DESEMBER 2020 1

Place Your Ad Here

for more information, go to page #3

2 DESEMBER 2020
WHO WE ARE
Dunia yang kita huni saat ini semakin sesak dan dipenuhi tensi.
Mulai dari negara, korporasi, hingga individu, semuanya memiliki
suara untuk mempromosikan perdamaian atau perang, secara
eksplisit maupun implisit. Meskipun perang terbuka adalah situasi
yang kita semua hindari, tapi isu keseimbangan kekuasaan tidak Penerbit :
pernah lekang dimakan zaman. PT. ENGAGE MEDIA GLOBAL
Armory Reborn mendedikasikan dirinya untuk mencerahkan
Pemimpin Perusahaan :
para pemangku kekuasaan mengenai isu-isu dunia pertahanan
dan politik. Si vis pacem para bellum --- Jika Anda menginginkan Anang Setia Sumarsono, M.Si.
perdamaian maka bersiaplah untuk perang. Pemimpin Redaksi :
Dr. Ir. Satrio Arismunandar, MSi, MBA
OUR READERS Redaksi :
Majalah Armory Reborn utamanya dibaca oleh para perumus Dr. Conni Rahakundini Bakrie
kebijakan di bidang pertahanan nasional, baik dari unsur eksekutif Dr. Ir. Ade Muhammad, M. Han.
maupun unsur legislatif. Denis Toruan, M.Si.
Majalah Armory Reborn merupakan mitra industri pertahanan
Desain Grafis :
yang menyajikan perkembangan teknologi peralatan militer, dalam
dan luar negeri. Ahbab Abe
Majalah Armory Reborn juga dibaca masyarakat umum dan antusias Executive Marketing :
dunia militer melalui metode berlangganan (subscribe) --- gratis. Dr. Ir. Ade Muhammad, M. Han.

rubrication
 MAIN REPORT : Merupakan tema utama yang disajikan
setiap edisi. Rubrik ini mengulas secara konfrehensif dan
mendalam terkait isu-isu yang sedang hangat dan menjadi
perhatian banyak pihak di bidang pertahanan.
 HOT ISSUE : Menyajikan pengambilan keputusan di bidang
pertahanan terkait peristiwa-peristiwa yang berpotensi
mempengaruhi pertahanan negara.
 GEOSTRATEGY : Berisi dinamika hubungan antar negara
atas suatu isu atau fenomena, terutama dalam kaitannya
dengan peningkatan kemampuan pertahanan negara.
 FOREIGN POLICY BRIEF : Memaparkan ulasan pakar atau
praktisi tentang praktik penerapan kebijakan luar negeri.
 POINT OF VIEW : Menampilkan opini pakar atau praktisi,
terutama yang berkaitan dengan tema-tema utama setiap
edisi majalah.
 REGULATION ISSUE : Membahas sisi teknis dan
perundang-undangan pertahanan nasional.
 DOMINO’S EFFECT : Merupakan rubrik khusus mengenai
issue hangat di dunia internasional yang secara langsung
memberikan dampak kepada kondisi pertahanan dan
keamanan nasional.
 STRATEGY STUDIES : adalah ulasan strategi atau taktik
suatu negara atau pemerintahan untuk beradaptasi pada
kondisi global atau internal yang dihadapi.
DESEMBER 2020
subcribing
Majalah Armory Reborn merupakan
majalah digital (e-magazine) dengan
sistem berlangganan gratis.
Untuk berlangganan bulanan secara
otomatis, kunjungi:
https://bit.ly/3mibaPA
inquiry
Semua pihak yang memiliki kepentingan
di bidang pertahanan dapat beriklan di
majalah Armory Reborn dengan tarif
yang kompetitif.
Majalah Armory Reborn menyediakan
halaman untuk beriklan, baik iklan
display, advertorial, juga sponsorship.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :
ademuhammad@armory-reborn.com
E Armory Reborn
3

Bro dan Sis, selamat bertemu kembali! Salam
kepal Armory Reborn!
Tidak terasa kita sudah memasuki penghujung 2020. Ini
adalah tahun yang kental dengan berbagai dinamika
dunia akibat pandemi Covid-19. Pada edisi ini, Armory
Reborn menyajikan beberapa topik pertahanan
terhangat.
Dinamika politik dan konflik antara negara-negara kuat
selalu menarik untuk disimak dan dipelajari. Prancis dan
Turki, meskipun sama-sama bergabung dalam payung
pertahanan NATO, ternyata “tidak kompak.” Perbedaan
kepentingan dan pandangan, membuat banyak gesekan
di lapangan. Keduanya terlibat dalam “perang proksi” di
berbagai kawasan konflik.
Hubungan Turki dan Prancis juga sempat tegang, setelah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan boikot
terhadap produk-produk Prancis. Ini terkait kontroversi
kasus pembunuhan dan tuduhan menghina Islam,
dalam hal karikatur Nabi Muhammad SAW yang dimuat
di media Prancis. Terkait sentimen itu, Armory Reborn
memuat tulisan tentang sejumlah produk persenjataan
buatan Prancis, yang telah digunakan oleh TNI AD.
Sekarang tepat setahun sejak krisis internal NATO
mencuat ke publik, melalui pernyataan kontroversial
Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang mengundang
juga reaksi keras di dalam organisasi NATO. Apakah
keberadaan NATO masih relevan sekarang? Bagaimana
tantangannya dalam merumuskan ancaman bagi
Eropa dan Amerika Serikat ke depannya? Di mana dan
bagaimana posisi AS sebagai “patron”NATO?
4 DESEMBER 2020
Dari belahan Atlantik Utara, kita beralih ke zona Timur
Tengah, di mana kita akan menyimak isu-isu pertahanan
terbaru, yang melibatkan negara Arab dan Israel.
Normalisasi hubungan Israel dan Uni Emirat Arab (UAE),
yang didukung penuh oleh pemerintah AS di bawah
Donald Trump, adalah perkembangan terbaru.
Normalisasi hubungan UAE-Israel ini berkaitan dengan
rencana dan spekulasi penjualan jet tempur mutakhir
F-35 Lightning II (untuk UAE) dan F-22 Raptor (untuk
Israel). Masalahnya, ketika Trump kalah dalam pemilihan
Presiden AS pada November lalu, dan Joe Biden akan
dilantik menjadi Presiden AS yang baru pada Januari
2021, apakah rencana penjualan pesawat F-35 dan F-22
ini akan berlangsung mulus?
Dan tentu saja, yang terakhir tapi tak kalah penting,
kita tidak boleh melupakan perkembangan pertahanan
Indonesia. Tepat pada 2020, Indonesia memasuki
fase ketiga atau Rencana Strategis (Renstra) dalam
pencapaian Kekuatan Pokok Minimum, atau lebih
dikenal dengan sebutan Minimum Essential Force (MEF).
MEF merupakan proses modernisasi alat utama
sistem senjata (alusista) Indonesia. Sejak dicanangkan
pada 2007, MEF dibagi menjadi tiga rencana
strategis hingga 2024. Selain itu, juga terdapat tiga
komponen postur, yakni kekuatan, gelar (persebaran
penempatan), dan kemampuan. Sudah sejauh mana
perkembangannya, dan bagian mana saja yang masih
menjadi PR pemerintah dan TNI?
Tidak ketinggalan kasus terorisme yang mengejutkan
masyarakat Indonesia pada 27 November 2020.
Sekelompok teroris melakukan pembantaian sadis
terhadap satu keluarga di Dusun Lewono, Desa
Lembantongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah
(Sulteng). Beberapa rumah di lokasi peristiwa juga
dibakar. Kepolisian menduga, aksi terorisme ini
melibatkan kelompok Mujahidin Indonesia Timur
(MIT). MIT diketahui beroperasi di wilayah pegunungan
Kabupaten Poso, Sulteng.
Dalam konteks tersebut, menjadi sangat relevan jika
Armory Reborn menurunkan tulisan tentang pro-kontra
pelibatan TNI dalam mengatasi masalah terorisme.
Terorisme selama ini dipandang sebagai isu keamanan,
dan merupakan domain polisi, bukan TNI. Masalah ini
akan dikomentari sejumlah pakar dari berbagai lembaga
dan universitas.
Masih ada beberapa tulisan lain, yang tak bisa dibahas
satu-persatu. Kami berharap, semoga para pembaca
dan sahabat Armory Reborn bisa menikmati sajian pada
edisi ini. Tetaplah menjaga kesehatan dan pertahankan
semangat! Mari kita songsong 2021 mendatang dengan
rasa optimisme, dan kepercayaan diri untuk Indonesia
yang lebih baik! Wasalam.
Redaksi
 CONTENT

ISSUE « DESEMBER 2020

MAIN Hal. 7 FOREIGN Hal. 15 DOMINO’S Hal. 29

REPORT POLICY BRIEF EFFECT

PERSETERUAN EVOLUSI NATO & PRODUK

PRANCIS VS TURKI REVOLUSI ANCAMAN ALUTSISTA PRANCIS
DAN PERANG PROKSI PERTAHANAN DI JAJARAN TNI AD

HOT ISSUE Hal. 36 GEOSTRATEGY Hal. 44 POINT Hal. 55

OF VIEW

Refleksi
MENUJU Pertahanan
“ALIANSI F-35” Indonesia Menapaki TAK SILUMAN
UAE - ISRAEL - AS Renstra Ketiga RAPOPO

GEOSTRATEGY Hal. 63 REGULATION Hal. 72 STRATEGY Hal. 77

ISSUE STUDIES
SPEKULASI PEN- Cabut
JUALAN F-22 RAPTOR KewargAnegaraan BUILDING
KE ISRAEL PASCA BAGI PEMBANGKANG NETWORK CENTRIC
KEKALAHAN TRUMP NEGARA INTELLIGENCE

POINT Hal. 83 POINT Hal. 88 REGULATION Hal. 93

OF VIEW OF VIEW ISSUE

KERJA SAMA Kedaulatan Data,

MULTILATERAL Prasyarat
DAN REDEFINISI Geopolitik dan WEBINAR
BEBAS-AKTIF Teknisnya TNI TERORISME
DESEMBER 2020 5
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

6 DESEMBER 2020
 MAIN REPORT

Perseteruan PRANCIS vs TURKI

dan PERANG PROKSI

P
rancis dan Turki, Melalui pidatonya di televisi, Presiden Macron dan Erdogan
Courtesy:
yang merupakan Turki Recep Tayyip Erdogan bersuara iadsb.tmgrup.com.tr
sesama anggota Pakta keras dan meminta warganya
memboikot barang-barang Prancis.
Pertahanan Atlantik Utara Orang nomor satu di Turki itu juga
(NATO), bulan-bulan terakhir mendesak pemimpin dunia untuk
ini terlibat perseteruan melindungi muslim, jika di Prancis
panas di berbagai wilayah melakukan penindasan terhadap
konflik. Terakhir, ketegangan mereka.
meningkat ketika Turki Kasus ini bermula ketika Samuel
m e n g a m p a n y e k a n Paty, seorang guru di Prancis tewas
pemboikotan produk-produk dipenggal oleh seorang remaja Muslim
asal Chechnya, Rusia, setelah mengajar
Prancis. Ini lanjutan dari heboh
kelas kebebasan berpendapat
terbunuhnya seorang guru, dan menunjukkan karikatur Nabi
terkait pro-kontra pemuatan Muhammad. Insiden tragis itu menuai
karikatur Nabi Muhammad perhatian publik Prancis, yang turun
SAW di media Prancis. ke jalan dan menuntut kebebasan
berekspresi.

DESEMBER 2020 7
 MAIN REPORT

Ankatan Laut Turki Dalam reaksi membela sistem sekuler

Courtesy: Prancis dan kebebasan berekspresi,
idsb.tmgrup.com.tr
Presiden Emmanuel Macron justru
menimbulkan kontroversi baru. Ia
dituding membuat pernyataan yang
dianggap menghina Islam. Situasi
menjadi makin runyam setelah
ucapan Macron memicu kemarahan
baru di sejumlah negara Muslim. Turki
dan sejumlah negara Arab bertindak
lebih lanjut dengan menyerukan
boikot atas produk-produk Prancis.

Perselisihan terbaru terjadi setelah

perselisihan antara Erdogan dan
Macron meluas ke jalan-jalan, dengan
pengunjuk rasa di Turki, Suriah, Irak,
Pakistan, Banglades, dan wilayah
Palestina, menuntut agar Prancis
mengutuk peredaran karikatur nabi.

Turki vs Yunani atas wilayah perairan di

Laut Mediterania, terkait ditemukannya
sumber gas alam di sana. Perebutan
kekayaan alam di perairan Siprus
dan Pulau Kreta membuat keduanya
melancarkan latihan militer. Konflik ini
juga rumit, karena Yunani dan Turki
sama-sama anggota NATO.

Yunani dan Turki pernah punya sejarah

perang di masa lalu. Perang Yunani-
Turki 1919-1922, juga disebut Perang
Asia Kecil, adalah konflik militer yang
terjadi selama terbaginya Kesultanan
Utsmaniyah setelah Perang Dunia
I, antara Mei 1919 dan Oktober 1922.
Perang ini terjadi antara Yunani dan
Gerakan Nasional Turki, yang nantinya
akan mendirikan Republik Turki.

Konflik di Mediterania Timur antara

Turkish Navy to continue
protecting OruÁ Reis vessel
in Eastern Mediterranean
Courtesy:
cdn1.img.sputniknews.com
Dalam konteks hubungan Prancis-
Turki, kasus karikatur Nabi ini
sebenarnya hanyalah babak akhir dari
serangkaian kasus lain, di mana kedua
negara mengambil posisi yang
berlawanan. Meski pertentangan itu
tidak langsung head-to-head, tetapi
menggunakan proksi.
Turki vs Yunani
Pertengahan tahun ini pecah konflik
Turki-Yunani memiliki banyak aspek
karena melibatkan banyak pemain
regional. Semuanya bersaing untuk
mendapatkan hadiah yang sama:
beberapa dividen dalam cadangan
besar gas alam yang baru ditemukan.
Sementara konflik disajikan sebagai
kelanjutan dari permusuhan berlarut-
larut antara Turki dan Yunani, pada
kenyataannya, yang terakhir hanyalah
aspek kecil dari permainan besar

8 DESEMBER 2020
 MAIN REPORT

baru, yang hasilnya dapat mengubah

dinamika di Mediterania sama sekali.

Sejak pertengahan 1970-an, Yunani

dan Turki juga sempat tiga kali berada
di ambang perang, termasuk akibat
perselisihan atas hak eksplorasi di Laut
Aegea. Sedangkan tahun ini, konflik
Turki dan Yunani terjadi kala kapal
penelitian Turki Oruc Reis menjalankan
survei seismik terkait eksplorasi
sumber daya minyak dan gas alam di
antara Siprus dan Pulau Kreta, Yunani,
di Laut Mediterania pada 12 Agustus
2020. Kapal itu bahkan dijaga ketat
militer Turki.

Cadangan Minyak

Menurut laporan US Geological

Survey, Laut Mediterania Timur
memiliki cadangan minyak 1,7 miliar
barel. Sementara gas 3,5 triliun meter
kubik. Yunani meradang karena
mengklaim sumber daya tersebut
berada di landas kontinennya. Negara
itu menyebut tindakan Turki ilegal
dan melanggar hak kedaulatannya.
Ketegangan militer sempat terjadi di
Laut Mediterania antara militer kedua
negara.
Prancis selalu tampil sebagai
penyelamat bagi Yunani. Prancis
Angkatan Laut Yunani
disebut juga menurunkan militer
Courtesy:
ke kawasan perairan itu, di mana im-media.voltron.voanews.com
Prancis lebih mendukung posisi
Yunani. Bersama Yunani, Siprus dan
Italia, Prancis mengadakan “latihan
militer”di kawasan perairan itu untuk
meredam manuver Turki.
Pemerintah Yunani dilaporkan juga
berencana membeli persenjataan
baru, menambah pengerahan
tentara, dan mengembangkan
industri pertahanan dalam negeri
akibat sengketa eksplorasi migas
dengan Turki di perairan Mediterania
Timur. Turki sendiri bersikap pantang
mundur, sehingga sempat muncul
kekhawatiran akan terjadi perang
antara kedua anggota NATO itu.

Di tengah ketegangan antara Turki

dan Yunani, Prancis dikabarkan bakal
memasok 18 jet tempur Dassault
Rafale ke Yunani. Media Yunani,
Eurasiantimes (September 2020),
melaporkan, kesepakatan kontrak jual
beli antara pemerintah Prancis dan
Yunani sedang dalam tahap lanjut.
Ini akan membuat Angkatan Udara
Yunani menambahkan skuadron
Rafale ke armada Lockheed F-16
Greek Rafales
Fighting Falcon, Dassault Mirage 2000, Courtesy:
dan McDonnell-Douglas F-4 Phantom www.dassault-aviation.com

DESEMBER 2020 9
 MAIN REPORT

persimpangan Eropa dan Asia barat

daya. Ada perang antara Azerbaijan vs
Armenia di wilayah sengketa Nagorno-
Karabakh. Dua negara ini adalah
pecahan bekas Uni Soviet.

Konflik Nagorno-Karabakh adalah

sengketa wilayah dan konflik etnis
antara Armenia dan Azerbaijan atas
wilayah Nagorno-Karabakh. Wilayah
tersebut saat ini didiami warga dari
etnik Armenia dan minoritas Azeri.
Namun, mayoritas etnik Armenia yang
merupakan warga mayoritas di sana
ingin memisahkan diri dari Azerbaijan.

Wilayah ini secara de facto dikuasai

oleh Republik Nagorno-Karabakh,
yang diproklamasikan secara sepihak

Armenia Mengancam II mereka.

Azerbaijan dengan
Penggunaan Rudal Balistik
Courtesy: Kesepakatan tersebut dilaporkan
caspiannews.com akan tuntas akhir 2020. Tetapi, laporan
lain menyebutkan, kesepakatan itu
akan berlanjut dalam dua bagian.
Pertama, pembelian 10 jet tempur
Rafale baru, dan tahap kedua sisanya,
yang akan diberikan sebagai hadiah
untuk Athena. B a h ka n , d e l a p a n j e t
R a fa l e d i a n taranya, yang hendak
dijual Prancis ke Yunani tersebut,
adalah jet yang sama jenisnya dengan
jet tempur yang membom fasilitas
Turki di pangkalan udara al-Watiya di
Libya.
Tentara Azerbaijan telah meng-
hancurkan resimen senapan Dengan menyerukan solidaritas
bermotor Khojavend ketiga dari Eropa, Prancis, sekali lagi, mendorong
angkatan bersenjata Armenia
Courtesy: ekspor perangkat keras militernya ke
idsb.tmgrup.com.tr Yunani, yang lemah secara ekonomi.
Akibatnya, selain membeli 18 pesawat
tempur Rafale baru, Yunani membeli oleh etnis Armenia pada 1991 dan
empat helikopter angkatan laut, didukung Armenia. Tapi secara
senjata anti-tank baru, torpedo internasional Nagorno-Karabakh tetap
angkatan laut, dan rudal angkatan diakui sebagai bagian dari Azerbaijan.
udara. Yunani diberitakan juga akan Sebenarnya kedua negara pernah
membeli setidaknya satu kapal perang menyepakati gencatan senjata pada
kelas fregat buatan Prancis. 1994, namun kini antara Armenia dan
Azerbaijan kembali saling tuduh terkait
Azerbaijan vs Armenia pihak yang memulai pertempuran.

Konflik Prancis vs Turki tidak cuma Dalam perang ini, Turki mendukung
berlangsung di kawasan Eropa, tetapi Azerbaijan dan memasok senjata
juga mencakup ke kawasan Kaukasus, untuk Azerbaijan. Turki memasok

10 DESEMBER 2020
 MAIN REPORT

Azerbaijan melewati garis

merah, menyerang wilayah
Armenia
Courtesy:
armenianweekly.com

pesawat drone-drone canggih, dan dengan kesepakatan damai

menyusupkan pasukan “jihadi” dari antara Armenia dan Azerbaijan.
bekas perang Suriah untuk membantu Armenia tampaknya terpaksa
Azerbaijan. membuat perdamaian, karena
militernya terdesak hebat dalam
Menurut kantor berita Interfax, pertempuran. Daripada kalah total,
duta besar Armenia untuk Rusia lebih baik berdamai. Perjanjian ini
mengatakan, Turki telah mengirim mengakhiri pertempuran sengit
sekitar 4.000 pejuang dari Suriah Utara selama berminggu-minggu, yang
ke Azerbaijan, di tengah pertempuran menewaskan ribuan orang dan
memperebutkan wilayah Nagorno- mengakibatkan banyak warganya
Karabakh. terlantar.
Sedangkan Prancis mendukung Kesepakatan damai, yang
Armenia. Pada awal Oktober 2020, ditandatangani oleh Presiden Rusia
Presiden Prancis Emmanuel Macron Vladimir Putin, Presiden Azerbaijan
mengecam pernyataan Turki yang Ilham Aliyev, dan Perdana Menteri
dianggapnya “sembrono dan Armenia Nikol Pashinyan, berlaku
berbahaya,”dalam langkah Turki mulai 10 November 2020, pukul 01.00
mendukung Azerbaijan merebut waktu setempat. Secara keseluruhan,
kembali wilayah Nagorno-Karabakh. kesepakatan itu berarti kemenangan
Azerbaijan dan kekalahan Armenia.
Presiden Turki Erdogan sebaliknya
Dengan kata lain, ini juga kemenangan
menuduh Grup Minsk –yang
Turki.
beranggota AS, Rusia dan Prancis—
diam-diam mendukung Armenia Selama pidato online yang disiarkan
dan memasok senjata buat Armenia. televisi, Presiden Putin mengatakan,
Erdogan menuding Grup Minsk penjaga perdamaian Rusia akan
memang tidak berniat untuk dikerahkan untuk berpatroli di garis
menyerahkan Nagorno-Karabakh depan. Kementerian Pertahanan
ke Azerbaijan, karena mereka tidak Rusia mengkonfirmasi, 1.960 personel
menggelar negosiasi selama 30 tahun akan terlibat. Laporan yang beredar
terakhir. menyebut, pesawat Rusia telah
meninggalkan pangkalan udara
Namun, perang ini akhirnya berujung
di Ulyanovsk, membawa penjaga

DESEMBER 2020 11
 MAIN REPORT
Perang Saudara di Libya
- Pasukan Pembela Tripoli
Courtesy:
microsites-live-backend.cfr.org
perdamaian dan mengangkut
personel bersenjata lengkap ke
Karabakh.
Perang Proksi di Libya
Terakhir, perseteruan Prancis versus
Turki juga mewarnai konflik militer di
Libya, Afrika Utara. Konflik bersenjata
di Libya kini telah menjadi perang
proksi, dengan keterlibatan Turki
dan beberapa negara besar lainnya.
Negara-negara ini memberikan
dukungan dana, senjata dan
politik kepada dua pemimpin yang
bermusuhan di Libya.
Turki mengirimkan tentara bayaran
dan senjata berat, untuk berperang
melawan pasukan yang dipimpin
panglima perang angkatan bersenjata
nasional Libya, Jenderal Khalifa
Haftar. Turki selama ini mendukung
Pemerintah Kesepakatan Nasional
(GNA) yang dipimpin Perdana Menteri
Fayez al-Sarraj di Tripoli. PBB juga
hanya mengakui pemerintahan al-
Sarraj. Italia pun mendukung al-Sarraj.
Sekalipun PBB resmi memberikan
dukungan kepada Pemerintah
Kesepakatan Nasional, beberapa
negara besar malah mendukung
12
Jenderal Khalifa Haftar. Prancis, Arab
Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan
Rusia secara terbuka mendukung
Haftar, dengan memberikan bantuan
dana maupun senjata canggih. Haftar
pun menjadi kekuatan yang tidak
mudah ditundukkan.
Haftar, bekas tangan kanan Muammar
Ghadafi, saat ini menguasai separuh
Libya. Pasukan Haftar telah menguasai
kawasan timur Libya dan beberapa
daerah di kawasan Barat.
Turki di bawah kepemimpinan
Erdogan tampak yang paling aktif
dalam pusaran konflik Libya untuk
menjatuhkan Haftar.
Erdogan mengatakan pihaknya
intens melobi Rusia dan AS, untuk
memberikan dukungan kepada
pemerintahan al-Sarraj. Menurut
laporan Daily Sabah, 9 Juni 202O,
Presiden Erdogan mengatakan, dia
sudah mencapai kesepakatan dengan
Presiden AS Donald Trump untuk
membangun era baru di Libya.
Turki dan Rusia
Selama bertahun-tahun, Prancis
telah mendukung pasukan Jenderal
DESEMBER 2020
 MAIN REPORT

Perang Saudara di Libya

- Pasukan Pembela Tripoli
Courtesy:
microsites-live-backend.cfr.org

Haftar, berharap bahwa hasil perang dengan perpecahan Eropa/NATO dan

Libya akan memberi mereka banyak konflik internal.
pengaruh militer, politik dan ekonomi.
Namun, berita yang muncul dari Seiring waktu, lebih banyak peluang
kawasan ini jelas bertentangan. muncul di Libya dan, akhirnya, di
Mediterania Timur. Ketika Prancis dan
Turki dan Rusia, yang baru-baru ini Italia menunjukkan antusiasme dalam
mempertaruhkan klaim mereka aliansi yang muncul antara Israel,
atas Libya, adalah pihak yang kini Yunani, dan Siprus di sekitar proyek pipa
mengontrol nasib negara ini. Tidak gas EastMed, Turki menyeimbangkan
hanya Ankara dan Moskow yang ini dengan aliansinya sendiri.
menjadi pialang kekuatan utama
di Libya --Rusia mendukung Haftar, Pada November 2019, Turki dan
sementara Istanbul mendukung GNA Libya menandatangani Nota
GNA—tapi kemungkinan besar Kesepahaman yang memperluas
mereka juga akan membentuk masa wilayah pengaruh Turki di Mediterania
depan Libya. dan memaksa Prancis untuk
menghadapi tantangan lain bagi
Dalam putaran kedua negosiasi kepemimpinannya di wilayah tersebut.
mereka di Ankara pada 16 September Konflik ini masih berlangsung
2020, kedua negara telah mendukung sekarang, dan trennya kurang
gencatan senjata di Libya sebagai menguntungkan untuk Prancis. ***
bagian dari proses politik, yang pada
akhirnya akan menstabilkan negara
yang sedang diricuhi oleh perang
Satrio Arismunandar
saudara tersebut.

Turki dan Rusia melihat peluang yang

belum pernah terjadi sebelumnya,
yang timbul dari relatif tidak hadirnya
Washington sebagai pemain langsung
dalam konflik kawasan, ditambah

DESEMBER 2020 13
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

14 DESEMBER 2020
 FOREIGN
POLICY BRIEF

EVOLUSI NATO
& REVOLUSI ANCAMAN
PERTAHANAN

NATO sedang mengalami kebijakan dalam dan luar

krisis eksistensial. Aliansi negeri sebagian anggotanya,
pertahanan Atlantik Utara yang tidak kompak dalam
yang sudah berusia 71 tahun ini menyikapi tantangan
“sedang mengalami kematian eksternal, yang seharusnya
otak”, tutur Presiden Prancis
Emmanuel Macron, pada Macron mengutarakan
konferensi NATO, Desember pandangannya yang mem-
2019. Pernyataan kontroversial buat heboh, tidak hanya
Macron seakan menjadi bagi para pemimpin NATO
puncak gunung es masalah- seperti Jerman dan Inggris,
masalah krusial, seperti tapi juga Dunia.
masalah anggaran pertahanan
(keseriusan komitmen
anggotanya), hingga disikapi secara kolektif.
perbedaan kepentingan Awalnya itu dipicu oleh aksi
unilaterisme Presiden AS Donald
negara-negara anggota NATO. Operasi NATO
Trump soal kebijakan anggaran NATO
Ini tercermin dari orientasi (pengurangan kontribusi AS). Juga,
Courtessy:
army.mil

DESEMBER 2020 15
 FOREIGN
POLICY BRIEF
Pasukan Gabungan NATO penarikan mendadak dukungan
Courtesy: tentara AS kepada Kurdi di Suriah
i0.wp.com
secara sepihak pada Oktober 2019,
dengan dalih menghindari konflik
dengan Turki (anggota NATO juga)
dan ingin lebih berfokus di Asia.
Bukankah NATO adalah pakta negara-
negara terkuat, dengan lebih 70%
anggaran militer dunia, yang paling
sukses bertahan selepas Perang Dunia
II hingga sekarang? Mengapa NATO
sekarang terlihat tidak kompak? Apa
yang bisa kita pelajari terkait kerja
sama pertahanan multilateral ini?
Untuk mendapatkan perspektif utuh
dan meraba dinamika geopolitik
ke depannya, kita bisa menggali
garis besar evolusi titik-titik penting
berdirinya NATO sampai titik saat ini.
Dari situ, baru kemudian kita kupas
dinamika internal NATO. Bagaimana
peran Prancis dan apa yang NATO
butuhkan secara revolusioner, agar
tetap eksis dan relevan sekarang dan
pada masa depan?
Evolusi NATO
NATO dibentuk pasca-Perang Dunia
II dengan semangat solidaritas un
pour tous, tous pour un, atau satu
untuk semua, semua untuk satu. Jika
ada serangan militer terhadap salah
satu negara anggotanya, maka akan
berakibat ikut bergabungnya negara-
16
negara dalam paktanya dalam perang
melawan sang penyerang tersebut.
Itu juga berarti di antara sesama
anggota NATO tidak akan berperang
satu sama lainnya. Keduabelas negara
pendiri awal NATO –seperti: Amerika
Serikat, Belanda, Belgia, Denmark,
Inggris, Islandia, Italia, Kanada,
Luksemburg, Norwegia, Portugal, dan
Prancis-- bersepakat membentuk
aliansi militer yang lebih luas. Ini
sebelumnya bercikal bakal dari pakta
pertahanan Western Union (Brussels
Treaty Organization) antara enam
negara Eropa saja, yaitu Prancis,
Inggris, dan negara-negara Benelux.
Aktivitas organisasi yang bermoto
“Vigilia Pretium Libertatis” (vigilance
is the price of liberty) ini baru mulai
menggeliat dalam skala global, setelah
menyaksikan perang Korea awal
dekade 1950-an. NATO lalu mendirikan
pusat komando dan kesatuan khusus
Supreme Headquarters Allied
Powers Europe (SHAPE) dengan
Jendral AS Dwight D. Eisenhower
sebagai Panglima Sekutu Tertinggi
pertamanya.
Alasannya sederhana, NATO harus
siap di berbagai titik (terutama
Eropa) dalam menangkal potensi
agresi komunis di bawah Uni Soviet,
yang terlihat gejalanya dari perang
DESEMBER 2020
 FOREIGN
POLICY BRIEF
Korea. Langkah konkret selanjutnya
adalah pencanangan Rencana
Pertahanan Jangka Panjang di
kawasan Eropa. Salah satunya
menyiapkan zona terdepan bernama
“Lapisan Kue Pertahanan NATO”
di kawasan Jerman Barat dengan
sistem pembagian tugas. Dalam kerja
sama ini, tampak AS mendominasi
kekuatan pertahanannya, terutama
yang terberat yaitu di bagian tengah,
sementara kontribusi Prancis tidak
ada. Sikap Prancis ini akan menjadi
pembahasan lebih lanjut.
NATO lalu melakukan latihan
militer gabungan berskala besar
untuk meningkatkan koordinasi
dan kemampuan anggotanya.
Yang pertama kali adalah Exercise
Mainbrace pada September 1952
di sekitar laut Norwegia. Selain
peningkatan kemampuan militer,
latihan bersama NATO ini juga
merupakan langkah strategis NATO
kepada anggotanya Denmark dan
Norwegia –yang notabene negara-
negara netral dalam politik Eropa
sekalipun– agar aktif bergabung
dalam sistem pertahanan terintegrasi,
dalam mengantisipasi serangan Soviet
sewaktu-waktu.
Menyadari posisi strategis negaranya,
yang rawan serangan seperti saat
agresi Nazi Jerman sebelumnya dan
ancaman nyata kudeta komunisme
di Cekoslowakia pada Februari 1948,
Denmark dan Norwegia pun ikut
bergabung dalam latihan gabungan saat itu sudah berdiri di bawah
ini. Banyak sentimen negara-negara perlindungan Sekutu ikut bergabung
Eropa, yang tadinya netral dari politik dengan NATO pada Mei 1955, yang
blok Barat vs blok Timur, tapi lalu kemudian berujung pada pendirian
berubah bergabung ke NATO karena Pakta Warsawa di kubu seberang,
ancaman komunisme. “Lebih baik yaitu blok komunis (Eropa Timur)
kami mati berdiri sebagai orang yang dipimpin Uni Soviet. Tetapi
bebas pada esok hari, dibanding ujungnya berakhir antiklimas. Pakta
hidup selamanya tapi bertekuk lutut Warsawa satu persatu runtuh diikuti
di depan mereka (komunis),” kata Uni Soviet kolaps sepanjang 1989–
Wilhelm Morgenstierne, mantan 1991, dan secara de facto NATO tak
Dubes Norwegia untuk AS. menghadapi ancaman besar lagi yang
Kesepakatan Anggaran merekatkannya.
Beberapa tahun kemudian, Atmosfer di dalam NATO tidaklah
pemerintahan Jerman Barat yang adem-ayem sebagai kesatuan entitas

DESEMBER 2020 17
 FOREIGN
POLICY BRIEF

Kapal induk USS Midway

(CVB-41) di perairan Skotlandia
sesaat sebelum latihan gabun-
gan maritim NATO Exercise
Mainbrace September 1952
Courtesy:
us.navy

aliansi negara bebas dan demokratis, target kesepakatan anggaran

apalagi saat-saat sekarang ini.
Meski awalnya bercikal-bakal dari
kekhawatiran terhadap keamanan
kawasan Eropa barat, tapi pada
realitanya dominasi AS di NATO sangat
kuat. Dari segi pengerahan pasukan
dan khususnya pendanaan, kontribusi
AS selalu menjadi yang terbesar
(sekitar 70%).
Hal inilah yang salah satunya
dikritik oleh Trump–dipicu juga oleh
perubahan fokusnya yang serba China–
bahwa “We don’t want to be suckers
anymore.” Perkembangan terakhir
2020 ini, AS tetap menjadi kontributor
dana terbesar NATO setelah ada
mediasi penyesuaian anggaran, yaitu
sekitar 22%, diikuti Jerman sebesar
14,76%, Prancis dan Inggris Raya sama-
sama sedikit di bawah 10,5%, dan lebih
40% sisanya dibagi kepada negara-
negara NATO lainnya.
Anggaran NATO digunakan, misalnya,
untuk menggaji stafnya di markas
besar (Brussels, Belgia) dan pos-pos
operasional, operasi militer gabungan,
pengadaan sistem radar, pelatihan
dan komunikasi, sistem komunikasi
pertahanan, lapangan udara,
pelabuhan, dan sebagainya.
Sampai saat ini, baru sembilan anggota
NATO yang berhasil menyentuh
pertahanan 2% PDB. Turki dan Prancis
belum mencapai target, tapi sudah
mendekati. Sementara mayoritas
anggota NATO masih jauh dari target.
Jerman bahkan belum mencapai
setengah perkembangannya. Negara
terkemuka seperti Kanada, Spanyol,
dan Italia masih sangat jauh dari
target.
Ada beberapa fenomena unik
terkait sejarah NATO, yang bisa kita
maknai dalam memahami berbagai
kepentingan dan perbedaan
pandangan di dalam organisasinya.
Pertama, NATO didirikan demi
mengantisipasi potensi ancaman
besar, seperti bangkitnya Uni Soviet ke
kancah politik global dunia via Jerman
Timur dan perang Korea 1950-an.
Tetapi tidak pernah ada aktivitas/
operasi militer NATO yang berhadapan
langsung dengan kekuatan Pakta
Warsawa sepanjang tiga dekade
Perang Dingin AS–Uni Soviet. Dengan
kata lain, itu bisa berarti efek deteren
aliansi Sekutu sangat kuat, bahkan
bagi Pakta Warsawa sekalipun,
ataupun persepsi ancaman agresi
Soviet di mata negara Eropa Barat dan
AS tidak pernah terbukti.
Kedua, dalam sejarah NATO, insiden
di mana penerapan artikel kelima

18 DESEMBER 2020
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

DESEMBER 2020 19
 FOREIGN
POLICY BRIEF
piagamnya soal pembalasan kolektif
terhadap serangan eksternal justru
terjadi pertama kali selepas peristiwa
9/11 di wilayah AS, bukan Eropa! Setelah
itu muncul era Global War on Terror
(GWOT) yang diprakarsai oleh AS dan
didukung secara solid oleh negara-
negara anggota NATO di berbagai
medan peperangan melawan radikalis
Islam.
Sampai di sini kita bisa mengkritisi
keberlangsungan NATO dan
signifikansi peran AS bagi Eropa.
Jangan-jangan negara Eropa itulah
yang menjadi “ekstensi otoritas AS,”
atau ekstremnya, jangan-jangan
20
Eropa lah yang menjadi pendukung
unilateralisme AS? Gejala perpecahan
ini sudah terlihat sejak NATO menolak
mendukung AS dalam perang
Vietnam 1960-an, dan pihak AS sendiri
masih ingat soal itu.
Revolusi Prancis Modern
Sejak masa awal dibentuknya NATO,
Prancis sudah memiliki perbedaan
pandangan tentang beberapa
hal di dalam NATO. Misalnya, soal
kemampuan/kredibilitas pertahanan
kolektif NATO yang berbeda-beda
(selain lokasi geografis AS yang jauh)
dalam menghadapi potensi serangan
nuklir Soviet. Itu berarti kelemahan
DESEMBER 2020

Charles de Gaulle
aircraft carrier
Courtesy:
news.usni.org
suatu negara harus ditutupi oleh
dukungan anggota NATO yang lain.
Prancis tercatat pernah menarik
dukungan militernya dari kestrukturan
militer NATO dan sistem pertahanan
nuklirnya pada 1966. “Prancis
menginginkan untuk mendapatkan
kembali keseluruhan wilayah
kedaulatannya,” tulis Presiden Prancis
kala itu Charles de Gaulle kepada
presiden AS Lyndon B. Johnson, yang
kemudian menempeleng semua
anggota NATO juga. Tidak hanya
mundur dari integrasi pasukan
gabungan NATO, tapi Prancis juga
menyuruh para personel militer
negara asing untuk hengkang dari
wilayahnya.
Bisa diduga, momen itu adalah
puncak kekesalan Prancis karena
merasa menerima perlakuan yang
tidak adil dari AS. Pada krisis kanal Suez
1956 melawan Mesir, Prancis merasa
ditinggalkan oleh AS di mana mereka
dipaksa AS untuk hengkang dari
sana. Bagi Prancis, itu adalah upaya
perendahan karena tidak menghargai
independensi militer Prancis.
Aliansi seperti NATO justru
mengekang kebijakan luar negeri
DESEMBER 2020
FOREIGN
POLICY BRIEF
Prancis. Kanal Suez pada waktu itu
adalah titik penting bagi perdagangan
global termasuk Prancis, tapi hendak
dinasionalisasi pemerintah Mesir.
Prancis juga tidak menerima hak yang
sama, terkait otoritas suara dalam
strategi persenjataan nuklir NATO.
Menurut Prancis, seharusnya Prancis
dan Inggris menerima hak yang sama
seperti AS dalam pengaturannya, tapi
ditolak mentah-mentah oleh AS.
Perlahan tapi pasti setelah insiden itu,
Presiden de Gaulle menarik armada
lautnya dari zona laut Mediterania
NATO dan menolak semua permintaan
anggota NATO, yang ingin meletakkan
sistem persenjataan nuklir asing di
tanah kedaulatan Prancis.
Puncak kekecewaan Prancis
terhadap NATO (atau AS) adalah
perbedaan pendapat dengan AS,
yang menetapkan secara sepihak
agar anggota NATO bersatu
mengumpulkan personel terbaiknya
(dan dananya), untuk ditempatkan
pada armada kapal nuklir gabungan.
Padahal Prancis sudah punya rencana
sendiri terkait armada kapal perang
nuklirnya. Akibat mundurnya Prancis,
NATO terpaksa memindahkan mabes
militernya dari Prancis ke Brussels,
21
 FOREIGN
POLICY BRIEF
Belgia.
Uniknya, secara politis Prancis tetap
mendukung aliansi strategis dengan
NATO dengan perjanjian di balik layar
dengan AS (Kesepakatan Lemnitzer-
Ailleret), di mana Prancis akan
mendukung operasional NATO jika
terjadi perang nuklir di tanah Eropa.
Butuh waktu 43 tahun sampai Prancis
kembali bergabung secara resmi
dalam struktur operasional NATO. Itu
pun saat Soviet sudah lama bubar
dan operasional NATO yang cukup
menonjol sejauh ini adalah operasi
kemanusiaan penjaga perdamaian
(peacekeeping) di wilayah Balkan dan
Afghanistan.
“Kami mengirimkan tentara, tapi kami
tidak ikut dalam komite (internal NATO)
di mana tujuan politiknya ditetapkan,”
kata mantan Presiden Prancis Sarkozy.
Berkaca pada semboyan misi NATO–
ONE MISSION: To prepare for, plan and
conduct military operations in order to
22
meet Alliance political objectives–apa
yang diutarakan Sarkozy menjadi jelas
kontras maksudnya. Itu lalu dilanjutkan
penerusnya saat ini, Presiden Macron.
NATO itu sebenarnya disetir oleh
agenda Eropa atau agenda AS?
Peta distribusi PLTN di Prancis dan
data emisi karbon penggunaan pada
Mei 2020.
Prancis mengembangkan sendiri
program deteren nuklirnya, yang
dikenal sebagai force de frappe
(strike force) sejak mundur dari NATO
pada 1966. Ke depannya, Prancis
juga konsisten soal langkah lebih
lunak/persuasifnya dalam menyikapi
ancaman perang nuklir global.
Misalnya, dengan menghilangkan
semua sistem misil nuklir daratnya,
ikut meratifikasi perjanjian multilateral
pelarangan uji coba senjata nuklir
Comprehensive Nuclear-Test-Ban
Peta distribusi PLTN di Prancis
Treaty (CTBT) pada September 1996, dan data emisi karbon penggu-
dan mengurangi kuantitas misil udara naan pada Mei 2020
DESEMBER 2020

NATO nuklirnya hingga 30% memasuki abad
Courtesy:
globalnews.ca ke-21.
Hingga saat ini Prancis konsisten fokus
mengembangkan sistem pertahanan
senjata nuklirnya sendiri, terpisah dari
NATO. Prancis juga terkenal sebagai
salah satu negara nuklir dunia dengan
tujuan damai, yang dibuktikannya
dengan berbagai generator dan
fasilitas PLTN terbesar sedunia.
Berbagai Perbedaan Internal
Di dalam NATO ada “NATO” lagi.
Meskipun secara de facto negara
anggota NATO tergabung dalam
kesatuan pakta pertahanan, pada
praktiknya seperti ada tiga kubu
kontras yang mengerucut di internal
NATO. Bahkan sampai meluas
‘bermain’ di luar topik tradisional
pertahanan dan militer: kubu AS,
Prancis, dan Turki.
AS cenderung fokus dengan agenda
unilateralismenya (dan tergantung
presidennya siapa saat itu). Prancis
sangat mengedepankan prinsip
liberté, égalité, fraternité, yang sangat
vokal dalam berbagai isu termasuk
urusan internal NATO sekalipun. Di
pihak lain ada Turki, sebagai anggota
baru NATO, yang ingin membuktikan
kehebatan negaranya dan lebih
dihargai para anggota NATO.
Turki sendiri juga pragmatis. Turki
dalam satu dekade belakangan sangat
aktif dengan berbagai manuvernya
DESEMBER 2020
FOREIGN
POLICY BRIEF
di teater perang Timur Tengah dan
dipasok sistem alutistanya dari
Rusia juga. Selain itu, ada juga kubu
‘negara-negara kecil’ dalam NATO,
yang khawatir bahwa AS tidak bisa
atau enggan membela mereka saat
sewaktu-waktu negaranya diinvasi
negara lain (prinsip artikel kelima
NATO).
Terkait isu fokus ancaman NATO,
Prancis secara tradisi sangat vokal
terkait bagaimana sebaiknya
pendekatan NATO terhadap ancaman
Rusia dan China baru-baru ini.
Kubu Inggris, Jerman, Kanada, dan
mayoritas anggota NATO bersikukuh
memandang Rusia sebagai ancaman/
musuh, sehingga mengalienasi
Rusia. Sementara kubu Prancis
menganjurkan untuk membuka
dialog dengan Rusia, dan kalau bisa
merangkul Rusia masuk ke dalam
NATO.
Dengan demikian, harapannya bisa
semakin mende-eskalasi konflik di
sekitar Ukraina dan seluruh Eropa
dalam jangka panjangnya. Sekubu
dengan Prancis, ada Yunani, Italia,
Hongaria, dan Slowakia yang saat
ini memiliki hubungan baik dengan
Rusia, bahkan sampai mengajak
perusahaan-perusahaan Rusia
untuk berinvestasi membangun
PLTN di negaranya. Macron juga
berpandangan, musuh NATO yang
nyata adalah para teroris radikalis
23
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

24 DESEMBER 2020

seperti ISIS, bukan negara demokratis
seperti Rusia. China lain cerita karena
bukan negara demokratis.
Pesawat Rusia cukup sering
“mengetes” seberapa cepat reaksi
udara NATO. Tampak di infografis
adalah rekaman insiden pencegatan
udara sepanjang 2013-2015.
Alternatif Musuh NATO
Posisi Trump setali tiga dengan
Prancis dalam hal ini. Dia tidak
sepenuhnya kontra terhadap Rusia
dan menawarkan alternatif musuh
NATO yang sebenarnya adalah China,
yang diamini Kanada dan Jerman juga.
Dari situ Trump menganjurkan agar
para anggota NATO membatalkan
dan melarang China membangun
infrastruktur komunikasi 5G di negara-
negaranya.
DESEMBER 2020
FOREIGN
POLICY BRIEF
Permasalahannya, beberapa negara Pesawat Rusia cukup sering
“mengetes” seberapa cepat
NATO ada yang sudah tergabung reaksi udara NATO. Tampak
dalam program investasi asing Belt di infografis adalah rekaman
insiden pencegatan udara
and Road Initiative China, yang sepanjang 2013-2015
dipimpin Hongaria dan Italia sebagai Courtesy:
The Aviatonist
anggota NATO. Sepanjang 2019-2020
ini mungkin adalah titik terendah
hubungan China dengan negara-
negara kekuatan utama NATO. Ada
penangkapan petinggi perusahaan
Huawei oleh aparat Kanada,
pemblokiran dan akuisisi aplikasi
TikTok, demokrasi Hongkong, dan
sebagainya. Menarik untuk melihat
bagaimana kebijakan Presiden AS
baru terkait China, yaitu Joe Biden.
NATO saat ini memiliki risiko tinggi
perbedaan pandangan di antara
sesama anggotanya. Dalam level elite
kepemimpinan, fenomena ini jelas
terlihat dari para pemimpin NATO yang
bertipikal populis. Mereka cenderung
25
 menginginkan manfaat politis- kemampuan finansial dan militer
dangkal dan berjangka pendek untuk setiap negara bervariasi, maka isu
kebaikan negaranya dan mungkin free riders dalam internal NATO perlu
legitimisasi pemerintahannya. segera dicarikan solusinya.
Pola seperti ini adalah ancaman besar Kerja sama multilateral sebesar NATO
terhadap kerja sama multilateralisme tidak akan bisa berkesinambungan,
dengan beragam kondisi dan jika hanya negara itu-itu saja yang
kepentingan. NATO tidak bisa menanggung kontribusi besar
digunakan sebagai kuda politik untuk operasionalnya. Itu pun yang kadang
permainan politik domestik, tapi di atau mungkin sering, menjadikan
satu sisi sang pemimpin juga tidak NATO sebagai alat politik (presiden)
bisa ‘mengkhianati’ kepentingan negaranya. Bagaimana kalau tiba-
rakyatnya. tiba negara(-negara) pendonor utama
NATO punya PR besar untuk NATO, atau inisiator yang vokal seperti
mendefinisikan tujuan organisasinya Prancis hengkang (lagi) dari NATO?
secara jelas dan relevansinya pada Mungkin ada kebijaksanaan dari
zaman sekarang. Persepsi publik di sikap Prancis yang cenderung
tiap anggota NATO berpengaruh mempertanyakan unilateralisme
besar terhadap keberlangsungan AS dalam NATO, dan cenderung
dukungan pemerintahannya atas mendorong “persatuan Eropa”. Ketika
eksistensi NATO. Selain itu, seperti prinsip-prinsip perekat NATO yang
yang dikeluhkan Prancis sejak fundamental seperti demokrasi,
awal berdirinya NATO, mengingat kebebasan individu, dan kepastian

26 DESEMBER 2020
hukum sudah terkalahkan oleh
FOREIGN
kepentingan politik dan ekonomi
POLICY BRIEF
sesaat, eksistensi NATO sebagai pakta
pertahanan (militer) menjadi irelevan.
Jika ingin terus guyub dan kompak,
prinsip negara demokratis adalah
kunci yang dibutuhkan NATO dalam
mendefinisikan ancaman bersama,
seperti yang diutarakan Sekjen
NATO Jens Stoltenberg secara tidak
langsung, “NATO adalah satu-satunya
platform di mana Amerika Utara dan
Eropa bisa duduk bersama dalam
mengalamatkan isu-isu strategis,”
tidak peduli itu terorisme, Rusia,
ataupun China. ***

Denis Toruan

Charles de Gaulle France

aircraft carrier
Courtesy:
i.redd.it

DESEMBER 2020 27
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

28 DESEMBER 2020

PRODUK ALUTSISTA PRANCIS
DI JAJARAN TNI AD
Kampanye boikot terhadap
produk-produk Prancis, yang
diserukan oleh Turki dan
sejumlah pihak lain terkait
heboh kasus karikatur Nabi
di Prancis, sempat bergema
di Indonesia. Namun,
Pemerintahan Indonesia sendiri
bersikap matang dan tradisional.
Meskipun Presiden Joko Widodo
bersikap kritis terhadap Prancis,
Indonesia tidak mau ikut-ikutan
melakukan aksi boikot.
Hal itu bisa dipahami, karena produk-
produk Prancis yang paling besar
nilainya di Indonesia bukan parfum,
bedak, atau produk kosmetik. Namun,
justru produk-produk teknologi tinggi,
seperti radar dan pesawat penumpang
yang digunakan oleh maskapai
penerbangan Indonesia. Bahkan TNI
sendiri banyak menggunakan produk
pertahanan buatan Prancis.
DESEMBER 2020
DOMINO’S
EFFECT
AMX 13
Tulisan ini mencoba memaparkan
Courtesy:
beberapa produk industri pertahanan upload.wikimedia.org
Prancis yang digunakan oleh TNI
Angkatan Darat. Tulisan ini tidak
membahas produk yang digunakan
di jajaran TNI Angkatan Udara dan TNI
Angkatan Laut, karena jumlahnya akan
banyak sekali. Kita mulai dari yang
pertama:
Tank Ringan AMX-13
TNI AD adalah pengguna lama tank
AMX-13. AMX-13 adalah tank ringan
buatan Prancis yang diproduksi pada
1953 sampai 1985. Tank ini digunakan
pasukan Prancis dan diekspor ke 25
negara lainnya. Diperkirakan, total
produksi dari keluarga AMX-13 sekitar
7.700, di mana sekitar 3.400 diekspor.
Untuk postur AMX, ia didesain dengan
panjang 6,36 meter (sudah termasuk
panjang meriam) dan lebar 2,51 meter.
Agar bisa diterbangkan dengan
pesawat, desainnya disederhanakan
29
 hingga hanya berbobot siap tempur
DOMINO’S
14,5 ton (sudah termasuk maksimal
EFFECT
tiga kru dan amunisi-amunisi
persenjataannya).
Meski ringan, AMX-13 diperkuat lapisan
baja setebal 10 milimeter di buritan
dan 40 milimeter di bagian samping,
depan, serta turetnya. Spesifikasinya
juga disempurnakan dengan
persenjataan utama meriam 75 mm SA
50. Senjata pendukung lainnya yang
turut dipasang: dua pucuk senapan
mesin 7,62 mm serta dua pelontar
granat asap di dua sisi kubahnya.
AMX-13 sudah jadi salah satu alutsista
andalan TNI AD sejak 1960. Menilik
data Stockholm International Peace
Research Institute (SIPRI), TNI AD
mulanya memiliki 315 unit tank
AMX-13. Masuknya datang secera
bergelombang: 185 unit datang pada
1961 langsung dari Prancis dan 130
sisanya bekas dari Belanda, yang
dikirim pada periode 1977-1978. Per
2018, AMX-13 milik TNI AD tinggal 120
unit yang masih beroperasi.
Ke-120 AMX-13 itu rencananya akan
diganti dengan tank-tank medium
Harimau buatan PT Pindad, yang
bekerjasama dengan FNSS Savunma
Sistemleri asal Turki. AMX-13 yang
digunakan TNI AD juga mengalami
modifikasi. Misalnya, mengganti
meriam 75 mm dengan yang lebih
besar. Keluarga AMX juga memiliki
beberapa varian untuk fungsi misi lain.
AMX-13 VCTB
AMX-VCTB (Vehicule Chenillé
Transport Blessés) adalah tank yang
berfungsi sebagai ambulans, untuk
mengevakuasi korban pertempuran.
Wahana ini masuk kategori sebagai
ransus (kendaraan khusus) lapis baja,
yang terintegrasi dalam unit kavaleri
tank serbu dan tank APC (Armoured
Personnel Carrier).
Meski kiprahnya jarang disinggung,
tapi keberadaan tank ambulans
tetap punya tempat tersendiri dalam
pergerakan ranpur lapis baja. Di
Indonesia, AMX-13 VCTB menjadi tank
30
ambulans pertama untuk melengkapi
kekuatan kavaleri TNI AD.
AMX-13 VCTB punya bentuk dan desain
yang serupa dengan AMX-13 APC (VCI
– Véhicule de Combat d’Infanterie).
Bedanya lebih pada interior dan
kelengkapan peralatan yang ada di
ruang kompartemen belakang. Pada
versi angkut pasukan (AMX-13 VCI),
kompartemen belakang diisi bangku
untuk 10 pasukan. Sedangkan pada
versi AMX-13 VCTB konfigurasi diubah
untuk penempatan tiga tandu, serta
tempat duduk bagi korban luka dan
personel medis.
AMX-13 VTT
AMX-13 VTT (Véhicule de Transport de
Troupe) adalah kendaraan lapis baja
pengangkut pasukan. Pada awal 1957,
sekitar 3.000 kendaraan ini diproduksi
untuk pasukan Prancis. Pada awalnya,
ia diproduksi sebagai wahana yang
membawa 10 prajurit infanteri.
Versi VTT ini dipersenjatai baik
dengan senapan mesin 7.5 mm AA-
52 atau senapan mesin 12.7 mm M2
Browning di dudukan terbuka. Versi
terakhir memiliki kubah meriam
yang dilengkapi dengan 20mm
meriam otomatis ringan 20 mm,
menjadikannya kendaraan yang dapat
dianggap sebagai contoh awal dari
kendaraan tempur infanteri.
VAB, Wahana Pengangkut Personel
VAB (Véhicule de l’Avant Blindé) dalam
bahasa Prancis artinya “Kendaraan
Lapis Baja Pemimpin.” Ini adalah
kendaraan lapis baja pengangkut yang
diproduksi oleh Divisi Euro Mobilité
dari GIAT Industries Prancis. VAB
adalah kendaraan amfibi, memiliki
kemampuan off-road yang luar biasa,
dan bisa dimodifikasi menjadi berbagai
versi. Versi modern dari VAB sudah
memiliki lebih dari 1.000 perubahan
baru dibandingkan dengan versi awal.
Karakteristik umum: VAB bisa
mengangkut 2+10 orang. Panjangnya
5,98 m, lebar 2,49 m, tinggi 2,06 m, dan
berat 13 ton. Ia dipersenjatai senapan
DESEMBER 2020

mesin 12.7 mm. Menggunakan mesin
Renault MIDR 062045 (berkapasitas
300 hp), kecepatannya 92 km/jam. Ia
memiliki perbandingan tenaga/berat
23 hp/t, dan berdaya jelajah 1.000 km.
Secara umum, pengangkut personel
lapis baja VAB dicirikan oleh
kesederhanaannya, kinerja lintas
negara yang hebat. Kendaraan ini
menggunakan sistem suspensi
independen, yang memberikan
mobilitas yang baik. Itu juga dilengkapi
dengan sistem inflasi ban sentral.
Seperti banyak kendaraan lapis baja
beroda, VAB dapat berenang melintasi
rintangan air kecil, seperti sungai. Di
atas air, ia didorong oleh roda atau jet
air, yang dipasang di bagian belakang
lambung. Baling-baling trim dipasang
di depan, sebelum memasuki air.
DESEMBER 2020
DOMINO’S
EFFECT
Pengangkut personel lapis baja ini VAB
Courtesy:
dapat diangkut dengan pesawat upload.wikimedia.org
angkut militer C-130 Hercules yang
dimiliki TNI AU.
Seri VAB adalah salah satu yang paling
variasinya dari semua kendaraan
tempur Prancis saat ini. VAB sering
dialokasikan ke unit Angkatan Darat
Prancis sebagai kendaraan anti-tank,
dipersenjatai dengan peluru kendali
anti-tank MILAN atau Mephisto.
Kendaraan ini memiliki menara
peluncur yang dipasang di atap dan
membawa peluru kendali di dalam
kompartemen pasukan. VAB lain
digunakan oleh Angkatan Darat
Prancis untuk hampir semua fungsi
kendaraan pendukung yang dapat
dirancang.
31
 Sherpa Light Scout
DOMINO’S
EFFECT
Sherpa Light adalah keluarga
kendaraan taktis dan lapis baja
ringan 4x4, yang dikembangkan oleh
perusahaan Prancis, Renault Trucks
Defense (RTD). Tersedia dalam varian
tanpa lapis baja atau lapis baja (kit
balistik, ranjau dan IED), Scout cocok
untuk misi taktis seperti pengintaian,
patroli, pengawalan konvoi, dan
komando serta penghubung. Ia
mampu mengangkut hingga 4 atau 5
tentara atau muatan total hingga 4 ton.
Pada 17 Februari 2017, pasukan
Kontingen Garuda (Konga) XXIII-K
yang bertugas di Libanon resmi
mendapatkan kendaraan taktis (rantis)
Sherpa Light Scout. Sebanyak enam
unit rantis lapis baja ini digunakan oleh
Satgas Yonmek (Batalyon Mekanik)
Indobatt.
digunakan oleh pasukan khusus
reaksi cepat. Kendaraan ini diarahkan
untuk misi pengawalan konvoi,
patroli, kendaraan komando, dan
perhubungan.
Tampilan karakter depannya berubah
dibanding versi Sherpa lainnya. Bentuk
bumper depan yang lebih kecil tidak
menutupi roda depan dengan dua
tiang mengapit rumah winch. Bentuk
radiator grill-nya juga baru, dan lampu
depannya (head lamp) seakan terpisah.
Sherpa Light Scout memiliki panjang
5,29 m, lebar 2,36 m, tinggi 2,02 m, dan
ground clearance 33 cm. Kabinnya
dapat menampung empat sampai
lima prajurit. Kendaraan ini memiliki
bobot kosong 7,5 ton dengan muatan
yang bisa dibawa seberat 2,2 ton.

Sherpa Light Scout sendiri adalah salah

satu varian dari keluarga rantis Sherpa.
Ia mulai diperkenalkan pertama
kali pada pameran pertahanan
internasional Eurosatory 2006 di Paris.

Varian Sherpa Light Scout

dikembangkan oleh Arquus (dulu
Renault Trucks Defense) untuk
Renault - Sherpa Light Scout
Renault - Sherpa Light Scout Courtesy:
Blueprint upload.wikimedia.org
Courtesy:
www.arquus-defense.com

32 DESEMBER 2020

Untuk senjata bela diri dan bertempur,
Sherpa Light Scout dapat dilengkapi
senapan mesin kaliber 7,62 mm atau
12,7 mm, baik yang dioperasikan secara
manual atau menggunakan remote
control (RCWS).
Militer Indonesia memiliki 12 Light Scout,
6 Armored Light Scouts, dan beberapa
varian Weapon System Carrier/Station
Wagon untuk MBDA MPCV System.
Dilaporkan pada 2011 bahwa Renault
bekerja sama dengan PT Pindad untuk
memproduksi beberapa Sherpa untuk
militer Indonesia. Pindad Elang adalah
Sherpa Light versi Indonesia, yang
dibuat bekerja sama dengan Renault.
CAESAR Renault Sherpa 10
CAESAR (CAmion Équipé d’un Système
d’ARtillerie) dalam bahasa Prancis
berarti “truk yang dilengkapi dengan
sistem artileri. Ini adalah howitzer kaliber
155mm Prancis, yang dipasang pada
sasis truk 6x6 . Contoh yang dibuat untuk
Angkatan Darat Prancis menggunakan
sasis Renault Sherpa 10. Contoh yang
dibuat untuk ekspor menggunakan
sasis 6x6 Unimog U2450L.
DESEMBER 2020
DOMINO’S
EFFECT
Caesar Self Propelled Howitzer
Courtesy:
Selain versi 6×6 yang saat ini upload.wikimedia.org
digunakan, versi 8×8 juga dipasarkan
oleh Nexter, bersamaan dengan Trajan
towed howitzer. TNI AD lebih memilih
platform kendaraan truk 6x6, karena
pasukan Kostrad siap diturunkan
dalam tugas di mana saja dengan
mobilitas utama menggunakan
pesawat C-130 Hercules. Platform 6x6
dapat memenuhi kualifikasi tersebut.
Platform CAESAR dikembangkan
oleh GIAT Industries sebelumnya
(sekarang dikenal sebagai Nexter )
dan dioperasikan oleh militer Prancis,
Indonesia, Arab Saudi, dan Thailand.
CAESAR dikembangkan pada 1990-an
sebagai demonstrasi teknologi oleh
perusahaan milik negara Prancis GIAT
Industries , bekerja sama dengan Lohr
Industrie.
Produk ini pertama kali ditampilkan
di depan umum pada 1994. Empat
tahun kemudian, model pra-produksi
menjalani uji coba dengan Angkatan
Darat Prancis.
CAESAR menampung 18 peluru dan
biasanya dioperasikan oleh lima awak.
33

DOMINO’S
EFFECT
Tembakan CAESAR
Courtesy:
ahbab.abestudio
Jika perlu, CAESAR dapat dioperasikan
oleh sedikitnya tiga orang. Meriam
ini dapat diangkut dengan pesawat
angkut C-130 Hercyules atau A400M
, dan memiliki jarak tembak sekitar
42 km, menggunakan cangkang
Extended Range, Full Bore (ERFB),
dan lebih dari 50 km menggunakan
cangkang berbantuan roket.
Sistem ini terintegrasi dengan sistem
terkomputerisasi penuh, menyediakan
kontrol otomatis. Selama pameran
industri pertahanan Eurosatory 2006,
CAESAR dipamerkan dengan sistem
peletakan otomatis, berdasarkan
sistem navigasi inersia SIGMA 30 .
Nexter mengembangkan kabin lapis
baja untuk CAESAR sebagai tanggapan
atas permintaan perlindungan lebih
bagi kru. Armor tambahan akan
melindungi dari IED dan bom pinggir
jalan, ranjau anti-kendaraan, dan
peluru 155 mm yang mendarat sedekat
lima meter dari kendaraan. Ini dapat
ditambahkan ke kabin CAESAR yang
ada. Armor yang lebih berat akan
menambah bobotnya 400 kg dan
menaikkan harga 4-5 persen.
TNI AD memperoleh 37 unit CAESAR
seharga 240 juta dollar AS. Dua unit
yang pertama tiba pada pertengahan
September 2012. Sedangkan 18
unit lainnya dibeli sebagai tindak
lanjut pesanan yang ditandatangani
34
pada Februari 2017. Pesanan ini
akan meningkatkan total inventaris
Indonesia menjadi 55 sistem CAESAR.
TNI AD menempatkan howitzer
swagerak CAESAR untuk pasukan
Kostrad. Dengan 3 divisi pasukan yang
masing-masing mempunyai 1 Batalyon
Artileri Medan, maka dibutuhkan
18 x 3 = 54 unit CAESAR. Kebutuhan
dapat saja bertambah dengan
dibentuknya batalyon Mandala Yudha
yang berkualifikasi sebagai pasukan
Combined Arms dan juga untuk
kebutuhan Pusdik Artileri Medan.
Sistem senjata CAESAR memberikan
keuntungan unik yang dapat
digerakkan secara cepat di medan
perang oleh unit militer. Karakteristik ini
memberikan potensi penjualan yang
kuat bagi CAESAR di pasar internasional.
Selanjutnya, ekspansi baru-baru ini ke
pasar Eropa dan Asia Tenggara, serta
Arab Saudi, menandakan kepercayaan
konsumen yang tumbuh terhadap
artileri swagerak yang ditawarkan
Nexter.
Dari contoh-contoh di atas, terlihat
bahwa produk-produk industri
pertahanan Prancis hingga saat ini
banyak digunakan oleh TNI dan militer
dunia. Hal itu karena kualitas produk
Prancis memang cukup baik. Indonesia
bisa mendapat banyak manfaat,
dengan cara menjalin kerjasama
industri dalam memproduksi alutsista
tersebut. Misalnya, seperti yang sudah
dilakukan oleh PT Pindad. ***
Satrio Arismunandar
DESEMBER 2020
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

DESEMBER 2020 35
HOT ISSUE
Menuju “Aliansi F-35”
UAE - Israel - AS
Ada berita tentang alutsista
yang “kurang mengenakkan
hati,” awal November 2020.
Indonesia dinilai belum
layak memiliki jet tempur
canggih F-35 Lightning II
buatan Amerika Serikat.
Padahal, Menteri Pertahanan
Prabowo Subianto dikabarkan
mengincar alutsista tersebut
dan membicarakannya dalam
lawatan ke AS beberapa waktu
lalu.
Duta Besar Indonesia untuk AS,
Muhammad Lutfi, mengatakan, F-35
adalah pesawat generasi ke-5 buatan
Lockheed Martin dan merupakan
generasi terbaru dari jet tempur seri
F. Oleh pihak AS, Indonesia dianggap
perlu memiliki pesawat generasi 4 dan
4.5 terlebih dahulu, sebelum dapat
memboyong F-35. AS menyarankan,
Indonesia mempunyai pesawat
36
F-35 ISRAEL
F-35 Israel
Courtesy:
www.thedrive.com
tempur F-16 blok 72. Ini adalah pesawat
tempur termutakhir sebelum bisa
mendapat F-35.
Kita patut menduga, ini lebih bersifat
basa-basi diplomatik. Indonesia adalah
negara sahabat AS. Tetapi –dengan
politik luar negerinya yang bebas
aktif—Indonesia bukan sekutu AS
seperti Singapura, Australia, atau Israel.
Maka, Indonesia belum masuk prioritas
untuk memiliki F-35. Bahkan, patut
diduga, sejumlah negara tetangga
kita diam-diam merasa “enggan”atau
“keberatan,” jika Indonesia sebagai
kekuatan regional memiliki pesawat
siluman yang sangat canggih itu.
Perlakuan AS terhadap Indonesia
berbeda dengan terhadap Uni Emirat
Arab (UAE). Seperti dilaporkan Seth
Frantzman dari The Jerusalem Post
(November 2020), Pemerintahan
Presiden Donald Trump berusaha
mendorong kesepakatan senjata yang
belum pernah terjadi sebelumnya
untuk UAE, termasuk 50 pesawat
DESEMBER 2020

tempur siluman F-35 generasi kelima
dan 18 drone Reaper.
John Hudson dari The Washington Post
(November 2020) men-tweet bahwa
sumbernya mengatakan, kesepakatan
itu akan bernilai 10 miliar dollar AS dan
akan mencakup bom Mark-82, bom
terpandu, dan rudal. Kesepakatan itu
penting karena beberapa alasan, dan
patut untuk dilihat bagaimana itu
terjadi, bagaimana AS telah berjanji
untuk mempertahankan superioritas
militer Israel di kawasan itu, dan apa
artinya bagi kekuatan militer UAE.
Kesepakatan potensial telah menjadi
berita sejak Agustus 2020, ketika
perjanjian normalisasi hubungan antara
UAE dan Israel, yang didorong oleh
pemerintahan Trump, diumumkan.
Pada saat itu, rumor bahwa F-35 adalah
bagian dari kesepakatan itu dibantah
oleh Perdana Menteri Israel Benjamin
F-16E Uni Emirat Arab Netanyahu. Lebih banyak laporan pada
Courtesy: awal September 2020, tentang klausul
commons.wikimedia.org
rahasia untuk kesepakatan itu, juga
F-16E UAE
DESEMBER 2020
HOT ISSUE
dibantah oleh Netanyahu.
Pada Oktober 2020, laporan
menunjukkan, Israel tidak menentang
penjualan F-35 ke UAE. Menteri
Pertahanan Israel Benny Gantz
bertemu dengan mitranya dari AS,
Mark Esper, pada 21 Oktober dan sekali
lagi pada 29 Oktober. Meskipun Esper
sekarang telah dipecat oleh Trump,
diskusi AS-Israel antara Agustus-
Oktober 2020 telah mengubah narasi
tentang kesepakatan F-35.
Esper berjanji untuk mendukung
Qualitative Military Edge (QME) Israel.
“Saya ingin menyatakan, sekali lagi,
betapa kami berkomitmen pada
keunggulan militer kualitatif Israel
dalam hal penjualan pertahanan, dan
komitmen kami terhadap keamanan
Israel, yang telah lama ada - dan dijamin
serta kokoh,” kata Esper, Oktober 2020.
Kesepakatan senjata untuk UAE
memperkuat Kesepakatan Abraham,
dan menjaga kebijakan AS sejalan
37
HOT ISSUE
dengan kebutuhan Israel, untuk
memiliki teknologi pertahanan terbaik
di kawasan itu untuk mengalahkan
musuh mana pun.
Tapi bagi UAE sendiri, ini adalah
pengubah permainan. Menurut
Defense News, pada 2017, UAE
mengatakan kepada AS bahwa mereka
ingin memiliki 24 pesawat F-35, dan
ingin mengganti atau meningkatkan
63 jet Mirage 2000 miliknya yang
buatan Prancis. F-35 adalah pesawat
unik yang dikembangkan oleh
Lockheed Martin. Sekitar 585 pesawat
telah dibangun sejak 2011, dengan 131
telah dikirim pada 2019.
Turki dan Sistem Rudal S-400
Israel mulai menerima pengiriman
pertama dari 50 pesawat F-35 pada
Desember 2016. Sekarang Negara
Yahudi itu memiliki dua skuadron. Tidak
ada negara lain di Timur Tengah yang
memiliki pesawat itu. Turki seharusnya
menerimanya, tetapi setelah Ankara
38
UAE
MIRAGE 2000
membeli sistem rudal anti-pesawat UAE MIRAGE 2000
permukaan-ke-udara S-400 Rusia, AS Courtesy:
upload.wikimedia.org
tampaknya membatalkan pengiriman
Turki, atau setidaknya menahannya
secara permanen.
Sementara Arab Saudi dan Qatar
kemungkinan juga menginginkan
pesawat itu, kesepakatan UAE
tampaknya bergerak cepat. Jika
UAE menerima 50 pesawat, itu akan
menjadikan negara itu salah satu
pengguna utama di dunia, dengan
lebih dari empat yang dimiliki
Singapura dan lebih banyak dari yang
dimiliki Belgia, Polandia, dan Korea
Selatan.
Harga setiap pesawat hampir 100 juta
dollar AS, tergantung pada jenisnya,
menjadikannya investasi yang sangat
besar. Tapi ia hadir dengan banyak
teknologi, menjadikannya spons-data
tersembunyi yang penting untuk
lingkungan peperangan saat ini.
Israel dan AS telah berlatih tiga kali
DESEMBER 2020
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

DESEMBER 2020 39
HOT ISSUE
MQ-9
DRONE REAPER AS
tahun 2020 dengan F-35 AS, yang
berbasis di pangkalan al-Dhafra,
UAE. Ini berarti Emirates sudah
terkait dengan F-35 yang strategis.
UAE memiliki angkatan udara yang
mengesankan dan telah terlibat dalam
operasi di wilayah tersebut: melawan
ISIS dan pemberontak Houthi yang
didukung Iran di Yaman.
UAE juga dituduh menggunakan
drone di Libya. Penggunaan drone
itu kontroversial, karena drone yang
dipasok China muncul di Libya untuk
membantu pemerintah Khalifa Haftar,
yang berbasis di Benghazi yang
didukung Mesir. Tetapi terlepas dari
masalah drone di Libya, keseluruhan
operasi UAE menunjukkan, Emirates
tahu cara memproyeksikan kekuatan.
UAE saat ini memiliki 77 pesawat
F-16 dan 63 pesawat Mirage 2000. Ia
juga memiliki pesawat pengintai dan
pesawat peringatan dini dan kontrol
udara. UAE memiliki sejumlah besar
pesawat angkut, seperti C-17 dan
40
C-130, dan lusinan pesawat latih dan MQ-9 Drone Reaper AS
helikopter. Ini menjadikan UAE salah Courtesy:
upload.wikimedia.org
satu negara paling kuat di kawasan
Teluk Persia.
UAE Butuh Drone
Jangan lupa, sebelum memiliki F-35,
UAE sudah memiliki pesawat F-16
versi tercanggih. Emirates mendorong
desain F-16 uniknya sendiri dalam edisi
Block 60, dari pesawat yang diuji dan
dikirim antara 2003 dan 2005. Varian
“Desert Falcon” ini sangat canggih,
dengan 50 pesawat kursi tunggal
dan varian dua kursi lainnya, menurut
laporan The Drive.
Jajaran F-16 Block 60 itu dianggap
sebagai F-16 paling canggih pada
saat itu, lebih banyak dari armada AS.
Namun, laporan menunjukkan, UAE
mungkin dapat menjual beberapa dari
F-16 tersebut jika mendapatkan F-35.
Pada 2011, Badan Kerjasama Keamanan
Pertahanan AS memberi tahu Kongres
tentang penjualan perawatan dan
DESEMBER 2020

dukungan untuk F-16 di UAE dengan
total 100 juta dollar AS. UAE juga
menginginkan drone bersenjata dari
AS sejak 2003.
Menurut laporan pada saat itu, Abu
Dhabi bertanya kepada AS, tentang
kemungkinan untuk mendapatkan
Predator B UAV. AS berdalih, dan
mengklaim bahwa komitmennya
pada Rezim Kontrol Teknologi Rudal
(MTCR) mencegahnya untuk dijual.
Emirates bertanya lagi pada 2005 dan
mengatakan kepada Washington,
mereka akan mencari di tempat lain
jika tidak mendapatkan drone AS,
karena UAE membutuhkan drone
untuk berpatroli di garis pantainya.
UAE akhirnya membeli drone dari
Afrika Selatan, mengembangkan
beberapa dari drone itu sendiri dan
menyatakan minatnya pada drone
China. Hal ini membuat AS pada
2020 akhirnya membuka penjualan
drone, khawatir bahwa negara-negara
sahabat semuanya bergerak menuju
China untuk memiliki UAV.
Pada saat itu, UAE juga sedang
mempelajari Sistem Rudal Taktis
Angkatan Darat AS (ATCM) dari rudal
permukaan-ke-permukaan, yang
diperoleh Bahrain. Menurut The
Diplomat, UAE juga memiliki rudal
Scud-B, yang dipasok pada 1990-an
oleh Korea Utara, dan AS lebih suka
Abu Dhabi memiliki rudal Amerika.
Khawatir Pada Iran
UAE juga menjadi pembeli utama
senjata sejak akhir 1990-an, terkadang
menduduki peringkat pertama dalam
hal perjanjian pengadaan senjata
asing secara global. Untuk sebuah
negara kecil, UAE membeli banyak
senjata asing. Kongres AS mencatat
pada 2006 dalam sebuah laporan
bahwa “Tuntutan pembelian senjata
negara-negara Teluk tidak hanya
sebagai tanggapan atas agresi Irak
terhadap Kuwait, tetapi juga cerminan
kekhawatiran mengenai ancaman
yang dirasakan dari Iran yang
berpotensi bermusuhan.”
DESEMBER 2020
HOT ISSUE
Pada 2019, UAE juga meminta 452
rudal patriot seharga 2,7 miliar
dollar AS. Ini adalah hasil dari diskusi
tahun 2008 di Emirates, mengenai
pembangunan perisai pertahanan
udara yang diperkirakan menelan
biaya 9 miliar dollar AS. Saat itu
UAE sedang mempertimbangkan
teknologi dari Rusia dan AS, dan juga
melihat pemain pertahanan di Brasil,
Swiss, dan Eropa, kata The National.
Pada Mei 2020, UAE mengoperasikan
sembilan baterai Patriot buatan AS.
Raytheon di AS membuat Patriot. Itu
juga merupakan mitra dari Sistem
Pertahanan Maju, Rafael, buatan Israel.
Jumlah sistem AS yang sekarang
dimiliki UAE mengikatnya dengan
baik dengan AS dan Israel, yang
mengoperasikan banyak sistem yang
sama.
Hal ini dapat mengarah pada semacam
aliansi strategis trilateral antara UAE,
Israel dan AS, yang bekerja pada
pertahanan udara dan menerbangkan
F-35 dan F-16 bersama-sama. UAE telah
disebut “Sparta kecil” karena investasi
militernya yang besar. Istilah itu
mungkin tidak tepat, mungkin lebih
mirip Athena kecil, yang juga banyak
berinvestasi dalam pertahanan dan
supremasi angkatan laut.
Kesepakatan F-35, bersama dengan
drone Reaper, akan menjadikan UAE
salah satu angkatan udara paling
kuat di Timur Tengah, yang memiliki
kemampuan unik untuk beroperasi
di wilayah tersebut. Ini dapat
menghalangi Iran dan juga memberi
UAE kemampuan untuk membalas
serangan apa pun. Serangan Iran
terhadap fasilitas pemrosesan minyak
Abqaiq Arab Saudi, dan penambangan
kapal di dekat UAE di Teluk Oman
pada 2019, menunjukkan bahwa Iran
merasa dapat bertindak tanpa takut
hukuman.
Memiliki sistem pertahanan udara
yang tepat yang mencakup semua
pendekatan ke UAE, dan kemampuan
kekuatan udara yang kuat seperti
F-35, akan mengubah Emirates. UAE
41
HOT ISSUE

telah menjadi mitra, menjadi tuan mengubah keseimbangan militer di F-35

rumah pangkalan AS dan mendukung Teluk dan mempengaruhi keunggulan Courtesy:
ahbab_abestudio
Amerika melawan ISIS dan di militer Israel.”
Afghanistan. UAE juga merupakan
“F-35 Joint Strike Fighter adalah
mitra dalam pandangan dunia dengan
platform siluman yang mengubah
Israel, menentang ancaman Hizbullah,
permainan dengan kemampuan
Hamas dan Iran.
serangan canggih dan teknologi
Tidak ada alasan untuk percaya sensor unik,” katanya. “Israel saat ini
bahwa kepemilikan F-35 oleh UAE memiliki akses eksklusif di kawasan
akan mengancam Israel. UAE sudah itu ke F-35, yang telah menjamin
mencurahkan sumber daya ke keunggulan militernya selama
persenjataan pada 1990-an dan awal beberapa tahun terakhir. Saat Kongres
2000-an, dan dulu pernah ada sedikit meninjau penjualan ini, harus jelas
kekhawatiran bahwa F-16-nya akan bahwa perubahan pada status quo
membahayakan Israel. tidak akan menempatkan keunggulan
militer Israel dalam risiko.” ***
Israel juga sekarang memiliki
pertanyaan di Washington, mengenai
keinginannya sendiri untuk berpotensi
Satrio Arismunandar
memperoleh lebih banyak F-35, F-15,
mempercepat pengiriman KC-46
Pegasus atau mendapatkan helikopter
V-22. Ada juga pertimbangan, Israel
mungkin menginginkan bantuan lain
dari AS dalam beberapa bulan dan
tahun mendatang.
Ketua Komite Urusan Luar Negeri
DPR AS, Eliot Engel, akan menjadi
kunci bagi kelanjutan kesepakatan
F-35 untuk UAE ini. Dia mengatakan,
“Teknologi ini akan secara signifikan

42 DESEMBER 2020
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

DESEMBER 2020 43
 GEOSTRATEGY

Refleksi Pertahanan Indonesia

MENAPAKI RENSTRA KETIGA
PEMBANGUNAN MEF
Leopard 2A4 TNI
Rangkaian kunjungan kerja ke TNI dalam mencapai MEF-nya?
Courtesy:
luar negeri Menhan Prabowo Apa yang masih menjadi pekerjaan 2.bp.blogspot.com
rumah krusial pertahanan Indonesia?
Subianto menjelang akhir Serta apa tantangan dan peluang
Oktober 2020 membawa angin ke depannya, terutama menyikapi
segar, karena menyiratkan perkembangan geopolitik saat ini?
keseriusan pemerintah RI
MEF dan Kondisi Indonesia
dalam mencapai misi Minimum
Essential Force (MEF), yang Pertama, seperti yang termaktub
dicanangkan sejak 2008. dalam Lampiran Permenhan no.
19 tahun 2012, MEF merupakan
Menginjak 2020 di tengah badai strategi pembangunan kekuatan
pandemi Covid-19, Indonesia Komponen Utama menuju ideal. Tapi
masuk ke dalam fase Rencana ia tidak diarahkan pada perlombaan
Strategis (Renstra) III, atau persenjataan (arms race), juga bukan
fase peningkatan MEF ketiga strategi pembangunan kekuatan
untuk memenangkan perang total.
(terakhir) setelah Renstra I (2010-
2014) dan Renstra II (2015-2019). Pencapaian MEF adalah bentuk
kekuatan pokok yang memenuhi
Kita perlu merenungkan segala standar tertentu, serta memiliki efek
upaya yang telah dilakukan selama tangkal. Fokus MEF menitikberatkan
satu dekade ini, dan para pemangku pembangunan industri pertahanan
kekuasaan bisa mengevaluasinya dan modernisasi alutsista beserta
secara bijak juga: Bagaimana teknologinya, dalam menghadapi
perkembangan modernisasi alutsista ancaman aktual di beberapa flash
44 DESEMBER 2020
 GEOSTRATEGY

poin rawan. Misalnya, di kawasan Dengan kata lain, doktrin pencapaian

perbatasan negara, ancaman MEF adalah garda terdepan
terorisme dan separatisme, konflik pertahanan yang menyentuh aspek
horizontal/komunal, pengelolaan capability-based planning dan juga
pulau kecil terluar, serta operasi threat-based planning.
kemanusiaan akibat bencana alam.

DESEMBER 2020 45
 GEOSTRATEGY

Pembangunan MEF disusun Ada tiga komponen postur utama MEF

berdasarkan pada pertama, skala ini, yakni kekuatan, gelar (persebaran
prioritas dalam menghadapi penempatan), dan kemampuan.
ancaman aktual dengan tidak Secara konkretnya, itu berarti
mengenyampingkan TBP; kedua, modernisasi alutsista (pengadaan
kemampuan yang menjadi alutsista terbaru yang belum dimiliki,
kemandirian (CBD); ketiga, termasuk penggantian alutsista
berdasarkan pada penganggaran sebelumnya yang sudah uzur),
sesuai kemampuan ekonomi negara; pendekatan pemakaian alutsista hidup
dan keempat, dapat terwujudnya penuh (life cycle), mengembangkan
faktor penggentar (deterrence kemampuan personel, meningkatkan
factor), sebagai bagian dalam industri pertahanan, mendukung

mempertahankan rasa saling percaya riset perusahaan militer domestik,

dengan negara-negara sahabat. Transfer of Technology (ToT), hingga
perwujudan Program Strategis
Maka, penting kita ingat kembali Nasional (contohnya, kerja sama
ruang spasial yang menjadi objek pembuatan alutsista canggih dengan
pertahanan MEF itu sendiri. negara-negara mitra).
Pemahaman mendasar ini akan
menuntun kita pada gambaran Untuk mencapai itu semua, sikap
definisi “ideal” nantinya, dalam rangka Kemhan terbilang fleksibel dan adaptif.
merefleksi upaya pembangunan Kemhan tetap memasukkan “faktor
yang telah dan sedang dilakukan X” dan kemungkinan penyesuaian di
pemerintah Indonesia. tengah jalan, lalu disinkronisasi sesuai
tujuan awal. Salah satu buktinya, kita

46 DESEMBER 2020

Kapal Selam Alugoro 405 bisa mengamati pola itu dari kunker
Courtesy:
infopublik.id Menhan Prabowo, Oktober 2020.
Napak Tilas Kerja Sama Pertahanan
Indonesia
Menhan Prabowo mengunjungi tiga
negara mitra strategis, yaitu Amerika
Serikat diikuti Austria dan Prancis.
Dari kunker ke Austria dan Prancis,
ada dua hal yang menyita perhatian:
Kontroversi perihal wacana pembelian
jet Typhoon eks Austria, serta masih
tertutupnya hasil konkret pertemuan
dengan Menteri Pertahanan
Prancis. Hasil pertemuan itu hanya
disampaikan juru bicara Kemhan
Dahnil Simanjuntak secara normative:
“Melanjutkan pembicaraan kerja
sama pertahanan… terkait pelatihan
bersama, termasuk pelatihan-
pelatihan dan kerja sama industri
pertahanan dan lain-lain.”
Bisa saja kita duga, baik dalam
pertemuan di Austria dan Prancis,
salah satu fokusnya adalah upaya/
lobi pembelian jet Typhoon. Ini karena
pembeliannya melibatkan prosedur
persetujuan negara-negara produsen
alutsista NATO. Hal itu mungkin saja
DESEMBER 2020
GEOSTRATEGY
terjadi –meskipun sebagai rencana
cadangan quick buy–karena sampai
saat ini Indonesia masih belum bisa
menambah armada tempur udara
termutakhirnya.
Rencana pembelian jet tempur Rusia
Su-35 pun belum menemukan titik
terang, karena terganjal salah satu
kebijakan luar negeri kontroversial
AS, yaitu Countering America’s
Adversaries Through Sanctions Act
(CAATSA) 2017, yang akan menerapkan
sanksi dan embargo terhadap negara-
negara pembeli alutsista Rusia, Korea
Utara, dan Iran, yang dianggap musuh
politis AS.
Ini membawa kita pada pembahasan
mitra “benci tapi rindu” Indonesia.
Meski Kemhan RI menyatakan “tidak
bisa diintervensi negara mana pun,”
dan pihak Rusia bersikap wait and
see sambil terus berharap finalisasi
kontrak, tapi Indonesia pastinya
mempertimbangkan perihal
untung/rugi ke depannya, jika tetap
melanjutkan kontrak Su-35.
Alangkah bijak jika kita berkaca pada
sejarah dan pemahaman perspektif
47
 GEOSTRATEGY
pertahanan Indonesia, khususnya
ruang udara dan laut, dengan tetap
mengacu pada sishankamrata dan
skema penyelarasan MEF. Fokus ini
sangat mendesak, mengingat betapa
besarnya wilayah Indonesia dan
doktrin pertahanan tangkal Indonesia.
Hasil kunjungan Menhan Prabowo
ke AS yang dipublikasikan adalah
peningkatan kerja sama bilateral
dalam bidang pertahanan, seperti
salah satunya peningkatan program
kerja sama pelatihan personel militer
RI dan AS. Kita bisa menduga, program
yang dimaksud, misalnya, The
International Military Education and
Training (IMET) dan Joint Combined
Exchange Training (JCET).
Peningkatan Kompetensi Prajurit
Dalam program beasiswa militer AS
ini, para taruna/kadet dan perwira
TNI bisa berlatih dan menempuh
pendidikan militer di berbagai
lembaga pendidikan militer di
tanah AS (termasuk berkesempatan
mengunjungi markas besar pusat
48
intelektual militer AS seperti Fort Tank BMP-3F Marinir
Courtesy:
Leavenworth), serta dari program www.tnial.mil.id\
latihan dan pengalaman personel
operasi khusus AS.
Program-program itu sangat penting
bagi peningkatan kompetensi prajurit
TNI terkait, selain membangun
wawasan global personel militer
RI, selama berada di salah satu
negara adidaya dunia, dan bertukar
pengetahuan dan pengalaman
dengan personel militer AS. Ketika
kembali nanti, mereka pastinya akan
meneruskan ilmu dan pengalamannya
kepada prajurit lain di kesatuannya
masing-masing. Di pihak AS, sebagai
sesama negara demokratis, mereka
juga diuntungkan karena bisa
mengajarkan prinsip demokrasi
melalui pendidikan militer sekalipun.
Jauh sebelum situasi hari ini, AS dan
Indonesia memiliki hubungan kerja
sama pertahanan yang pasang-
surut, sehingga memengaruhi
kondisi pertahanan Indonesia secara
signifikan. Selepas kemerdekaan
RI, kebijakan luar negeri Presiden
DESEMBER 2020

Soekarno konfrontatif terhadap AS,
F-16 TNI
yang merupakan salah satu kekuatan
Courtesy: blok utama dunia (seraya dekat
tni-au.mil.id dengan sosialisme-komunisme). Lalu
Presiden Soeharto naik panggung
dan AS mengubah pandangannya
terhadap Indonesia.
Selama era Perang Dingin, Indonesia
mengandalkan kemitraan AS
dalam meningkatkan kapabilitas
pertahanannya, terutama karena
memiliki musuh bersama komunisme.
Selepas kolapsnya Uni Soviet pada
awal dekade 1990-an, RI mendapatkan
perhatian khusus dari (Kongres) AS,
tentang masalah pelanggaran HAM
di Timor-Timur akibat manuver rezim
Soeharto.
Singkat cerita, sepanjang “the lost
era” 1992-2005 Indonesia dijauhi
dan diembargo oleh AS, baik dalam
penjualan alutsista maupun pelatihan
personil militer seperti IMET. Itu
semakin diperparah terutama
karena Soeharto menolak tekanan
pelanggaran HAM AS, dan dianggap
menciderai goodwill AS dengan
membatalkan pembelian jet F-16 dan
program E-IMET (Extended IMET) pada
1997. Pihak militer AS tersinggung
dan membalasnya sepihak dengan
menyetop juga program JCET pada
1998.
Embargo penjualan alutsista dan
suku cadang buatan AS pun efektif
diterapkan kepada Indonesia saat itu.
Matra TNI yang paling terpukul akibat
embargo AS ini adalah Angkatan
DESEMBER 2020
GEOSTRATEGY
Udara dengan jet tempur F-16 dan
armada pengangkut lainnya. Punya
pesawat tempur (alutsista) buatan
AS, tapi tidak punya amunisi dan/atau
suku cadangnya. Sehingga akhirnya
hanya teronggok tidak bisa dipakai,
meski untuk sesi latihan. Kondisi itu
berjalan lebih satu dekade sampai
perubahan dramatis memasuki awal
abad ke-21.
Kerja Sama Pertahanan RI-AS
Sikap AS terhadap Indonesia mulai
berubah selepas era Reformasi dan
periode Global War on Terror (GWOT)
2001. AS menyadari peran penting
RI sebagai negara Muslim (moderat)
terbesar sedunia. Gayung bersambut
di kedua belah pihak, dengan
presiden Megawati mengunjungi
AS seminggu setelah kejadian 9/11
untuk membicarakan kerja sama
kontraterorisme, terutama di wilayah
Asia Tenggara.
AS menjajaki kesungguhan Indonesia
dengan membuka program Counter
Terrorism Fellowship Programme
(CTFP) untuk personel polisi dan
militer Indonesia pada 2002. Meski
demikian, program CTFP berfokus
pada pendidikan kontraterorisme
saja, bukan pertahanan negara seperti
halnya IMET. IMET sendiri mulai
diberikan lagi, tapi kuotanya masih
sangat terbatas.
Kemudian selepas “bencana tapi
berkah” tsunami Aceh 2004, atas alasan
kemanusiaan AS mencabut sebagian
embargonya, dengan membuka
sebagian jalur Foreign Military Sales
(FMS) untuk suku cadang pesawat
C-130 Hercules, demi menanggulangi
bencana. Bersamaan dengan itu,
Indonesia tidak bisa berpangku
tangan saja dalam meningkatkan
49
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

50 DESEMBER 2020

kemampuan pertahanannya,
sehingga mengalihkan perhatiannya
kepada produsen alutsista rival AS.
Semasa Presiden Megawati
Soekarnoputri, Indonesia membeli
jet tempur Rusia Su-27 dan Su-
30. Para pilot dan perwira TNI pun
mendapatkan kesempatan belajar
langsung ke Rusia, sementara di
satu sisi memang masih terkendala
dengan embargo dan pembatasan
IMET. Pembelian Sukhoi tersebut
herannya tidak menimbulkan
implikasi negatif berarti terhadap
persepsi dan kebijakan embargo AS
kepada Indonesia.
Realisasi normalisasi dan peningkatan
kerja sama pertahanan di antara
keduanya terjadi pada 2005 setelah
Presiden SBY mengajukan kembali
permohonan pengaktifan normal
IMET, selepas momen bantuan
tentara AS saat bencana tsunami
Aceh. Personel TNI akhirnya menerima
fasilitas program IMET dengan kuota
penuh 933 personel pada 2005, di
mana tahun-tahun sebelumnya
dibatasi sebanyak 276 personel (2002),
596 (2003), dan 721 (2004).
AS juga kembali melangsungkan
latihan militer bersama yang dinamai
DESEMBER 2020
GEOSTRATEGY
Garuda Shield. Program Garuda Shield SU-30 TNI
Courtesy:
ini sudah berlangsung sejak 2006. tni-au.mil.id
Tujuannya adalah meningkatkan kerja
sama antara anggota Command Post
Exercise (CPX) kedua negara. Latihan
bersama Garuda Shield meliputi
taktik-taktik perang serta pelatihan
pengunaan alutsista buatan AS. Selain
melatih kecakapan tentara Indonesia
untuk berperang, program Garuda
Shield juga mengajarkan cara-cara
penanggulangan bencana.
Jumlah pengiriman senjata buatan AS
meningkat signifikan selama era 2006–
2012. AS bahkan menghibahkan 26 unit
pesawat tempur F-16 bekas kepada
Indonesia secara bertahap. Pihak
militer Indonesia pun kembali dekat
dengan perusahaan-perusahaan
alutsista AS, yang Indonesia sangat
bergantung kepadanya untuk
mendapatkan suku cadang serta
teknis perawatan alutsista.
Maka, armada tempur Indonesia
memiliki postur alutsista yang unik,
yaitu dari blok Timur dan blok Barat.
Sampai sekarang pun, terutama TNI
AU, tetap mempertahankan sistem
“tali/jaring pengaman,” di mana bisa
tetap menggunakan salah satu opsi
armada jet tempurnya jika mengalami
embargo (AS) lagi.
51
 GEOSTRATEGY

Latihan Bersama US - TNI Target Indonesia selanjutnya adalah
Courtesy: menjaga kesinambungan alat-alat
us.army
tempur yang dimilikinya, meski dalam
keadaan krisis. Juga, bisa berdaulat
dalam hal produksi alutsista di semua
lini, terutama di sektor udara dan
maritime, yang masih lebih banyak
PR-nya dibandingkan kekuatan
darat. Agenda ini juga sangat krusial,
mengingat ciri khas geografis
Indonesia dengan garis pantai
sepanjang hampir 40% diameter
bumi.
Implementasi Bebas-Aktif pada
Renstra I
Indonesia memiliki pengaruh dan
implikasi geopolitik yang sangat
besar dalam kawasan bebas nuklir
ASEAN. Di atas kertas, kekuatan militer
Indonesia dianggap yang terkuat dari
kesembilan negara di Asia Tenggara
per 2020, mengungguli para rival
ASEAN lain, seperti Vietnam, Thailand,
Myanmar, Malaysia, Filipina, dan
Singapura.
Sekilas ranking tidak resmi seperti itu
membanggakan, tapi ada beberapa
hal yang bisa kita kritisi, terutama
sejak dicanangkannya pembangunan
MEF. Memasuki tahap ketiga MEF
2020-2024, fase ini seharusnya adalah
momentum puncak atau fase finalisasi
peningkatan pertahanan Indonesia.
Hal ini mengingat dipatoknya
peningkatan anggaran pertahanan
Indonesia secara ambisius sampai
1,5–2% PDB, yang pada kenyataannya
masih di bawah 1%. Dari porsi anggaran
“sekecil” itu, prioritas modernisasi
alutsista TNI juga semestinya
seimbang di semua matra, seperti
yang dikatakan Menhan Prabowo,
“akan fokus di semua matra” pada
renstra ketiga semasa jabatan barunya
itu.
Dalam Renstra I 2010-2014, Indonesia
mewujudkan modernisasi TNI AD
dengan doktrin pertahanan diri
mobile. Misalnya, dengan pembelian
alutsista canggih terbaru, seperti tank
Leopard 2A4, IFV Marder 2, peluncur
banyak roket (MLRS) Astros II, meriam
Caesar 155 mm, rudal jinjing anti-tank

52 DESEMBER 2020
 GEOSTRATEGY

(ATGM LAW) dari SAAB, beberapa unit
kendaraan taktis, hingga helikopter
tempur Boeing Apache AH-64E. Ada
juga penambahan pesawat angkut
Hercules eks RAAF Australia untuk
mobilisasi pasukan AD.
Di matra AU, penggenapan satu
skuadron (16 unit) pesawat jet tempur
Su-30 MK2, pesawat tempur taktis
Super Tucano, 30 jet F-16 block 25/32
retrofit eks AS, helikopter Mi-35 dan
Mi-17 V5, pesawat latih T-50i, hingga
drone pengintai Heron. Uniknya,
drone Heron bisa opsional dipasangi
dua rudal ATG Hellfire AS atau Rafael
Israel, sama seperti dron Predator
dan Reaper AS. Selain itu, TNI AU juga
sudah memiliki drone intai karya anak
bangsa bernama Wulung, selain drone
Scan Eagle hibah dari AS.
dan TNI berusaha menyeimbangkan MI-35
pengadaan modernisasi alutsistanya Courtesy:
i0.wp.com
dari berbagai produsen dan negara
asing (nonblok/netral vs Barat vs Rusia).
Kebijakan itu patut kita apresiasi.
Namun, menjadi PR ke depannya,
yaitu bagaimana mengintegrasikan
berbagai perbedaan kompatibilitas,
fitur, deteksi radar, dan sebagainya,
ke dalam satu platform pertahanan
terintegrasi yang tidak saling
berkonflik, dengan asumsi terjadi
krisis dan semua armada alutsista TNI
dikerahkan serentak. (Bersambung ke
edisi Armory Reborn berikutnya).
Denis Toruan

Di matra AL, ada inovasi pemasangan

sistem rudal Rusia di kapal-kapal
perang TNI produksi blok Barat, kapal
fregat ringan kelas Ragam, kapal
selam kelas U-209, korvet kelas SIGMA,
tank ringan amfibi BMP-3F, 3K, dan
BREM-L Rusia, dan lain-lain, seperti
kapal kapal patroli dan tempur kecil.

Sama halnya seperti politik luar

negeri RI yang bebas-aktif, Kemhan

DESEMBER 2020 53
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

54 DESEMBER 2020

TAK SILUMAN
Pesawat siluman adalah pesawat
generasi ke-5 yang dimulai dari
munculnya F-117 Nighthawk di
akhir 80-an. Pesawat siluman
kemudian berkembang dari
defleksi gelombang radar,
penyimpanan bom internal dan
mendinginkan jet buangan,
menjadi mengembangkan
material penyerap radar (radar
absorbment material) hingga
multi sensor yang terintegrasi.
Karena mahal maka negara
seperti Amerika Serikat pun kapok
menanggungnya sendiri. Sejak
program Advanced Tactical Fighter
yang menghasilkan F-22 Raptor
sebagai pemenang, tidak kurang
Lockheed Martin dan Boeing menguras
DESEMBER 2020
POINT
OF VIEW
F-117 Nighthawk Front
Courtesy:
upload.wikimedia.org
67,3 miliar dollar AS atau banderol
350 juta dollar AS per unit. Setelah
pengalaman ini, AS mengurangi
egonya dan mulai mencari mitra
untuk mengembangkan generasi
siluman berikutnya.
Program Joint Strike Fighter
yang menghasilkan F-35 telah
mengumpulkan delapan mitra
utama, yaitu Inggris, Italia, Belanda,
Australia, Norwegia, Denmark dan
Kanada. Beberapa negara sekutu juga
membeli F-35 seperti Israel, Jepang,
Korea Selatan, Polandia, Belgia dan
Singapura. Pesawat siluman serbabisa
ini berbanderol antara 89,2 juta
hingga 115,5 juta dollar AS per unit.
Total dengan tetek-bengek selama 50
tahun usia pakainya, akan menguras
semua negara sebesar 1,5 triliun dollar
AS. Paling mahal dalam sejarah akuisisi
alutsista umat manusia.
55
 POINT
OF VIEW
F-35 Kemudian apa hebatnya teknologi
Courtesy: siluman ini? Bayangkan dalam misi
image.cbncfm.com
pemboman ke Baghdad saat operasi
Desert Storm I tahun 1991, satu unit
pesawat pembom --sebut saja F 16
Fighting Falcon-- harus memiliki
beberapa pesawat pengawal.
Pertama, pesawat jammer untuk
mengacaukan radar musuh. Ketika ini
terjadi maka musuh akan memanggil
fighter (scramble skuadron terdekat)
untuk terbang memburu. Hal ini
membutuhkan air superiority
fighter seperti F-15 Eagle untuk
menghadapinya.
Sementara dengan F-117A Nighthawk,
meskipun hanya berjumlah 36
unit atau 2,5 % dari total pesawat
koalisi, F117-A membukukan 1/3
misi pemboman penting pada hari
pertama perang. Satu-satunya jenis
yang diperbolehkan menyerang
Baghdad, yang dijaga sangat ketat di
hari pertama.
F-22 Raptor juga tidak kalah berbau
darah, pengerahannya di luar AS di
Kadena Air Base di Okinawa, Jepang
sejak 2007. kemudian F-22 bermain di
Timur Tengah sejak 2009, berbasis di
Al Dhafra, Uni Emirat Arab (UAE). Sejak
saat itu aktif seperti tiba-tiba mencegat
dan mengunci F-4 Phantom Iran pada
Maret 2013, saat mengancam MQ1
Predator yang mengintai dekat pantai
Iran.
Disusul sukses berbagai operasi
56
pengeboman posisi penting ISIS.
Seperti, Operasi Inherent Resolve,
dimulai sejak 22 September 2014 di
Suriah. F-22 Raptor sukses menghajar
60 lokasi dalam 240 sorti dan melempar
270 bom. Semua berlangsung tanpa
kendala, baik dari ancaman udara
maupun sistem pertahanan darat
musuh.
Keunggulan Pesawat Siluman
Teknologi pesawat siluman adalah
mewujudkan sebuah filosofi perang,
yaitu kerahasiaan, kecepatan dan
pendadakan. Sehingga muncul
kebutuhan pesawat tempur yang tidak
bisa atau sulit sekali dideteksi oleh
lawan, mampu mendeteksi duluan
dan melakukan tindakan tempur
terlebih dulu. Prinsip lain lagi adalah
prinsip tempur Fight Safe. Di mana
sebelum, saat, dan setelah bertempur
harus mencapai tingkat keamanan
yang tinggi. Untuk itu beberapa
fitur diperlukan dalam mewujudkan
pesawat seperti ini.
Fitur RCS kecil artinya Radar Cross
Section atau Penampang Radar
atau tanda kehadiran yang terlihat di
radar sangat kecil. Ini memberikan
keunggulan taktis yang sangat
besar, karena sulit sekali dideteksi
oleh radar. F-22 Raptor memiliki RCS
sebesar 0,0001 m2 atau −40 dBsm
setara dengan gundu baja di mata
radar. Itupun sering terjadi kelap-
kelip (clutter) seperti fenomena alam
DESEMBER 2020

terdeteksi di radar.
Fitur senjata internal, artinya rudal,
disimpan di badan pesawat. Ini akan
menghasilkan permukaan pesawat
yang mulus, tidak ada rudal atau
apapun menggantung di bawah tubuh
maupun sayap pesawat. Kemulusan
penting karena akan membuat radar
yang berhembus ke arah pesawat tidak
memantulkan kembali gelombang ke
penerima gelombang radar.
Fitur jejak inframerah rendah, artinya
panas yang dihasilkan oleh pancar gas
jet buang belakang kemudian gesekan
udara dengan kulit permukaan depan
pesawat harus bersuhu serendah yang
dimungkinkan. Setidaknya, terlalu
dingin untuk dideteksi oleh sensor
inframerah lawan.
Fitur teknologi informasi mutakhir
dan terintegrasi, artinya semua fungsi
dikendalikan oleh komputer. Termasuk
fungsi deteksi, baik menggunakan
radar atau multisensor yang terpadu
sekali, sehingga pilot hanya bertugas
mengarahkan, menunjuk sasaran
dan menembak. Bahkan pada F-35
Lightning II, pandangan pilot dari helm
mampu menembus badan pesawat
itu sendiri ke semua arah pandangan.
Semua hal ini menjadikan pesawat
siluman menjadi generasi ke-5, yang
mampu bertempur secara jauh lebih
aman, efektif, dan lebih mematikan.
Kekurangan yang Kritis
Namun demikian ada juga kekurangan
yang cukup kritis dari teknologi
siluman ini. Ini dimulai dari harga yang
sangat mahal. F-35 saja memiliki harga
115 juta dollar AS, jauh lebih mahal dari
harga F-16 Viper (block 70) yang hanya
60 juta dollar AS (jika merujuk pada
UAE deal dengan 1,12 miliar USD untuk
16 unit F-16 Viper).
Jika ingin mendapatkan fungsi
DESEMBER 2020
POINT
OF VIEW
KFX model
VTOL fighter-nya, bisa dibandingkan Courtesy:
upload.wikimedia.org
dengan AV8 Harrier, yaitu 30 juta
dollar AS (harga tahun 1996). Atau,
kalau mau lebih murah meriah lagi,
bisa membeli bekasan Sea Harrier ex
British Air Force dengan harga 1,5 juta
dollar AS saja.
Ini masih belum apa apa dengan
biaya operasionalnya per jam. Biaya
perjam F-22 Raptor, yaitu sekitar 60
ribuan dollar AS per jam terbangnya.
Untuk fungsi superioritas udara yang
sama, ongkos terbang per jam F-15C
hanya sebesar 23 ribuan, dan F-15D
Eagle lebih hemat lagi, yaitu sebesar
21 ribuan dollar AS.
Sementara untuk multifungsi siluman
F-35 Lightning II, ongkos terbangnya
F-16 TNI AU
Courtesy:
berkisar antara 28 hingga 36 ribu dollar ahbab.abestudio
AS per jam terbangnya. Ini mahal
sekali berbanding dengan multifungsi
seperti F16 C/D Fighting Falcon hanya
berkisar 8 ribuan, atau AV8 Harrier
yang hanya 13 ribuan, dan F/A-18D
Super Hornet hanya berongkos 12
ribuan dollar AS per jam terbangnya.
Kendala lainnya lagi adalah perawatan
yang rumit. Ini artinya membutuhkan
dukungan infrastruktur dan
sistem yang mahal untuk mampu
merawat pesawat siluman. F-117
yang sudah dibilang kuno saja,
misalnya, memerlukan hangar,
mess dan pendukung khusus untuk
operasionalnya.
57
 POINT
OF VIEW
Rafales Seperti semua pesawat siluman, cat
Courtesy: penyerap radar tidak boleh belel,
www.dassault-aviation.com
dan itu harganya tentu mahal sekali
karena pesanan khusus. Itu belum lagi
berbagai sektor perawatan, seperti
merawat integrated sensor, yang
membuat pesawat siluman seperti
jam Swiss terbang. Sebuah sistem yang
sangat rumit yang membutuhkan
kematangan manajemen dan biaya
yang tinggi. Ini untuk membayar
keunggulannya di udara.
Kekurangan paling besar dari siluman
adalah ini khusus untuk pertempuran
hari pertama saja. Sisanya dapat
dilakukan oleh pesawat konvensional.
Bahkan berbagai rudal, roket dan
tangki dapat mengganduli F-35 setelah
selesai tugasnya di hari pertama,
menjadi pesawat konvensional biasa
yang bisa dideteksi mudah oleh radar
lawan. Ini semua menjadi pertanyaan
bagi pembuat kebijakan pertahanan
di seluruh dunia. Apakah memiliki
pesawat siluman benar-benar yang
diinginkan atau dibutuhkan sebuah
angkatan udara sebuah negara?
Proyeksi Ancaman Indonesia
Indonesia menghadapi ancaman yang
paling realistis berasal dari utara yaitu
Republik Rakyat China. Seperti pada
Sabtu (11/1/2020) dini hari, sebuah kapal
Coast Guard China-4301 membayangi
KRI Usman Harun-359 lengkap
dengan sorot lampu ke anjungan. Saat
58
itu KRI Usman Harun melaksanakan
patroli, dan mendekati kapal nelayan
pukat China yang menangkap ikan di
ZEE Indonesia, Utara Pulau Natuna.
Intinya, klaim China pada Laut
China Selatan sudah cukup
meresahkan kawasan, termasuk
sudah diproyeksikan mengganggu
keamanan dan kepetingan maritim
Indonesia. Intinya, Indonesia
membutuhkan payung udara untuk
melindungi wilayah maritimnya yang
terluas di dunia, terutama sektor utara,
setidaknya di wilayah ZEE.
Berbicara ancaman udara di kawasan
ini, China memiliki kapal induk kelas
Admiral Kusnetsov dengan variannya.
Yang pertama adalah dibeli langsung
dari Rusia melalui perusahaan
cangkang China (alasan untuk kasino
di Macao), namun dibeli lagi oleh PLA
Maritime Forces. Kemudian dilakukan
pembangunan dan aktif dinas dengan
nama LIAONING 001 pada November
2016. Varian lanjutan adalah produksi
pertama kapal induk China berbasis
kelas Admiral Kusnetsov dengan nama
SHANDONG 002 pada 17 Desember
2019.
Masing-masing kapal induk memiliki
kapasitas total 44 pesawat. Pesawat
ini terdiri dari 32 unit Shenyang J-15
pesawat berbasis Sukhoi 27 versi kapal
induk. Kemudian 8 unit Changhe Z-18
helikopter angkut medium dan 4 unit
DESEMBER 2020
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

DESEMBER 2020 59
 POINT
OF VIEW
Harbin Z-9 helikopter serbaguna.
Masalahnya adalah potensi terjadi
skirmish yang berpotensi meningkat
cepat menjadi low intensity warfare
dengan PLA Maritime Forces, di
mana potensi kapal perang tua dan
berteknologi rendah TNI AL dengan
payung udara TNI AU yang seadanya
diproyeksikan akan mengalami
kekalahan.
Memang benar, China memiliki
pesawat generasi ke-5, yaitu Chengdu
J-20 Mighty Dragon. Namun karena
jarak yang jauh dari pantai China ke
wilayah kemungkinan konflik di atas
Natuna, maka ini bukan faktor yang
perlu dikhawatirkan. Setidaknya saat
ini, kecuali sudah tersedia versi kapal
induknya.
Opsi Strategis untuk Indonesia
Daripada berpikir untuk ikutan
memiliki pesawat F-35 Lightning II
seperti Singapura, Indonesia bisa
memiliki opsi yang lebih realistis.
Namun sebelum menuju pada opsi
tersebut, ada baiknya kita mengubah
dulu beberapa mindset/paradigma
berpikir strategis kita.
Paradigma pertama adalah
melakukan reorientasi porsi anggaran.
Ini maksudnya mengikuti logika
anggaran yang menjadi global
common sense di mana AU haruslah
memiliki porsi anggaran terbesar,
diikuti oleh AL dan AD. TNI masih
60
menganut Trimatra terpadu, yang Eurofighter Typhoon
perwujudannya adalah kesamaan Courtesy:
www.thedefensepost.com
anggaran di antara tiga matra tersebut.
Jika paradigma ini masih diteruskan,
maka sampai kapanpun TNI AU tidak
dapat memiliki pesawat buatan sendiri,
sementara negara sebesar Indonesia
sangat memerlukan banyak sekali
pesawat yang harus dibuat sendiri,
untuk menghindari potensi embargo.
Tentu, paradigma baru ini akan
berbenturan dengan paradigma lama
di Mabes TNI. Namun jika Presiden
menyadari pentingnya paradigma
ini, maka ini bisa segera diberlakukan
melalui kebijakan strategis negara.
Paradigma kedua adalah Economical
Mass, artinya beli banyak jatuhnya lebih
murah. Ini terkait dengan paradigma
pertama, yang memungkinkan TNI
AU membeli pesawat tempur buatan
dalam negeri dalam jumlah yang
banyak. Sehingga harga per unitnya
bisa ditekan.
Paradigma berikutnya adalah System
Platform. Artinya memiliki satu jenis
platform pesawat tempur nasional.
Satu platform wahana bisa memiliki
berbagai versinya. Ambil contoh
semisal, F/A-18 Hornet, memiliki multi
peran dan juga ada peran khusus
seperti E/A-18 Growler dengan perang
elektronikanya.
Paradigma terakhir adalah melawan
quantity over quality. Artinya, memiliki
pesawat nonsiluman yang banyak
DESEMBER 2020

Eurofighter Typhoon akan bisa melawan pesawat siluman
Courtesy: yang berjumlah sedikit. Suatu ketika
defence-blog.com
silumanpun dapat terdeteksi, semisal,
membuka missile bay door-nya, atau
ketika terbang pada sudut tertentu
atau secara visual kelihatan. Maka,
siluman yang jadi pemangsa bisa
berubah menjadi korban sasaran
untuk dikeroyok.
Dengan kombinasi paradigma ini maka
beberapa opsi bisa dipertimbangkan;
Opsi pertama, melanjutkan dengan
konsekuen program KFX/IFX
bersama Korean Aircraft Industries,
Korea Selatan. Kita sudah tidak
konsisten dengan janji kita sendiri
untuk memenuhi 20 persen biaya
pengembangan sebesar 500 milyar
won atau sebesar Rp 6,2 triliun.
Kini bahkan dinego ulang hingga
15 atau 18 persennya saja. Kita baru
membayar 222,2 milyar won dan
masih menunggak sisanya. Kemudian
sudah muncul rencana Kementerian
Pertahanan untuk membeli
bermacam pesawat, mulai dari
Dassault Rafale hingga yang terbaru
dan ramai Eurofighter Typhoon eks
Austria.
Dari sisi paradigma baru, sebenarnya
KFX/IFX adalah kesempatan emas
Indonesia untuk bisa membuat
pesawat secara konsorsium dengan
negara sahabat. Ini akan bermanfaat
dari sisi share anggaran, dengan hanya
20 persen kesertaan mampu membuat
100 persen teknologi baru. Dengan
DESEMBER 2020
POINT
OF VIEW
kata lain, 80 persennya ditanggung
oleh Korea Selatan. Memang pesawat
ini adalah generasi 4.5 atau semi
siluman, namun sudah jauh lebih dari
lumayan dibandingkan pesawat lama
TNI AU dari tipe manapun.
Opsi kedua, adalah mendorong
lisensi F-16 setidaknya C/D atau blok
52 yang sudah murah. Teknologi
secara inkremental bisa ditingkatkan
sesuai keuangan, kemampuan, dan
kebutuhan. Namun memiliki platform
yang proven seperti F-16 dapat
meningkatkan kinerja pertahanan
udara kita. Apalagi kita dapat
memproduksi secara massal secara
nasional. Bisalah satu dua skuadron
kita lengkapi dengan versi terbaru
setara block 72 atau diatasnya. Namun
sisanya cukup block yang sebelumnya
namun jauh lebih banyak.
Dengan demikian, musuh
potensialpun akan berpikir beberapa
kali sebelum mengirimkan
skuadronnya menyerang kita. Tak
siluman? Rapopo… kita keroyok
mereka. ***
Dr. Ade Muhammad
(Tenaga Ahli Anggota Fraksi Nasional
Demokrat untuk Komisi I DPR RI)
61
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

62 DESEMBER 2020
 GEOSTRATEGY

F-22
RAPTOR
F-22 Raptor
Courtesy:
nationalinterest.org

SPEKULASI PENJUALAN
F-22 RAPTOR KE ISRAEL
PASCA KEKALAHAN

TRUMP
Persetujuan oleh pemerintahan Pertahanan AS Mark Esper
Donald Trump, untuk menjual memberitahukan persetujuan
pesawat tempur siluman AS itu kepada para pejabat
F-22 Raptor ke Israel, menjadi Israel, selama kunjungan Esper
berita besar pada penghujung ke Israel.
Oktober 2020. Hal ini karena
**
F-22 adalah pesawat tercanggih
dalam jajaran US Air Force.
Surat kabar Saudi, Asharq Al-
Awsat yang berbasis di London,
memberitakan, Menteri
DESEMBER 2020 63
 GEOSTRATEGY

**
Pertanyaannya kemudian, setelah
kekalahan menyakitkan Trump da-
lam pemilihan presiden AS, Novem-
ber 2020, apakah Joe Biden – Presiden
terpilih dari Partai Demokrat—akan
melanjutkan kebijakan Trump itu?

F-22 Raptor Biden patut diduga akan melakukan
Courtesy: perombakan, dan menjalankan
i.pinimg.com
kebijakan luar negeri yang berbeda
dari Trump, khususnya yang berkaitan
dengan pertahanan.
AS secara tradisional memang akan
selalu mendukung keunggulan militer
Israel dan menjamin keamanan Israel.
Tetapi “menjamin keamanan Israel”
bisa dilakukan dengan banyak cara,
banyak opsi, tidak harus dengan
menjual F-22 ke Israel.
Meskipun AS telah sepakat secara
umum untuk mempertahankan
supremasi militer Israel di wilayah
tersebut, belum ada kesepakatan yang
ditandatangani untuk sistem senjata
atau program pertahanan tertentu.
Ini kemungkinan akan berfokus pada
penjualan jet tempur tambahan,
helikopter dan sistem pertahanan
udara ke Israel. Bagaimana persisnya
kebijakan Biden, akan diketahui
setelah dia resmi dilantik sebagai
Presiden AS, Januari 2021.
Militer Israel memang menginginkan
F-22, terutama setelah pemerintah
Trump menyatakan akan menjual
pesawat tempur generasi ke-5, F-35
Lightning II, ke Uni Emirat Arab (UAE).
Ini tampaknya sebagai bagian dari
kesediaan UAE untuk menormalilasi
hubungan diplomatik dengan Israel.
Pejabat AS dan Israel telah
menegaskan, penjualan F-35 ke
UAE tidak secara langsung terkait
dengan normalisasi hubungan. Tetapi
pejabat Gedung Putih mengakui,
kesepakatan damai Israel-UAE --yang
ditandatangani pada September
2020-- menempatkan UAE dalam
posisi yang lebih baik untuk membeli
pesawat canggih, yang hanya dimiliki
Israel di Timur Tengah.
Batalkan Undang-Undang
Meski gembira dengan terbukanya
hubungan diplomatik UAE-Israel,
militer Israel khawatir bahwa Israel
akan sulit “memonopoli” keunggulan
di udara. Hal ini karena –dengan
penjualan pesawat F-35 ke UAE—
Israel bukan menjadi satu-satunya

64 DESEMBER 2020
 GEOSTRATEGY

pengguna F-35 di Timur Tengah. Untuk Superioritas Udara

menjamin keunggulan kualitatif
militer Israel di kawasan Timur Tengah F-22 saat ini adalah andalan dan
yang selalu bergolak, Israel merasa basis kemampuan utama Angkatan
perlu memiliki pesawat tempur yang Udara AS untuk mendapatkan dan
lebih ampuh dari F-35. mempertahankan superioritas udara.
Peran utamanya adalah melakukan
Nah, satu-satunya pesawat misi kontra-udara di lingkungan yang
tempur siluman di arsenal AS yang diperebutkan. Untuk itu, modernisasi
mengungguli F-35 adalah F-22 F-22 menjadi prioritas utama US
Raptor. Lebih dahsyat lagi, Presiden Air Force, guna mendapatkan dan
Trump dikabarkan sudah menyetujui mempertahankan superioritas udara
penjualan F-22 Raptor dengan hingga tahun 2020-an.
perlengkapan persenjataannya, bom
berpemandu presisi, ke Israel. Namun, mendekati tahun 2030,
penting untuk mengakui bahwa
Trump sebetulnya bukanlah presiden kapabilitas ancaman telah dan akan
AS pertama yang merekomendasikan Blueprints Lockheed Martin_
Boeing F-22 Raptor
penjualan F-22 ke Israel. Pada 2001, Courtesy:
pada akhir masa jabatan keduanya, i.pinimg.com
Presiden Bill Clinton juga mendukung
penyediaan pesawat itu untuk Israel.
Tetapi keputusan akhirnya berada
di tangan penggantinya, Presiden
George W. Bush, dan Kongres AS.
Israel sebelumnya telah menyatakan
minatnya untuk membeli F-22, tetapi
AS menolak. AS menghentikan
produksi pesawat tempur tersebut
pada 2011 dan secara hukum melarang
penjualannya ke luar negeri. Penjualan
semacam itu memang butuh proses
yang tidak sederhana.
Pertama-tama, rencana ini akan
mengharuskan Kongres AS untuk
membatalkan undang-undang
saat ini, yang melarang Washington
mengekspor jet tempur canggih
sekelas F-22. DPR AS mengesahkan
undang-undang tersebut pada 1998,
karena khawatir bahwa teknologi
siluman yang hampir tak tertandingi di
F-22 berpotensi jatuh ke tangan Rusia
atau China, jika pesawat tersebut dijual
ke luar negeri, termasuk ke Israel.
Selain kendala undang-undang, ada
kendala teknis dan keuangan untuk
memproduksi kembali F-22. Ini harus
diperhitungkan masak-masak, karena
kondisi ekonomi AS saat ini sedang
terpuruk akibat perang dagang
melawan China dan dampak pandemi
Covid-19.

DESEMBER 2020 65
 GEOSTRATEGY
terus berkembang dengan kecepatan
tinggi, dan menciptakan lingkungan
yang sangat diperebutkan. Ancaman
itu mendorong kemampuan apa
yang dibutuhkan, untuk mencapai
superioritas udara di masa depan.
Sedangkan, tingkat evolusi
ancaman telah mendorong jadwal
untuk memiliki kemampuan
yang dibutuhkan. Oleh karena itu,
percakapan mengenai memulai
kembali jalur produksi F-22 harus
mencakup analisis tentang
kemampuan dan kapasitas apa
yang dibutuhkan, untuk mencapai
superioritas udara di lingkungan yang
sangat diperebutkan di masa depan.
Pemahaman tentang ancaman
bersama dengan pengembangan
kemampuan yang diperlukan, akan
membantu memberikan pemahaman,
tentang bagaimana dengan memulai
kembali produksi F-22 tidak akan
memenuhi persyaratan kapasitas
dan kemampuan di masa depan.
Hal ini juga akan membantu untuk
memahami, kemampuan apa yang
akan bersaing, dengan memulai
kembali produksi F-22 untuk sumber
daya masa depan.
Produksi pesawat taktis generasi, F-22,
sekitar 10 tahun lalu telah dihentikan
F-22 Raptor
Courtesy:
i.pinimg.com
66
oleh Menteri Pertahanan AS. Tercatat
ada 187 pesawat yang telah diproduksi,
di luar delapan pesawat uji. Angka ini
jauh di bawah tujuan awal program
F-22, yakni sebanyak 749 pesawat.
Juga, masih di bawah jumlah
permintaan Komando Tempur Udara
(Air Combat Command) sebanyak 381
pesawat. Pengiriman F-22 terakhir
adalah pada Mei 2012.
Menipisnya Kesenjangan Teknologi
Komite Pertahanan di Kongres
AS juga memahami, ada minat di
kalangan Departemen Angkatan
Udara, Departemen Pertahanan,
dan Kongres untuk kemungkinan
menghidupkan kembali produksi
F-22. Hal ini mengingat meningkatnya
ancaman terhadap superioritas udara
AS, sebagai akibat dari menipisnya
kesenjangan teknologi dengan lawan-
lawan AS.
Ditambah lagi, ada permintaan
yang meningkat dari negara-negara
sekutu dan mitra untuk memiliki
pesawat multiperan berkinerja
tinggi. Yakni, guna menghadapi
ancaman keamanan global yang terus
berkembang dan memburuk.
Berbagai kondisi itu mendorong
Komite Pertahanan di Kongres AS
DESEMBER 2020
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

DESEMBER 2020 67
 GEOSTRATEGY
percaya, proposal tersebut layak untuk
ditindaklanjuti. Maka Komite meminta
dilakukan penilaian dan pengkajian
yang komprehensif untuk dilaporkan
ke Kongres, tentang perkiraan
biaya yang terkait dengan prospek
dilanjutkannya produksi pesawat F-22.
Selanjutnya, Komite Pertahanan
mengarahkan, agar penilaian dan
laporan itu mempertimbangkan dan
menangani aspek-aspek berikut:
Pertama, mengantisipasi persyaratan
kapasitas dan kemampuan
superioritas udara di masa depan,
berdasarkan proyeksi ancaman jangka
pendek dan jangka menengah,
baik di udara maupun di darat. Lalu,
mengembangkan misi dan peran
F-22 dalam lingkungan anti-akses/
penolakan area (anti-access /area-
denial).
Juga, program perpanjangan masa-
dinas (service-life extension) pesawat
tempur F-15C dan rencana pensiun
F-15C. Ditambah, perkiraan tanggal
kemampuan operasi awal dari pesawat
generasi berikutnya, serta perkiraan
masa akhir layanan untuk F-22A yang
sudah ada
Kedua, perkiraan biaya untuk
memulai kembali produksi F-22,
68
F-22 Raptor
Courtesy:
www.vostokstation.com.au
termasuk perkiraan biaya rekonstitusi
lini produksi F-22, dan waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai produksi
tingkat rendah (low-rate).
Juga, perkiraan biaya pengadaan 194
pesawat F-22 lainnya, untuk memenuhi
kebutuhan sebesar 381 pesawat.
Serta, perkiraan biaya pengadaan
pesawat F-22 yang berjumlah
cukup, untuk memenuhi kebutuhan
persyaratan lainnya atau mengisi
tingkat persediaan. Hal ini mungkin
diperlukan untuk mendukung Strategi
Keamanan Nasional dan mengatasi
ancaman yang muncul.
Soal Komponen Pesawat
Ketiga, faktor yang mempengaruhi
biaya dimulainya kembali produksi
F-22, termasuk ketersediaan dan
kecocokan perkakas produksi F-22A
yang telah ada. Juga harus dipikirkan,
perkiraan dampaknya terhadap biaya
unit dan biaya total, untuk mengubah
total ukuran pembelian dan
memperoleh pesawat dalam jumlah
yang lebih besar dan lebih kecil.
Ditambah lagi, peluang untuk
mengekspor F-22 ke luar negeri dan
adanya keterlibatan negara mitra.
Peluang ini ada, jika bagian 8118
dari Defense Appropriations Act,
DESEMBER 2020

1998 (Hukum Publik 105-56) --aturan
F-35A yang melarang ekspor F-22—telah
Courtesy:
upload.wikimedia.org dicabut. Komite Pertahanan Kongres
pun mengingatkan, untuk belajar
dari sejarah produksi-ulang untuk
pesawat-pesawat sebelumnya, dan
hal-hal lain yang dianggap relevan.
Dengan dihentikannya produksi
F-22 Raptor hampir 10 tahun lalu,
akibatnya ada beberapa komponen
yang terdapat pada pesawat itu yang
tidak lagi diproduksi. Sementara lini
produksi F-22 kini telah beralih untuk
memproduksi pesawat F-35.
Sehingga, jika ada pemesanan
produksi F-22 kembali, Departemen
Pertahanan AS harus secara khusus
memesan sejumlah kecil suku cadang
untuk dibuat sebagai suku cadang
pengganti, guna menopang pesawat
F-22 yang akan di produksi.
Saat ini, dua kontraktor F-22 Prime
(Lockheed Martin dan Pratt &
Whitney) dan vendor utama (Northrop
Grumman dan BAE) terlibat dalam
pengembangan F-35, keberlanjutan,
produksi, dan modernisasi lanjutan.
Dibutuhkan investasi modal yang
besar bagi mereka untuk mendukung
dua program produksi (F-35 dan F-22).
F-35, yang diproduksi hari ini,
DESEMBER 2020
GEOSTRATEGY
memiliki pendanaan pengadaan
hingga setidaknya 2038, dan
kemungkinan besar akan bersaing
untuk mendapatkan sumber daya
dan fasilitas dengan memulai
kembali produksi F-22. Selain itu,
pengembangan pesawat generasi
mendatang direncanakan dalam
jangka waktu yang sama, dan juga
akan bersaing memperebutkan
dana yang terbatas.
Menurut studi yang dilakukan
RAND Corporation pada 2016, jika
jalur produksi F-22 Raptor dibuka
kembali, itu diprediksi akan menelan
biaya 266 juta dollar AS/unit untuk
produksi 75 unit. Harga ini akan
turun menjadi 216 juta dollar AS/
unit, jika diproduksi sebanyak 194
unit. Semua ini diukur menurut nilai
dollar AS pada 2016 (Base Year 16$).
Harga ini belum termasuk biaya
sebesar 247 juta dollar AS untuk
memperbarui alat produksi
komponen. Lalu ditambah 1,39 miliar
dollar AS, untuk mengkualif ikasi
kembali sumber komponen dan
bahan mentah produksi.
Kemudian, pengeluaran lainnya
seperti 6,25 miliar dollar AS. Ini
untuk biaya pengembangan dan
desain ulang empat subsistem
pada pesawat F-22, agar bisa
menyesuaikan kebutuhan
pengguna dan lain- lain. Masih ada
lagi, dana tak terduga lainnya sekitar
1,25 miliar dollar AS.
Pertimbangan biaya yang melangit
seperti di atas tampaknya akan
membuat AS berpikir dua kali,
sebelum kembali memproduksi
pesawat tempur F-22 Raptor. Biaya
itu akan tetap dianggap tinggi,
sekalipun AS melibatkan mitra
luar dalam proses produksi F-22.
Paling tidak, untuk jangka pendek
sekarang ini.
Tantangan Masa Depan
Sementara itu, tantangan terhadap
F-22 di masa depan juga semakin
69
 GEOSTRATEGY
canggih. Muncul ancaman udara-
ke-udara, permukaan-ke-udara,
luar angkasa, dan dunia maya
yang terintegrasi dan berjejaring.
Sementara, armada sistem senjata
AS menua dan menyusut. Sehingga
mengancam kemampuan US Air
Force, untuk memberikan superioritas
udara pada waktu dan tempat yang
diperlukan, di lingkungan operasional
yang sangat diperebutkan pada 2030
dan seterusnya.
Kemampuan ancaman kemungkinan
besar akan meningkat, seiring dengan
dua vektor utama selama 15 tahun
ke depan. Pertama, sistem ancaman
tradisional akan terus berkembang
dan berkembang biak. Di sepanjang
vektor ancaman ini adalah pesawat
tempur canggih, sensor, dan senjata.
Sementara rekan-rekan dekat
memiliki sebagian besar dari
kemampuan ini saat ini, ancaman
udara dan permukaan yang canggih
menyebar ke negara-negara lain di
seluruh dunia. Kekuatan superioritas
udara akan menghadapi semakin
banyak ancaman ini di berbagai lokasi
dan skenario pada 2030.
Vektor ancaman kedua adalah
70
F15C.jpg
Courtesy:
images05-military-com
serangkaian kemampuan
komprehensif dengan dampak
yang kurang dapat diprediksi pada
peperangan. Ini termasuk peningkatan
kemampuan ancaman untuk
meniadakan keunggulan AS dalam
domain luar angkasa, peningkatan
kuantitas dan kecanggihan ancaman
dunia maya, dan ancaman udara.
Ini termasuk senjata hipersonik, rudal
jelajah rendah yang dapat diamati,
dan sistem rudal balistik konvensional
yang canggih. Bagaimana, kapan,
dan di mana kemampuan ini muncul
masih kurang jelas. Tetapi kkuatan
superioritas udara tertentu akan
menghadapi banyak dari ancaman ini
pada 2030. ***
Satrio Arismunandar
DESEMBER 2020
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

DESEMBER 2020 71
 REGULATION
ISSUE
CABUT Kewarganegaraan
dan ISOLASI di Pulau Terdepan
Bagi PEMBANGKANG NEGARA
Hari-hari terakhir ini, Indonesia
kembali ricuh, gelisah oleh
kedatangan Muhammad
Rizieq bin Hussein Shihab
atau lebih dikenal sebagai
Habib Rizieq. Beliau kembali
pulang ke tanah air pada Selasa
(10/11/2020) setelah dideportasi
dari Arab Saudi. Kedatangannya
meninggalkan sejumlah indikasi
yang mengkhawatirkan, yaitu
“jatuh”nya objek vital negara,
yaitu Bandar Udara Soekarno
Hatta.
Dilanjutkan dengan peringatan
Maulid Nabi, yang terkenal dengan
kejadian “ceramah lonte” di
Petamburan, Jakarta (14/11/2020),
yang kontan menimbulkan gejolak
di tengah masyarakat. Belum lagi
munculnya HRS dengan ceramah
72
Penurunan baliho HRS oleh TNI
Courtessy:
assets.pikiran-rakyat.com
penggal kepala, yang tidak kurang
Profesor Jimly Asshiddiqie, Ketua
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI), di laman twitter resminya
mengomentari video ceramah HRS
tersebut.
Jimly meminta aparat bertindak tegas
dalam merespon persoalan ini. Jika
hal ini terus dibiarkan, dikhawatirkan
provokasinya akan meluas dan
melebar. Putri Presiden RI ke-4
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Alissa
Wahid juga menyatakan dengan
tegas bahwa “Pada dasarnya, ceramah
seperti itu sudah masuk kategori
incitement to violence (hasutan untuk
melakukan kekerasan). Bahaya sekali.”
Pidato tegas Panglima TNI Marsekal
Hadi Tjahjanto pada Minggu
(15/11/2020) dini hari, memberikan
peringatan tegas, terkait pentingnya
persatuan dan kesatuan demi
menjaga stabilitas nasional. Panglima
DESEMBER 2020

Penurunan baliho HRS oleh TNI
Courtesy:
assets.pikiran-rakyat.com
meminta masyarakat untuk tidak
mudah terpengaruh dengan berbagai
provokasi dari berbagai identitas. Ini
disusul dengan inspeksi pasukan
khusus tiga matra, mulainya operasi
psy war show of force Komando
Operasi Gabungan TNI di depan
markas FPI di Petamburan, dan juga
penurunan baliho provokatif HRS.
Potensi Bahaya Makar
Saya mengindikasikan Indonesia
sedang dalam percepatan menuju
jurang perpecahan, dengan
kedatangan dan diterimanya
kembali HRS di tanah air. Indikasi
ini juga jelas terlihat dari tindakan
Panglima TNI Marsekal Hadi, sebagai
upaya antisipasi terhadap ancaman
perpecahan terkait adanya potensi
makar dari HRS dan kelompoknya.
Artinya, tingkat ancaman perpecahan
persatuan kesatuan bangsa sudah di
level mengkhawatirkan.
Penurunan baliho HRS oleh Pangdam
DESEMBER 2020
REGULATION
ISSUE
Jaya didukung oleh Kapolda Metro.
Oleh sebagian orang, penurunan
baliho ini dinilai seharusnya dilakukan
Satpol PP bersama Polri. Namun,
ini dilakukan TNI karena sesuai
dengan tupoksi TNI dalam OMSP UU
34 TNI Pasal 7 tentang membantu
pemerintah daerah dan Pasal 10
tentang membantu kepolisian dalam
rangka keamanan dan ketertiban
masyarakat.
Disusul dengan manuver Koopssus
TNI yang melewati sesaat wilayah
Petamburan, IPW adalah psy war
awal TNI atas pernyataan HRS yang
berteriak-teriak akan memimpin
revolusi dan memberi ancaman
“memenggal kepala,” dan lain-lain.
Meskipun ancaman masih sebatas
kata, tetapi mengingat massa FPI
cenderung radikal dan dari masyarakat
frustrasi yang terintimidasi ajarannya,
maka ucapan HRS jelas berpotensi
memicu kekacauan dan gangguan
keamanan serta mengganggu
keutuhan NKRI.
Kesalahan fatal “kecolongan” jatuhnya
Bandara Soekarno Hatta menjadi
indikasi bahwa ini sudah tidak boleh
terulang lagi. Dunia akan meragukan
kemampuan pihak keamanan
Indonesia dalam mengendalikan
keamanan nasionalnya. Ini berimbas
pada tertundanya investasi asing
masuk, dan ujungnya menurunnya
kinerja ekonomi bangsa dan negara.
Dalam pemikiran keamanan
nasional, bisa dibayangkan jika terjadi
pengumpulan massa ideologis yang
meresahkan masyarakat di seputaran
Istana Negara, yang kemudian
sewaktu-waktu berpotensi untuk
mengepung objek vital tersebut dan
mengancam keselamatan Presiden
RI? Atau bayangkan, ketika muncul
insiden pemenggalan kepala oleh
orang yang terprovokasi ceramah
mautnya - seperti yang ia gembar-
gemborkan - toh itu sudah terjadi di
Prancis?
Apa opsi negara secara sistemik? Saya
melihat ada dua pilihan besar, baik
salah satu atau kombinasinya, yaitu
73
 mencabut kewarganegaraan yang
REGULATION bersangkutan dan atau melakukan
ISSUE isolasi di sebuah pulau terdepan
yang terpencil. Penjelasannya adalah
Penurunan baliho HRS oleh TNI
sebagai berikut:
Courtesy:
assets.pikiran-rakyat.com Pencabutan Kewarganegaraan
Secara teori berkewarganegaraan
adalah pilihan, bukan keharusan.
Negara mana saja bisa menerima
atau tidak menerima seseorang
untuk menjadi warga-negara dari
negaranya. Demikian pula, seseorang
bisa melepaskan kewarganegaraan
yang disandangnya atau memutuskan
untuk berpindah menjadi warga
negara tertentu, atau bisa juga
menjadikan dirinya stateless.
Hilang kewarganegaraan tidaklah
berarti hilang hak esensialnya
sebagai manusia. Masih melekat
dalam dirinya HAM seperti hak
bekerja, diberi upah, sakit, dirawat,
meninggal hingga dikubur. Dan tidak
juga hilang hak hukumnya, seperti
perlindungan hukum, jika terjadi
pelanggaran pidana bisa ditindak/
ditangkap/dihukum, atau masih bisa
mengadukan/diadukan ke polisi, dan
sebagainya.
Bagi warga yang dicabut
kewarganegaraannya adalah tidak
memiliki “hak politik” seperti memilih
dan dipilih dalam pemilu, dan tidak
juga memiliki “hak perdata” seperti
memiliki paspor, KTP, asuransi, bendera nasional Sang Saka Merah-
kepemilikan yang memerlukan Putih serta keabsahan negaranya.
surat-surat Negara, seperti sertifikat
tanah, tidak bisa membuat perjanjian Maka, demi keamanan dan masa
perdata, dan lain-lain. (Ranadireksa, depan kelangsungan berbangsa dan
2017) bernegara, negara lewat Kementerian
Hukum dan HAM seyogyanya bisa
Make no mistake, seorang menjadi mencabut kewarganegaraan individu
stateless juga bukan akhir segalanya, tersebut (Ranadireksa, 2017).
Di ‘luar sana’ stateless (tidak memiliki
kewarganegaraan) bukan hal yang Contoh kasus, yaitu pada Zakir Naik,
luar biasa. ‘ulama provokator’ buron pemerintah
India, setelah 3 kali tidak memenuhi
Siapakah yang patut dicabut panggilan pemerintah, akhirnya
kewarganegaraanya? Manakala Negara (India) mencabut paspor-nya
ada kelompok atau individu warga (18/07/2017). Zakir Naik kini berstatus
negara yang dalam pernyataan, stateless dan sekarang pindah ke
ajaran, tulisan-tulisannya, terang- Malaysia.
terangan mengajak, membujuk,
memengaruhi, bahkan mengagitasi Pemerintah Inggris juga dengan
sesama warga negara untuk juga tegas mencabut kewarganegaraan
tidak mengakui atau bahkan, bercita- 150 eks warganya yang telah terbukti
cita mengubah lambang resmi berkhianat menjadi warga ISIS
negara dan prinsip dasar negara (30/7/2017). Sementara pemerintah
dalam hal ini, Negara Indonesia RI juga pernah mengambil langkah
dengan Lambang Negara Garuda serupa pada 689 ISIS ex WNI (13/2/2020),
Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, menggunakan celah hukum Undang-

74 DESEMBER 2020
Undang Kewarganegaraan nomor 12 NKRI dengan semua nilai-nilai
tahun 2006 Pasal 23 Ayat 1 Butir D. strategic cultures dan kebhinneka- REGULATION
tunggal-ikaannya. ISSUE
Pencabutan kewarganegaraan dalam
khazanah hukum berbagai negara Kedua di atas adalah solusi paling
dikenal sebagai “revoke citizenship” beradab dengan memperhatikan
yang kira-kira bersemangat sama keamanan nasional, ketertiban
pada substansinya. Pada kasus sosial dan sekaligus konsisten pada
HRS, saya melihat beliau sudah penegakan HAM. Dan yang terpenting,
memenuhi syarat untuk dicabut tetap utuh tegaknya marwah dan
kewarganegaraannya. kehormatan NKRI, sebagai negara
dengan tata cara demokrasi yang
Isolasi di Pulau Terdepan benar, dan jauh dari demokrasi ala
barbar yang selama ini meresahkan
Ini adalah gagasan untuk melakukan
masyarakat. ***
isolasi toxic influence dari seorang
individu dan komunitasnya pada
masyarakat lebih luas. Negara
hukum tidak mungkin melakukan Dr. Conni Rahakundini Bakrie
pembunuhan pada warga sipil,
yang meskipun telah dicabut (Pakar militer dan pertahanan-
keamanan)
kewarganegaraannya namun masih
melakukan kegiatan agitasi dan
provokasi pada masyarakat luas, baik
secara langsung maupun melalui
Dr. Conni Rahakundini Bakrie
media sosial.
Courtesy:
Dokumen Pribadi
Maka cara yang bisa dilakukan adalah
mengaktifkan social isolation, dengan
membawa pihak yang tertuduh dan
para pengikut paling fanatiknya ke
sebuah kamp di pulau terdepan.
Mereka dapat diberikan subsidi berupa
drop logistik secara berkala, namun
tidak diperbolehkan meninggalkan
pulau dan hanya diizinkan memiliki
alat telekomunikasi selain radio dua
arah dengan unit pengendali. Tidak
ada wifi dan kecanggihan teknologi
komunikasi lainnya diizinkan masuk,
termasuk satelit komunikasi yang
dengan cepat dan mudah akan
disediakan oleh backing dan cukong
HRS
Dengan ditempatkannya komunitas
tersebut, mereka bebas menjalankan
kehidupan sehari-hari tanpa
diganggu, sesuai dengan keyakinan
mereka. Namun mereka tidak bisa
menyebarkan ajaran, ajakan, agitasi
maupun provokasi pada masyarakat
luas.
Negara juga memiliki kesempatan
untuk melakukan program
deradikalisasi pada tertuduh dan
pengikutnya jika Amerika masih mau
membuka diri untuk itu, di mana
dengan pembinaan dalam isolasi
inilah diharapkan muncul adanya
kesadaran dari mereka. Tetapi jika
mereka menolak, biarkan alam
yang mengajarkan mereka, betapa
pentingnya arti negara dan indahnya

DESEMBER 2020 75
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

76 DESEMBER 2020
 STRATEGY
STUDIES

BUILDING NETWORK
CENTRIC INTELLIGENCE

Membangun Network Centris

INTELLIGENCE
Oleh: Dr. Conni Rahakundini Bakrie & Petty Octaviana Sinaga

(Petty Octaviana Sinaga, pengamat pertahanan & keamanan)

Dalam dunia yang semakin Yang menarik pada

kompleks dan dinamis dunia intelijen
sekarang adalah
seperti sekarang ini, negara sudah merambah pada
membutuhkan sekali informasi sektor sipil komersial.
yang cepat, tepat, akurat dan Seperti intelijen industri
terintegrasi dalam sistem atau intelijen perusahaan.
intelijen besar. Masalahnya Bahkan warga sipil biasa
--namun memiliki pengetahuan
bukan pada teknologi cara menggali informasi dengan
informasi ataupun perangkat perangkat yang dijual di pasaran
keras, namun bagaimana bebas-- mampu menggelar operasi
sebuah sistem intelijen dapat intelijen, meskipun secara amatir
digabungkan dalam sebuah sesuai kebutuhannya.
jaringan raya. Mungkin bisa Sebut saja seorang istri yang
dianggap seperti memiliki cemburu, bisa menggelar operasi
versi “Google”-nya komunitas pengintaian, menyuap informan
intelijen nasional kita. maupun menyadap telekomunikasi

DESEMBER 2020 77
Network
Courtesy:
www.pxhere.com
 STRATEGY
STUDIES
Peralatan Petugas Pengintai suaminya. Ilustrasi lain, seorang CEO
Courtesy: bisa memberikan perintah pada pihak
www.london-privatedetectives.
co.uk penyelidik swasta untuk menyelidiki
calon mitra bisnisnya.
Namun yang hendak kita bahas pada
tulisan ini adalah bagaimana negara
dapat membangun sebuah sistem
intelijen yang berbasis jaringan.
Karena ini merupakan sebuah cara
yang sesuai dengan perkembangan
zaman.
Untuk itu, banyak pertanyaan yang
perlu kita jawab. Namun, sering kita
dengar beberapa kekhawatiran,
seperti belum optimalnya peran
dan fungsi institusi intelijen dalam
pertahanan negara dan keamanan
nasional. Belum terkoordinasinya
kelembagaan intelijen negara dalam
bidang pertahanan negara dan
keamanan nasional. Kemudian, belum
terpadunya implementasi perang dan
fungsi intelijen dalam pertahanan
negara dan keamanan nasional.
Pertanyaannya adalah, bagaimana
kita membangun sistem intelijen
berbasis jaringan?
Sebelum menjawab maka dibutuhkan
basis teori, yaitu teori Network Centric
Warfare. Ini didefinisikan sebagai
“kemampuan mengintegrasikan
dan mengoperasikan semua aset
pertahanan dan lingkungan untuk
melakukan tindak deteksi, dukung
78
dan tempur secara integratif,
seketika tanpa jeda dengan akurasi
tinggi, sebagai sebuah unit tunggal
yang punya tingkat otonomi dan
otomasi optimum” (Rahakundini dan
Muhammad, 2018). Teori Network
Centric Warfare-lah yang akan
diaplikasikan pada sistem intelijen.
Parameter Network Centric Warfare
pada Aplikasi Intelijen
Ada enam parameter, apakah sebuah
sistem intelijen memenuhi kaidah
NCW. Keenam kaidah itu berasal dari
definisi NCW di atas, yaitu: Integrasi,
Kesinambungan, Seketika, Unit
Tunggal, Otonomi dan Otomasi.
Kaidah Integrasi adalah kebersamaan,
di mana membutuhkan sistem
informasi dan operasi yang memiliki
commonalities (kemiripan) dan
compabilities (kesesuaian), baik internal
maupun eksternal. Commonalities
dalam jaringan bisa dicontohkan
seperti memiliki kesamaan SOP,
prosedur penyimpanan, pengkodean
hingga pengarsipan dalam sebuah
platform data bersama.
Kesesuaian sendiri memiliki
makna harus tidak tumpang tindih
(overlapping), namun complementary
atau saling mengisi satu sama lainnya.
Tidak boleh ada satu target operasi
yang diselidiki oleh dua atau lebih
DESEMBER 2020
instansi intelijen yang berbeda. Cukup
satu, namun bisa di-share di database
bersama.
Prinsip kesinambungan adalah
informasi harus terus ter-update
setiap saat. Sehingga nilai informasi
semakin tinggi, karena bisa dilakukan
pelacakan secara historis pada sebuah
topik atau target penyelidikan.
Kesinambungan ini tidak memerlukan
satu instansi melakukan monitoring
terus-menerus, namun instansi
lainnya dapat melakukan monitoring
lanjutan sesuai kebutuhan. Bisa juga
memberikan tugas monitoring pada
pihak ketiga, yang bisa dibayar untuk
melakukan itu. Kesinambungan
informasi bisa juga dengan melakukan
penguncian objek pada dunia
informatika, seperti terus memonitor
IP atau pergerakan komunikasi atau
gabungan dari berbagai instansi.
STRATEGY
Untuk itu dibutuhkan standarisasi yang
STUDIES
tegak dan SOP (standard operating
procedure) operasi gabungan yang
jelas.
Prinsip Otonomi artinya meskipun
terintegrasi, masih dapat melakukan
tindakan operasi yang bersifat
inisiatif, sesuai kebutuhan instansinya.
Otonomi juga berarti operasi dapat
dilakukan dengan improvisasi yang
luwes dan manuver yang tidak
terduga, sesuai kondisi lapangan.
Seringkali ini di luar perencanaan,
namun diperlukan dalam kondisi yang
dinamis dan kompleks.
Prinsip Otomasi adalah sebagian
besar dukungan, baik operasi,
analisis, maupun penyajian pada
user, dilakukan dengan sistem
besar yang terotomatisasi. Otomasi

jejak digitalnya. mengharuskan intelijen gabungan Petugas Pemantau

Prinsip seketika adalah kemampuan
yang mampu menghadirkan data,
informasi dan pengetahuan dalam
waktu super singkat, tanpa jeda. Ini
membutuhkan command, control,
coordination, communication,
computer and information (C5I)
yang fungsional terintegrasi. Ini
termasuk sistem jaringan, logistik dan
supporting system, serta database
gabungan.
untuk dapat melakukan Self Courtesy:
www-codastory-com
Syncronization, Self Adjusting, dan
ini membutuhkan infrastruktur dan
manajemen khusus.
Semua prinsip ini mengarah pada
sebuah kesamaan platform. Inilah
yang disebut sebagai Platform Centric
Intelligence. Selangkah menuju
Network Centric Intelligence.
Platform Centric Intelligence

Prinsip Unit tunggal adalah Dimulai dari Operasi yang

menghadirkan satu gerakan membutuhkan sumber daya,
operasional, yang merupakan kemudian membutuhkan informasi

DESEMBER 2020 79
 STRATEGY
STUDIES

Ilustrasi
Courtesy:
api.army.mil

intelijen. Sumber informasi berasal manajemen, pendukung dan logistik

dari sebuah usaha pengumpulan
data dari berbagai sub-operasi, yang
sedang bekerja di lapangan.
Kemudian pengendali operasi,
berbekal informasi awal ini dapat
mengambil keputusan, yang berujung
pada perintah gerak pada operasi
yang lebih fokus. Focused Operation
ini membutuhkan teknologi dan
metodologi yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaannya. Teknologi
dan metodologi ini membutuhkan
kemiripan dan kecocokan dalam
operasinya.
Semakin tinggi kemiripan dan
kecocokan maka akan semakin tinggi
juga kemampuan inter-operasi nya
dan semakin sederhana logistiknya.
Semakin tinggi kesederhanaan
pendukung dan logistik, maka akan
mengurangi tingkat kerumitan.
Tingkat kerumitan ini jika semakin
tinggi akan mengurangi kemampuan
gerak Sub-Operasi, kapasitas
informasi dan Operasi itu sendiri, serta
akan meningkatkan/memboroskan
Sumber Daya yang dibutuhkan.
Intinya Platform Centric Intelligence
membutuhkan kesamaan dan
kecocokan platform operasi, agar
bisa optimum kesederhanaannya.
Sehingga terhindar dari tingkat
kerumitan yang membahayakan
operasi, memperlambat informasi,
dan memboroskan sumber daya.
Network Centric Intelligence
Pada intinya sama dengan Platform
Centric Intelligence. Namun,
perbedaannya adalah besarnya peran
otonomi dan otomasi. Di sini otomasi
akan mendukung penuh inisiatif dan
improvisasi. Cara ini akan melahirkan
berbagai hal, seperti sinkronisasi,
seorientasi, saling silang dukung
mandiri di lapangan. Ini semua
akan mempermudah pengambilan
keputusan dalam Operasi.
Beberapa Paradigma Membangun
NCI
Penyatuan bukanlah memaksakan
Persatuan melalui daftar aturan
atau bahkan hukum yang memaksa.
Intelijen bersatu menggunakan
sebuah kesadaran dalam sebuah
GERAKAN (Movement). Gerakan
Penyatuan Intelijen ini akan
menghasilkan kesepakatan dan itulah
yang kemudian harus dikukuhkan

80 DESEMBER 2020

dalam sebuah SOP.
Kemudian harus mampu memahami
dalam level struktur masalah
(bukan sekedar pola serangan, pola
perilaku, karakteristik, pola-pola
lainnya). Karena dengan memahami
struktur masalah dapat membangun
perubahan melalui rekayasa struktur
masalah menjadi struktur solusi (solusi
strategis, bukan taktis).
Paradigma berikutnya adalah operasi
harus lebih murah, efisien, tapi
dengan efektifitas tinggi dengan
menggunakan Cloud Intelligence, AI,
Big Data, dan sebagainya. Ini semua
memungkinkan intelijen memproses
semua data, informasi, dengan hasil
optimum.
Paradigma lainnya adalah pentingnya
peran serta mass media, social media
dan open sources menjadi lebih
DESEMBER 2020
STRATEGY
STUDIES
Ilustrasi
Courtesy:
www.dea.gov
bisa dimanfaatkan. Otoritas intelijen
melakukan Direct Intervention atau
Direct Investigation hanya pada
hal yang sangat penting saja sesuai
bidangnya.
Seperti, contoh intelijen Jepang,
menggunakan analisis pada semua
pemberitaan media massa untuk
setidaknya mengetahui sebuah tema,
kasus, dan konteks. Begitu didapatkan
gambaran umum, maka dilanjutkan
dengan pengiriman tim rahasia
khusus untuk penyelidikan mendalam.
Tim inipun bisa saja menggunakan
identitas kewartawanannya, dalam
bertugas. Karena jurnalis sudah
dimaklumi memiliki pekerjaan
investigatif. ***
81
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

82 DESEMBER 2020
 POINT
OF VIEW

Ilustrasi
Courtesy:
images.thequint.com

Kerja sama Multilateral

dan Redefinisi Bebas-Aktif
Oleh : Teguh Anantawikrama
(Pengamat Ekonomi dan Energi)
“Indonesia adalah negara
kepulauan yang terletak di atau
mempunyai titik-titik strategis/
vital,” begitu sepenggal baris
kalimat normatif dalam setiap
buku pelajaran sejarah atau
geografi yang pastinya lekat
dalam memori kolektif kita.
Pertanyaan kritis lanjutanya,
seberapa strategis/vital? Situasi
global saat ini sudah mengalami
choke point, kalau bukan titik
nadir, jika kita bicara mengenai
isu sumber daya alam dan
energi yang semuanya berada
di bawah naungan payung
perekonomian dan pertahanan
negara dan bangsa. Contohnya
selat Malaka secara harfiah
adalah salah satu choke point
global yang dilalui sekitar 70.000
kapal laut (200-an per hari)–jalur
transportasi sekitar 80% minyak
bumi dunia–menjadi setidaknya
1/3 jalur perdagangan dunia–
yang ‘dikuasai’ oleh tiga negara
sekaligus, yaitu Indonesia,
Malaysia, dan Singapura.
Di sisi Indonesia, ini
masih menjadi PR
juga bagaimana
pengelolaan
keamanan dan
potensi maritim di
sekitar flash point
Aceh yang dilalui
selat Malaka.
Meski demikian, itu tidak
berarti pengerahan unsur
kekuasaan negara dalam wilayah
maritim bisa dilakukan dengan sesuka
hati. Keamanan selat Malaka dan
stabilitas keamanannya berimplikasi
global. Salah satu acuan ketentuan
internasional dalam hal kedaulatan
maritim dan upaya pengamanannya
adalah UNCLOS 1982 yang juga telah

DESEMBER 2020 83

POINT
OF VIEW
Latihan Bersama Kopaska diratifikasi sebagian besar negara-
& Angkatan Laut Singapura
(2007) negara dunia dan dipraktikkan juga
Courtesy: oleh Amerika Serikat sebagai negara
antarafoto.com
adidaya. Mengkritisi sengketa negara-
negara ASEAN dengan RRT terkait
Laut China Selatan yang semakin
intens belakangan ini, langkah RRT
itu akan kontraproduktif terhadap
stabilitas kawasan, termasuk
teralihnya fokus dan sumber daya
pertahanan negara-negara terkait dari
keamanan selat Malaka, yang kita tahu
belum lepas 100% juga dari ancaman
penyelundupan, perompakan,
maupun krisis bencana alam.
Mengacu pada data-data publik
yang pernah disinggung pada
tulisan-tulisan sebelumnya, tidak
bisa dipungkiri lagi soal kebangkitan
kekuatan maritim RRT (People’s
Liberation Army Navy atau PLAN) saat
ini yang semakin masif dan levelnya
mendekati kekuatan US Navy. Klaim
kuno nine dash line RRT serta langkah
agresifnya harus diasumsikan terjadi
84
sewaktu-waktu mengingat absen atau
minimnya perimbangan kekuasaan AS
di kawasan ASEAN. Fokus dan upaya
AS dalam menyeimbangkan agresi
hegemoni RRT di LCS sebenarnya
mulai terlihat geliatnya pada era
Donald Trump, bisa kita amati sendiri
dari berbagai pemberitaan latihan
perang gabungan AS bersama
negara-negara sekutu dan yang
berkepentingan (atau ‘berseberangan’
dengan RRT) dengan mengambil
tempat wilayah maritim Asia dan
Pasifik, sebut saja dengan Jepang,
Taiwan, Australia, Singapura, bahkan
India yang belakangan berkonflik
intens juga dengan RRT. Kita jadi
teringat kembali bagaimana AS
dulu pernah aktif juga dalam latihan
perang maritim multilateral pertama
kali dan terbesar NATO pada 1952 di
choke point Eropa laut Norwegia.
Sebagai negara terbesar (dan
katanya terkuat) di kawasan ASEAN
Indonesia harus terus mendorong dan
mengupayakan stabilitas politik dan
hankam regional. dalam berbagai lini
termasuk latihan perang maritim yang
sifatnya defensif secara regional. Atau
dengan kata lain “aktif”. Indonesia
juga “bebas” untuk berkawan dengan
negara mana saja dalam mendukung
upaya perimbangan kekuatan di
regional Asia-Pasifik dan sekaligus
mendorong perdamaian dengan efek
deteren. Bisa dengan cara ikut latihan
perang maritim yang relevan secara
rutin dan juga menginisiasi kerja
sama multilateral tersebut, khususnya
di level ASEAN. Itu sekaligus akan
meningkatkan kapabilitas dan jam
terbang taktikal TNI terutama matra
AL dan AU yang mungkin masih satu
langkah di belakang angkatan darat,
sekali mendayung dua tiga pulau
terlampaui. Bebas dan aktif tidak
selalu berarti naif tradisional “netral”
secara politis karena sekarang sudah
bukan zaman perang dingin blok
barat vs blok timur lagi, melainkan
zaman disruptif. Kita tidak bisa lagi
menggunakan kerangka pikir zaman
dulu, padahal Soekarno dkk sudah
sangat fleksibel dan mantap dengan
merancang fleksibilitas bebas dan
DESEMBER 2020
aktif. Tujuan kedaulatan nasional dan
khususnya stabilitas regional adalah
visi tertingginya sehingga harus bisa
dicapai dengan ketegasan, elegan, dan
bermartabat melalui upaya diplomasi
RI dalam level multilateral, termasuk
kerja sama pertahanan defensif dalam
berbagai bentuk.
Redefinisi tersebut relevan dengan
situasi saat ini yang begitu fluid.
Dalam satu dekade terakhir saja
perkembangan kekuatan maritim
RRT (atau PLAN) masif yang tidak
lepas dari kemajuan ekonominya
dan absennya pengaruh AS dari
kawasan Asia Tenggara. Ditambah
ada isu Asia Timur seperti dinamika
Taiwan dan Jepang terhadap RRT,
termasuk posisi Australia sebagai
sekutu AS dan Inggris Raya. Bahkan
di Thailand pun yang tadinya sempat
mewacanakan pembangunan kanal
untuk mempersingkat rute selat
Malaka konvesional akan sangat vital
bagi keberlanjutan ambisi OBOR RRT.
Hingga yang terkini ada menyentuh
isu perekonomian juga seperti
ketahanan pangan (terutama beras)
di tengah masa pandemi Covid. Kita
wajib kritis terhadap posisi Indonesia
di berbagai tantangan dan dinamika
sekitar.
Dari sisi kerja sama perekonomian,
belum genap sebulan sejak Indonesia
ikut menandatangani kerja sama
multilateral area perdagangan bebas
dunia untuk wilayah Asia-Pasifik yaitu
Regional Comprehensive Economic
Partnership (RCEP). Ada dua hal
unik terkait Free Trade Agreements
(FTA) ini. Pertama, ini adalah skema
besar yang sudah dirancang sejak
hampir satu dekade lalu dan yang
resmi disepakati wilayah Asia-Pasifik
setelah tidak terealisasinya Trans-
Pacific Partnership (TPP) dengan
hengkangnya AS di tangan Donald
Trump pada 2017. Sepertiga total PDB
dunia ada di tangan 15 negara anggota
RCEP ini, yaitu ASEAN +3 (Asia Timur)
beserta Australia dan Selandia Baru.
RCEP adalah FTA terbesar kedua
DESEMBER 2020
POINT
OF VIEW
setelah World Trade Organization Kepadatan Transportasi Laut
(WTO). Meski kita tidak bisa naif Selat Malaka
juga memandangnya dalam level
Courtesy:
headtopics.com
‘supranasionalitas’ yang sama di bawah
PBB seperti halnya NATO, tapi patut
kita apresiasi ada perkembangan kerja
sama internasional sekaligus peluang
besar Indonesia dari kombinasi
negara-negara berpendapatan
menengah dan tinggi ini.
Hal yang menarik selanjutnya adalah
bagaimana RRT ikut bergabung dalam
kerja sama FTA besar multilateral
seperti RCEP. Kali terakhir RRT
mengikuti kerja sama serupa adalah
WTO pada 2001. Ironisnya seperti
yang bisa kita lihat sekarang, adalah
bagaimana kemunduran ekonomi AS
setelah lebih dua dekade–termasuk
defisit anggarannya dan juga defisit
perdagangannya dengan RRT yang
tidak kecil dan trennya terus naik–dan
sisi sebaliknya kenaikan pesat RRT.
Kita harus kritis dan jeli melihat pola
sejarah dan isu-isu makroekonomi
seperti ini. Tentunya bukan dengan
cara menolak kerja sama internasional
atau antinegara tertentu, melainkan
bagaimana mempersiapkan dan
mendukung pemain lokal dalam
peningkatan level of playing field
melalui kebijakan-kebijakan yang
bersahabat dan tepat sasaran,
sebelum pada akhirnya kesepakatan
internasional yang mengharuskan
pemotongan tarif impor diratifikasi
85
ke dalam produk undang-undang
setempat.
Itu berarti Indonesia harus cerdik
dalam bebas-aktif, misalnya bekerja
sama bilateral dengan India yang
memiliki situasi perekonomian
kurang lebih mirip Indonesia. Jangan
sampai cita-cita mulia mendatangkan
Foreign Direct Investment (FDI)
demi peningkatan perekonomian
Indonesia malah kontraproduktif
terhadap hancurnya daya saing
industri dan manufaktur Indonesia,
semuanya serba impor dari negara-
negara tertentu dan ekspor ambruk.
Kerja sama RCEP diprediksi akan
mendorong pendulum kemajuan
perekonomian mengarah lebih
banyak ke kawasan Asia-Pasifik, tapi
pertanyaannya negara mana yang akan
paling siap dan paling diuntungkan
ke depannya? Sebagai perimbangan
kekuatan, Indonesia juga punya opsi
untuk lebih aktif dalam peningkatan
kerja sama dengan mitra-mitra
strategis Amerika Serikat, Australia,
Inggris, dan mungkin Kanada. Isu
kebangkitan dan hegemoni RRT selalu
disikapi secara serius oleh para pejabat
negara-negara tersebut. Terkhusus AS,
pemerintah Indonesia masih wait and
see menunggu kebijakan-kebijakan
luar negeri Joe Biden dari partai
Demokrat. Tapi besar kemungkinan
RRT tetap akan menjadi sorotan
utamanya.
asertif mensyaratkan pemiliknya
POINT
memiliki kapabilitas mumpuni baik
OF VIEW
dalam hard, soft, dan smart power.
Tidak bisa terlalu dominan misalnya
dalam kekuatan normatif saja.
Kita ambil contoh yang relevan
untuk perenungan lebih lanjut. Jika
pemerintah Indonesia punya program
untuk menerapkan Minimum
Essential Force (MEF) untuk kekuatan
militernya, maka seharusnya dibarengi
juga dengan minimum sektor-sektor
vital lain seperti pembangunan
SDM via pendidikan (peningkatan
kesejahteraan dan kapabilitas guru,
keterampilan teknis, dan penyerapan
tenaga kerja manufaktur) dan agraris
(ketahanan pangan). Dengan Indonesia
bisa berdikari dan berswasembada
dalam beberapa industri mendasar
dan surplus produksi beras, maka
itu akan meningkatkan daya tawar
dan pengaruh Indonesia dalam
geopolitik regional dan global, serta
tentunya mengantisipasi krisis yang
dapat terjadi sewaktu-waktu seperti
pandemi. ***

Pertahanan dan perekonomian

adalah dua bersaudara yang tidak
terpisahkan. Untuk mewujudkan
cita-cita nasional sesuai pembukaan
UUD 1945 Indonesia haruslah benar-
benar “bebas” dan “aktif” dalam
semua tantangan ini–LCS, selat
Malaka, hingga RCEP–dengan tidak
lagi bersikap naif netral secara politis Latihan Kopaska di Batam
seperti pada kerangka pikir zaman (2012)
konfrontasi global beberapa dekade Courtesy:
nbcnews.com
lalu. Asertivitas dalam mementingkan
kemajuan dan kedaulatan nasional,
bukan agresitivitas dalam menciderai
stabilitas kawasan, adalah kunci.
Dalam tingkat politik global bersikap

86 DESEMBER 2020
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

DESEMBER 2020 87
 POINT
OF VIEW

Kedaulatan Data,
Prasyarat Geopolitik
Cyber War
Courtesy:
cybertalk.org
dan Teknisnya
Oleh: Hizkia Yosias Polimpung
(Peneliti Ekonomi Politik Keamanan di Pusat Kajian
Keamanan Nasional UBJ)

Pada 12 Januari 2010 silam, mengambil-alih kendali, dan

Google mengumumkan mencuri, bahkan memodifikasi
bahwa ia sedang mengalami kode sumber perusahaan
serangan yang “sangat tersebut. Tidak hanya Google,
rumit” (highly sophisticated) rekanan afiliasi Google di
akan seluruh jaringan Tiongkok dilaporkan juga
infrastruktur servis mendapat serangan tersebut,
digitalnya. Direktur seperti Adobe System,
riset ancaman Symantec, Blackberry, dst.
McAfee, perusahan Peristiwa yang berlangsung
keamanan siber sejak Juni 2009 sampai awal
Amerika, menamai 2010 ini kemudian terkenal
r a n g k a i a n disebut Perang Sino-Google.
serangan siber ini Tak banyak yang menduga,
sebagai ‘Operasi konflik ini menandai dimulainya
Aurora’ yang apa yang disebut Perang Dingin
diasosiasikannya Teknologi (Tech Cold War).
dengan Tentara
Pembebasan Rakyat
(PLA), Tiongkok. Operasi Perang Dingin Teknologi
ini dilakukan dengan sangat
Diskusi mengenai Perang Dingin
terkoordinasi di antara para Teknologi ini belakangan semakin
peretas untuk berlomba- panas, khususnya saat Huawei
lomba menembus firewall, dengan terobosan teknologi transmisi

88 DESEMBER 2020
internet generasi kelimanya (5G)
menyalakan sirine bahaya, tidak hanya
bagi Google, melainkan juga bagi
hegemoni teknologi Amerika Serikat.
Saya yakin kita sudah tahu cerita-
cerita yang mewarnai perang dingin
ini: tensi headline media, penahanan
direktur keuangan Huawei di Kanada,
pelarangan produk Huawei, Google
menarik banyak layanan dari Huawei,
dst. Di luar kompleks Google-
Huawei dan AS-Tiongkok, hampir
seluruh dunia juga berjibaku di garis
peperangan digital ini. Sedikit dari
banyak contoh: Wikileaks melawan
pemerintahan otoriter seluruh dunia
(2006-15), Cambridge Analytica dan
Facebook melawan hampir seluruh
masyarakat dunia (2018), Rusia
melawan Telegram (2018), dst.
Tidak begitu mengejutkan, mengiringi
naiknya wacana Perang Dingin
Teknologi ini, naik pula wacana
tandem historisnya: ‘Geopolitik 5G’.
Istilah ini populer di kalangan tangki
pemikir seperti Eurasia Group, Geneva
Internet Platform, Chatam House, dll.,
hingga akhirnya menjadi buzzword di
banyak media. Jika sudah begini, kita
pun tidak kaget dengan munculnya
matriks nasionalisme-patriotisme di
ranah ini yang dimanifestasikan dalam
jargon-jargon seperti ‘kedaulatan
data’, ‘nasionalisme data’, ‘strategi
digital nasional’, ‘buku putih digital’,
dll. Istilah ‘Perang Dingin Teknologi’
ini seakan-akan menjadi pintu
gerbang untuk memasukkan—secara
serampangan—seluruh istilah-istilah
perang tradisional yang pernah dan
telah terjadi di abad-abad silam ke
dalam perbincangan publik soal data.
Sayangnya, aprosiasi istilah perang
tradisional ke dalam langgam-
langgam digital ini bukanlah tanpa
masalah. Artikel ini mendiskusikan
beberapa permasalah krusial dan
implikasinya bagi kebijakan strategis
demi gagasan elusif bernama
‘kedaulatan data’.
Logika Spasial
Permasalahan pertama adalah
pengaplikasian secara ahistoris logika
geopolitik tradisional ke ranah digital.
Logika ‘geopolitik’ itu sendiri tidak
sepenuhnya universal dan lintas-
sejarah: konsepsi ruang/‘geo’-nya
adalah selalu berkesesuaian dengan
pemahaman dominan mengenai
‘ruang’ di masanya. Politik keruangan
DESEMBER 2020
geopolitik, dengan demikian akan
selalu menyesuaikan dengan logika
POINT
spasial pada zamannya. Jika kita OF VIEW
mengingat teori-teori geopolitik
tradisional tentang penguasaan
ruang (heartland, rimland, naval
supremacy, air supremacy, dst.), maka
harus selalu kita ingat bahwa ruang
yang dimaksud adalah ruang dalam
artian geometri yang linier, datar, baku
(fixed), dan terbatas (bounded). ‘Tanah
air’ adalah sebidang tanah yang luas,
lengkap dengan kandungan alamnya;
‘kantor presiden’ adalah kompleks
bidang tanah berpagar di jalan XX,
kecamatan YY, kodepos ZZ; tembakan
rudal antar-benua akan sampai di
garis bujur BB dan lintang LL dalam
waktu J jam, M menit, dan D detik,
dengan radius ledakan AA Km. Logika
spasial yang absolut seperti ini kerap
disebut ruang Euclidian—dari nama
matematikawan Yunani abad ke-4 SM,
Euclid dari Aleksandria, sang Bapak
Geometri.
Lalu bagaimana dengan logika spasial
di ranah digital? Jika logika spasial
tradisional sifatnya absolut, maka
ruang digital sifatnya relatif; jika Panglima TNI meresmikan Tim
Siber TNI (2019)
logika tradisional adalah Euclidian, Courtesy:
maka digital non-Euclidian. Artinya, Jpnn.com
pertama, ruang digital tidak (secara
kaku) terpatok pada sebidang tanah
yang berada pada alamat dan
kodepos di yurisdiksi kedaulatan
tertentu. Google, sebagai ruang
interaksi sosial digital, misalnya, tidak
terpaku di gedung kantornya di AS;
mereka ada sejauh pusat datanya
tetap utuh, sekalipun diletakkan di
dasar samudera (Pusat Data Hamina
Google di Finlandia, misalnya). Kedua,
daya jangkau “yurisdiksi” digital tidak
terpaku pada klaim yurisdiksi di ruang
89
 POINT
OF VIEW
absolut seperti kedaulatan nasional
atau pagar rumah kita; sejauh ada
gawai yang terkoneksi ke pusat data
melalui transmisi internet, maka
sejauh itulah yurisdiksi digital dapat
menjelajah. Donald Trump boleh saja
menguasai teritori Euclidian bernama
Amerika Serikat, namun akun Twitter
@realDonaldTrump tetap berada pada
yurisdiksi perusahaan Twitter.
Tentu saja, Trump bisa menakut-
nakuti Twitter yang menyensor
cuitannya; namun apabila Twitter
mampu memindahkan servernya,
maka gertakan Trump bukanlah hal
untuk terlalu dikhawatirkan. Tentu saja,
Tiongkok bisa mengusir Google, tapi ini
tidak menghentikan warga Tiongkok
mencari cara mengakses Google dari
dalam yurisdiksi Tiongkok sendiri
(melalui Virtual Private Network, VPN,
misalnya). Ini semua menunjukkan
bahwa kedua logika spasial memiliki
otonomi relatif antara satu dengan
lainnya. Kegagapan penguasa ruang
tradisional dalam memahami logika
spasial non-euclidian dari ruang digital
inilah yang sering dimanfaatkan
para penguasa ruang digital, atau
setidaknya dijadikan bahan lawakan—
seperti Menkominfo yang dijadikan
banyolan sejagad raya oleh situs
90
Wakil komandan satsiber TNI
tinjau pelatihan keamanan
Courtesy:
tni.mil.id
Pornhub saat Desember lalu secara
resmi melayangkan keberatannya
sekaligus permintaannya untuk
memblokir akses dari pengguna dari
Indonesia. (Pornhub membuat akun
resmi Kemkominfo di situsnya).
Kedaulatan Data
Lalu bagaimana dengan ambisi
banyak negara akan ‘kedaulatan data’?
Mungkinkah itu tercapai? Jawabannya
mudah: mungkin-mungkin saja,
asalkan logika spasial non-euclidean
ini benar-benar dipahami dan
diresapi dalam pencanangan strategi
nasional digital. Setidaknya ada dua
hal yang menurut saya urjen untuk
kita diskusikan dalam konteks desain
strategi nasional untuk kedaulatan
data, yaitu terkait teritori. Pertama,
dari bentuknya, teritori di ranah digital
adalah hasil pertemuan antara lalu-
lintas data di dalam sebuah blok-blok
server antara pengguna dan penyedia
layanan virtual (online shop, mikroblog,
dst.) yang saling terkoneksi satu sama
lain lewat internet. Dengan kata
lain, teritori di ranah digital tercipta
karena infrastruktur digital, yang
mencakup internet dan pemancar-
pemancarnya, server pusat data, gawai
pengguna, dan piranti lunak (aplikasi,
platform, dst.). Dari sudut pandang
DESEMBER 2020
 POINT
OF VIEW
Ilustrasi Cyber Army infrastruktural, kadar kedaulatan data
Courtesy:
amat ditentukan dari sejauh mana
Beritasatu.com
sebuah entitas memiliki teknologi
untuk menciptakan, mengakses,
memonitor, dan mengendalikan
infrastruktur ini berikut lalu-lintas
transaksi data di dalamnya.
Kedua, konsepsi teritori dalam kamus
geopolitik tradisional harus diubah,
khususnya diubah dari gagasan
bahwa ia adalah ruang yang semata-
mata dikuasai secara politik oleh
penguasa berdaulat. Carl Schmitt
(penasihat kaisar Jerman abad 20)
dan Paul Virilio (urbanis dan penasihat
pertahanan Prancis tahun 70-an)
sudah lama mengkritik konsepsi ini.
Teritori bukan sekedar—bahkan, sama
sekali bukan persoalan kepemilikian
(ownership), melainkan soal patroli
menurut Virilio. Percuma kita memiliki
sebidang tanah dan tidak pernah
berada di sana; bagi Virilio, tanah itu
lebih cocok dilihat sebagai berada
dalam kekuasaan mereka yang
mereklamasi, membangun resor,
dan memperhatikan penduduknya
sebagaimana kasus Sipadan dan
Ligitan. Teritori juga bukan sekedar
kepemilikan apabila si pemiliknya
tidak bisa mengeksploitasi dan
memanfaatkannya secara produktif—
sementara orang lain mampu.
Bagi Schmitt, percuma saja orang
Indonesia memiliki alamat protokol
internet (IP Address) Indonesia, kalau
yang mampu menambang dan
memonetisasi data-data pribadi dan
sosial mereka bukanlah pemerintah
Indonesia, melainkan Facebook,
Instagram, Google, dan, dalam kasus
DESEMBER 2020
lawak di atas, Pornhub.
Dari dua hal di atas, harapannya,
sudah tampak jelas prasyarat apa yang
sekiranya dibutuhkan dalam rangka
menggapai ambisi ‘kedaulatan data’.
Penguasaan teritorial dalam gagasan
‘kedaulatan data’, dengan demikian,
berbicara soal inovasi teknologi dalam
“bergerak” di ruang infrastruktural
digital; ia berbicara soal kreativitas
dalam mengeruk manfaat produktif
dari sumber daya data di ruang digital.
Sehingga pertanyaan kemudian,
sejauh mana negara memiliki
perencanaan strategis nasional dalam
pengembangan teknologi inovasi, dan
sedalam apa negara mau merogoh
kocek investasinya untuk hal-hal yang
tampak remeh bagi pejabat, jenderal,
dan teknokrat tradisional seperti HAKI,
Modal Manusia, ide kreatif model
bisnis digital, literasi digital, akses luas
masyarakat akan internet, dan lainnya
“yang online-online itu.”
Namun demikian, ada tantangan sulit:
kepungan wacana data dan asosiasinya
dengan ide ‘kemajuan’ telah membuat
istilah-istilah seputar “teknologi 4.0”
ini menjadi amat sangat dangkal dan
rentan jargonisme populis semata.
Seolah-olah dengan banyak bicara
data, lantas kita memiliki kesadaran
data yang tinggi. Bukan hanya banal,
hal ini amat kontraproduktif dengan
pengembangan sistem pertahanan
keamanan siber negara dan
masyarakat. ***
91
 REGULATION
ISSUE

Place Your Ad Here

for more information, go to page #3

92 DESEMBER 2020

WEBINAR
TNI TERORISME
Salah satu isu pertahanan-
keamanan penting, yang sedang
digodok aturan hukumnya,
adalah gagasan pelibatan TNI
dalam mengatasi terorisme.
Pemerintah Jokowi bermaksud
mengeluarkan Peraturan
Presiden atau Perpres tentang
Tugas TNI dalam Mengatasi
Aksi Terorisme. Menteri Hukum
dan HAM Yasonna H. Laoly
telah menyerahkan Rancangan
Perpres tentang Tugas TNI
dalam Mengatasi Aksi Terorisme
kepada DPR RI pada 4 Mei 2020.
Langkah pemerintah itu untuk
meminta persetujuan DPR RI, terkait
dengan akan dikeluarkannya Perpres
tersebut. Untuk merespon hal itu,
pimpinan DPR mulai November 2020
akan menggelar rapat gabungan
dengan Komisi I dan Komisi III DPR,
guna membahas rancangan Perpres
itu.
DESEMBER 2020
REGULATION
ISSUE
Denjaka AL
Courtesy:
4.bp.blogspot
Sementara itu, unsur-unsur civil
society juga tidak mau ketinggalan
membahas gagasan penting tersebut.
Salah satunya adalah Marapi Advisory
& Consulting, yang mengadakan
serangkaian webinar tentang topik
tersebut, bekerja sama dengan
sejumlah akademisi dari beberapa
perguruan tinggi. Berikut ini beberapa
pemikiran yang muncul dari diskusi-
diskusi di seminar tersebut.
Pertama-tama, harus diakui bahwa
terdapat kompleksitas aturan, soal
perbantuan TNI dalam kontraterorisme.
Hal ini dikarenakan UU No.34/2004
tentang TNI menganut asas hukum
humaniter, sedangkan UU No.5/2018
tentang tindak pidana terorisme
menganut asas hukum pidana.
Analis strategi dan keamanan
Universitas Andalas, Zulkifli Harza,
PhD, menjelaskan, pendekatan
kontraterorisme pada umumnya
menganut asas penegakan hukum,
termasuk di negara-negara lain di luar
Indonesia. Meski demikian, perbantuan
93
 REGULATION
ISSUE
Paskhas AU
militer tetap diperlukan dalam situasi
Courtesy: di mana penegakan hukum tidak bisa
paskhas.mil.id efektif. Namun, perbantuan tersebut
harus dilakukan melalui kerangka
aturan yang jelas, sehingga tidak
terjadi tumpang tindih peran.
Zulkifli memaparkan, pelibatan militer
dalam kontraterorisme di Indonesia
rawan potensi pelanggaran HAM.
Meskipun pelibatan itu diperlukan,
karena keterbatasan kemampuan
kepolisian dalam situasi tertentu,
seperti di daerah Poso, Sulawesi
Tengah. Zulkifli menekankan,
diperlukan mekanisme pelibatan dan
koordinasi yang baik untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Tidak Otomatis
Menurut Gubernur Lemhannas
(Lembaga Ketahanan Nasional) Letjen
TNI (Purn) Agus Widjojo, ketentuan
konstitusional pengerahan TNI
adalah harus berdasarkan perintah
Presiden sesuai peraturan perundang-
undangan. Yakni, hanya berdasarkan
perintah Presiden --melalui pernyataan
94
publik yang terbuka untuk kontrol
publik dan DPR-- dan tidak ada yang
dilaksanakan secara otomatis.
Panglima TNI hanya dapat menentukan,
bagaimana cara melaksanakan tugas.
Panglima TNI sama sekali tidak bisa
membuat keputusan politik, tentang
apa yang harus diperbuat TNI sebagai
awal penugasan.
Agus menambahkan, masih banyak
kalangan terbelenggu dalam tatanan
Dwifungsi ABRI dan berharap akan
pelibatan TNI dalam kontraterorisme,
tanpa memahami dasar-dasar
peraturan perundang-undangan.
Ditambah dengan masih adanya
kalangan TNI, yang menganggap
doktrin TNI unik dengan perannya
sebagai penjaga bangsa, sehingga
tatanan Dwifungsi ABRI masih
dianggap berlaku.
Ini disebabkan juga kontrol demokratik
dari otoritas sipil yang masih lemah,
untuk menegakkan tatanan dari
kemampuan berdasarkan kaidah
demokrasi. Agus menyatakan, upaya
DESEMBER 2020
kontraterorisme menggunakan
REGULATION
kerangka penegakan hukum (criminal
ISSUE
justice system) sudah berjalan cukup
efektif. Sehingga jika terorisme terjadi
di dalam negeri, ini akan menjadi
tanggung jawab fungsi penegakan
hukum, seperti Polri. Bisa juga dengan
perbantuan TNI, jika diperlukan
berdasarkan keputusan politik atau
sebagai akibat pernyataan keadaan
darurat.

Sedangkan jika terorisme terjadi di luar

jurisdiksi sistem hukum nasional, maka
ini menjadi tugas dan kewenangan TNI.
Agus menyatakan, penerbitan Perpres
untuk TNI dalam peran menangani
terorisme akan rawan tumpang tindih
peran dengan berbagai lembaga
lain, seperti BNPT (Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme), Polri,
Densus 88, dan lainnya.

Agus pun menyarankan agar

rancangan Perpres disempurnakan
terlebih dahulu. Agus mengemukakan
mendesaknya kebutuhan menerbitkan
UU perbantuan TNI kepada otoritas
sipil di masa damai, yang dapat
mewadahi peran perbantuan TNI
kepada pemerintah sipil.
UU yang Berbenturan
Mantan Kepala BAIS (Badan Intelijen
Strategis) TNI, Laksda TNI (Purn)
Soleman B Ponto, menyatakan,
pro-kontra pelibatan TNI dalam
kontraterorisme tidak akan dapat
dituntaskan melalui sebuah Perpres.
Ponto menyebutkan, dalam UU
No.34/2004 tentang TNI yang bersifat
hukum humaniter, sudah ditegaskan
bahwa kontraterorisme adalah salah
satu tugas pokok TNI.
Namun, dengan persyaratan bahwa
penggunaan kekuatan TNI dilakukan
jika: (1) Teroris sudah menguasai sebuah
wilayah secara efektif; (2) Teroris dapat
melancarkan serangan sewaktu-
waktu; (3) Kelompok teroris memiliki
hierarki kepemimpinan yang jelas;
dan (4) Hierarki kepemimpinan teroris
memiliki kontrol efektif terhadap
anggotanya.
Menurut Ponto, jika salah satu unsur
DESEMBER 2020
di atas tidak terpenuhi, maka aparat TNI --- Latihan Anti Teror
thermal weapon sight
penegak hukum seperti polisi yang Courtesy:
bergerak, berdasarkan UU No.5/2018 lancerdefense.files.wordpress.
com
yang bersifat hukum pidana.
Permasalahannya terjadi, ketika Pasal
43 UU No.5/2018 menyebutkan bahwa
pelibatan TNI dalam kontraterorisme
diatur melalui sebuah Perpres,
sehingga menempatkan operasi TNI
yang bersifat militer dalam kerangka
pidana.
Ponto mengecam pasal tersebut,
yang menurutnya malah membuat
UU No.5/2018 berbenturan dengan
UU No.34/2004. UU No.34/2004
sudah sangat jelas mewajibkan, setiap
operasi militer selain perang, termasuk
operasi militer kontraterorisme, hanya
dapat dilaksanakan dengan keputusan
politik berupa otorisasi dari Presiden
dengan persetujuan DPR.
Otorisasi tersebut bersifat spesifik
dan insidental, sehingga setiap
operasi berbeda harus mendapatkan
otorisasi tersendiri dengan batasan
waktu yang jelas. Sebaliknya, menurut
Ponto, Perpres pelibatan TNI dalam
kontraterorisme --yang merupakan
turunan UU No.5/2018-- akan
95
 kontraterorisme sebagai perbantuan,
REGULATION
jika upaya-upaya penegakan hukum
ISSUE
sudah tidak berdaya lagi menghadapi
ancaman terorisme.

Peran itu sesuai dengan amanat UU

No.5/2018 dan UU No.34/2004 yang
menegaskan, perbantuan TNI dalam
kontra terorisme haruslah melalui
sebuah keputusan politik berbentuk
perintah Presiden dengan persetujuan
DPR. Ansyaad mengingatkan, prinsip
tersebut sudah menjadi bagian dari
prinsip berdemokrasi dan supremasi
sipil, sehingga harus ditaati.

Menurut Ansyaad, salah satu tujuan

aksi terorisme adalah memancing
respon yang keras dari negara,
sehingga dapat dijadikan pembenaran
tujuan aksi terorisme itu sendiri.
Ansyaad mengibaratkan terorisme
SATGULTOR memberikan payung hukum untuk TNI
Courtesy:
sebagai seekor kucing, yang dapat
terlibat kontraterorisme, tanpa harus
i0.wp.com berubah menjadi harimau jika respon
mendapatkan otorisasi khusus untuk
negara terlalu berlebihan melalui aksi
setiap operasi yang dilaksanakan, dan
militer.
tanpa batasan waktu yang jelas.
Penangkalan dan Pemulihan
Ponto menyimpulkan, untuk
mengatur TNI cukup dengan UU Guru Besar Fakultas Hukum Universitas
No.34/2004, karena jika diatur dalam Udayana, Prof Dr I Ketut Rai Setiabudhi
UU No.5/2018 malah akan bermasalah. menyatakan, TNI sangat diperlukan
Hal ini disebabkan rezim hukum yang dalam penanganan terorisme. Namun,
berbeda antara hukum humaniter dan ia memberikan beberapa catatan
hukum pidana. Ponto mengusulkan, mengenai rancangan Peraturan
agar dilakukan revisi terhadap UU Presiden tentang pelibatan TNI dalam
No.5/2018, terutama pada pasal 43. kontraterorisme.
Penyebabnya Multifaktor Pertama, tugas penangkalan TNI
dalam kontraterorisme harus
Sementara itu, mantan Kepala
diperjelas, apa saja yang termasuk
BNPT, Irjen (Purn) Drs Ansyaad Mbai,
dalam penangkalan, sehingga tidak
menyatakan, penyebab terorisme itu
rancu. Kedua, tugas pemulihan TNI
multifaktor. Sehingga dibutuhkan
dalam kontraterorisme juga harus
sebuah whole of government
diperjelas sampai di mana dan sejauh
approach untuk dapat mengatasinya,
apa. Ketiga, tugas penindakan TNI
di mana tiap instansi dan lembaga
dalam kontraterorisme juga harus
pemerintahan memiliki peran dan
diperjelas apa saja dan sampai sejauh
tugasnya masing-masing, sesuai tugas
apa. Keempat, perlu ada definisi yang
pokok dan fungsinya.
lebih jelas mengenai obyek vital dan
Ansyaad juga menegaskan, strategis negara.
pendekatan terbaik dalam
Prof Rai menambahkan, ketentuan
penanganan terorisme adalah
di dalam rancangan Perpres, yang
pendekatan melalui sistem peradilan
menyebutkan bahwa hasil operasi
kriminal, sehingga kepolisian menjadi
penindakan TNI dalam kontraterorisme
ujung tombak kontraterorisme.
harus segera diserahkan kepada
TNI memiliki peran penting dalam
kepolisian, sudah tepat dan sesuai

96 DESEMBER 2020
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

DESEMBER 2020 97
 dengan UU No.5/2018. menegaskan, pelaksanaan operasi
militer selain perang harus
Catatan lain diberikan oleh peneliti berdasarkan kebijakan dan keputusan
HAM dan sektor keamanan dari Setara politik negara, yang berupa keputusan
Institute for Democracy and Peace, Presiden dengan persetujuan DPR.
Ikhsan Yosarie, SIP. Ikhsan menegaskan,
fungsi penangkalan seperti yang Rancangan Perpres ini juga tidak
tertera pada pasal 2 rancangan Perpres menyebutkan mengenai eskalasi
pelibatan TNI dalam kontraterorisme ancaman, sehingga menjadi tidak
tidaklah dikenal. Hal ini karena pasal jelas kapan tepatnya perbantuan TNI
43 UU No.5/2018 menggunakan istilah diperlukan. Ikhsan juga menyoroti
“pencegahan,” yang merupakan pasal 14 dari rancangan Perpres, yang
bagian dari tugas BNPT. menyebutkan sumber anggaran
perbantuan TNI dapat berasal dari
Fungsi pencegahan dan pemulihan sumber-sumber di luar APBN. Ini,
sebaiknya dikerjakan oleh badan- kata Ikhsan, jelas-jelas bertentangan
badan lain, yang memang memiliki dengan pasal 66 dan 67 UU No.34/2004,
kompetensi. Seperti: BNPT, yang menegaskan, pendanaan TNI
Kementerian Agama, Kementerian hanya dapat berasal dari APBN.
Pendidikan, dan lembaga-lembaga
lainnya. Keputusan Politik

Menurut Ikhsan, rancangan Perpres Sedangkan sosiolog Universitas

ini juga menghilangkan kontrol
DPR atas pengerahan TNI dalam
kontraterorisme. Hal ini karena
menyebutkan, pengerahan kekuatan
TNI hanya didasari oleh instruksi
SATGULTOR
Courtesy: Panglima TNI berdasarkan perintah
i0.wp.com presiden. Padahal UU No.34/2004
Udayana Wahyu Budi Nugroho, MA,
menegaskan, pelibatan TNI dalam
kontraterorisme haruslah dengan
batasan yang jelas, karena berpotensi
mengurangi efektivitas TNI dalam
menjaga pertahanan nasional, dan
menyebabkan ketegangan hubungan

98 DESEMBER 2020
sipil-militer.

Wahyu menambahkan, pendekatan

kontra terorisme yang terbaik dalam
masyarakat yang sedang mengalami
demokratisasi adalah pendekatan
tindak pidana. Sehingga, peran TNI
adalah sebagai perbantuan kepada
kepolisian sebagai institusi penegakan
hukum. Wahyu memberikan beberapa
catatan mengenai rancangan Perpres
pelibatan TNI dalam kontraterorisme:

Pertama, pelibatan TNI dalam

kontraterorisme haruslah didasari
sebuah keputusan politik. Kedua,
pelibatan TNI dalam kontraterorisme
haruslah sebagai pilihan terakhir, jika
upaya penegakan hukum sudah tidak
berdaya, atau jika ada keterbatasan
kapabilitas penegakan hukum untuk
menjalankan operasi kontra terorisme
tertentu. Ketiga, pelibatan TNI dalam
kontraterorisme haruslah bersifat
sementara, dan dengan batas waktu
yang jelas. Keempat, pelibatan TNI
dalam kontra terorisme haruslah
tunduk pada hukum dan hak asasi
manusia. Kelima, pendanaan untuk
pelibatan TNI dalam kontraterorisme
hanya bisa berasal dari APBN.
Wahyu mengingatkan, agar jangan
kesuksesan pelibatan TNI dalam kontra
terorisme dalam satu atau dua kasus
membuat negara mengubah pendeka
pendekatan militer.
Pandangan ini dibenarkan oleh Ketua
Departemen Hubungan Internasional
FISIP Universitas Padjajaran, Dr Yusa
Djuyandi, SIP, MSI, dan didukung pula
oleh peneliti Marapi Beni Sukadis, MSos.
Yusa menegaskan, memang pelibatan
TNI dalam kontraterorisme diperlukan,
namun harus ada mekanisme kontrol
demokratis yang efektif terhadap
pelibatan itu. Yakni, melalui keputusan
politik Presiden yang melibatkan DPR,
serta peran aktif masyarakat sipil.
Kontrol demokrasi diperlukan agar
kebijakan kontraterorisme yang
diambil pemerintah tidak bersifat politis
dan emosional, sehingga terhindar
dari penyalahgunaan kekuasaan.
Yusa menambahkan, pelibatan
militer dalam kontraterorisme dapat
dilakukan, jika aksi terorisme sudah TNI SATGULTOR
Gabungan Simulasi Terorisme
bukan lagi bersifat pidana, namun Courtesy:
sudah mengancam kedaulatan i0.wp.com
Negara. Atau, jika aktivitas terorisme
bukan lagi bersifat domestik, namun
sudah berskala global.
Sedangkan Beni Sukadis menyatakan,
dalam supremasi sipil ada pemisahan
yang jelas antara otoritas politik dan
otoritas pelaksana, di mana militer
harus tunduk pada supremasi sipil.
Pejabat sipil terpilih adalah pengemban
tanggung jawab membuat kebijakan
dan keputusan mengenai keamanan.
Amanat UU No.34/2004 menegaskan,
TNI menjalankan tugasnya
sesuai kebijakan dan keputusan
politik Negara. Sehingga dalam
melaksanakan operasi militer selain
perang (OMSP), keterlibatan TNI
merupakan perbantuan dan bukan
tugas pokok. Hukum yang berlaku
juga menegaskan bahwa penanganan
terorisme menggunakan pendekatan
pidana dan bukan perang.
Beni menambahkan, fungsi
penangkalan TNI dalam keterlibatannya
dalam kontraterorisme adalah rancu.
Ini berpotensi bertabrakan dengan
upaya penegakan hukum oleh
institusi-institusi penegakan hukum
sipil yang telah ada. ***
Satrio Arismunandar

DESEMBER 2020 99
 Place Your Ad Here
for more information, go to page #3

100 DESEMBER 2020

 PT. ENGAGE MEDIA GLOBAL - E ARMORY REBORN
DESEMBER 2020 101