“Sebentar, emang lu putus kenapa?” ucap hardi.

Mendengar ucapan Hardi, Zaki pun tampak


menyesal sambil memukulkan tangannya ke tembok.

“Kalian semua ga ngerti!!. Itulah yang membuat


gua menyesal sekarang. Betapa bodohnya aku dulu
menyianyiakan orang yang paling sayang sama gua.
Dulu kita putus karena hal konyol, hanya karena
kehilangan ponsel.”

“Bentar Zak, kita semua masih belum paham.”

“Gua jelasin, setelah adanya insiden kehilangan


ponsel tu, gua sama sekali ga pernah lagi ngabarin dia.
Ketemu aja ga pernah, ya loe tahu kan gua kikuk kalau
berhadapan dengan orang yang gua sayang, terus dia
ngiranya aku ga lagi butuhin dia, lalu yasudah putus gitu
aja. Hal itulah yang buat gua menyesal sekarang.”

“Terus sekarang lo mau ngapain, masih mau


berharap?,”ucap Beni.
“Berharap? Itu terlalu berlebihan, yang jelas aku
hanya ingin beritikad baik saja. Masalah dia mau atau
ngga ya terserah.”

“Kini kita paham kenapa lo gugup seperti ini,


tenang Zak, kita akan selalu bantuin lo.”

“ Zak zak, tuh ada notif di HP lu, mungkin dari


orang yang buat lu ga bisa hidup tanpa dia.”

“Ah berisik loe pada,” Ternyata firasat temannya


itu benar.

“Ciee dibales.”

“Yaelah, Cuma basa basi doang ini mah.”

“Penting dibales kan Zak, dariapda dicuekin.”

“Udah bales gih.”

Setelah chatting, ternyata Maura (mantannya si


zaki yang sekraang satu sekolahan) sudah melupakan itu
semua dan mulai menjalin pertemanna yang baik.
Setiap hari mereka selalu chattting dari mulai hal
yang penting sampe yang basa basi, padahal ketika
ketemu aja mereka saling diem dieman, bukan karen
amarah, tetapi lantaran mereka memiliki sifat yang sama
yakni pemalu. Puncaknya ketika HP Maura dibajak
temannya dengan kata-kata romantis nan indah. Zaki pun
bingung harus membalas apa, ia hanya mengiyakan dan
mencoba mencari topik yang lain.

Tak ada angin tak ada hujan, setelah kejadian


tersebut. tiba-tiba perasaan itu muncul lagi entah
kenapa. Perasaan yang mengingatkan tentang jawaban
“siapa” dan “mengapa”, perasaan yang memaksaku
masuk kembali ke nostalgia bersama dengan seluruh
kenangan yang ada.” Oh apakah ini cinta atau hanya
nafsu ataukah ini memang ungkapan perasaan
penyesalanku kepada dia? Aku tidak mengerti akan
semua hal ini, yang jelas kini perasaanku bercampur
aduk, senang, kecewa, sedih seolah tak ada yang mau
mengalah dan berebut untuk menjadi yang terdepan.

“Yaudah lah Zak, daripada menjadi beban di


pikiran dan hati loh, mending lue langsung ngomong aja,
ungkapin segala perasaan dan kegundahan yang ada di
hatilu, toh ya lu dan dia juga sama-sama jomblo.”

“Bener tuh kata si beni, tunggu apalagi coba,


tunjukkin kalau lu sekarang sudah berubah dan ga seperti
Zaki yang dulu lagi.

“Memang sih Maura itu jomblo sekarang, tapi


masih ada beberapa hal yang mengganjal, pertama dia
masih susah move on dengan mantannya yang terakhir,
bahkan dia sendiri yang curhat ke gue, padahal kisah
romansanya pun juag berakhir tragis, yang kedua, gua
masih ditakuti akan trauma di masa lalu. Gua takut, Zaki
yang dulu akan muncul lagi dan akan menyakiti hati
orang yang dicintainya untuk kedua kalinya dengan
orang yang sama pula. Dan yang terakhir gua minder
bro, dia adalah anak orang kaya, cantik, terkenal lagi,
sedangkan aku? Cuma anak rang miskin yang tiap
harinya belajar mulu. Lagian gua juga ga siap untuk
ditolak, ga ada sejarahnya Zaki ditolak oleh wanita,”
ucap zaki dengan sedikit meyombongkan diri.
“Rumit juga ya bro, tapi kalau boleh ngasih
saran, untuk masalah yang pertama justru itu menjadi
peluang bro, lu bisa buktikkan bahwa Zaki bisa
menaklukkan hati orang dan yang terpenting bisa
menyembuhkan penyakit move on itu. Yang kedua lu
bisa buktikkan kepada dia bahwa Zaki kini telah
berubah, Zaki bukan orang yang dulu lagi, dan yakinkan
bahwa lu adalah orang yang tepat bagi dia. Yang terakhir
justru lu harus bersyukur dengan keadaan ini, artinya dia
memang mencintai lu apa adanya, bukan ada apanya.
Jarang-jarang ada wanita seperti dia, jangan sia-siain
bro.”

”Tapi, apakah kalian yakin di dunia ini masih ada


wanita yang mencintai orang walaupun dulu pernah
disakitin dan disia-siain,” Ucap Zaki

“Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin,


lagipula kejadian itu sudah tiga tahun lamanya, selama
kalain berhubungan dulu toh masih banyak pula
kenangan manisnya.”
“Ngomong sih mudah ben, prakteknya yang
susah, buktinya sampe sekarang lu masih jomblo juga.
Sama aja bohong.”

“Tau nih si Beni, kaya gua dong, air tenang


menghanyutkan, diam-diam gini cewek banyak yang
ngantri,” ucap hardi

“Iya, ngantri untuk jiwitin pipinya yang


menggemaskan kaya bakpao,” ucap Beni.

“Bisa ja lu,” ucap Hardi.

“Kenapa malah bahas si Hardi, yang punya


masalah kan gua,” ucap Zaki

“Sorry bro, kelepasan, kembali ke topik, inti dari


permaslaahan ini semua adalah ada pada diri lu sendiri.
Ingat bro, tidak ada hasil yang mengkhianati usaha.
Kalau lu yakin bisa, semua akan lancar. Lu juga ga
sendirian bro, ada Beni dan hardi yang siap mendukung
disaat susah maupun duka. Justru disaat inilah
pertemannan kita diuji,” ucap beni
“Makasih kalian semua, gua akan berjuang dan
tidak akan menyia-nyiakan dukungan kalian semua,”
ucap Zaki.

“ Gini baru Zaki yang kita kenal” (berpelukan)

Keesokan harinya Zaki pun mengumpulkan niat


untuk menyatakan perasaannya ke Maura tepat di hari
ulang tahunya. Namun Zaki masih saja terlihat gugup
dan ragu padahal selama mengobrol di WA, ia sangat
yakin bahwa maura cinta pada Zaki begitu pula
sebaliknya. Hal ini diperkuat dnegan bahasa maura yang
mengisyaratkan kode kode kepada Zaki . Secarik puisi
pun telah disiapkannya.

Pedagang bilang......
Emas adalah harta yang berharga.......
Aku setuju.....
Profesor bilang......
Ilmu jauh lebih berharga.....
Aku setuju......
Guruku pun bilang.....
Pengalaman yang paling berharga.....
Aku setuju.....
Pedagang, profesor, dan guru pun setuju,
Saat ku bilang......
Mauralah yang paling berharga......

Zaki pun kemudian mengajak maura ketemuan di


salah satu tempat. Sementara itu temannya memantau
dari jauh Zaki dan hanya bisa melihat gestur tanpa
mendengarkan percakapannya. Tak lama berselang Zaki
pun kembali dan emnemui temannya itu dengan wajah
yang datar.

“Gimana bro, sukses?” tanya Beni dengan nada


yang sedikit bingung welihat wajah Zaki.

“Gausah ditanya lah bro teman kita yang satu ini,


dia kan cakep, pinter lagi, walaupun pendek sih, bukan
begitu Zak?” tanya Hardi dengan wajah yang yakin.

Zaki pun hanya diam dengan wajah yang


semakin ditekuk.

“Zak, Zaki?, jangan hanya diam aja dong, cerita


sama kita, jangan buat kita bingung.”
“Sabar dulu ben, mungkin Zaki butu waktu dulu
untuk bicara.”

Karena penasaran, Beni pun memutuskan untuk


menemui langsung dan bertanya kepada Maura. “Maura,
tadi Zaki bilang apa aja ke kamu?”

“Ohh si Zaki, tadi dia hanya menitipkan buku


yang kemarin ia pinjam lalu bilang makasih,” jawab
Maura.

“Terus? Dia ga bilang apa lagi gitu?” tanya Beni


dengan penuh kebingungan.

“Nggak”

“Oh yaudah, makasih maura.”

Benipun berbisik dalam hatinya. “Apa maksud


Zaki, apa dia lupa? Ah tak mungkin rasanya. Ini kan
momen yang paling ditunggu-tunggu sejak dulu. Apa
mungkin dia masih ragu dengan hatinya? Daripada
bertanya tanya, lebih baik kutanyakan langsung pada
Zaki.
Sebelum menemui Zaki, Beni menjelaskan
terlebih dahulu kepada Harditentang semuanya.

“Har, gimana nih menurut lu?” kalau boleh


dibilang, ya sedikit kecewa, tapi mau dikatakan apa lagi,
mereka berdua tak mungkin bisa satu, Maura disana Zaki
disini, mesti hati Zaki memilihnya.”

“Ini serius bro, lu malah nyanyi.”

“Kelepasan bro, udah gini aja, kita langsung


tanya aja sama Zaki. Daripada mikir yang tidak-tidak.”

Keesokan harinya, mereka bertiga berkumpul di


kantin sekolah untuk membahas keputusan
kontroversional yang dibuat Zaki kemarin. Sambil
makan bakso dan menyeruput sedapnya indomie Beni
bertanya, “Zak, gua ga tahu apa yang ada di pikiran lu?
Usaha lo selama ini sia-sia dong. Bukankah lu sendiri
yang bilang kalau lu masih sayang dan cinta sama.
Apakah ini yang namanya cinta?”

Hardi pun nyeletuk, “Gua emang ga tahu apa itu


arti sayang, cinta dan perasaan, namun yang pasti,
bukan ini yang namanya cinta, apa lu mau nunggu maura
dimiliki orang lain terlebih dahulu kemudian lu
menyesal dan susah move on lagi. Lagipula lu juga tahu
kan kalau dia cinta sama lu. Tunggu apa lagi?”

Mendengar respon sahabatnya, Zaki pun


langsung menggebrak meja dan berkata dnegan anda
yang sedikit tinggi, “Kalian semua nggak bakalan ngerti,
ini bukan masalah perasaan, hati ataupun terjebak
kenangan di masa lalu. Tapi ini masalah yang lain.”

Mendegar jawaban Zaki, seketika mereka berdua


bercucuran air mata dengan nada yang agak tersedu-
sedu.

“Zak, kenapa lu ga bilang selama ini, kenapa


Zak? Kita kan udah sahabatan lama.”

“Iya Zak, kita sebagai sahabat kan bisa bantu lu,


dan buat hari-hari lu lebih menyenangkan. Jangan lupain
kita ya Zak, Kita akan selalu ada untukmu dimanapun
dan kapanpun lu butuh,” Zaki pun bingung dengan
respon yang disampaikan sahabatnya itu.
“Kalian berdua kenapa sih, kalian sehat kan? Ini
bukan Hardi dan Beni yang kukenal.”

“Lho, bukannya kamu punya penyakit yang


serius dan hidup kamu tinggal menghitung hari seperti di
film-film itu?

“Naudzubillahimindzalik, amit - amit , ngawur


kalian berdua,” Jawab Zaki dengan nada agak tinggi

“Lalu kenapa Zak, jangan buat kita bingung.”

“Sebenarnya..... sebenarnya.”

“Buruan Zak.”

“Sebenarnya aku ga mau bahas ini ke kalian


semua, tapi berhubung kalian penasaran, gua bakal
jelasin.”

“Sebenarnya ini berawal dari rasa minder, Loe


tahu kan mantannya si Maura, udah cakep, tinggi, anak
basket lagi, iya sih sudah mantan, tapi kan maura masih
belum bisa move on. Dan logikanya, masak habis dapet
cowok sekeren Rangga, lalu dapet cowo yang kaya gua,
yang setiap harinya Cuma belajar mulu serta yang setiap
harinya hanya bisa stalking di media sosial tanpa bisa
mengungkapin perasaan, Gua minder tahu ga, Ben,
Har.”

Tanpa sepengetahuan Zaki, Maura ternyata sudah


dari tadi di Kantin yang ternyata merupakan rencana dari
Hardi dan Beni. Maura pun mendengar semua yang
dikatakan Zaki.

“Maafkan kita berdua Zak, kita terpkasa


melakukan ini, soalnya kalau ga gini, lu selamanya ga
bakal ngomong ke dia dan dia ga bakal tahu perasaann lu
selama ini ke Maura, maafin kita Zak, ini semua demi
kebahagiaan lu,” Jawab Beni dengan rasa khawatir kalau
Zaki marah.

Sebelum Zaki merespon Beni, Maura


mengkonfirmasi dahulu apa yang dikatakan Zaki,
“Benarkah itu Zak?”

Dengan nada yang terbata-bata Zaki menjawab,


“Iii.... ya ra, aku memang cowok pengecut yang hanya
bisa diam dan hanya bisa melihat orang yang kita
sayangi dari jauh. Lagipula mantanmu jauh lebih baik
daripada aku. Maka dari itu, aku lebih baik mundur.”

“Kamu salah Zak, soal Mantanku sebenarnya


gua udah bisa move on dari dia. Gua sengaja ngomong
itu biar dapet perhatian dari lu dan soal itu, lu ga usah
minder, Gua tuh cari cowo bukan cari ketenaran ataupun
perhatian dari semua orang, jadi tolong buang jauh-jauh
pikiran tentang minder. Cinta itu ga memandang status
dan bagaimana orang tersebut, tapi cinta itu berasal dan
tumbuh dari hati tanpa kita sadari. Dunia ini terasa
terbalik, ketika kita merasa bahwa dia adalah orang yang
paling tepat karena adanya suatu kesamaan, justru
kandas di tengah jalan tanpa ada yang tahu kenpapa,
namun terkadang ketika kita merasa bahwa tak mungkin
bisa bersama karena Terjebak sesuatu di masa lalu, justru
rasa itu tumbuh dan entah kenapa menguasai pikiran dan
hati kita.”

Medengar penjelasan dari maura, smeuanya


terdiam, lalu munculah suara dengan nada yang lirih,
“Kalau begitu, amukah kau balikan denganku lagi
dengan orang yang sama namun dengan perasaan dan
hati yang berbeda ini?”

“Nggak,” jawab Maura.

Mendengar jawaban Maura Zaki pun kehilangan


harapan yang tadi sempat muncul sesaat mendengar
perkataan Maura. Namun tiba-tiba

“Nggak bisa nolak maksudnya.”

Wajah Zaki pun berubah skeetika menjadi malu-


malu sekaligus senang. Semua yang ada di kantin pun
bersorak dan turut berbahagia.

-Tamat-

Anda mungkin juga menyukai