phptXuSus 1677701521
phptXuSus 1677701521
PENELITIAN DASAR
TIM PENGUSUL
Sofwan Indarjo, S.K.M., M.Kes – NIDN. 001907761
Prof. Dr Bambang Budi Raharjo M.Si – NIDN. 131571554
Drs. Bambang Wahyono M.Kes – NIDN. 131674366
MAHASISWA:
Diah Puspitasari – NIM. 6411420094
Erma Shofia Afifah – NIM. 6411420029
Ananto Dwi Supratiknyo – NIM. 6411420166
MITRA:
Dwi Yunanto Hermawan, S.K.M
(Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia)
STAF PENDUKUNG:
Heni Isniyati, S.K.M., M.Kes
Menyetujui,
Ketua LP2M
RINGKASAN
Laporan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia menunjukkan
bahwa hampir seluruh wilayah Indonesia memiliki risiko bencana yang tinggi; mulai dari
risiko banjir, gempa bumi, longsor, hingga letusan gunung berapi[1, 2, 3, 4]
. Ketersediaan
layanan kesehatan reproduksi sejak awal bencana melalui pelaksanaan Paket Pelayanan
Awal Minimum (PPAM) kesehatan reproduksi perlu menjadi perhatian berbagai pihak
karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan reproduksi tetap ada dan justru meningkat pada
situasi bencana. Berdasarkan estimasi statistik, 4% penduduk yang terkena dampak bencana
adalah ibu hamil pada kurun waktu tertentu. 15-20% ibu hamil akan mengalami komplikasi
kehamilan dan persalinan. 75% penduduk yang terdampak adalah perempuan, remaja
perempuan dan anak-anak. 19% remaja usia 10-19 tahun yang berisiko mengalami kekerasan
seksual, perkawinan anak, perdagangan manusia, dan lain-lain. 27% Wanita usia subur (15-
49 tahun) yang memerlukan pelayanan kesehatan reproduksi dan membutuhkan pembalut
saat mengalami menstruasi. 13% dari pengungsi adalah kelompok balita. 9,7% dari
pengungsi adalah kelompok lanjut usia (Kemenkes RI, 2022). Tujuan penelitian ini untuk
mengembangkan Model Sister Village (Desa Bersaudara) sebagai upaya peningkatan akses
dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi bencana. Penelitian ini
menggunakan pendekatan mix method dengan Concurrent Triangulation Design, yaitu
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan untuk menghasilkan
data yang saling melengkapi dan menguji validitas hasil penelitian. Dari hasil penelitian
tersebut digunakan sebagai masukkan dalam pengembangan model. Luaran wajib dari
penelitian ini berupa publikasi artikel pada jurnal internasional bereputasi di Open Public
Health Journal dan bookchapter nasional berISSN yang diterbitkan oleh LPPM UNNES,
sedangkan untuk luaran tambahan berupa publikasi pada prosiding internasional pada
seminar ICOPHS 2023 dan jurnal nasional sinta 2 di UJPH.
KATA KUNCI
Desa Bersaudara; Desa Tangguh Bencana; Promosi Kesehatan; Pemberdayaan
Masyarakat; Kesiapsiagaan Bencana
PENDAHULUAN
A. Latar belakang dan rumusan masalah yang akan diteliti.
Indonesia kerap disebut sebagai “Laboratorium Bencana”. Laporan dari Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia menunjukkan bahwa hampir
seluruh wilayah Indonesia memiliki risiko bencana yang tinggi; mulai dari risiko banjir,
gempa bumi, longsor, hingga letusan gunung berapi[1, 2, 3, 4]. Tingginya Indeks Risiko
Bencana (IRB) Indonesia mendorong pemerintah untuk memberi perhatian ekstra
terhadap upaya penanggulangan bencana[5]. Mengacu pada Rencana Induk
Penanggulangan Bencana (RIPB) 2020-2044 dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN) IV pada skala operasional untuk periode perencanaan 2020-2024,
BNPB menargetkan penurunan IRB sebesar 30% pada akhir tahun 2024[6, 7].
Ketersediaan layanan kesehatan reproduksi sejak awal bencana melalui
pelaksanaan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) kesehatan reproduksi perlu
menjadi perhatian berbagai pihak[8, 9]. PPAM merupakan serangkaian kegiatan prioritas
kesehatan reproduksi yang harus segera dilaksanakan pada tanggap darurat krisis
kesehatan dalam rangka menyelamatkan jiwa pada kelompok rentan[10]. PPAM harus
tersedia pada situasi krisis kesehatan karena kebutuhan akan pelayanan kesehatan
reproduksi tetap ada dan justru meningkat[11, 12]
. Berdasarkan estimasi statistik, 4%
penduduk yang terkena dampak bencana adalah ibu hamil kurun waktu tertentu, 15-20%
ibu hamil akan mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan, 75% penduduk
terdampak adalah perempuan, remaja perempuan dan anak-anak, 19% remaja usia 10-19
tahun yang berisiko mengalami kekerasan seksual, perkawinan anak, perdagangan
manusia, dan lain-lain, 27% Wanita usia subur (15-49 tahun) memerlukan pelayanan
kesehatan reproduksi dan membutuhkan pembalut saat mengalami menstruasi, 13% dari
pengungsi adalah kelompok balita, dan 9,7% pengungsi adalah kelompok lanjut usia[13].
Sister Village (Desa Bersaudara) adalah persaudaraan dua desa ataupun lebih,
antara desa yang mempunyai ancaman tingkat tinggi bencana dengan desa yang yang
dinilai aman dari ancaman bencana sebagai desa penyangga (buffer village) dalam rangka
pengurangan risiko bencana[14, 15]. Sister Village dapat menjadi strategi alternatif mitigasi
bencana. Saat terjadi bencana, akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi di
Sister Village bisa terganggu dan menyebabkan risiko kesehatan reproduksi yang lebih
tinggi bagi perempuan dan bayi baru lahir. Selain itu, Sister Village juga dapat menjadi
salah satu target prioritas dalam upaya peningkatan kesiapsiagaan bencana karena
keberadaannya yang merupakan penyangga daerah rawan bencana[16, 17, 18].
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi pada Sister
Village?
2. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan bencana pada Sister Village?
3. Apa dampak dari peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi
terhadap tingkat kesiapsiagaan bencana pada Sister Village?
4. Bagaimana model yang efektif dalam meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan reproduksi pada Sister Village sebagai bagian dari upaya pengembangan
kesiapsiagaan bencana?
5. Bagaimana rekomendasi kebijakan yang dapat diimplementasikan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan kesiapsiagaan bencana
pada Sister Village?
Gambar 1. Analisis VOSviewer topik penelitian terkait Sister Village yang diambil dari
data base Scopus sampai tahun 2022.
Akan dilakukan
Tahun 2024-2025
Dilakukan
Tahun 2023 Tahun 2024
Tahun 2025
1. Penyusunan kelembagaan dan
tata kelola sister village. 1. Replikasi sister village.
Sudah dilakukan 1. Gambaran akses dan kualitas pelayanan
2. Penyusunan indikator sister
kesehatan reproduksi pada Sister Village
Tahun 2021-2022 2. Strategi efektif dalam meningkatkan
village.
akses dan kualitas pelayanan kesehatan
1. Terbentuk DESTANA di Kabupaten reproduksi pada Sister Village sebagai
Temuan penelitian Magelang. bagian dari upaya pengembangan
2. Terbentuk LPBD (Lembaga Penanggulangan kesiapsiagaan bencana.
Bencana Desa). 3. Rekomendasi kebijakan yang dapat
3. Terpilihnya pengurus LPBD. diimplementasikan
4. Peningkatan kapasitas bagi pengurus LPBD.
Luaran penelitian 1. Publikasi di jurnal internasional. 1. Draf usulan kebijakan pendukung. 1. Usulan kebijan pendukung. 1. Publikasi di Jurnal
2. Publikasi di jurnal nasional terkareditasi. 2. Publikasi di Jurnal Nasional terakreditasi. 2. Publikasi di jurnal internasional bereputasi.
3. Publikasi di bookchapter nasional. 3. Buku referensi. internasional. 2. HAKI (Paten sderhana).
4. Buku pedoman. 4. HAKI (Paten sederhana). 3. Publikasi di jurnal nasional 3. Buku referensi terkait sister
terakreditasi. village.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan mix method yang menggunakan kombinasi
antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam satu penelitian. Dalam penelitian mix
method, data diperoleh melalui metode pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif secara
bersamaan atau terpisah. Tujuan dari pendekatan mix method adalah untuk memperoleh
pemahaman yang lebih lengkap dan mendalam tentang fenomena yang sedang diteliti,
sehingga dapat memberikan jawaban yang lebih kuat terhadap permasalahan penelitian.
Dalam penelitian mix method, pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur variabel-
variabel yang telah ditentukan, sedangkan pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali
dan mendalami makna dari fenomena yang diteliti.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Concurrent Triangulation Design, yaitu
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan untuk menghasilkan
data yang saling melengkapi dan menguji validitas hasil penelitian. Dengan menggunakan
dua jenis data yang berbeda, peneliti dapat menemukan kesamaan dan perbedaan antara hasil
kuantitatif dan kualitatif, sehingga memperoleh pemahaman yang lebih kuat tentang
fenomena yang sedang diteliti. Concurrent Triangulation Design memungkinkan peneliti
untuk memilih metode dan teknik pengumpulan data yang paling sesuai dengan tujuan
penelitian dan karakteristik populasi yang diteliti. Dengan menggunakan dua jenis data yang
berbeda, peneliti dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih jelas dan mudah dipahami oleh
pembaca.
A. Kualitatif
Metode penelitian kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kasus dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan observasi
partisipan. Berikut adalah penjelasan detail mengenai metode penelitian kualitatif yang
akan digunakan:
1. Informan penelitian
Informan penelitian akan diambil dengan memilih responden yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang relevan dengan kesiapsiagaan bencana dan
layanan kesehatan reproduksi di Sister Village.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara
dan panduan observasi partisipan. Panduan wawancara akan terdiri dari pertanyaan
terbuka yang berfokus pada pengalaman dan pandangan responden terkait akses dan
kualitas pelayanan kesehatan reproduksi serta tingkat kesiapsiagaan bencana pada
Sister Village. Panduan observasi partisipan akan terdiri dari catatan lapangan
mengenai pengamatan peneliti terhadap praktik kesehatan reproduksi dan
kesiapsiagaan bencana di Sister Village.
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas panduan wawancara akan diuji menggunakan uji validitas isi (content
validity) dengan melibatkan beberapa ahli yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi dan kesiapsiagaan bencana, sedangkan reliabilitas panduan wawancara
akan diuji menggunakan uji konsistensi inter-rater.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara melakukan wawancara
mendalam terhadap responden yang telah dipilih dan mengamati partisipan dalam
praktik kesehatan reproduksi dan kesiapsiagaan bencana di Sister Village.
Sebelumnya, responden akan diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian,
prosedur pengambilan data, dan jaminan kerahasiaan data.
5. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis secara induktif dengan
menggunakan teknik analisis tematik. Selanjutnya, data akan dikategorikan dan
diinterpretasikan untuk menghasilkan temuan yang relevan dengan tujuan penelitian.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif ini, diharapkan dapat
memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi serta tingkat
kesiapsiagaan bencana pada Sister Village. Temuan dari penelitian ini dapat
memberikan wawasan yang lebih kaya dan mendalam mengenai cara meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan kesiapsiagaan bencana pada Sister
Village.
B. Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
survei dengan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Berikut adalah penjelasan
detail mengenai metode penelitian kuantitatif yang akan digunakan:
1. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh penduduk Sister Village yang memiliki
potensi untuk menjadi pengguna layanan kesehatan reproduksi dan memiliki potensi
untuk terdampak bencana. Sampel penelitian akan diambil dengan menggunakan
teknik simple random sampling. Jumlah sampel yang akan diambil ditentukan
menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 5% dan tingkat
kepercayaan sebesar 95%.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri
dari dua bagian. Bagian pertama berkaitan dengan profil responden dan bagian kedua
berkaitan dengan akses dan kualitas pelayanan kesehatan reproduksi serta tingkat
kesiapsiagaan bencana pada Sister Village.
3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas kuesioner akan diuji menggunakan uji validitas isi (content validity)
dengan melibatkan beberapa ahli yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan
kesiapsiagaan bencana. Sedangkan reliabilitas kuesioner akan diuji menggunakan uji
Alpha Cronbach.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada
responden secara langsung. Sebelumnya, responden akan diberikan penjelasan
mengenai tujuan penelitian, prosedur pengisian kuesioner, dan jaminan kerahasiaan
data.
5. Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan metode statistik
deskriptif, seperti frekuensi, persentase, mean, dan standard deviation. Selain itu,
analisis statistik inferensial seperti uji-t dan analisis regresi linier sederhana akan
digunakan untuk mengetahui hubungan antara akses dan kualitas pelayanan kesehatan
reproduksi dengan tingkat kesiapsiagaan bencana. Analisis data akan dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak statistik SPSS.
Dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif ini, diharapkan dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas dan akurat mengenai tingkat akses dan kualitas
pelayanan kesehatan reproduksi serta tingkat kesiapsiagaan bencana pada Sister
Village, serta dapat memberikan rekomendasi yang lebih efektif dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan reproduksi dan kesiapsiagaan bencana pada Sister
Village.
C. Pengembangan Model
Metode pengembangan model dalam penelitian mengacu pada suatu pendekatan
sistematis untuk mengembangkan model atau alat untuk memecahkan masalah tertentu
atau untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, metode pengembangan model
digunakan untuk mengembangkan model peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan reproduksi pada Sister Village sebagai bagian dari upaya pengembangan
kesiapsiagaan bencana.
Proses pengembangan model dilakukan setelah tahapan penelitian selesai
dilakukan. Peneliti melakukan identifikasi masalah atau kebutuhan yang perlu
dipecahkan atau dicapai. Kemudian, peneliti melakukan tinjauan literatur dan analisis
kebutuhan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
model. Selanjutnya, peneliti merancang model yang tepat untuk memecahkan masalah
atau mencapai tujuan tertentu dengan memperhitungkan faktor-faktor yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Setelah model dirancang, peneliti melakukan validasi model
melalui pengumpulan data dari responden yang relevan dan melakukan analisis data.
Hasil analisis digunakan untuk memperbaiki model dan menguji kinerja model.
Pengembangan model yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:
(1) relevan dengan masalah atau tujuan yang ingin dicapai, (2) mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan model, (3) dapat diimplementasikan
dengan mudah, (4) mampu memberikan solusi yang efektif dan efisien, dan (5) dapat
diverifikasi dan divalidasi. Metode pengembangan model sangat penting dalam
penelitian untuk memastikan bahwa solusi atau alat yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan dapat memberikan manfaat yang maksimal.
Tahapan Persiapan dan Koordinasi Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tahapan Pengembangan Model Tahapan Pelaporan
(Bulan 1-2) (Bulan 3-5) (Bulan 6) (Bulan 8)
Penelitian
Pengembangan
Koordinasi kualitatif Penyusunan
model sebagai
dengan mitra Identifikasi laporan dan luaran
alternatif solusi Rekomendasi
Penyusunan (PKBI dan disusun secara
BPBD masalah di Sister meningkatkan kebijakan, program,
proposal bertahap dan
Kabupaten Village akses dan kualitas dan intervensi
Magelang) berkelanjutan
Penelitian layanan kesehatan kesehatan
dimulai dari bulan
kuantitatif reproduksi pada
ke 3 sd 8
situasi bencana
4 Perjalanan
Transportasi pengurusan Pengurusan perijinan 2 keg 200000 400000
perijinan
Transportasi penelitian 1 Penelitian kualitatif 4 keg 200000 800000
Transportasi penelitian 2 Penelitian kuantitatif 8 keg 200000 1600000
Transportasi penelitian 3 Pengembangan model 8 keg 200000 1600000
Transportasi Diseminasi Hasil Diseminasi 2 keg 200000 400000
Penelitian
Sub Total IV (Rp) 4800000
5 Lain-lain
Pengurusan Ethical Clearance EC 1 prop 600000 600000
Penggandaan laporan penelitian laporan penelitian 2 paket 350000 700000
Biaya submit jurnal scopus Submit artikel TOPHJ 1 artikel 8000000 8000000
Penyusunan, pengurusan ISBN Book Chapter 1 book 2000000 2000000
dan cetak book chapter chap
JADWAL PENELITIAN
Bulan ke
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Penyusunan proposal.
2 Koordinasi dengan mitra.
3 Identifikasi masalah (Penelitian kualitatif dan
Penelitian kuantitatif).
4 Pengembangan model.
5 Penyusunan rekomendasi kebijakan, progam, dan
intervensi kegiatan.
6 Penyusunan laporan dan luaran.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wibowo A, Surbakti Y, Yunus R. Indonesia Disaster Database. 2013. Diakses melalui:
http://www.unescap.org/sites/default/files/S2-3_Indonesia.pdf.
[2] Islahuddin. Indeks Risiko Bencana di 34 Ibu Kota Provinsi se-Indonesia. 2017.
[3] Isa M, Fauzi A, Susilowati I. Flood risk reduction in the northern coast of Central Java
Province, Indonesia: An application of stakeholder’s analysis. Jamba J Disaster Risk
Stud. 2019;11(1):1996–1421.
[4] Isneni AN, Putranto TT, Trisnawati D. Analisis Sebaran Daerah Rawan Longsor
Menggunakan Remote Sensing dan Analytical Hierarchy Process (AHP) di Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah. J Geosains dan Teknol. 2020;3(3):149–60.
[5] Arifin S, Wicaksono SS, Sumarto S, Martitah M, Sulistianingsih D. Disaster resilient
village-based approach to disaster risk reduction policy in Indonesia: A regulatory
analysis. Jamba J Disaster Risk Stud. 2021;13(1):1–9.
[6] BNPB. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2020-2024. 2020: Jakarta
[7] Ayuningtyas D, Windiarti S, Sapoan Hadi M, Fasrini UU, Barinda S. Disaster
preparedness and mitigation in indonesia: A narrative review. Iran J Public Health.
2021; 50(8):1536–46.
[8] Myers A, Sami S, Onyango MA, Karki H, Anggraini R, Krause S. Facilitators and barriers
in implementing the Minimum Initial Services Package (MISP) for reproductive health
in Nepal post-earthquake. Confl Health. 2018;12:35. Published 2018 Aug 15.
doi:10.1186/s13031-018-0170-0
[9] Nabulsi D, Abou Saad M, Ismail H, et al. Minimum initial service package (MISP) for
sexual and reproductive health for women in a displacement setting: a narrative review
on the Syrian refugee crisis in Lebanon. Reprod Health. 2021;18(1):58. Published 2021
Mar 8. doi:10.1186/s12978-021-01108-9
[10] Singh NS, Smith J, Aryasinghe S, Khosla R, Say L, Blanchet K. Evaluating the
effectiveness of sexual and reproductive health services during humanitarian crises: A
systematic review. PLoS One. 2018;13(7):e0199300. Published 2018 Jul 6.
doi:10.1371/journal.pone.0199300
[11] Kemenkes RI. Final draft Pedoman Pelaksanaan Paket Pelayanan Awal Minimum
(PPAM) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan. 2022: Jakarta
[12] Lassa JA, Boli Y, Nakmofa Y, Fanggidae S, Ofong A, Leonis H. Twenty years of
community-based disaster risk reduction experience from a dryland village in Indonesia.
Jamba J Disaster Risk Stud. 2018;10(1):1–10.
[13] Mei ETW. Sister Village: Strategi Alternatif Mitigasi Bencana Gunung Api. 2019. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
[14] Tran NT, Tappis H, Moon P, Christofield M, Dawson A. Sexual and reproductive health
self-care in humanitarian and fragile settings: where should we start?. Confl Health.
2021;15(1):22. Published 2021 Apr 7. doi:10.1186/s13031-021-00358-5
[15] Tanabe M, Hynes M, Rizvi A, Goswami N, Mahmood N, Krause S. Building resilience
for sexual and reproductive health at the community level: learning from three crisis-
affected provinces in Pakistan. BMJ Glob Health. 2022;7(9):e009251.
doi:10.1136/bmjgh-2022-009251
[16] UNDRR. What Is Disaster Risk Reduction?. 2020. Available at:
http://www.unisdr.org/who-we-are/what-is-drr.
[17] Lestari F, Jibiki Y, Sasaki D, Pelupessy D, Zulys A, Imamura F. People’s response to
potential natural hazard-triggered technological threats after a sudden-onset earthquake
in Indonesia. Int J Environ Res Public Health. 2021;18(7).
[18] Masyhuri A, Purnaweni H, Herawati AR, Priyadi BP. Kolaborasi Antar Stakeholders
Dalam Manajemen Bencana Tanah Longsor Di Kota Semarang. J Educ Hum Soc Sci.
2021;4(2):854–62.
[19] Tadesse GA, Hagos HT. Disaster preparedness and its determinants among communities
living in Sidama Zone, Southern Ethiopia. Disaster Medicine and Public Health
Preparedness. 2020; 14(4), 547-555.
[20] Kadir MA, Nath DC. Impact of natural disaster on maternal and child health: A case study
on cyclone Sidr affected coastal areas of Bangladesh. Journal of Environmental and
Public Health, 2018.
[21] Sufriyana A, Lestari EW. Integrasi kesehatan reproduksi dalam program penanggulangan
bencana pada masyarakat binaan Sister Village di Desa Mulyosari Kecamatan Driyorejo
Kabupaten Gresik. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2019; 14(2), 106-115.
[22] Hasnawati RA, Ariyanti EM. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan
kesiapsiagaan bencana pada masyarakat binaan Sister Village. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia. 2021; 16(1), 28-39.
[23] Utami RD, Widyawati W. Dampak program sister village terhadap peningkatan
kesiapsiagaan bencana di Desa Karangsono Kecamatan Pracimantoro Kabupaten
Wonogiri. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. 2020; 8(1), 19-28.
LAMPIRAN – Implementation of Arrangement