Anda di halaman 1dari 52

40 Alasan

Kenapa Ilmu
Agama Lebih
Baik daripada
Harta
(Faedah dari Miftaah Daar As-Sa’aadah karya
Imam Ibnul Qayyim)

Muhammad Abduh Tuasikal


© HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
40 Alasan Kenapa Ilmu Agama
Lebih Baik daripada Harta
(Faedah dari Miftaah Daar As-Sa’aadah
karya Imam Ibnul Qayyim)

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal

Editor Indra Ristianto

Desain dan Layout Rijali Cahyo Wicaksono

Cetakan Kedua Rabiul Akhir 1445 H/November 2023

ISBN

Diterbitkan oleh : Penerbit Rumaysho

Pesantren Darush Sholihin,


Dusun Warak RT.08 / Informasi:
RW.02, Desa Girisekar, 085200171222
Kecamatan Panggang,
Kabupaten Gunungkidul, Website:
Daerah Istimewa Rumaysho.Com
Yogyakarta, 55872 Ruwaifi.com
Mukadimah

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada


Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Ini adalah buku saku yang berisi 40 alasan
yang dikemukakan oleh Imam Ibnul Qayyim
rahimahullah bahwa ilmu itu lebih baik daripada
harta. Tujuan kita mengetahui hal ini adalah agar
kita semangat dalam mencari ilmu, memiliki sifat
qanaah, dan hidup zuhud. Bahkan dari kaidah
dari Ibnul Qayyim rahimahullah bisa disimpulkan
beberapa kaidah menarik mengenai harta.
Kami tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada segala pihak yang telah membantu dan
memberikan semangat demi terbitnya buku ini.
Terutama kepada orang tua (Usman Tuasikal dan
Zainab Talaohu), istri tercinta (Rini Rahmawati),

v
serta empat anak tersayang atas motivasinya demi
terselesaikannya buku ini di sela-sela waktu sibuk kami.
Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan
demi kesempurnaan buku ini.
Umar bin Al-Khaththab rahimahullah berkata, “Semoga
Allah merahmati orang yang telah menunjukkan aib-aib
kami di hadapan kami.”

Muhammad Abduh Tuasikal


Semoga Allah mengampuni dosanya, kedua orang
tuanya, serta istri dan anaknya.

Ahad pagi, 21 Rabiul Akhir 1444 H, 5 November 2023


Bintaro, Jakarta Selatan

vi
Daftar Isi

v Mukadimah

1 Hadits Ali Tentang Ilmu Lebih Baik


daripada Harta

Ilmu itu lebih baik daripada harta karena: ������ 3


Beberapa pelajaran dari hadits ‘Ali������������������ 4

11 40 Alasan "Ilmu Diin (Agama) Lebih Baik


Daripada Harta"

Kelebihan ilmu terhadap harta dapat diketahui


melalui beberapa sisi yang bertolak belakang
sebagai berikut.��������������������������������������������� 12

31 Referensi

vii
33 Biografi Penulis

Pendidikan formal (belajar ilmu dunia)��������� 34


Pendidikan non-formal (belajar ilmu agama)35
Karya penulis (buku cetak dan buku elektronik)��� 36
Kontak penulis���������������������������������������������� 43
Info pemesanan buku ����������������������������������� 43

viii
Hadits Ali
Tentang Ilmu
Lebih Baik
daripada
Harta

1
‫‪Kumail bin Ziyad An-Nakha'i berkata bahwa 'Ali bin‬‬
‫‪Abi Thalib mengambil tangannya lantas berkata,‬‬
‫ٌ‬
‫أوعيـــٌة؛ � خ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬
‫خف رريهـــا أوعاها؛‬ ‫القلـــوُب‬ ‫ااي مكيـــُل � ننب ازايد!‬
‫ٌ‬ ‫ْ‬
‫فعـــاٌمل ر ا �اَّب ّ��ٌّين‪،‬‬ ‫ٌ‬ ‫النـــاُس ثالثٌة؛‬ ‫ُ‬ ‫احفـــْظ ما أقـــول لك‪:‬‬
‫عٍق‬ ‫أتباُع ِّّلك انا‬‫ـــاٌع ُ‬ ‫ومتـــع � ٌٌمِّل عىل سبيل �ججناٍة‪ ،‬و �ََمَه ٌٌج ِر ع� ٌ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫يلَجئوا‬ ‫ممييلون مع ِّّلك ِر ححي؛ مل يســـتضيئوا بنور العمل ومل َ‬
‫ِ‬
‫وثيٍق؛‬‫ركٍن ٍ‬ ‫إىل ٍ‬
‫ح‬
‫العُمل حيح ِِر�س ـــك وأنت حت ِِر ُُس‬ ‫الـــعُمل خٌري� ٌ مـــن املال‪ُ :‬‬ ‫ُ‬
‫ْ‬ ‫ُ �ز�ك‬ ‫َلَ‬
‫نفـــاق‪--‬ويف روايـــة عىل‬ ‫�ي‬ ‫املا ‪ ،‬الـــعُمل زي ـــْو عىل إاإل‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ُ ُ‬
‫حاٌمك و املاُل‬ ‫ٌ‬ ‫ُ‬
‫الـــعُمل‬ ‫العمـــل‪--‬واملاُل تنُق ُُصه النفقُة‪،‬‬
‫ُ‬
‫الـــعِمل دٌني��ٌ �ي ـــدان ب�ـــا‪ ،‬العُملُ‬ ‫ِ‬ ‫حمكـــو ٌٌم عليه وحمبـــُة‬
‫ُ‬ ‫َلَ �ُ‬ ‫َةَ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬
‫كِســـب العاَملَ الطاعـــ �ييف حياته مومجيـــ اُألْحُدْو َِثَِة‬ ‫ُُي ِ‬
‫ُ ّ ُ‬ ‫ز‬ ‫زت�ز‬ ‫ُ‬
‫بعد موتـــه‪ ،‬وصنيعـــُة املال ول �زبواهل‪ ،‬مات ُخَّزاُن‬
‫ُ‬ ‫ُ ُ‬ ‫ٌ‬ ‫ألأ‬
‫الدهُر‪،‬‬ ‫بيق‬
‫�ي‬ ‫مـــا‬ ‫ون‬ ‫اباُق‬ ‫والعملاُء‬ ‫‪،‬‬ ‫أحيـــاٌء‬ ‫ومه‬ ‫موال‬ ‫ا‬
‫ٌ‬ ‫ُ‬ ‫ٌ‬ ‫�ن‬
‫وأمثاُهلم �ييف القلـــوب موجودٌة‪.‬‬ ‫أعيا�ـــم مفقـــودٌة‪،‬‬

‫‪2‬‬
Wahai Kumail bin Ziyaad! Ingatlah, hati itu ibarat
wadah. Hati yang paling baik adalah yang paling banyak
menampung (kebaikan). Ingatlah, apa yang akan aku
katakan kepadamu.
Manusia itu ada tiga (golongan): alim rabbani (ulama),
penuntut ilmu yang berada di atas jalan keselamatan,
dan orang awam yang mengikuti setiap orang yang
berteriak (seruan), mereka condong sesuai dengan arah
angin (ke manapun diarahkan) , tidak menerangi diri
dengan cahaya ilmu, dan tidak berpegangan dengan
pegangan yang kuat.

Ilmu itu lebih baik daripada harta karena:


• Ilmu itu menjagamu. Sedangkan harta itu dijaga
olehmu.
• Ilmu bertambah dengan diamalkan, sedangkan harta
berkurang setiap kali diinfakkan (dikeluarkan).
• Ilmu itu menjadi haakim (yang memberikan hukum),
sedangkan harta itu menjadi objek hukum (terkena
hukum).
• Mencintai orang yang berilmu (ulama) bagian dari
agama, cinta yang mendekatkan diri kepada Allah.

3
• Ilmu menjadikan orang yang memilikinya menjadi
seorang yang ditaati semasa hidupnya dan disebut
dengan kebaikan setelah matinya.
• Apa yang dihasilkan oleh harta akan hilang bersama
kemusnahannya.
• Orang yang menumpuk harta, (nama) mereka
mati sedang dalam keadaan hidup (jasadnya), dan
para ulama akan tetap ada selamanya; jasad mereka
musnah, tapi sifat-sifat teladan mereka hidup di
dalam hati-hati manusia.
(Diriwayatkan oleh Abu Nu›aim dalam Al-Hilyah
Al-Auliya›, 1:79-80; Al-Khathib dalam Al-Faqiih wa
Al-Mutafaqqih, 1:49; Asy-Syajari dalam Amaalihi, hlm.
66; Al-Muzani dalam Tahdzib Al-Kamaal, 24:220;
An-Nahrawaani dalam Al-Jaliis Ash-Shaalih, 3:331.
Ibnu ‹Abdil Barr dalam Jaami› Bayaan Al-›Ilmi, 2:112,
Hadits ini begitu masyhur di kalangan ahli ilmu, tanpa
lagi memperhatikan sanadnya karena sudah saking
masyhurnya).

Beberapa pelajaran dari hadits ‘Ali


Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
‫ألأ‬
‫فملا اكن القلـــب وعـــاء وا ذن مدخل ذلـــك الوعاء‬

4
‫وابا بـــه اكن حصول العمل موقوفا عىل حســـن إاإلسامتاع‬
"Kalau hati diibaratkan seperti wadah, lalu telinga
diibaratkan dengan tempat masuk dan menjadi pintu ke
wadah tersebut, maka ilmu itu dapat diraih tergantung
pada baiknya dalam istima' (mendengarkan)." (Miftaah
Daar As-Sa'adah, 1:403)
Kemuliaan manusia itu dilihat dari berfungsinya tempat
masuknya ilmu yaitu hati, pendengaran, dan penglihatan.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Keyakinan itu
ada tiga tingkatan: (1) as-sam'u (pendengaran), (2) al-
'ainu (penglihatan, mata), (3) hati." Lihat Miftah Daar
As-Sa'adah, 1:352.
Kenikmatan ahli surga didapati dengan: (1) melihat
Allah, dan (2) mendengarkan kalamullah." Lihat Miftah
Daar As-Sa'adah, 1:352.
Kebahagiaan manusia adalah dengan baiknya pendengaran,
penglihatan, dan hati.
Allah Ta'ala berfirman,
ُ �‫َوَ ْ َبَ �َ َوَ ْ ُ َ َدَ ُّلُك‬ َ‫الَّسَْمَع‬
ْ َ‫َّن‬
‫اْل َرَص اْلُفَؤا‬ ‫﴿ِإ‬
ِ
‫ُْ ُْ ا‬ ٰ
َ‫ُ َٰل� َكَ اَكاَن‬
﴾٣٦‫َعَْنُه َمَْسُئواًل‬ ‫ُأو ِِئ‬

5
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya."
(QS. Al-Isra': 36)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Kebahagiaan
manusia adalah dengan baiknya tiga hal (yaitu
pendengaran, penglihatan, dan hati). Kesengsaraan
manusia adalah karena rusaknya tiga hal tersebut."
(Miftah Daar As-Sa'adah, 1:354)

Manusia dapat dibagi menjadi tiga:


1. Al-waashil (penyampai ilmu), yaitu seorang 'aalim
robbani yang menyampaikan ilmu.
2. Ath-thaalib (penuntut ilmu), yaitu orang yang
semangat dalam mencari ilmu
3. Al-mahruum (yang terhalang dari ilmu), yaitu
orang yang hamajun ri'aa', liar penggembala, asal
ikut-ikutan.
Lihat Miftaah Daar As-Sa'adah, 1:404.
Mengenai yang pertama,

‫العامل الراياين�ي‬

6
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

‫وال يوصــف العــامل بكونــه رابا نيــا ى‬


‫حىت يكــون عــامال‬
‫بعملــه مــعملا هل‬
"Seseorang disebut berilmu yang disifati ROBBANI bila
ia mengamalkan ilmu dan mengajarkannya." (Miftaah
Daar As-Sa'adah, 1:405)
Mengenai yang kedua,

‫متعمل عىل سبيل النجاة‬


Orang yang belajar dengan menempuh jalan yang selamat.
Ada tiga sifat yang harus dimiliki,

‫خ‬
‫اخمللص �ييف تعمله‬
‫املتعمل ما ينفعه‬
‫العامل مبم ا عمله‬
1. Ikhlas ketika belajar
2. Belajar ilmu yang manfaat
3. Mengamalkan yang telah dipelajari

7
Ada hadits dari Ibnush Shalaah dan Abu Nu'aim
tentang hal ini,
‫مــن تــعمل عملا امم ى‬
‫يبــتىغ بــه وجــه هللا ال يتعملــه إال‬
‫حئح‬
‫اجلنــة‬
‫ليصيــب عرضــا مــن الدنيــا مل جي�ج ــد را ــة ج‬
"Siapa saja yang menuntut ilmu yang seharusnya untuk
meraih wajah Allah, tetapi ilmu itu dicari hanya untuk
mendapatkan tujuan duniawi semata, maka ia tidak akan
mencium bau surga." (HR. Ahmad, 2:338; Abu Daud,
no. 3664; Ibnu Majah, no. 252, dari Abu Hurairah, di
dalam sanadnya terdapat Fulaih bin Sulaiman yang
kurang bagus hafalannya, tetapi hadits ini masih memiliki
syahid atau penguat).

Dalam hadits disebutkan juga,

‫أشــد النــاس عــذاابا يــوم القيامــة عــامل مل ينفعــه هللا‬


‫بعملــه‬
"Orang yang paling berat siksanya pada hari kiamat
adalah seorang alim yang tidak dijadikan diberi manfaat
oleh Allah dengan ilmunya." (Hadits ini dhaif jiddan)
Mengenai yang ketiga:

‫احملروم املعرض‬
8
Yang terhalang dari ilmu dan berpaling dari ilmu.
Ia bukan termasuk 'aalim, bukan termasuk muta'allim
(yang mau belajar). Ia termasuk golongan yang bodoh.
Manusia jenis ini disifati:
1. Seperti lalat liar yang sering hinggap pada domba.
Artinya, ia tak punya jalan hidup yang jelas.
2. Ia asal ikut suara burung itu berasal atau asal ikut
penggembala membawanya atau asal ikut ke mana
arah angin bertiup. Artinya, hidupnya hanya ikut-
ikutan.

Dalam ayat Al-Qur'an disebutkan,


‫ْ ُ �َ اَلا‬ َ‫َوََمََثَ ُ َّلّ َكََفَ �ََث‬
ُ ‫َْيَْس‬
‫ـَمَُع‬ ‫﴿ ـُل ا ِـِذَني��َ ُـُروا َمَك ِـِل ا َِّلِّذي َيَْن ِِعُق �َمِبا‬
َ‫� ّ ُ � ٌ ٌ �� ُ ْ اَلا ْ ُ َن‬ َ‫َد‬ ً‫ًء‬ َ‫َع‬ ُ ‫ا‬
﴾١٧١ ‫ٌيْمُع ُهَفـْم َيَْع ِِقُلو‬ ��� ‫ًءًۚ ٌّمُص ُبٌمْك‬
ۚ ‫ِِإاَّل ُد ـا َِوَِنـ ا‬
"Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-
orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil
binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan
seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab
itu) mereka tidak mengerti." (QS. Al-Baqarah: 171)
ّ ‫أتباُع ِّّلك انا‬
ُ ‫و �ََمَه ٌٌج ِرَعَ ٌاٌع‬
‫عٍق ممييلون مع ِّلك ِِر ححي‬
ٍ ِ

9
"dan orang awam yang mengikuti setiap orang yang
berteriak (seruan), mereka condong sesuai dengan arah
angin (kemanapun diarahkan),

‫وثيٍق؛‬ َ
ٍ ‫ركٍن‬
ٍ ‫مل يستضيئوا بنور العمل ومل يلَجئوا إىل‬
tidak menerangi diri dengan cahaya ilmu, dan tidak
berpegangan dengan pegangan yang kuat.”
Maksud yang disifati oleh Amirul Mukminin 'Ali bin
Abi Thalib adalah:
• mereka tidak punya ilmu
• hati mereka gelap
• mereka tidak memiliki cahaya untuk membedakan
yang benar dan yang keliru, semua di mata mereka
itu sama.

10
40 Alasan
"Ilmu Diin
(Agama)
Lebih Baik
Daripada
Harta"

11
Kelebihan ilmu terhadap harta dapat diketahui
melalui beberapa sisi yang bertolak belakang
sebagai berikut.
1. Ilmu adalah warisan para nabi, sementara harta
adalah warisan para raja dan orang kaya.

2. Ilmu akan menjaga pemiliknya. Sedangkan, harta


itu harus dijaga oleh pemiliknya.

3. Ilmu kian bertambah dengan diamalkan dan


dibagikan, sedangkan harta berkurang setiap kali
diinfakkan (dikeluarkan).

Adapun pengertian:
ُ ُ
‫العُمل زي�زُك ْْو عىل إاإلنفاق‬
Ilmu bertambah dengan diamalkan, sedangkan
harta berkurang setiap kali diinfakkan (dikeluarkan).
Zakaaul 'llmi ada dua jalan:
1. Mengajarkannya
2. Mengamalkannya

12
Mengamalkan ilmu itu dengan membuat ilmu
tumbuh dan bertambah. Mengamalkan ilmu itu
membuka pintunya. Karena mengajarkan dan
mengamalkan ilmu adalah tijaaroh (perdagangan)
di dalamnya. Harta itu bisa berkembang dengan
DAGANG, maka demikian pula ilmu.

4. Pemilik harta ketika meninggal dunia, harta


meninggalkannya. Sementara, ilmu akan ikut ke
dalam kubur bersama pemiliknya.

5. Ilmu itu menjadi haakim (yang menetapkan hukum),


sedangkan harta itu menjadi objek hukum (terkena
hukum).

6. Harta bisa dimiliki oleh setiap orang, yaitu orang


mukmin maupun kafir, orang yang taat maupun
durhaka. Sedangkan, ilmu yang bermanfaat hanya
dimiliki oleh orang beriman.

7. Ilmu itu dibutuhkan oleh para raja dan orang-orang


di bawahnya. Adapun harta itu dibutuhkan dan
dicari oleh orang fakir miskin.

13
8. Hati itu jadi mulia, tenang, bersih dengan adanya
ilmu. Sehingga memiliki ilmu dianggap sebagai
kesempurnaan dan kemuliaan jiwa. Sedangkan
harta jika bertambah tidak menjadikan kita mulia,
malah muncul sifat-sifat jelek seperti rakus dan
kikir. Maka bertambah ilmu membuat kita
bertambah derajat di sisi Allah, diri semakin
mulia, beda halnya dengan bertambahnya harta.

9. Harta bisa mengantarkan pada sifat semena-mena,


bangga diri, dan sombong. Sedangkan, ilmu
mengantarkan pada sifat tawadhu' dan
menghambakan diri kepada Allah
('ubudiyah). Maka, harta mengantarkan pada
sifat para raja (muluuk) dan ilmu mengantarkan
pda sifat para hamba ('abiid).

10. Ilmu itu mengantarkan kepada kebahagiaan yang


menjadi tujuan penciptaan yaitu menghambakan
diri kepada Allah. Hal ini berbeda dengan harta
yang malah menghalangi ke tujuan tersebut.

11. Orang yang kaya ilmu lebih mulia daripada orang


yang kaya harta. Kaya harta itu keluar dari hakikat
manusia. Seandainya harta itu dipakai dalam

14
semalam, seorang akan menjadi miskin saat itu juga.
Hal ini berbeda dengan kaya ilmu, ia tak pernah
takut jatuh miskin. Bahkan, ilmu kian hari, kian
bertambah. Kaya ilmu itulah sejatinya kaya yang
paling tinggi.

12. Cinta harta menjadikan seseorang budak


harta. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
"Celakalah budak dinar, celakalah budak dirham."
Sedangkan, cinta ilmu menjadikan seseorang
menjadi hamba Allah sejati. Ilmu yang benar
tidak akan mengajak seseorang untuk beribadah
kepada selain Allah.

13. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

ُ ‫اَعٍَة‬
َ‫َوَُحَّب‬ َ ِ�‫ِمْل� َوَ ُ ْ ُ ِّلُك‬ َ‫َّب‬ ُ َ‫َأََّن‬
ٍ ‫َط‬ ‫ـــُل‬‫َأَْص‬ ‫ََلََبَُه‬
‫َط‬ ‫الـــِع‬
ِ ِ ‫ـــ‬ ‫ُح‬
ِ�‫ُ �ي َوَ َ َوَ ُ ْ ُ ِّلُك‬
ٍ ‫َأَْصـــُل َسَ ِّي‬
‫َِئٍَة‬ ‫الُّدن ـــا اَمل ِاِل َطََلََبَُه‬
“Cinta ilmu dan mencari ilmu adalah asal pokok
dari segala ketaatan. Sedangkan, cinta harta dan
mencari harta adalah asal pokok segala kejelekan.”
(Miftaah Daar As-Sa'adah, 1:414)

15
14. Orang disebut kaya dengan adanya harta. Sedangkan
orang disebut 'aalim dengan ilmunya. Jika harta
hilang pada orang kaya, hilanglah jati diri orang
kaya, tak dipandang kaya lagi. Namun, seorang
alim selalu dipandang dengan ilmunya, bahkan
ilmu kian bertambah dan berlipat ganda ketika
dibagikan.

15. Esensi (jauhar) dari harta sama dengan esensi


(jauhar) dari badan. Sedangkan, esensi ilmu sama
dengan esensi ruh. Yunus bin Habib berkata: Ilmumu
itu dari ruhmu, sedangkan hartamu dari badanmu.
Perbedaan antara ilmu dan harta sama dengan
perbedaan ruh dan badan.

16. Seorang 'aalim ketika sebagian ilmunya ditawarkan


untuk diganti dengan dunia, ia tidak rida bila ilmu
itu tergantikan dengan harta. Sedangkan, orang
kaya yang 'aaqil (cerdas) jika ia melihat keutamaan,
kemuliaan, dan kebahagiaan orang berilmu karena
ilmu yang dimilikinya, orang kaya ini berharap
tergabung padanya antara ilmu dan kekayaan.

16
17. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

ْ‫لـــِعِمْل� َوََعَ اَّمََةَ َمَْن‬ َ‫َأََّنَ �م َأَ َ َعَ َهللاَ ٌ َقَ ٌ َّال‬
ِ ِ ‫َأََحٌَد ٌّط ِِإ ا�اِب‬ ‫ـــا َطا‬
‫َْيَْع ِِص ْْي ِِه ِِإَمَّن��َ ا َْيَْع ِِص ْْي ِِه ا�اِب ََمل ِاِل‬
"Seseorang itu bisa menaati Allah dengan benar
karena ilmu yang ia miliki. Namun sebaliknya,
maksiat itu terjadi umumnya karena harta."
(Miftaah Daar As-Sa'adah, 1:414)

18. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,


‫َأََّنَ ع َمِل�َ ْ ُ �ن َسَ ىَلى‬
ِ �‫ـــِه َوََحَ اِهِل‬
ِ ‫ِهللاِ ِِب ِِع��ل‬ ‫ال�ـــا َيَْدُعو ال ـــا ِِإ‬
ُْ ‫َوََجَ َعَ َ ْ �ع ْ ْمُه� ْ ىَلى‬
ِ �‫الُّدْنَيَ ا ��ََحِبـــاِهِل� ِ َوََمَ اِهِل‬ ‫ا�م ـــ اَمل ِاِل َيَْد ـــْو ِِإ‬
"Sesungguhnya 'aalim itu mengajak manusia kepada
Allah dengan ilmu dan perilakunya. Sedangkan,
orang yang mengumpulkan harta mengantarkan
manusia pada dunia dengan penampilan dan
hartanya." (Miftaah Daar As-Sa'adah, 1:415).

19. Orang yang kaya harta seringkali ia menyebabkan


pemiliknya celaka, sebab harta memang sangat
disukai jiwa. Sehingga ketika jiwa seseorang melihat

17
orang lain menguasai apa yang dicintai itu, ia pun
akan berusaha membinasakan orang tadi, seperti
yang nyata-nyata terjadi. Berbeda dengan kaya
ilmu, yang menyebabkan kehidupan sejati bagi
pemiliknya juga bagi kehidupan orang lain. Saat
seseorang melihat orang yang menguasai ilmu dan
senantiasa mencari ilmu, mereka akan mencintai,
melayani, dan memuliakannya.

20. Kenikmatan yang dihasilkan oleh harta kemungkinan


hanyalah kenikmatan yang bersifat semu (laddzah
wahmiyyah) atau kenikmatan ala binatang (laddzah
bahimiyyah). Si pemilik harta ketika merasa
nikmat saat mengumpulkan dan meraih harta,
hakikatnya itu hanyalah kenikmatan semu (laddzah
wahmiyyah). Sedangkan, apabila pemilik harta
merasa nikmat ketika menggunakan harta demi
memenuhi syahwatnya, ini namanya kenikmatan
ala binatang laddzah bahimiyyah). Tentu hal
tadi berbeda dengan ilmu. Kenikmatan ilmu
adalah kenikmatan akal dan rohani, mirip seperti
kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan
oleh para malaikat. Itulah kenapa kenikmatan
antara harta dan ilmu pada hakikatnya adalah
kenikmatan yang bertolak belakang.

18
21. Orang-orang yang berakal (cerdas) dari seluruh
umat sepakat membenci sikap tamak dalam
menumpuk harta. Mereka semua mencela dan
mencemooh sifat buruk ini. Sebaliknya, mereka
sepakat mengagungkan sikap tamak ketika
mengumpulkan dan meraih ilmu. Mereka menyukai
sikap yang terakhir ini, serta memandangnya sebagai
suatu kesempurnaan.

22. Umat manusia sepakat mengagungkan orang yang


zuhud dalam harta, tidak menumpuk-numpuk
harta, tidak meliriknya, dan tidak menjadikan
hatinya budak harta. Mereka juga sepakat mencela
orang yang merasa tidak membutuhkan ilmu
(zuhud pada ilmu), tidak mau melirik ilmu, dan
tidak gigih mencari ilmu.

23. Pemilik harta itu disanjung manakala ia rida


melepaskan dan memberi harta miliknya
(takhliyyah), sementara orang yang berilmu dipuji
saat menyandang dan memilikinya (tahliyyah).

24. Kaya harta itu disertai rasa takut serta rasa


sedih. Orang berharta itu sedih sebelum
mendapatkannya, serta takut setelah

19
mendapatkannya. Semakin banyak harta yang
didapat, semakin kuat dan besar rasa takut
pemiliknya. Ini berbeda dengan ilmu. Kaya ilmu
itu disertai oleh rasa aman, senang, dan bahagia.

25. Orang yang kaya harta suatu saat nanti pasti


ditinggal oleh hartanya. Dia akan tersiksa dan sakit
oleh sebab perpisahan ini. Sementara orang kaya
ilmu, ilmu tidak pernah meninggalkannya, juga ia
tidak akan tersiksa atau tersakiti. Dengan demikian,
kenikmatan harta ialah kenikmatan semu yang
pasti berakhir hingga berujung kepada kepedihan,
sementara kenikmatan ilmu adalah kenikmatan
kekal abadi yang tidak disertai kepedihan.

26. Kenikmatan dan kesempurnaan jiwa dengan


harta adalah kesempurnaan pinjaman yang harus
dikembalikan. Oleh sebab itulah, manakala jiwa
berhias diri dengan harta berarti ia telah mengenakan
pakaian pinjaman yang harus dikembalikan kepada
pemilik aslinya. Sementara keindahan serta
kesempurnaan jiwa dengan ilmu, ia adalah
keindahan permanen (bukan pinjaman) yang
tidak akan terlepas dari jiwa.

20
27. Kaya harta adalah inti kemiskinan jiwa. Sedangkan,
kaya ilmu adalah inti kekayaan jiwa, karena ilmu
adalah kekayaan hakiki bagi jiwa.

28. Orang yang diprioritaskan serta dimuliakan


karena hartanya, ia tidak lagi diutamakan dan
dimuliakan tatkala hartanya lenyap. Sedangkan,
orang yang diprioritaskan dan dimuliakan
karena ilmu, ilmu itu justru semakin membuatnya
diutamakan dan dimuliakan.

29. Mengutamakan orang karena harta yang dimilikinya


adalah inti celaan baginya, lantaran prioritas ini
berarti memanggil dengan menyebut aibnya. Sebab
andai bukan karena harta, maka ia pantas
diakhirkan dan diperlakukan secara hina. Hal
ini berbeda ketika seseorang diutamakan dan
dimuliakan karena ilmu. Itulah inti kesempurnaan
baginya, karena ia diutamakan oleh sebab sifat
pribadinya, bukan karena faktor di luar dirinya.

30. Orang yang mencari kesempurnaan lewat kekayaan


harta laksana orang yang menyatukan dua hal yang
bertolak belakang. Intinya, ia mencari sesuatu yang
tidak bisa diperoleh. Berbeda dengan orang kaya

21
ilmu, ia tidak mengalami sedikit pun dari keburukan
itu. Bahkan sebaliknya, semakin membagikan
ilmu, maka ia pun merasa semakin senang dan
berbahagia. Orang berilmu ini tidak merasakan
kenikmatan orang-orang kaya dalam hal harta
benda, sebagaimana orang kaya tidak merasakan
kenikmatan orang berilmu dalam hal pengetahuan
dan kebahagiaan jiwa.

Orang berilmu punya faktor-faktor kenikmatan


yang lebih besar, lebih kuat, serta lebih langgeng
daripada kenikmatan orang kaya. Keletihan dalam
mendapatkan, mengumpulkan, dan menjaga
ilmu tidak seberapa jika dibandingkan dengan
keletihan orang kaya dalam mengumpulkan
harta. Sebab mengumpulkan harta itu sendiri
merupakan duka cerita, di luar duka derita yang
dirasakan pencarinya.

31. Kenikmatan yang diperoleh dari harta dan


kekayaan bersifat situasional, yaitu saat harta
diperoleh. Kenikmatan ini mungkin lenyap
atau berkurang. Buktinya, watak manusia terus
mencari kekayaan lain dan tamak di sisi ini. Ia
selalu berusaha mencari tambahan sehingga merasa
selalu kurang. Andai ia memiliki seluruh harta

22
simpanan di bumi, kemiskinan dan ketamakan
tetap bersarang dalam dirinya. Ia termasuk salah
satu di antara dua orang rakus yang tidak pernah
kenyang, sebab sifat tamak serta sifat serakah
ingin menumpuk-numpuk harta tidak pernah
lepas dari hatinya. Berbeda dengan orang kaya
ilmu dan kaya iman, kenikmatan yang dirasa
seiring keberadaan keduanya sama seperti yang
dirasakan saat kenikmatan tersebut didapatkan
kembali, bahkan lebih nikmat. Pencarian dan
kegigihan orang yang berilmu dalam mencari ilmu
selalui disertai kenikmatan ilmu yang didapatkan,
kebaikan yang diharapkan, dan kebahagiaan diri
dalam proses pencariannya.

32. Orang kaya harta mengharuskan dirinya berbuat


baik kepada orang lain, hingga ia dihadapkan
pada dua kemungkinan, yaitu (1) menutup pintu
kebaikan itu atau (2) membukanya. Jika menutup
pintu berbuat baik kepada orang lain, ia dikenal
sebagai orang yang jauh dari kebaikan dan manfaat
sehingga ia dibenci, dicela, lagi dihina banyak
orang sehingga hatinya merasa pedih, duka, dan
pilu. Sedangkan, jika ia membuka pintu kebaikan
dan berbagi dengan orang lain, tetap saja ia tidak
akan mampu melakukannya kepada semua orang.

23
Ia hanya bisa berbuat baik kepada sebagian orang.
Cara seperti ini tentu saja akan membuka pintu
permusuhan serta celaan orang miskin dan orang
yang tidak dibantu. Kekurangan-kekurangan
semacam ini tidaklah menimpa orang yang kaya
ilmu. Orang yang berilmu bisa membagikan
ilmunya kepada semua orang. Ilmu yang telah
dibagikan darinya justru tetap utuh dan tidak
pernah lenyap. Bahkan, ia seperti berbisnis dengan
ilmu yang diberikannya. Seperti orang kaya yang
memberikan hartanya kepada orang fakir, lantas
harta tersebut dipakai untuk berdagang, sehingga
si fakir menjadi orang kaya seperti dirinya.

33. Mengumpulkan harta itu disertai tiga kesusahan


hidup, yaitu: (1) penyakit dan ujian sebelum punya
harta, (2) penyakit dan ujian saat mendapat harta
itu di mana sulit menjaga dan hati terkait terus pada
harta sehingga pada pagi dan sore selalu dirundung
duka dan sedih, serta (3) penyakit dan ujian saat
berpisah dengan harta, yaitu bagi seseorang yang
hatinya selalu terpaut dengan harta. Hal ini tentu
berbeda dengan orang yang kaya ilmu dan iman.
Selain terhindar dari berbagai penyakit tadi, ia
mampu menjamin semua kenikmatan, kebahagiaan,
dan kesenangan pribadi tanpa ada sakit hati. Hanya

24
saja kenikmatan demikian dapat diraih setelah
melalui keletihan, kesabaran, dan kesulitan.

34. Lengkapnya nikmat kekayaan dapat dirasakan


ketika bergaul dengan orang lain, seperti dengan
pembantunya, istri, selir, atau para pengikut. Orang
kaya jika bersendirian dengan hartanya tanpa
bergaul dengan pembantu, istri, atau orang lain,
ia tidak merasakan manfaat dari hartanya. Karena
bergaul dengan orang lain, pasti timbul sakit hati dan
berbagai gangguan. Seandainya tidak ada gangguan,
tentu amatlah baik. Namun kenyataannya, ada
maslahat dan ada mudarat ketika bergaul dengan
orang lain. Sudah pasti orang kaya itu diusik oleh
orang lain sehingga timbul kebencian, permusuhan,
dan rasa marah. Karena orang kaya itu hanya bisa
memuaskan sebagian orang. Sehingga ia pun
mendapati dua hal yang bertolak belakang, yaitu
kepuasan dan benci.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

ِ�� ‫اُب‬ ُ َ� ُ
ْ َ‫اَلََطَُة ِاِ ْْزَد‬
ُ َ‫اَدَْت َأَ�س ـــَب‬ ‫َوَ ��َ َ �ل‬
‫الِّرَّش‬ ‫ـــِت اُملَخ‬
ِ ‫َمَّلُكا َطا‬
�� َ‫َوَ ع َدَ ُ ُ ِّوِ�ي ْ �ََذَ َّسَ�ب ُ اَكاَن‬
ُ‫الُّرَّش‬ ‫ �َوََهِب ا ال ـــُب‬, ‫ال�ـــ اَوَُة َوَُق ـــْت‬
ِ �� ‫َأَْضَعَ َاَف‬
ْ ‫َرَشاِء‬ َ� � ُ َ‫َو‬ َ‫َحلَ ُ َنَ �ََق‬
‫الِّرّش‬ ِ ‫الـــُع‬ ‫ِب‬ِ ِ ‫اِصُل ِِم اَأل‬
‫اِر‬ ِ ‫ا‬
25
� َ‫َن‬
‫الُبَعََدَ ِاِء‬
ُ َ‫اَألََجَ ا�ن ـــِب َو‬
ِ ‫ـــِل ِِم‬
ِ ‫اِص‬ِ َ‫اَحل‬
“Makin lama bergaul, makin banyak kesalahan dan
permusuhan, bahkan semakin kuat. Itulah alasan
keburukan yang ditimbulkan kerabat dan sanak
keluarga pada harta berlipat kali dibandingkan
dengan keburukan orang yang jauh atau bukan
kerabat.” (Miftaah Daar As-Sa’aadah, 1:422)

Adapun jika ia tidak memiliki jasa kepada orang


lain, mereka akan menjauhi dirinya agar terhindar
dari sisi negatif interaksi dengannya. Penyakit
demikian tidak ada dalam orang yang kaya ilmu.

35. Harta itu hanyalah alat untuk menggapai tujuan


untuk kenyang, hilang dahaga, kehangatan,
mendapat perlindungan, hingga selamat dari
berbagai rasa sakit. Berbeda dengan kekayaan
ilmu, selalu membahagiakan hati, menimbulkan
kesenangan dan keceriaan. Ilmu itu tidak lenyap yang
membuat orang sedih dan terluka. Bahkan, pemilik
kekayaan ilmu LAA KHAUFUN ‘ALAIHIM WA
LAA HUM YAHZANUUN, yaitu tidak ada rasa
takut pada mereka dan tidak bersedih hati.

26
36. Orang yang kaya harta akan membenci kematian
dan perjumpaan dengan Allah. Karena kalau
sudah cinta pada harta, ia tidak suka untuk berpisah
dan ingin harta tetap bertahan agar ingin terus
dinikmati. Berbeda dengan ilmu, ia membuat
hamba menginginkan pertemuan dengan Allah
dan mendorongnya untuk zuhud terhadap
kehidupan yang penuh kesusahan dan fana ini.

37. Orang yang menumpuk harta, (nama) mereka


mati sedang dalam keadaan hidup (jasadnya),
dan para ulama akan tetap ada selamanya; jasad
mereka musnah, tetapi sifat-sifat teladan mereka
hidup di dalam hati-hati manusia.

38. Ruh itu hidup dengan ilmu seperti halnya raga


hidup dengan ruh. Orientasi orang yang kaya harta
adalah menambah kehidupan raga. Sedangkan
orientasi orang berilmu adalah menambah
kehidupan hati dan rohani.

39. Hati itu adalah raja bagi tubuh. Sedangkan, ilmu


adalah hiasan, bekal, sekaligus harta bagi hati. Ilmu
menjadi penopang kerajaan tubuh. Raja harus
memiliki persenjataan, prajurit, harta, dan hiasan.

27
Ilmulah yang menjadi tunggangan, senjata, dan
keindahannya. Harta itu menjadi hiasan dan
keindahan bagi raga tatkala dibelanjakan untuk
itu. Ketika seseorang menyimpannya serta tidak
membelanjakan harta itu, ia tidak lagi menjadi
hiasan atau keindahan, melainkan menjadi
kekurangan dan petaka baginya.

40. Yang dimaksudkan harta yang cukup adalah


sekadar menegakkan tulang dan menangkal
bahaya agar hamba bisa menyiapkan bekal guna
meniti perjalanan menuju Rabb. Lebih dari
itu, harta justru mengganggu, menghalangi
perjalanan menuju Allah, dan menghalangi
persiapan membawa bekal ke akhirat. Bahaya
harta jauh lebih banyak daripada manfaatnya. Jadi,
semakin banyak kekayaan yang dimiliki, hamba
semakin lamban tertinggal untuk mempersiapkan
diri menghadapi kematian yang menanti. Berbeda
dengan ilmu yang bermanfaat, maka semakin
bertambahnya ilmu, hamba akan semakin
mempersiapkan bekal untuk meniti perjalanan
menuju Allah.

28
Allah jua yang memberi taufik. Kita memohon pertolongan,
serta tiada daya dan kekuatan tanpa pertolongan-Nya.
Bekal perjalanan menuju Allah adalah ilmu dan amal.
Sementara bekal di dunia adalah menumpuk dan
menyimpan harta. Siapa yang menginginkan sesuatu,
pasti akan bersiap-siap mendapatkan sesuatu itu.
ُ‫ـــُّدوا ُهَل� ُ ُُعَّدًَةً َوََٰل�ٰ ِِك ْْن َكَ ِر ََه ُهللا‬
ُ �َ‫وَج َأَل� � ع‬ ْ ‫﴿ َوَ�ل‬
َ ‫ـــْو َأََرَ ُاُدوا اُخْل��ُ ُُر‬
ِ
َ��‫َني‬ َ‫ْ َعَ �� ُ ْ َفََثََّبََطَ ُ ْ َلَ ْ �ع ُ َمََعَ ْ َق‬
﴾٤٦ ‫اْن ِِب اُهَثْم ُهْم َِوَِقي اْق ـــُدوا اْل ِاِع ِِد‬
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka
menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi
Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah
melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada
mereka: Tinggallah kamu bersama orang-orang yang
tinggal itu”.” (QS. At-Taubah: 46).

29
Semoga Allah karuniakan kita ilmu
yang manfaat.

30
Referensi

Miftah Daar As-Sa’aadah wa Mansyur Walaayah Ahli


Al-‘Ilmi wa Al-Idarah. Cetakan pertama, Tahun 1433
H. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Takhrij: Syaikh ‘Ali bin
Hasan bin ‘Ali bin ‘Abdul Hamid Al-Halabiy Al-Atsariy.
Penerbit Dar Ibnul Qayyim dan Dar Ibnu ‘Affan. Mulai
dari 1:412-430.

31
32
Biografi Penulis

Nama lengkap: K.H. Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc.

Lahir: Ambon, 24 Januari 1984

Orang Tua: Usman Tuasikal, S.E. dan Zainab Talaohu, S.H.

Adik Kandung: Aisyah Elfira Tuasikal, S.T., M.T.

Status: Menikah dengan Rini Rahmawati, A.Md.

Anak: Rumaysho Fathmah Tuasikal, Ruwaifi’ Tuasikal, Ruqoyyah


Tuasikal, dan Rofif Tuasikal

Kesibukan:

• Pimpinan Pondok Pesantren Darush Sholihin Panggang


Gunungkidul

• Pembina Yayasan Darush Sholihin

• Pembina Yayasan Rumaysho Peduli Indonesia

• Pembina Yayasan Biro Jodoh Rumaysho

• Pembina Yayasan Pogung Kampung Hijrah

33
• Dewan Pembina Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia
(KPMI)

• Anggota Komisi Kajian dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia


(MUI) Gunungkidul (Periode Reshuffle, Masa Khidmat
2022 - 2023)

• Ketua Divisi Media, Komunikasi, dan Teknologi Informasi


Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI)
Kabupaten Gunungkidul (Periode 2021-2026)

• Dosen Tamu Pendidikan Agama Islam (PAI) di Universitas


Gunungkidul (2022 - sekarang)

• Pengisi kajian rutin di berbagai majelis taklim di Gunungkidul,


Jogja, Klaten, Solo, dan Salatiga

Minat utama: Nahwu dan sharf, akidah, fikih (spesifik: fikih


muamalat), parenting, manajemen pendidikan, perjodohan

Website: Rumaysho.Com, Ruqoyyah.Com, RemajaIslam.Com

Karya Tulis: 88 buku (cetak dan elektronik) dan 5000-an artikel


di Rumaysho.Com

Pendidikan formal (belajar ilmu dunia)


1. Pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar hingga
Sekolah Menengah Atas di Jayapura, Papua (1989 – 2022).
2. Sarjana Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
(2002-2007).

34
3. Master of Polymer Engineering (Chemical Engineering),
King Saud University (Riyadh-KSA) dari September 2010
- Februari 2013.
4. Kandidat Doktor Manajemen Pendidikan (by research),
Universitas Negeri Yogyakarta (2020).
5. Mahasiswa Doktoral Ekonomi Syariah, Universitas Ibn
Khaldun Bogor (2023).

Pendidikan non-formal (belajar ilmu agama)


1. Ma’had Al-‘Ilmi, Yayasan Pendidikan Islam Al Atsari
Yogyakarta (2004-2006).
2. Di Indonesia berguru kepada Ustadz Dr. Aris Munandar,
M.A., Ustadz Abu Isa, Ustadz Abu Sa’ad, dan Ustadz Afifi
‘Abdul Wadud.
3. Para ulama yang jadi guru: Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin
‘Abdullah Al-Fauzan (anggota Komisi Fatwa Kerajaan Arab
Saudi), Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri (penasihat
Raja Salman, Kerajaan Arab Saudi), Syaikh ‘Abdurrahman
bin Nashir Al-Barrak (ulama senior di kota Riyadh, pakar
akidah), Syaikh Shalih bin ‘Abdillah Al-‘Ushaimi (ulama
yang terkenal memiliki banyak sanad dan banyak guru), dan
Syaikh Dr. Labib Najib (mendalami Fikih Syafii dari Kitab
Al-Yaqut An-Nafiis secara daring), serta ulama lainnya.
4. Mendapat Sertifikat Standardisasi Da’i Majelis Ulama
Indonesia Angkatan ke-9, 18 Desember 2021.

35
Karya penulis (buku cetak dan buku elektronik)
1. Mengikuti Ajaran Nabi Bukanlah Teroris. Penerbit Pustaka
Muslim. Cetakan kedua, Tahun 2013.
2. Panduan Amal Shalih di Musim Hujan. Penerbit Pustaka
Muslim. Tahun 2013.
3. Kenapa Masih Enggan Shalat. Penerbit Pustaka Muslim.
Tahun 2014.
4. 10 Pelebur Dosa. Penerbit Pustaka Muslim. Cetakan pertama,
Tahun 2014.
5. Panduan Qurban dan Aqiqah. Penerbit Pustaka Muslim.
Cetakan pertama, Tahun 2014.
6. Imunisasi, Lumpuhkan Generasi (bersama tim). Penerbit
Pustaka Muslim. Cetakan kedua, Tahun 2015.
7. Pesugihan Biar Kaya Mendadak. Penerbit Pustaka Muslim.
Cetakan pertama, Tahun 2015.
8. Panduan Ibadah Saat Safar. Penerbit Pustaka Muslim. Cetakan
pertama, Tahun 2015.
9. Panduan Qurban. Penerbit Pustaka Muslim. Cetakan pertama,
Tahun 2015.
10. Bermodalkan Ilmu Sebelum Berdagang. Penerbit Pustaka
Muslim. Cetakan kedua, Tahun 2016.
11. Mengenal Bid’ah Lebih Dekat. Penerbit Pustaka Muslim.
Cetakan ketiga, Tahun 2016.
12. Kesetiaan pada Non-Muslim. Penerbit Pustaka Muslim.
Cetakan kedua, Tahun 2016.

36
13. Natal, Hari Raya Siapa. Penerbit Pustaka Muslim. Cetakan
ketiga, Tahun 2016.
14. Panduan Ramadhan. Penerbit Pustaka Muslim. Cetakan
kedelapan, Tahun 2016.
15. Sembilan Mutiara, Faedah Tersembunyi dari Hadits Nama
dan Sifat Allah. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama,
Februari 2017.
16. Amalan yang Langgeng (12 Amal Jariyah). Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Februari 2017.
17. Amalan Pembuka Pintu Rezeki dan Kiat Memahami Rezeki.
Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama, Maret 2017.
18. Meninggalkan Shalat Lebih Parah daripada Selingkuh dan
Mabuk. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama, Juli 2017.
19. Taubat dari Utang Riba dan Solusinya. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, September 2017.
20. Dzikir Pagi Petang Dilengkapi Dzikir Sesudah Shalat dan
Dzikir Sebelum & Sesudah Tidur (Dilengkapi Transliterasi &
Faedah Tiap Dzikir). Penerbit Rumaysho. Cetakan kedua,
November 2017.
21. 50 Doa Mengatasi Problem Hidup. Penerbit Rumaysho.
Cetakan ketiga, Februari 2018.
22. 50 Catatan tentang Doa. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Februari 2018.
23. Mahasantri. M. Abduh Tuasikal dan M. Saifudin Hakim.
Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama, Maret 2018.

37
24. Dia Tak Lagi Setia. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama,
Maret 2018.
25. Ramadhan Bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cetakan
kedua, April 2017.
26. Panduan Ramadhan Kontemporer. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, April 2018.
27. Seret Rezeki, Susah Jodoh. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, April 2018.
28. Belajar Qurban Sesuai Tuntunan Nabi. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Agustus 2018.
29. Amalan Awal Dzulhijjah Hingga Hari Tasyrik. Penerbit
Rumaysho. Cetakan pertama, Agustus 2018.
30. Mereka yang Merugi (Tadabbur Tiga Ayat Al-‘Ashr). Penerbit
Rumaysho. Cetakan pertama, Agustus 2018.
31. Jangan Pandang Masa Lalunya (Langkah untuk Hijrah). Penerbit
Rumaysho. Cetakan pertama, September 2018.
32. Buku Kecil Pesugihan. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama,
September 2018.
33. Siap Dipinang. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama,
Oktober 2018.
34. Belajar Loyal. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama, Oktober
2018.
35. Mutiara Nasihat Ramadhan. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Februari 2019.
36. Lima Kisah Penuh Ibrah dari Rumaysho. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Maret 2019.

38
37. Buku Souvenir – Dzikir Pagi Petang. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Maret 2019.
38. Jangan Golput – Fatwa Sepuluh Ulama Salafiyyin. Penerbit
Rumaysho. Cetakan pertama, April 2019.
39. Berbagi Faedah Fikih Puasa dari Matan Abu Syuja. Penerbit
Rumaysho. Cetakan pertama, April 2019.
40. Hadits Puasa dari Bulughul Maram. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, April 2019.
41. Untaian Faedah dari Ayat Puasa. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Mei 2019.
42. Buku Saku Ibadah Saat Traveling. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Juli 2019.
43. Belajar Akidah dengan Mudah, 105 Prinsip Akidah Imam
Ath-Thahawiy. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama,
September 2019.
44. Belajar Akidah dengan Mudah, Prinsip Akidah dari Syarhus
Sunnah Imam Al-Muzani Asy-Syafi’i ( Jilid 01).Penerbit
Rumaysho. Cetakan pertama, September 2019.
45. Kaedah Fikih Syaikh As-Sa’di ( Jilid 01). Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Oktober 2019.
46. Prediksi Akhir Zaman. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama,
November 2019.
47. Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Desember 2019.
48. Meraih Ridha Allah, Bukan Ridha Manusia. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Februari 2020.

39
49. Dajjal, Fitnah Besar Akhir Zaman. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Februari 2020.
50. Siap Naik Pelaminan. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama,
Februari 2020.
51. Panduan Zakat Minimal 2,5%. Penerbit Rumaysho. Cetakan
Pertama, Maret 2020.
52. 20 Doa dan Dzikir Saat Wabah Melanda. Penerbit Rumaysho.
Cetakan Pertama, Maret 2020.
53. Fikih Puasa untuk Anak. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, April 2022.
54. Ramadhan dan Hari Raya Saat Pandemi Corona. Penerbit
Rumaysho. Cetakan Pertama, Mei 2020.
55. Tafsir Jalalain Surah Al-Fatihah (Dilengkapi Tafsir Empat
Ulama Besar Lainnya). Penerbit Rumaysho. Cetakan Pertama,
Juni 2020.
56. Jawaban Cerdas Di Manakah Allah. M. Abduh Tuasikal dan
M. Saifudin Hakim. Penerbit Rumaysho. Cetakan Pertama,
Agustus 2020.
57. Muslim Tetapi Musyrik, Empat Kaidah Memahami Syirik,
Al-Qowa’idul Arba’ (bersama Aditya Budiman). Penerbit
Rumaysho. Cetakan kedua, September 2020.
58. Tafsir Jalalain Tiga Surah Favorit – Surah Al-Ikhlas, Al-
Falaq, An-Naas (Dilengkapi Tafsir Empat Ulama Besar
Lainnya). Penerbit Rumaysho. Cetakan Pertama, November
2020.
59. 40 Kiat Agar Tidak Diganggu Setan. Penerbit Rumaysho.
Cetakan Pertama, November 2020.

40
60. Tips Khutbah Jumat 15 Menit Paling Berkesan. Penerbit
Rumaysho. Cetakan pertama, Desember 2020.
61. Perhiasan Wanita. Penerbit Rumaysho. Cetakan kedua,
Desember 2020.
62. Panduan Shalat Ketika Banjir. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Januari 2021.
63. Belajar dari Istri Nabi. Penerbit Rumaysho. Cetakan ketiga,
Februari 2021.
64. Shalat Dhuha Membuka Pintu Rezeki. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Januari 2021.
65. Miras Biang Kerusakan. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Maret 2021.
66. Catatan Faedah dari Fikih Puasa dan Zakat Kitab Safinatun
Naja. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama, Maret 2021.
67. Fikih Bulan Syawal. Penerbit Rumaysho. Cetakan kedua,
Mei 2021.
68. Fikih Lebaran. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama, Mei
2021.
69. Menjemput Jodoh Impian. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Juni 2021.
70. 24 Jam di Bulan Ramadhan. Penerbit Rumaysho. Cetakan
kedua, Februari 2022.
71. Ya Allah, Diakah Jodohku. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Februari 2022.
72. Adab Mencari Ilmu Supaya Lebih Berkah. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, Februari 2022.

41
73. 14 Pelajaran Berharga dari Peristiwa Isra Mikraj. Penerbit
Rumaysho. Cetakan pertama, Februari 2022.
74. Ramadhan Bersama Keluarga. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Maret 2022.
75. Panduan Praktis Zakat Maal Kontemporer. Penerbit Rumaysho.
Cetakan pertama, April 2022.
76. Fikih Safar. Penerbit Rumaysho. Cetakan pertama, April 2022.
77. Fikih Qurban, Aqiqah, dan Sunnah Saat Bayi Lahir. Penerbit
Rumaysho. Cetakan pertama, Juli 2022.
78. Catatan Fikih Haji dan Umrah. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Agustus 2022.
79. Aisyah yang Begitu Istimewa. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, November 2022.
80. Tips Rumah Tangga Bahagia Hingga ke Surga. Cetakan
pertama, Desember 2022.
81. Amal Jariyah. Penerbit Rumaysho. Cetakan kedua, Desember
2022.
82. Bersabar Ketika Disakiti. Penerbit Rumaysho. Cetakan
pertama, Januari 2023.
83. 15 Motivasi Iman di Bulan Ramadhan. Cetakan pertama,
Februari 2023.
84. Teman Belum Bayar Utang. Cetakan pertama, Mei 2023.
85. Mengatur Keuangan Keluarga untuk Generasi Milenial. Cetakan
pertama, Agustus 2023.
86. Takdir Allah Selalu Baik. Cetakan pertama, Agustus 2023.

42
87. Buku Saku – 25 Langkah Bisa Shalat. Penerbit Rumaysho.
Cetakan ketiga, Oktober 2023.
88. 40 Alasan Kenapa Ilmu Agama Lebih Baik daripada Harta.
Penerbit Rumaysho. Cetakan kedua, November 2023.

Kontak penulis
E-mail: muhabduhtuasikal@gmail.com

Instagram: @mabduhtuasikal; @rumayshocom

Twitter (X): @mabduhtuasikal

Tiktok: @mabduhtuasikal

Fanspage Facebook: Muhammad Abduh Tuasikal; Rumaysho.Com

Channel Youtube: Rumaysho TV; Rofif Kids

Info pemesanan buku


• Instagram @penerbit.rumaysho; @rumaysho.katalog

• wa.me/6285200171222 (Penerbit Rumaysho)

• wa.me/6282136267701 (Rumaysho Store)

43
44

Anda mungkin juga menyukai