Anda di halaman 1dari 43

MODUL 4

PERENCANAAN SISTEM PRODUKSI


I. PERENCANAAN PRODUKSI

A. Proses Perencanaan Produksi


Perencanaan adalah serangkaian keputusan yang diambil sekarang untuk
dikerjakan pada waktu yang akan datang, perencanaan merupakan tugas penting dari
organisasi. Keperluan perencanaan ini terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat
mengubah masa depan menurut kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada
keadaan dan masa depan itu. Masa depan adalah akibat dari keadaan masa lampau,
keadaan sekarang dan disertai usaha-usaha kita untuk mengarahkannya. Jika kita tidak
menciptakan dan mempengaruhi masa depan, masa depan itu hanyalah semata-mata
akibat masa lampau dan sekarang semata-mata. Dengan demikian landasan dasar setiap
perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar memilih alternatif masa
depan yang dikehendakinya dan kemudian mengerahkan semua sumber untuk
mewujudkan masa depan yang dipilih tersebut.
Perencanaan merupakan langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses
manajemen agar faktor produksi yang biasanya sangat terbatas dapat diarahkan secara
maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, perencanaan
merupakan spesifikasi dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta cara-cara yang
akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini perencanaan berarti
mengandung pengertian sebagai berikut.
1. Penentuan tujuan tentang keadaan masa depan yang diinginkan;
2. Pemilihan dan penentuan cara yang akan ditempuh (dari semua alternatif yang
mungkin) dan
3. Usaha mencapai tujuan tersebut.

Lebih dari itu proses perencanaan ini telah berkembang menjadi suatu ilmu yang
disebut Ilmu Masa Depan atau Futurology. Adapun kegunaan atau pentingnya
diadakan suatu rencana-rencana kerja dapatdijelaskan sebagai berikut.
1. Karena suatu perencanaan meliputi usaha untuk menetapkan tujuan atau
memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka perencanaan dapat
membedakan arah bagi setiap kegiatan produksi dengan jelas. Dengan adanya

1
kejelasan arah tersebut maka kegiatan akan dapat dilaksanakan dengan efisiensi dan
efektivitas yang setinggi mungkin.
Sebaliknya tanpa adanya arah yang jelas maka kita tidak akan mengetahui apakah
hasil yang kita capai dalam kegiatan itu masih dalam kerangka pencapaian tujuan.
2. Dengan perencanaan yang memberikan formulasi tujuan yang hendak dicapai maka
akan kemungkinan kita dapat mengetahui apakah tujuan tersebut telah kita capai.
Dengan demikian koreksi-koreksi terhadap penyimpangan dari tujuan yang telah
ditetapkan dapat diketahui seawal mungkin. Akibat dari penilaian berdasarkan
tujuan yang telah direncanakan ini, pemborosan dan usaha-usaha yang tidak
menunjang pencapaian tujuan dapat dihindari.
3. Memudahkan pelaksanaan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan
yang mungkin timbul dalam usaha mencapai tujuan tersebut. Dengan
memperhitungkan hambatan-hambatan itu, persiapan untuk mengatasinya menjadi
lebih terarah. Pemecahan masalah hambatan itu juga akan mendorong anggota
organisasi untuk selanjutnya waspada dalam memilih suatu persoalan yang muncul,
melatih mereka dalam pemecahan masalah dan dapat mempertinggi kepekaan
mereka terhadap adanya gangguan dalam organisasi.
4. Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan usaha, kita selalu mempunyai
kecenderungan untuk selalu menambah jumlah dan jenis tenaga kerja dari yang
sudah kita miliki untuk memperbaiki mutu serta jumlah out put.

Langkah-langkah pokok dalam membuat suatu rencana adalah sebagai berikut.


!. Menentukantujuanyangakandicapai.Tujuantersebutharusmemiliki 3 syaratyaitu:
a. jelas;
b. mungkindicapai;
c. tidakterlaluringan.
2. Menentukan kedudukan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak
dicapai. Hal ini juga dapat berarti menentukan tujuan-tujuan antara atau sub tujuan
yang akan menopang pencapaian tujuan utama tersebut.
3. Menentukan faktor-faktor yang mendukung dan yang menghambat tercapainya
tujuan tersebut.
4. Merumuskan kegiatan yang harus dilaksanakan. Guna memperoleh perencanaan
yang efektif haruslah dipastikan bahwa keengganan dalam merumuskan tujuan
dapat dihindari. Dalam hal ini banyak diantara kita yang enggan merumuskan secara

2
terperinci tujuan maupun tujuan antara yang harus dicapai oleh suatu organisasi atau
suatu departemen tertentu dalam organisas iitu. Pada hal dengan dapat
dirumuskannya secara jelas dan tegas apa yang menjadi tujuan yang hendak
dicapainya maka semua pihak akan memperoleh kejelasan atas sasaran yang
dikehendaki.
Langkah-langkah tersebut dapat diringkas dan digambarkan dalam suatu skema
dibawah ini.

Gambar 4.1.
Syarat-syarat Penyusunan Suatu Rencana Produksi

Proses Perencanaan Produksi


Dalam hal ini kita akan membahas tentang bagaimana kita akan menyusun rencana
atau program-program kegiatan produksi. Kegiatan-kegiatan produksi itu harus kita
atur, kita susun dan kita rangkaikan sedemikian rupa sehingga tujuan dapat dicapai
dengan efektif dan efisien. Dalam hal ini kita harus membedakannya dengan
perencanaan proses produksi. Dalam hal perencanaan proses produksi kita hanya
merencanakan salah satu aspek saja dalam kegiatan produksi yaitu proses produksi,
sedangkan kegiatan lain seperti pengadaan bahan baku, pengadaan tenaga kerja,

3
pengendalian mutu dan sebagainya tidak termasuk dalam istilah atau kata
perencanaan proses produksi.
Proses perencanaan produksi adalah suatu proses tentang bagaimana rencana program
produksi itu kita rencanakan. Oleh karena tu, maka proses perencanaan produksi itu
akan meliputi proses perencanaan kegiatan secara keseluruhan. Adapun perencanaan
produksi ini secara keseluruhan dapat dilakukan dengan tiga macam pendekatan
yaitu:
1. Pendekatan perkembangan yang menguntungkan (Profitable Growth Approach).
2. Pendekatan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Treath).
3. Pendekatan Sistem (System Approach).
B. Pendekatan Perkembangan Yang Menguntungkan
Proses perencanaan dapat kita lakukan dengan menganalisis sarana produksi
yang kita miliki kemudian kita hubungkan dengan kebutuhan yang muncul dari
lingkungan masyarakat maka kita akan dapat mengetahui kemungkinan-kemungkinan
untuk memanfaatkan sarana atau resources yang kita miliki dengan kebutuhan tersebut.
Dalam hal ini berarti kita berusaha mengusahakan terjadinya keseimbangan antara
sarana yang dimiliki dengan kebutuhan lingkungan masyarakat. Dengan
menyeimbangkan sarana dengan kebutuhan itu maka akan terjadi adanya
perkembangan yang menguntungkan bagi perusahaan atau organisasi. Kita tahu bahwa
masyarakat akan selalu tumbuh dan berkembang, oleh karena itu, maka kebutuhan juga
akan berkembang pula. Dengan adanya perkembangan yang terus menerus itu maka
keadaan akan menjadi bergeser dan pergeseran itu akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan kebutuhan itu. Dalam hal ini
kita harus menganalisis ketidakseimbangan tersebut dan kemudian mencari jalan agar
selalu terjadi keseimbangan itu, dengan keseimbangan itulah akan terjadi
perkembangan yang menguntungkan bagi perusahaan atau organisasi.

Gambar 4.2.
Proses Perencanaan dengan Pendekatan Perkembangan yang Menguntungkan

4
Dalam hal ini maka tujuan perencanaan dan pengendalian produksi tidak lain
adalah mengusahakan agar terjadi keseimbangan, keselarasan serta keserasian antara
faktor-faktor produksi yang ada dengan kebutuhan atau kesempatan yang terbuka
baginya, sehingga dapat menimbulkan adanya perkembangan yang menguntungkan
(profitable growth).
Oleh karena itu, antara SA (Sarana Produksi) harus selalu disesuaikan dengan
LING (Lingkungan Masyarakat), sehingga dapat diperoleh BANGUN
(Perkembangan yang menguntungkan). Dengan demikian haruslah diciptakan
keadaan SALING-BANGUN.
Keseimbangan antara kedua variabel tersebut di atas harus selalu dijaga dan
dikendalikan. Hal ini disebabkan karena setiap saat dapat terjadi pergeseran-pergeseran
yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan antara kedua variabel itu.
Pergeseran tersebut misalnya terjadi perubahan kebutuhan, rusaknya salah
satu faktor produksi yang ada, dan sebagainya. Setiap pergeseran harus segera dapat
dibuat dan kemudian dilaksanakan tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan untuk
mengatasi keadaan itu. Oleh karena itu, kita harus selalu membuat perencanaan
produksi yang tepa tyang dapat dipergunakan sebagai alat untuk membantu keputusan-
keputusan untuk menjaga keserasian faktor-faktor produksi yang menjamin adanya
perkembangan usaha yang menguntungkan.
Apabila kita atau perusahaan tidak dapat menyesuaikan sarana produksi yang
dimilikinya dengan lingkungan masyarakat, maka dia akan tersingkir dari percaturan
usaha. Siapa yang lebih cepat dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat
lingkungan itulah yang dapat memperoleh perkembangan yang menguntungkan.
Sebaliknya perusahaan yang terlambat didalam menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat lingkungannya maka tidakakan memperoleh perkembangan yang
menguntungkan, dan keadaan inilah yang disebut keadaan yang tidak seimbang.
Ketidakseimbangan ini dapat berarti dua macam yaitu lebih berat SA (Sarana
produksi) daripada LING (lingkungan masyarakat atau kebutuhan). Atau sebaliknya,
lebih berat LING daripada SA. Kedua jenis ketidakseimbangan tersebut akibatnya
adalah sama saja yaitu tidak diperoleh perkembangan yang menguntungkan bagi
perusahaan.
Perusahaan dapat mengalami ketidakseimbangan baik tidak seimbang atau
miring ke kiri maupun ke kanan. Apabila perusahaan mengalami keadaan dimana
sarana produksinya terlampau besar dibandingkan dengan kebutuhan yang terjadi di

5
lingkungan masyarakat maka hal ini berarti keseimbangan tersebut terganggu dan
berada dalam keadaan miring ke kanan. Sebaliknya apabila kebutuhan lingkungan
masyarakat berkembang sedemikian pesatnya sehingga menjadi lebih berat dari sarana
produksi yang dimiliki oleh perusahaan, maka keseimbangan akan menjadi miring ke
kiri. Masing-masing gangguan tersebut akan memberikan tanda-tanda atau ciri- ciri
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita harus mampu mengenal tanda-tanda tersebut.
Setelah kita dapat mengenal tanda-tanda tersebut maka barulah kita mencari jalan
keluar guna menormalkan kembali keadaan atau gangguan ketidakseimbangan
tersebut.
Adapun ciri-ciri perusahaan yang mengalami di mana sarana produksinya
berada pada posisi lebih berat daripada kebutuhan lingkungan masyarakatnya, maka
akan terdapat tanda-tanda sebagai berikut.
1. Persediaan barang menumpuk atau sering disebut terjadi adanya over produksi.
2. Banyak mesin-mesin yang menganggur atau terjadi idlecapacity.
3. Kelebihan modal atas dana yang tersedia.
4. Semangat kerja para karyawan menjadi lesu.
5. Pasar atau keadaan pemasarannya sepi.
Keadaan tersebut adalah merupakan pencerminan dari keadaan dimana
perusahaan mengalami over produksi yang disebabkan karena terlalu besarnya sarana
produksi yang dimiliki oleh perusahaanitu. Sebaliknya bagi perusahaan yang sedang
mengalami gangguan dimana kebutuhan lingkungan menjadi lebih berat, daripada
sarana produksinya maka akan terdapat ciri-ciri sebagai berikut.
1. Sering menolak order. Sering terjadi kerusakan produk.
3. Sering terjadi kerusakan pada mesin-mesin.
4. Sering terjadi kecelakaan kerja.
5. Sering terjadi penundaan waktu penyelesaian kerja.
6. Kekurangan modal atau dana sehingga modal tersebut berputar sangat cepat dan
hampir tidak pernah terdapat dana yang menganggur di perusahaan. Hal ini sering
terlihat adanya gangguan likuiditas dari perusahaan tersebut. Dalam hal ini, bagi
perusahaan yang dalam keadaan tersebut meskipun sering terjadi gangguan
likuiditas, akan tetapi secara keseluruhan pada umumnya akan memiliki
rentabilitas yang cukup tinggi.

6
C. Pendekatan SWOT

Rencana harus kita susun, dimana penyusunan suatu rencana ini merupakan
suatu proses perencanaan. Untuk membua tsuatu rencana maka kita harus
memperhatikan da nmenganalisis faktor intern atau faktor ekstern. Analisis faktor-
faktor tersebut harus menghasilkan adanya kekuatan (strength) yang dimiliki oleh
suatu organisasi, serta dapat mengetahui kelemahan yang terdapat pada organisasi
tersebut (weakness.) Sedangkan analisis terhadap faktor ekstern harus dapat
mengetahui kesempatan (apportunity) atau kesempatan yang terbuka bagi organisasi
serta dapat mengetahui pula tekanan yang dialami oleh suatu organisasi yang
bersangkutan (threath). Analisis untuk mengetahui strength, weakness, opportunity,
dant hreath ini sering disebut analisis SWOT yang merupakan singkatan dari keempat
hal tersebut di atas. Setelah kita mengetahui kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan
ancaman yang dialami maka kita dapat menyusun suatu rencana strategis untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam rencana global atau tujuan organisasi itu.
Rencana strategis tersebut kemudian haruslah kita terjemahkan kedalam rencana-
rencana operasional. Sedangkan rencana operasional tentu saja harus diterjemahkan
kedalam satuan uang yang menjadi anggaran operasional.

Gambar 4.3.
Proses PerencanaandenganAnalisis SWOT

7
Dari Gambar 4.3, kita dapat mengetahui proses perencanaan produksi dengan
berbagai kaitan antara variabel-variabel yang perlu diperhatikan dalamp roses
perencanaan itu.
Jika diperhatikan gambar di atas bahwa tujuan perusahaan merupakan arah
sasaran yang paling utama dimana tujuan bagian produksi harus disesuaikan dengan
tujuan perusahaan. Kemudian dalam tahap pencapaian tujuan bagian produksi, maka
perlu dilihat kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada serta tekanan-tekanan
(theats) dari luar yang dialami perusahaan itu. Setelah itu analisis internal terhadap
faktor-faktor produksi akan menghasilkan rumusan tentang kekuatan-kekuatan
(strength) yang dimiliki serta kelemahan-kelemahan (weakness) yang ada. Dari hal
tersebut haruslah ditentukan strategi pemanfaatan faktor-faktor produksinya untuk
meraih kesempatan yang ada dengan kekuatan, kelemahan serta tekanan-tekanan yang
dialaminya. Analisis ini sering disebut analisis SWOT yaitu singkatan dari Strength,
Weakness, Opportunity,dan Treath.

D. Pendekatan Sistem
Didalam menganalisis masalah-masalah manajemen baik bidang produksi
maupun bidang-bidang yang lain seperti halnya bidang marketing maupun bidangk
euangan,banyak dipergunakan pendekatan sistem.
Yang dimaksud dengan pendekatan sistem yaitu suatu agregasi (kumpulan)
elemen yang dinamis, yang berhubungan satu sama lain dan saling tergantung, dan
berjalan sesuai dengan hukum-hukum tertentu. Suatu sistem mempunyai aktivitas dan
menjaga integrasi serta kesatuan diantara elemen-elemennya. Konsep teori sistem
sangat berguna untuk menjelaskan kejadian-kejadian dalam organisasi dan membuat
ramalan tentang suatu kejadian dalam konsep tentang cybernetic dan sistem terbuka.
Hampir seluruh kehidupan ini bersifat berbagai suatu sistem. Badan kita jelas
adalah suatu sistem. Demikian pula rumah-rumah kita. Pabrik-pabrik, universitas-
universitas maupun institut-institut, sama halnya dengan lembaga-lembaga pemerintah
maupun perusahaan-perusahaan merupakan suatu sistem. Selanjutnya semuanya itu
saling bertautan dan berinteraksi dengan berbagai sistem lain, sedangkan
setiapsistemitudidalamnyaterdiri darisejumlahsubsistem.Keuntungan dari pendekatan
sistem ialah bahwa pendekatan itu memungkinkan kita melihat variabel-variabel dan
kendala-kendala kritis serta interaksi mereka satu sama lain. Pendekatan itu memaksa

8
para cendekiawan maupun para praktisi dilapangan untuk selalu sadar bahwa setiap
elemen, fenomena, atau problema seharusnya ditangani/diperlukan dengan
memperhatikan dan mengindahkan konsekuensi-konsekuensi interaksinya dengan
elemen-elemen lain. Pendekatan demikian itu disebut pendekatan sistem atau “Systems
approach”.

Gambar 4.4.
Konsep Sistem dengan Beberapa Jenis Input

Dalam gambar tersebut maka kita lihat bahwa dalam proses akan selalu terdapat
in put dan in put ini akan masuk ke dalam proses, dimana didalam proses inilah akan
terjadi interaksi antara beberapa faktor in put tersebut. Kemudian dari interaksi tersebut
akan keluarlah hasil yang berupa out put. Di dalam proses manajemen atau proses
pengambilan keputusan maka in put yang ada adalah berupa informasi-informasi atau
data. Data-data ini akan di proses, dimana dalam proses pengolahan data itu akan
berupa analisis dari interaksi, perhubungan atau pengaruh mempengaruhi dari data
yang satu dengan yang lain dan sebagainya. Dari proses analisis data tersebut akan
keluarlah out put yang berupa rencana-rencana kerja atau perintah-perintah kerja. Out
put yang keluar akan menimbulkan situasi baru dan akan menjadi in put pada proses
selanjutnya.
Sebagaimana telah diuraikan dimuka bahwa dalam pendekatan sistem ini selalu
terdapat in put, dan in put ini akan saling berinteraksi didalam proses dan kemudian
hasil dari proses itu akan keluar output. Dalam hal ini terdapat beberapa jenis in put
yaitu:
1. Raw input (in put dasar).
2. Instrumental in put (in put instrumental).
3. Enviromental in put (in put lingkungan).

9
Dengan pendekatan sistem ini kita berpendapat bahwa sistem itu adalah
merupakan sesuatu yang saling berhubungan, dan dari perhubungan (interaksi) antara
beberapa faktor tersebut akan timbul sesuatu yang disebut out put. Sehubungan dengan
pendekatan sistem ini, terdapat dua macam yaitu, sistem yang tertutup (closed system)
dan sistem yang terbuka (open system). Dalam hal closed sistem berarti bahwa interaksi
antara faktor-faktor yang terjadi tersebut tidak dipengaruhi oleh unsur dari luar dan
hanya terdiri dari faktor-faktor didalam sistem itu saja, misalnya mobil, sepeda motor,
radio, TV dan lain-lain.
Sedangkan yang terbuka berarti bahwa interaksi antara faktor-faktor yang
terjadi disitu dapat dipengaruhi oleh unsur-unsur dari luar atau dari sistem yang lain,
seperti sistem pengadaan bahan, sistem pendidikan, pelayanan orang sakit,dan lain-lain.
Sistem yang terbuka memiliki ciri tertentu yaitu dalam sistem itu berlangsung adanya
prinsip Cybernetic (Cybernetic Principles).
Cybernetic yaitu prinsip umpan balik (feed back) atau sebab lingkar, yang
menyediakan mekanisme untuk tingkah laku mencari tujuan dan pengaturan terhadap
diri sendiri (self regulation). Sistem umpan balik yang sederhana dapat dilukiskan
dalam Gambar 4.5.

Gambar 4.5.
Konsep Sistem dengan PrinsipCybernetic

Sistem umpan balik ini dapat ditemukan misalnya pada lemari es yaitu
mekanisme yang menjaga ketetapan suhu di dalam lemari es tersebut. Jikalau suhu
akan menjadi dingin melebihi tingkat yang diinginkan, maka mekanisme itu akan
mematikan mesin pendingin secara otomatis, sebaliknya kalau dinginnya berkurang
dari suhu yang diinginka nmekanisme ini menghidupkan kembali alat pendinginnya.

10
Konsep sistem terbuka sangat berguna dalam menjelaskan dinamika interaksi
antara berbagai variabel. Adapun karakteristik dari sistem terbuka tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Adanya pertukaran energi, beda atau informasi antara sistem dengan
lingkungannya.
2. Sistem terbuka mempunyai kecenderungan untuk menjaga keadaan yang seimbang
(steady state). Hal ini dapat dicapai kalau rasio konstan antara komponen dalam
sistem tersebut selalu dijaga.
3. Sistem terbuka mempunyai mekanisme untuk mengatur sendiri (self regulating).
Hal ini merupakan penerapan dari prinsip cybernetic.

E. Rangkuman
Perencanaan produksi merupakan penentuan tujuan pokok (tujuan utama)
organisasi beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Langkah-langkah pokok
perencanaan terdiri dari; menentukan tujuan yang akan dicapai, menentukan
kedudukan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak dicapai,
menentukan faktor-faktor yang mendukung atau menghambat tercapainya tujuan
tersebut dan merumuskan kegiatan yang harus dilaksanakan. Kegiatan produksi dapat
dilakukan dengan tiga macam pendekatan yaitu; Pendekatan perkembangan yang
menguntungkan (Profitable Growth Approach), Pendekatan SWOT (Strenghth,
Weakness, Opportunity, and Threathment) dan Pendekatan Sistem.

F. Latihan
1. Jelaskan dan berikan contoh tentang perencanaan produksi?
2. Jelaskan dan berikan contoh tentang langkah-langkahperencanaanproduksi!

II. PROYEKSI KEBUTUHAN


Langkah yang paling awal dalam perencanaan adalah mencoba untuk mengetahui
pertumbuhan atau perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya
terhadap kebutuhannya. Pertumbuhan kebutuhan tersebut akan merupakan dasar dari
rencana-rencana kerja yang harus dilakukan oleh perusahaan agar supaya dapat tercapai
adanya keseimbangan yang menguntungkan bagi perusahaan tersebut. Oleh karena
itulah maka perlu kita mengetahui perkembangan kebutuhan masyarakat tersebut, baik

11
terhadap jenis kebutuhannya, banyaknya kebutuhan yang terjadi di masa depan
maupun mutu yang diinginkan masyarakat.
Untuk mengetahui akan hal tersebut maka kita harus membuat proyeksi
kebutuhan di masa depan, dan proyeksi ini sering disebut dengan forecasting, atau
sering pula disebut PrePlaning.
Forecast adalah merupakan ramalan atau estimasi terhadap keadaan di masa
depan. Hal ini dapat berupa ramalan terhadap perubahan permintaan, perkembangan
teknologi atau pun perkembangan dunia bisnis yang dapat mempengaruhi
perencanaan produksi. Untuk dapat mengetahui kesempatan-kesempatan
(opportunities) yang terbuka serta apa yang harus diperbuat oleh perusahaan di masa
mendatang maka kita perlu mengetahui keadaan di masa depank hususnya permintaan
atau kebutuhan. Dengan dapat diketahuinya gambaran terhadap keadaan permintaan
atau kebutuhan di masa depan maka kita dapat menyusun rencana-rencana kegiatan
kita dengan lebih baik dan menghindarkan diri dari kegiatan yang dapat menimbulkan
kerugian atau kekeliruan di masa depan.Gambaran terhadap permintaan di masa depan
umumnya dapat digali dari penelitian dan analisis pasar. Seberapa sumber data dapat
dipergunakan dalam melakukan analisis permintaan pasar tersebut yaitu.

A. Pendapatan Konsumen
Konsumen pemakai barang yang kita produksikan dapat dipergunakan sebagai
sumber data dan informasi yang baik bagi analisis pasar. Menggali data tentang
pendapat konsumen ini tidaklah mudah, karena hal ini tidaklah hanya sekedar
menanyakan apa yang dibutuhkan. Perlu diperhatikan pula bahwa dalam hal ini
pertanyaan harusla hmemiliki berbagai syarat agar data yang diperoleh dapat
dipergunakan untuk keperluan analisi sselanjutnya. Syarat tersebut antara lain:
1. Pertanyaan harus mudah dimengerti dan dicerna oleh dan dengan bahasa konsumen;
2. Pertanyaan tersebut memungkinkan gambaran yang dapat diukur secara kuantitatif.

B. Pendapatan Langganan (Custommer)

Langganan adalah orang yang membeli barang atau jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan. Langganan dapat berbeda dengan pemakai, sebab pembeli (langganan)
belum tentu pemakai (konsumen). Seperti halnya dalam pembelian susu bayi, pakaian
anak dan lain-lain. Langganan dapat dimintai keterangan tentang keputusan

12
pembeliannya. Dengan demikian dapatlah diperoleh gambaran tentan gmotif-motif
pembelian serta rata-rata atau kebiasaan pembelian.

C. Catatan Dan Pendapatan Distributor

Distributor akan dapat mengetahui lebih lengkap dan terperinci tentang kondisi
langganan atau pun konsumen di daerahnya. Distributorlah yang selalu berhubungan
langsung dengan konsumen atau langganan. Oleh karena itu, studi terhadap distributor
akan dapat memperoleh informasi tentang permintaan konsumen serta langganan.
Distributor pulalah yang akan merasakan langsung dari adanya persaingan, karena
mereka merupakan bagian yang terdepan didalam berhubungan dengan konsumen,
langganan serta pesaing. Oleh karena itu, wawancara dengan para distributor, lebih-
lebih dengan para salesman mereka akan dapat memperoleh gambaran yang baik
terhadap kondisi persaingan dan permintaan pasar. Distributor ini dapat berupa: agen,
serta toko-toko pengecer.

D. Catatan Penjualan Dari Perusahaan Sendiri

Perkiraan terhadap kondisi penjualan di masa depan dapat didasarkan pada data-
data historis dari penjualan masa yang lampau. Data historis biasanya telah tersedia di
dalam perusahaan dan merupakan data kuantitatif yang objektif. Pembahasan
selanjutnya tentang teknik-teknik forecasting adalah mendasarkan diri pada data utama
tersebut yaitu data historis.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, perencanaan merupakan salah satu
fungsi manajemen yang paling mendasar karena perencanaan menyangkut kegiatan
memilih (mengambil keputusan) di antara beberapa alternatif kegiatan. Perencanaan
menyangkut pemilihan tujuan organisasi maupun penentuan sarana-sarana untuk
mencapai tujuan tersebut. Perencanaan yang baik harus memperhatikan dan
memperhitungkan hakikat dan sifat dari keadaan di masa yang akan datang, dimana
keputusan perencanaan dan kegiatan akan dilangsungkan.
Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang secara sadar untuk
memikirkan alternatif-alternatif yang mungkin dapat dicapai pada masa yang akan
datang, menguji alternatif-alternatif tersebut dan memilih alternatif yang dikehendaki,
agar dapat menentukan cara untuk mencapainya. Ilmu yang mempelajari tentang masa

13
depan disebut Futurologi. Fungsi dari tinjauan terhadap penglihatan masa depan ini
adalah untuk membantu para pengambil keputusan dalam memilih alternatif-alternatif
untuk proses pengambilan keputusan, kemudian melihat konsekuensi dari keputusan
pada masa yang akan datang.
Uraian tentang apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang mengandung
alternatif yang akan dijadikan pedoman untuk perencanaan. Keadaan masa depan
akan selalu mengandung risiko atau ketidakpastian. Namun demikian teknik peramalan
akan sangat berguna untuk menentukan arah kebijakan. Sebaliknya peramalan dalam
jangka pendek akan mempunyai aspek kepastian yang lebih besar, karena variabel serta
interelasi variabelnya lebih jelas, akan tetapi tidak banyak berguna untuk
perencanaan jangka panjang.
Perubahan masa kini baik dibidang ekonomi, sosial, politik serta kebudayaan
sebagian besar kalau tidak seluruhnya diakibatkan oleh adanya perkembangan
teknologi ini bersifat akseleratif dan kumulatif mak asering imajinasi kita tidak dapat
mengikutinya. Sebagai konsekuensinya maka, sudah barang tentu akan bertambah
besar hasil perkembangan teknologi yang belum dapat kita bayangkan pada waktu kita
membuat antisipasi tersebut, tetapi hal ini tidak dapat mengurangi pentingnya
pembuatan gambaran atau skenario masa depan sebagai pedoman perencanaan.
Masa depan ini dapat diramalkan dengan tiga macam cara yaitu :
1. Dengan dasar pertumbuhan tetap, yaitu dengan menggunakan proyeksi sederhana
(linier regresion) dari masa lampau dan masa yang akan datang tanpa
mempertimbangkan adanya akibat dari perubahan-perubahan yang sengaja
dilakukan oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Dalam hal
ini berarti kita menggunakan regresi linier tanpa menganggap adanya usaha-usaha
manusia itu sendiri untuk mengubah keadaan tersebut, dan kita hanya mengikuti
arah perkembangan yang sudah terjadi itu seperti apa adanya, menurut keadaan itu
sendiri.
2. Dengan memperhatikan adanya perubahan yang dilaksanakan oleh generasi
sekarang serta generasi yang akan datang sebagai usaha mereka untuk menjawab
tantangan-tantangan. Misalnya kita dapat meramalkan jumlah penduduk pada tahun
2.000 berdasarkan angka pertambahan penduduk pada masa lalu dan sekarang. Hal
ini merupakan proyeksi seperti pada butir pertama di atas. Proyeksi ini akan berubah
apabila kita menambah unsur usaha manusia yang telah kita lakukan pada saat ini
yaitu kegiatan “Keluarga Berencana”. Dengan adanya usaha Keluarga Berencana

14
atau “KB”, maka proyeksi kita akan lebih kecil dari proyeksi linier tersebut.
Disamping itu usaha-usaha yang lain di bidang kependudukan dapat kita
perhitungkan pula seperti misalnya usaha transmigrasi, serta perbaikan kesehatan.
3. Dengan memperhatikan kejadian-kejadian yang mungkin timbul seperti bencana
alam, epidemis, gerakan/keadaan politik seperti nasionalisasi perusahaan asing dan
sebagainya. Dalam hal ini menggunakan teori kemungkinan atau probabilitas, yang
memungkinkan kita untuk meramalkan dengan tingkat ketelitian tertentu atau
probabilitas dari terjadinya lagi peristiwa-peristiwa yang telah lampau.
Dalam hal ini terdapat tiga macam keadaan yaitu:
a. Ketidakpastian (uncertainty)
Ketidakpastian menunjukkan suatu keadaan yang benar-benar tidak ada data
yang dapat kita pergunakan untuk menaksir atau meramalkan akan terjadinya
keadaan tertentu. Keadaan tersebut misalnya saja bencana alam, banjir, gunung
meletus, gempa bumi dan sebagainya. Keadaan tersebut keadaan yang tidak pasti
atau ketidakpastian (uncertainty).
b. Risiko(risk)
Keadaan ini menunjukkan keadaan yang tidak pasti atau ketidakpastiannya lebih
rendah, di mana dalam hal ini sudah terdapat data-data yang dapat dipergunakan
untuk meramalkan terjadinya suatu keadaan tertentu itu. Data-data tersebut telah
terkumpul dari data itu kita dapat memperhitungkan probabilitas terjadinya suatu
keadaan tertentu. Keadaan ini dapat diberikan pemisahan kejadian akan
kebakaran gedung, kematian seseorang, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
pesawat udara, keselamatan penumpang barang dan angkutan laut dan lain
sebagainya. Pada keadaan-keadaan tersebut terdapat data-data yang dapat
menopang perkiraan atau probabilitas akan terjadinya keadaan-keadaan
tersebut. Keadaan inilah yang sering disebut keadaan “Risiko”.

c. Kepastian(certainty)
Keadaan ini menunjukkan keadaan yang sudah pasti terjadi, dan dengan adanya
kepastian akan kejadian itu maka peramalan kita akan mendekati kebenaran dan
menjadi lebih sederhana. Pada umumnya dipergunakan dasar yang pertama yaitu
dengan dasar pertumbuhan tetap. Dengan dasar pertumbuhan tetap, yaitu dengan
menggunakan proyeksi sederhana (linier regresion) dari masa lampau dan masa
datang tanpa mempertimbangkan adanya akibat dari perubahan-perubahan yang

15
sengaja dilakukan oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.
Dalam hal ini berarti kita menggunakan regresi linier tanpa menganggap adanya
usaha-usaha manusia itu sendiri untuk mengubah keadaan tersebut,dan kita hanya
mengikuti arah perkembangan yang sudah terjadi itu seperti apa adanya, menurut
keadaan itu sendiri.
Dalam hal ini terdapa ttiga hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Arah pertumbuhan atau arah perkembangan
Arah pertumbuhan ini memiliki aspek perubahan yang terjadi dalam jangka
panjang. Hal ini sering disebut dengan “tren perkembangan”. Pengaruh ini
menunjukkan perkembangan ,baik perkembangan positif (growth) maupun
perkembangan yang negatif atau menurun (decline).
2. Pengaruhmusiman(seasonalefect)
Setiap usaha akan memiliki pengaruh perubahan dalam satu tahun yang
disebabkan oleh pengaruh musiman, baik musim yang bersifat alamiah
maupun musim yang bersifat sosial serta ekonomis. Dengan adanya pengaruh
musiman tersebut, maka setiap usaha akan memiliki fluktuasi musimannya
sendiri-sendiri antara satu jenis usaha dengan jenis usaha lainnya. Perhitungan
yang bisa dilaksanakan untuk memperkirakan fluktuasi musiman ini disebut
“Indeks Musim” atau “Seasonal Indeks”. Pengaruh musim akan menunjukkan
gejala perubahan volume penjualan karena pengaruh musim. Pengaruh musim
ini akan menyebabkan adanya fluktuasi penjualan yang tertentu dalam satu
tahun, yang selalu akan berulang kembali dan membentuk pola penjualan
musiman. Pengaruh musim tersebut dapat diperhitungkan ke dalam forecast
kita. Perhitungan itu terlihat dalam perhitungan indeks musim yang akan
dibahas. Perlu diperhatikan disini bahwa arti kata musim tidak saja musim
kemarau atau musim penghujan, akan tetapi dapat berbentuk musim tahun
ajaran baru atau musim penerimaan mahasiswa baru. Bahkan dapat pula
berarti musim turunnya anggaran pembangunan pemerintah (DIP=DaftarIsian
Proyek).
3. Pengaruhkonjungturatausiklis(cyclicalefect)
Dalam hal ini kita berusaha menghitung perubahan-perubahan yang terjadi
sebagai akibat dari perkembangan sosial ekonomis jangka panjang atau siklus
kehidupan ekonomi yang sering disebut dengan pengaruh konjungtur.
Pengaruh ini pada umumnya akan terjadi antara lima sampai delapan tahun.

16
Pengaruh ini merupakan gejala fluktuasi perekonomian jangka panjang yang
sering disebut sebagai pengaruh konjungtur.

E. Metode Time Series / Tren


Time Series atau RUNTUN WAKTU adalah suatu analisis dimana kita berusaha
menggambarkan pola perkembangan penjualan dari catatan penjualan pada runtun
waktu yang telah lewat untuk dapat memperoleh besar kecilnya tingkat perkembangan
penjualan tahunan. Analisis time series ini sering juga disebut trend regression atau
sering pula disebut method least square”. Data historis dapat memberikan pola
pergerakan atau pertumbuhan permintaan pasar, dan dengan pola tersebut kita berusaha
memperkirakan, meramalkan, tentang bagaimana permintaan pasar di masa depan
perlu diperhatikan pula dalam melakukan forecasting ini bahwa bagaimanapun juga
keadaan di masa depan adalah penuh dengan risiko atau ketidakpastian, oleh karena itu,
meskipun kita telah mencoba dengan metode-metode peramalan yang akan kita bahas
nanti, maka kita tidaklah boleh melepaskan diri dari pertimbangan, peramalan, serta
pemakaian indera ke enam atau judgment terhadap hasil-hasil ramalan yang diperoleh
dari berbagai teknik tersebut.
Dalam peramalan penjualan ini maka kita perlu mengetahui dan memonitor
perubahan-perubahan dalam volume penjualan beserta sebab-sebab terjadinya
perubahan penjualan tersebut. Sebab-sebab yang dapat menimbulkan variasi atau
perubahan penjualan dari suatu perusahaan biasanya merupakan hal-hal yang sangat
kompleks. Data-data penjualan mungkin akan berupa seperti tergambar dibawah ini.

17
Penjualan (0.000ton)

Gambar 4.6.
Contoh Situasi Data Penjualan dengan Arah Perkembangan

Gambar 4.6. sebenarnya merupakan penggambaran dari data yang terdapat di


dalam suatu perusahaan. Adapun data penjualannya terlihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1.
Data PenjualanSelama 5 Tahun Terakhir (Puluhan RibuTon)
Kuartal Tahun
1986 1987 1988 1989 1990
I, II 19 28 27 30 32
III 37 42 36 43 44
IV 30 31 28 29 32
Jumlah 22 18 19 20 22
108 119 110 122 130

Data pada Tabel 4.1. dapat digambarkan dalam bentuk grafik penjualan tahunan
dalam Bila kita perhatikan maka dari data penjualan tersebut akan kita ketahui pola
perkembangan penjualannya. Pola perkembangan tersebut akan dapat digambarkan
dalam gambar dimana dalam gambar tersebut terlihat adanya garis yang mana garis
tersebut memiliki komponen yang tetap dan komponen yang variabel. Bila garis
tersebut kita nyatakan dalam persamaan garis maka akan berbentuk:

18
Y=a +bx

dimana:
Y = besarnya penjualan, yang dinyatakan didalam sumbu vertikal dari grafik tersebut.
x = tahun perencanaan penjualan, yang dinyatakan di dalam sumbu horizontal.
a = komponen yang tetap dari penjualan pada setiap tahun.
b = tingkat perkembangan penjualan tiap tahun, dan juga merupakan arah garis, atau
slope dari garis perkiraan penjualan tersebut.

Oleh karena itu, apabila kita memperoleh angka-angka yang menunjukkan


besarnya a dan besarnya b tersebut, maka kita dapat memperkirakan berapa ramalan
penjualan untuk tahun-tahun selanjutnya. Bentuk menghitung besarnyaa dan b tersebut
dapat ditempuh dua cara yaitu:

1. Tahun Pertama sebagai Tahun Dasar


Dalam hal ini berarti bahwa, apabila kita pergunakan data-data penjualan selama 5
tahun terakhir pada contoh di muka, maka tahun dasar yang dipergunakan adalah
tahun1986, kemudian dengan tahun dasar penjualan 1991, kita akan berusaha
meramalkan pada tahun depan yaitu tahun1991 dan seterusnya. Tahun dasar kita
beri kode tahun ke 0, maka tahun 1981 yang kita perkirakan berarti tahun ke5. Oleh
karena itu, bila kita pakai tahun 1986 sebagai tahun dasar maka berarti kita akan
memperkirakan besarnya volume penjualan (Y) pada tahun ke 5 atau X = 5. Dengan
persamaan garis Y=a+bX maka kita akan mengetahui besarnya Y atau volume
penjualan pada tahun (X) ke5, apabila kita mengetahui besarnya a dan b. Didalam
metode ini maka besarnya a dan b dapat dicari dengan rumus:

 Y X2 X Y


a
n X2  X
2

n XY X Y


b
 
n X2  X
2

dimana
n = jumlah tahun dari data historis yang ada.
x = angka tahun (kode).
y = jumlah penjualan.

19
Untuk menerapkan rumus-rumus tersebut maka kita perlu menyusun tabel- tabel
perhitungan yang membantu penerapan rumus tersebut yaitu:

Tabel 4.2.
Tahun Kode Tahun (X) Y X2 XY
1986 0 108 0 0
1987 1 119 1 119
1988 2 110 4 220
1999 3 122 9 366
1990 4 130 16 520
Jumlah (X) 10 589 30 1.225

Setelah tabel pembantu dibuat maka perhitungan terhadap (a) dan (b) dapat kita
lakukan dengan mudah yaitu:

 589  30 10 1.225 


a
 5 30 102
17.670 12.250

150 100
5.420

50
= 108.40

 5 1.225  589 10 


b 
2
 5  30 10 
235

50
= 4.70

Jadi b = 47.000 ton.

Dari perhitunganadanbtersebutmakakitadapatmemperhitungkanramalan
penjualanpadatahun1991atautahunke5 adalahsebesar

y 91 = a bx.
y 91 = 1.080.000 47.000  5 
y 91 = 1.319.000 ton.

Jadi ramalan penjualan tahun1991 = 1.319.000 ton.

2. Titik Tengah sebagai TahunDasar

Dalam cara ini maka yang kita pergunakan sebagai tahun dasar adalah tahun 1986;
dan untuk itu tahun itu diberi kode tahun ke 0. Sedangkan tahun sebelumnya dengan

20
tanda minus dan tahun sesudahnya dengan tanda plus. Oleh karena itu, dalam hal ini
berarti bahwa sekarang kita akan meramalkan besarnya volume penjualan untuk
tahun ke 3 yaitu tahun 1991, dengan tahun dasar 1988. Dalam metode ini a dan b
dari persamaan garis Y=a+bx dapat dicari dengan rumus:

Aa

Y
a
n

XY
b 2
X

Penerapan rumus tersebut ke dalam contoh data penjualan 5 tahun terakhir yang
telah ada di muka perlu dibentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3.

Tahun Kode Tahun (X) Y X2 XY


1986 -2 108 4 - 216
1987 -1 119 1 - 119
1988 0 110 0 0
1989 +1 122 1 122
1990 +4 130 4 260
Jumlah 0 589 10 47

589
a  117,80
5

47
b 4,70
10

Jadi a = 1.178.000ton b = 47.000 ton

Ramalan penjualan untuk Tahun 1991 atau Tahun ke3 adalah:

Y = 1.178.000+ (47.000)(3)
1.319.000 ton

F. Methoda- Exponential

Kadang-kadang bentuk kurva dapat memberikan ketepatan yang tinggi terhadap


ramalan yang kita lakukan dibandingkan dengan bentuk garis lurus. Bentuk kurva ini
berarti menggambarkan adanya pertimbangan atau pengurangan yang tidak selalu
sama pada tiap tahun. Di dalam ramalan (forecast) dalam bentuk garis lurus maka

21
berarti disitu terdapat pertambahan yang selalu sama pada tiap tahun. Yaitu ditunjukkan
oleh besarnya slope arah garis a atau b. Besarnya b itulah yang merupakan tingkat
pertambahan tiap-tiap tahunnya. Apabila besarnya b adalah negatif berarti slope adalah
menurun jadi garisnya akan menurun dengan tingkat penurunan yang sama setiap
tahun sebesar b tersebut. Dalam hal exponential ini maka tingkat pertambahan
pada tiap-tiap tahun akan berbeda dan arah garisnya (b) tidaklah berpangkat satu akan
tetapi berpangkat lebih dari satu. Oleh karena itu, bentuk persamaan garisnya adalah

Y=xa.bx. Dengan demikian maka bentuk garisnya adalah menjadi lengkung dan tidak
lurus (hal ini terlihat pada Gambar4.2).
Akan tetapi bentuk persamaan garis yang exponential tersebut dapat di rubah menjadi
bentuk linier atau garis lurus, dengan cara menyatakannya dalam fungsi atau
persamaan garis logaritma. Jadi apabila kita konversikan ke dalam bentuk persamaan
logaritma maka akan menjadi persamaan linier atau garis lurus sebagai berikut.

x
Yab
ataulogYlog ab  
x

logYlogalogb

Dalam bentuk persamaan logaritma tersebut maka akan tampak menjadi persamaan
garis lurus atau linier. Dengan unsur tetapnya sebesar log a dan tingkat pertumbuhan
tiap-tiap tahun sebesar log b.
Gambar garis dari persamaan logaritma tersebut dapat dilihat dalam Gambar 4.4,
dengan menyatakan persamaan garis dalam bentuk logaritma tersebut maka fungsi
perpangkatan atau exponential tersebut dapat dipecahkan dengan method least
square seperti telah dibahas di muka. Oleh karena itu, apabila kita menggunakan
contoh data yang telah dipakai di muka maka dapatlah kita ke temukan a serta b dari
persamaan garis tersebut. Dengan demikian rumus dari a dan b dapat dicari dengan cara
di atas.
Dalam hal ini a adalah log a, b adalah log b, Y adalah log Y, sedangkan x tetap x.
Sehingga dengan demikian rumus a dan b di muka dapat dinyatakan sebagai berikut:

22
a
 =  Y
menjadi:
n
log a =  logY
n
sedangkan
a = xY
menjadi:
2
x

log a = xlogY

2
x

Kemudian untuk mendapatkan a dan b tersebut dapat dicari dengan menghitung anti log dari hasil
perhitungan di atas. Dari contoh data persoalan dimuka dapatlah kita susun tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4.

Tahun Y X X2 Log Y X Log Y


1986 108 -2 4 3,0334 - 4,0668
1987 119 -1 1 2,0755 - 2,0755
1988 110 0 0 2,0414 0
1989 122 +1 1 2,0864 2,0864
1990 130 +4 4 2,1139 4,2278
Jumlah 589 0 10 10,3506 0,1719

Dari data Tabel 4.4. dapatlah dicari a dan b sebagai berikut:

∑ YlogY

23
Persamaan garis tersebut dapatlah dinyatakan menjadi:

Setelah diperoleh hasil dari persamaan-persamaan tersebut maka seharusnya perlu


dilakukan perbandingan antara angka-angka dari hasil forecasting dengan angka-angka
riil dari data yang ada. Hal ini untuk mengetahui tingkat kesalahan atau perbedaan yang
akan dialami dari forecast tersebut. Perbandingan dari angka-angka tersebut di atas
dapatlah dilihat dari Tabel 4.5.

Tabel4.5.

AngkaForec
Tahun Angka
Regresi linier ast Exponential

1986 108 108, 108


1987 119 4 ,5
1988 110 113, 112
1989 122 1 ,9
1990 130 117, 117
1991 - 8 ,5
122, 122

Gambar 4.7.
Kurva Perencanaan Exponential

24
G. Metode Rata-Rata Sederhana (Simple Average)

Metode rata-rata sederhana ini pada dasarnya adalah untuk meramalkan adanya
fluktuasi musiman dari ramalan penjualan tahunan yang telah diperhitungkan.
Metode rata-rata ini berusaha mendapatkan ramalan penjualan bulanan atau
mingguan atau triwulanan. Tentu saja apabila telah diperoleh ramalan-ramalan
penjualan misalnya, maka kita akan dapat mengetahui pula ramalan penjualan
tahunan dengan cara menjumlah ramalan-ramalan bulanan tersebut selama 12 bulan
atau satu tahun. Dengan adanya ramalan bulanan ini maka dapatlah diketahui
gambaran tentang fluktuasi penjualan, fluktuasi tersebut akan menunjukkan pengaruh
musim terhadap penjualan. Data-data fluktuasi penjualan bulanan dari beberapa
tahun sebelumnya dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun pola fluktuasi
penjualan bulanan dalam satu tahun. Pola fluktuasi penjualan bulanan atau triwulan
atau tengah tahun tersebut dikatakan sebagai indeks musiman tersebut secara
sederhana dapat diperhitungkan dengan mencari persentase rata-rata tiap penjualan
bulanan atau triwulan. Apabila data-data dari suatu penjualan terdapat seperti dalam
Tabel3, maka dapatlah diikuti dengan jelas perhitungan indeks musiman serta
ramalan beserta fluktuasinya.

Tabel4.6. Data Penjualan TriwulanSelama Lima Tahun (dalam ribuan ton)


Tahun I II III IV Jumlah
1986 190 370 300 220 1.080
1987 280 470 310 180 1.190
1988 270 360 280 190 1.100
1989 300 430 290 200 1.220
1990 320 440 320 220 1.300
Jumlah 1.380 2.020 1.500 1.010 5.890
Rerata 272 404 300 202 294,5

Dari data Tabel 4.6. maka dapatlah diperhitungkan indeks musiman yang
diperoleh dengan membagi rata-rata triwulan dengan rata-rata dari seluruh triwulan
yang ada. Bila kita pergunakan IT sebagai simbol dari Indeks Triwulan maka:

25
272
IT1 0,29
= 294,5

404
IT2 1,37
= 294,5

300
IT3 1,02
= 294,5

202
IT4 0,69
= 294,5

Dari angka indeks musiman tersebut maka dapatlah disusun ramalan penjualan
dengan fluktuasinya dari tahun 1991 sebagai berikut:

1.319.000ton
Triwulan1 × 0,92
4 = 303.000 ton

1.319.000ton
Triwulan2 ×1,37
4 = 452.000 ton

1.319.000ton
Triwulan3 ×1,02
4 = 336.000 ton

1.319.000ton
Triwulan4 ×0,69
4 = 228.000 ton

Total = 1.319.000 ton

H. Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average)

Dalam metode ini perhitungan rata-rata dilakukan secara bergerak ke depan


untuk memperkirakan penjualan pada periode yang kemudian atau yang akan datang.
Misalnya saja bila kita pergunakan moving average 12 bulan kita memperhitungkan
rata-rata dari Januari 1986 sampai dengan Desember1986, dan berikutnya kita
perhitungkan rata-rata dari Februari 1986 sampai dengan Januari 1987, kemudian
rata-rata dari Maret 1986 sampai dengan Februari 1987 dan seterusnya. Dengan
meneruskan pergerakan ke depan dari perhitungan rata-rata tersebut maka kita
memperoleh perkiraan penjualan pada bulan tengah dari bulan yang dirata- rata
tersebut. Misalnya rata-rata dari Januari 1986 sampai dengan Desember 1986 berarti
kita memperoleh perkiraan penjualan untuk periode satu bulan tengah tahun 1986

26
yaitu antara Februari1986 sampai dengan Januari 1987, memperoleh perkiraan tengah
dari periode 12 bulan tersebut, yaitu perkiraan penjualan selama sebulan dari 15 Juli
– 15 Agustus 1986. Dengan meneruskan pergerakan (moving) terhadap perhitungan
rata-rata tersebut ke depan, maka akan dapat kita peroleh perkiraan terhadap
penjualan periode bulanan dari tahun-tahun yang akan datang. Dari perhitungan
moving average tersebut kemudian dapat diperhitungkan perkiraan tengahnya lagi
sehingga dapat diperoleh perkiraan bulanan yang rapi yang dimulai dari awal dan
akhir bulan dan bukannya dari tengah bulan, (atau tanggal 15 pada masing-masing
bulan). Setelah penjualan tersebut diperhitungkan maka kita memperhitungkan indeks
musimnya. Angka indeks musiman ini diperoleh dengan membagi penjualan riil
dengan perkiraan penjualan hasil perhitungan rata-rata tersebut di atas. Angka indeks
tersebut agar lebih tepat dalam penerapannya perlu diperhitungkan lagi dengan
mencari rata-rata dari angka-angka indeks masing-masing triwulan. Dengan
menerapkan angka indeks musiman beserta perhitungan rata-rata bergerak tersebut di
atas diperoleh angka perkiraan atas penjualan yang akan datang.
Untuk mendalami penerapandari metode rata-rata bergerak (moving average)
ini maka kita pakai contoh data penjualan yang telah ada di depan, dan kita
perhitungkan dengan moving average 4 periode triwulan. Perhitungan rata- rata
bergerak dapat diikuti dari Tabel4.7..
Tabel4.7.
PerhitunganMovingAveragedanIndeks Musiman (dalam puluhanributon)

Tahun Triwulan Volume Moving Average Titik tengah Angka Indeks Musiman
Penjualan (ton) 4 Periode Movingaverage
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1986 T1 190
T2 370 270 281 1,07
T3 300 292 298 0,74
T4 220 305 306 0,91

1987 T1 280 307 302 1,39


T2 420 297 296 1,04
T3 310 295 287 0,63
T4 180 280 276 0,98

1988 T1 270 273 274 1,32


T2 360 275 279 1,00
T3 280 283 286 0,66
T4 190 300 301 1,00

1989 T1 300 303 304 1,42

27
T2 430 305 307 0,94
T3 290 310 311 0,64
T4 200 312 316 1,01

1990 T1 320 320 322 1,37


T2 440 325
T3 320
T4 220

CatatanPerhitungan
1. Kolom (4) diperoleh dengan 4 periode rata-rata bergerak yaitu misalnya baris
pertama 270 adalah dari rata-rata:

190 +370 +300 + 220


= 270
4
Baris berikutnya terlihat angka 292 adalah diperoleh dari rata-rata:
370 +300 + 220 + 280
= 292
4
Baris-baris berikutnya diperoleh seperti itu pula.

2. Kolom (5) diperoleh dengan mencari rata-rata dari kolom (4) untuk mencari
titik perkiraan tengah dari dua angka perkiraan pada kolom (4). Misalnya saja
baris pertama kolom (5) tersebut terdapat angka 281, adalah diperoleh dari
rata-rata:

270 + 292
= 281. Baris kedua dalam kolom (4) terdapat angka 292
2
292 + 305
Diperoleh dari rata-rata = 298.
2
(dibulatkan kebawah). Baris-baris berikutnya dicari juga dengan cara yang sama
seperti di atas.

3. Angka indeks musiman pada kolom (6) diperoleh dari pembagian angka riil dari
kolom (3) dibagi dengan angka forecast dalam kolom (5). Hasil tersebut
menghasilkan angka-angka dalam kolom (6) tersebut. Misalnya baris pertama dari
kolom (6) terdapat 1.07 adalah diperoleh dari
300
= 1,07. Baris kedua kolom (6) terdapat angka0. 74 adalah dari

281
220
= 0,74 baris-baris berikutnya dihitung dengan cara yang sama.

298

28
4. Langkah Selanjutnya setelah diperoleh angka-angka indeks musiman dalam
kolom (6) tersebut adalah mengadakan perhitungan rata-rata indeks musiman
masing-masing triwulan, kemudian rata-rata indeks triwulan yang diperoleh
tersebut perlu diadakan adjusment sebelum angka indeks tersebut perlu digunakan
untuk menghitung ramalan penjualan tahunan atau triwulan yang akan datang.
Proses perhitungan indeks musiman beserta adjusment terhadap angka indeks
tersebut dapat diikuti dari Tabel 4.8.

Tabel4.8.
Perhitungan Angka Indeks Musiman dan Penyesuaiannya

Tahun Triwulan 1 Triwulan 1 Triwulan 1 Triwulan 4

(1) (2) (3) (4) (5)


1986 1,07 0,74
1987 0,91 1,39 1,04 0,63
1988 0,98 1,32 1,00 0,66
1989 1,00 1,42 0,94 0,64
1990 1,01 1,37

3,90 5,50 4,05 2,67


Jumlah

Rata-rata indeks musiman 0,975 1,375 1,0125 0,6675

Indeks musiman disesuaikan 0,97 1,37 1,00 0,66

Rata-rata indeks musiman diperoleh dengan membagi total indeks musiman pada
masing-masing triwulan dibagi dengan banyak data angka musiman masing-masing
triwulan. Misalnya rata-rata indeks musiman untuk triwulan1 adalah:
3,90
0,975

4
Rata-rata indeks musiman pada triwulan selanjutnya diperhitungkan dengan cara yang
sama pula. Proses penyesuaian angka indeks musiman tersebut perlu dilakukan karena
jumlah total indeks musiman rata-rata yang diperoleh dalam perhitungan tersebut
adalah tidak sama dengan 1,00. Sedangkan seharusnya jumlah angka rata-rata indeks
musiman tersebut seharusnya berjumlah 1,00. Pada perhitungan rata-rata indeks
musiman tersebut menunjukkan angka 1,0075. Yaitu diperoleh dari:

1,0075 1,3750 1,01250,6675


1,0075

29
4

Angka tersebut seharusnya menunjukkan angka 1.00 atau 100%. Oleh karena itu, perlu
diadakan penyesuaian sebelum angka indeks tersebut dipergunakan dalam proses
peramalan. Dari angka-angka indeks musiman yang menunjukkan angka 1,0075 berarti
harus diadakan penyesuaian terhadap masing-masing indeks musiman itu dengan
mengurangi sebesar 0,75% nya atau 0,0075. Angka indeks musiman yang telah
disesuaikan tersebut terlihat pada Tabel 8 dimana pada triwulan 1 misalnya,
penyesuaian dilakukan dengan mengurangi angka indeks 0,975, sehingga diperoleh
angka indeks sebesar 0.97. Penyesuaian selanjutnya dilakukan dengan cara yang
sama.
5. Langkah terakhir dalam proses peramalan dengan metode moving averageini adalah
memperhitungkan ramalan penjualan untuk tahun depan yaitu tahun1991; dalam
kasus ini ramalan penjualan Tahun1991 dapat dilakukan sebagai berikut:

Triwulan1 = 0,97× × 316 = 306,52


Triwulan2 = 1,37× × 322 = 441,14
Triwulan3 = 1,00× × 307 = 307
Triwulan4 = 0.66× × 311 = 205,26
Total Tahun 1991 1.259,92

Jadi ramalan tahun 1991 = 1.259.920 ton.

I. Methoda- Exponential Smoothing

Setiap metode forecasting yang kuantitatif memerlukan adanya penyesuaian


terhadap fluktuasi permintaan. Didalam exponential smoothing ini kita berusaha
menambahkan suatu faktor yang disebut smoothing constan dan diberikan simbol alpa
(). Faktor penambahan tersebut langsung dihubungkan dengan data penjualan dari
tahun yang paling akhir. Peramalan yang menggunakan cara exponential smoothing ini
diperoleh dari persamaan.

Fn=Yn–1 + (1–)Fn–1
Atau persamaan tersebut dapat diubah menjadi
Fn= Fn+(Yn–1–Fn– 1). dimana
Fn = ramalan penjualan tahun depan
Fn–1 = ramalan penjualan dari tahun sebelumnya.
= smoothing constant ( 0<1)
Yn–1 = data penjualan riil dari tahun sebelumnya.

30
Olehkarena itu, dari formulasi persamaan tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa:
Ramalan penjualan tahun depan adalah sama dengan penjualan tahun sebelumnya
menurut ramalan ditambah dengan sebagian tertentu sebesar dari selisih antara nilai riil
penjualan tahun sebelumnya dengan ramalan penjualan pada tahun sebelumnya itu.
Dari uraian tersebut maka kita perlu memperhitungkan angka atau jumlah penjualan
tahun sebelumnya menurut perhitungan peramalan. (Meskipun data-data penjualan riil
terhadap tahun itu sudah ada). Kemudian setelah itu kita perhitungan besarnya
smoothing constant. Pada umumnya adalah suatu angka yang memiliki hubungan
dengan n. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan dalam suatu persamaan.

2

n1

Persamaan-persamaan forecast dengan metode exponential smoothing tersebut


menunjukkan adanya hubungan antara penjualan sebelumnya terhadap penjualan
selanjutnya. Hubungan itu tentu saja dapat ditunjukkan dalam persamaan sebagai
berikut:
Fn = Yn–1+ (1 –)Fn–1
= Yn–1+(1–)Yn–2+(1 –)2Ynn-3+ ………..+ (1–)nYn-n

dimana
Fn = ramalan penjualan pada tahun n
Y = data riil penjualan

yn–n=Fn penjualan pada awal tahun ramalan.

Apabila persamaan tersebut kemudian ditetapkan pada data dasar pada


contohpersoalanyangadadimuka maka kitaperolehramalan penjualan
untuktahun1991sebagaiberikut:

F1991=FS=(0,3)130+(0,3)(0,7)122+(0,3)(0,7)2110+(0,3)(0,7)3119 + (0,7)4108.
= (0,3)130+ (0,21)122+ (0,15)110+(0,10)119+(0,24)108..
= 39+ 25,62+ 16,5+11,9+25,92
= 118,94
= 1.189.400 ton.

31
J. Standar Error Dari Peramalan

Forecast yang telah kita perhitungkan tentu saja tidak akan lepas dari
kemelesetan atau kesalahan dari estimasi kita, perlu diperhatikan dan perlu
diperhitungkan, untuk melakukan judgment didalam pengambilan tingkat kemelesetan
dari estimasi kita itu maka kita dapat memperbaiki tingkat ketepatan peramalan kita.
Tingkat kesalahan (error) terhadap estimasi tersebut dapat diperkecil dengan
melakukan estimasi interval. Dalam estimasi-estimasi yang telah kita kemukakan
adalah estimasi titik (point estimate). Dalam interval estimate maka kita membuat
forecast dalam bentuk interval antara satu jumlah dengan jumlah yang lain. Misalnya
ramalan penjualan tahun depan antara 1.400 ton sampai 1.500 ton. Semakin lebar
interval tersebut akan berakibat semakin kurang berarti angka ramalan tersebut bagi
perencanaan. Sebaliknya semakin sempit interval tersebut semakin tinggi arti dari
ramalan tersebut bagi perencanaan dan pengawasan. Semakin lebar interval dalam
estimasi tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat-tingkat penyimpangan dari estimasi
kita adalah besar, sedangkan apabila tingkat penyimpangan estimasi kita kecil maka
interval estimasi cukup kecil. Besar kecilnya tingkat atau standar penyimpangan dari
estimasi dapat dipergunakan untuk membentuk interval estimasi. Oleh karena itu,
besar kecilnya standard error itu berarti menunjukkan besar kecilnya tingkat kesalahan
dari poin estimasi. Standard penyimpangan itu (Sy) dapat diperhitungkan dengan
rumus

 2
Sy = YYf

dimana
Sy = Standar error
Y = Data riil penjualan
Yf = Perhitungan ramalan penjualan terhadap data riil penjualan dari tahun-
tahun yang lampau.
V = degree of fredom (dalam small sampe lV = n – 2).

Untuk menerapkan perhitungan standard error dari estimasi tersebut di atas


berarti kita harus memperhitungkan terlebih dahulu tentang angka-angka perhitungan
peramalan terhadap penjualan tahun sebelumnya menurut perhitungan peramalan yang

32
telah kita kemukakan di muka, dengan formulasi peramalan yang telah dibahas dimuka,
baik dengan metode linier regresion maupun dengan exponential. Angka-angka
tersebut adalah Yf. Setelah diperhitungkan angka-angka ramalan tersebut lalu
dibandingkan dengan angka-angka riil data historis penjualan dari masing-masing
tahun. Apabila selisih antara angka riil dengan angka bahwa tingkat kesalahan atau
tingkat estimasi kita adalah besar.
Guna mengetahui penerapan perhitungan standar penyimpangan tersebut maka
dapatlah kita ikuti perhitungan dengan menggunakan contoh persoalan dasar yang telah
dikemukakan di depan dengan menggunakan metode garis regresi linier maka akan
diperoleh perhitungan sebagai berikut.

Tabel 4.9.

Tahun Y Yf Y –Yf (Y –Yf)


(1) (2) (3) (4) (5)
1986 108 108, 0,4 0,16
4
1987 119 113,1 5,9 34,81
1988 110 117,8 7,8 60,84
1989 122 122,5 0,5 0,25
1990 130 127,2 2,5 7,84
Jumlah 0 103,90

2
YYf 103,9
Sy 5,9
n2 3

Dari angka perhitungan standar penyimpangan sebesar 6 tersebut maka dapat kita
terapkan di dalam peramalan kita. Penerapan standar penyimpangan terhadap
ramalan tahun 1991 akan memperoleh angka peramalan bahwa; angka ramalan
penjualan tahun 1991 yang menurut metode regresi linier memperoleh angka 1.319
ton akan dapat perkirakan terjadi penyimpangan sebesar 6 ton. Jadi dapatlah
diperkirakan bahwa kemungkinan besar akan berada dalam interval antara 1.316 ton-
1.322 ton.

K. Korelasi
Korelasi merupakan perhubungan sebab akibat antara satu faktor dengan faktor yang
lain. Misalnya saja korelasi antara pertambahan jumlah penduduk dengan kebutuhan
bahan pangan, pertambahan jumlah mahasiswa dengan kebutuhan angkutan Kota di

33
Yogyakarta, dan sebagainya. Dengan adanya korelasi antara satu variabel yang lain
akan memungkinkan kita membuat ramalan terhadap satu variabel tertentu yang belum
banyak datanya dari variabel yang lain yang mempunyai korelasi dengan variabel yang
lain ditentukan oleh suatu angka yang disebut koefisien korelasi yang sering dikasih
simbol r. Dimana r akan terletak antara 0 dan 1. (0≤r≤1). Apabila r = 1 berarti bahwa
terdapat hubungan yang sangat erat antara kedua variabel. Bila r mendekati 1 berarti
ada hubungan yang cukup erat, sebaliknya bila mendekati 0 berarti hubungan masih
meragukan. Dalam hal ini angka koefisien korelasi dapat berupa angka negatif. Apabila
terdapat r yang negatif hal ini berarti bahwa disitu terdapat hubungan yang saling
bertentangan artinya bila variabel yang satu naik, maka variabel yang lain justru turun.
Sedangkan r yang positif berarti bila variabel yang satu naik, maka variabel yang lain
akan naik pula.

L. Rangkuman
Langkah yang paling awal dalam perencanaan adalah mencoba untuk mengetahui
pertumbuhan maupun perkembangan kebutuhan masyarakat. Pertumbuhan tersebut
akan merupakan dasar dari rencana kerja yang harus dilakukan oleh perusahaan. Salah
satu cara untuk menentukan proyeksi kebutuhan adalah dengan membuat ramalan-
ramalan terhadap keadaan pada masa yang akan datang, terutama mengenai analisis
permintaan pasar, seperti; pendapat konsumen, pendapat langganan, catatan dan
pendapat distributor, catatan penjualan dari perusahaan. Adapun metode yang
digunakan dalam membuat proyeksi kebutuhan sebagai berikut: metode time series,
metode exponential, metode rata-rata sederhana, metode rata-rata bergerak, metode
exponential smoothing, standar error dari peramalan dan analisa korelasi.

M. Latihan
1. Sebut dan jelaskan metode yang digunakan dalam menghitung proyeksi
kebutuhan!
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan analisis korelasi dan berilah contoh sebagai
penjelasan atas jawaban Anda?

III.Perencanaan Produksi

34
Dalam kegiatan belajar ini berusaha melihat bagaimana proses produksi itu harus
direncanakan sehingga kita dapat membuat sesuatu barang secara lancar dan dengan
biaya produksi yang minimal. Untuk itu maka perlu adanya pembuatan gambar-gambar
(drawings). Gambar tersebut akan menunjukkan komponen-komponen beserta jumlah
yang terkandung dalam barang yang akan diproduksi. Disamping itu juga diusahakan
tergambarnya hubungan antara komponen-komponen beserta jumlah yang kita
butuhkan. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar4.1. Setelah kita mengetahui
kebutuhan komponen-komponennya maka tugas selanjutnya adalah memikirkan
tentang bagaimana membuat atau memproduksi barang itu, atau dengan kata lain
bagaimana proses produksi itu harus dilaksanakan, bagaimana urutan proses
produksinya. Urutan proses produksi tersebut kemudian harus dituangkan kedalam
dokumen yang disebut: RuotSheets atau Operation Sheets. Oleh karena itu, kita
mengetahui bahwa perencanaan proses dimulai dan dilakukan atas dasar desain
produksi (production design) yang tertuang didalam bentuk gambar-gambar
(drawings). Atas dasar gambar-gambar itulah maka disusun bagaimana proses
produksinya (How to manufacture). Gambar-gambar itu kemudian dianalisis
bagaimana hubungan antara komponen-komponen yang ada, bagaimana prosedur
pemasangan atau assembling-nya, komponen-komponen mana yang harus dibikin
sendiri ataupun yang harus dibeli saja dari perusahaan lain, beserta alat-alat
perlengkapan/pembantu yang dapat dipergunakan untuk membantu memperlancar dan
mempermudah pelaksanaan pekerjaan. Apabila barang tersebut merupakan barang
yang sangat kompleks yang terdiri dari komponen-komponen yang sangat banyak
dan kompleks, maka perlulah diadakan pembagian atau spesifikasi pekerjaan yang
kemudian akan dipasang atau di-assembling antara satu dengan yang lain. Dalam hal
ini akan diperlukan adanya gambar-gambar khusus yang lebih terperinci dari bagian-
bagian tertentu dari sesuatu komponen tertentu.
Jadi didalam rout sheet ini perlu digambarkan tentang urutan proses produksi
yang harus dilakukan dan perlengkapan pembantu yang diperlukan. Didalam setiap
tingkatan proses produksi, setiap komponen harus dianalisis untuk memperoleh
gambaran tentang bagaimana proses pembuatannya
Urutan proses pembuatan sesuatu barang kadang-kadang dapat ditempuh dalam
beberapa macam urutan. Oleh karena itu, kita perlu menganalisis atau mencari
alternatif yang lain atau kemungkinan urutan yang lain. Setelah ditentukan alternatif-
alternatif yang mungkin dilakukan maka masing-masing alternatif tersebut dianalisis

35
untung ruginya dan dikuantifisir dalam bentuk uang, sehingga dapat diketahui dengan
jelas alternatif mana yang akan membawa konsekuensi biaya yang rendah. Dengan
cara demikian maka keputusan tentang routing yang diambil adalah yang akan
membawa ongkos produksi yang terendah. Jadi dapat dikatakan disini bahwa
penggambaran (drawing) menunjukkan spesifikasi tentang apa yang harus dibuat.
Di dalam pertimbangan tersebut terkandung pula pemikiran masalah to maka or
to buy decision (keputusan untuk membuat sendiri atau membeli saja onderdil atau
komponen). Keputusan ini (to maka or to buy) akan dibahas tersendiri di belakang.

Gambar 4. Proses Perencanaan Pengendalian Produksi


Hasil akhir dari perencanaan proses ini adalah ditentukannya rout sheets. Yang
definitif yang akan dipergunakan sebagai pedoman perintah kerjaatau dispatching.
Perintah-perintah kerja dapat disampaikan dalam bentuk tertulis sedangkan perusahaan
kecil pada umumnya perintahnya berupa lisan. Proses planing tidak hanya diperlukan
pada perusahaan-perusahaan yang bersifat manufacturing, akan tetapi juga diperlukan
didalam perusahaan yang non manufacturing, seperti misalnya perusahaan bangunan
(rumah, jembatan, dan atau bendungan dan sebagainya). Proses planning pada
perusahaan non manufacturing pada umumnya tidak sekompleks seperti dalam
manufacturing industries, akan tetapi pada dasarnya tetap menggunakan prinsip yang
lama. Pemborong juga harus membuat spesifikasi dalam bentuk gambar-gambar,

36
menganalisis proses pembuatannya, ongkosnya, dan tidak luput pula bagian-bagian
yang akan dibuat sendiri dan dikontrakkan kepada perusahaan lain.
Urutan dari pekerjaan akan merupakan bagian yang terpenting bagi kontraktor
bangunan karena kesalahan urutan pekerjaan pada jenis industri ini akan membawa
konsekuensi ongkos yang amat besar. Bisa dibayangkan disini bagaimana besarnya
ongkos apabila didalam pembuatan rumah ternyata saluran-saluran air yang akan
masuk ke dalam rumah, pada washtafel, kloset, kamar mandi dan sebagainya, pipa-
pipanya tidak dipasang pada saat lantai dan dinding tembok masih belum selesai, dan
bahkan baru akan dipasang setelah tembok dan lantai selesai dikerjakan. Hal tersebut
akan berakibat pembongkaran sebagian tembok dan lantai serta pemasangannya
kembali guna memasang pipa-pipa air tersebut. Demikian pula akan terjadi pada
pemasangan instalasi listrik pada bangunan tersebut

A. Routing

Pengertian routing dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menentukan jalur-jalur


urutan kegiatan didalam proses pembuatan suatu barang. Dalam hal ini perlu mengatur
urutan pekerjaan, yang mana harus didahulukan dan yang mana yang akan
dikemudiankan didalam proses pembuatan barang itu.
Didalam suatu pabrik routing itu biasanya dituangkan kedalam suatu dokumen
yang disebut Rout Sheet (Kartu Proses Produksi). Contoh dari sebuah rout sheet
dapat dilihat pada gambar 2. Suatu rout sheet akan berisikan deskripsi dari bagian-
bagian yang harus diproduksi. Dalamrout sheet itu sebaiknya perlu ditunjukkan pula
mesin yang mana yang dapat mengerjakan masing-masing kegiatan, termasuk
kemungkinan penggunaan mesin yang lain sebagai cadangan. Oleh karena itu, kita lihat
bahwa suatu kegiatan tertentu dapat dikerjakan baik dengan mesin yang satu maupun
mesin yang lain.
Informasi ini sangat penting terutama untuk berjaga-jaga apabila dalam keadaan
darurat terjadi kerusakan pada suatu mesin akan dengan cepat dapat diputuskan mesin
hal seperti ini proses produksi dapat terhindar dari kemacetan. Apabila tidak diatasi
keadaan tersebut maka berakibat terganggunya keseimbangan yang menguntungkan
dari faktor-faktor produksi.

37
KARTUPROSES PRODUKSI

(RoutSheet)
Namabarang:Keramik
NomorKode :T–20
Warna : Abu-abu
Nomor Nama Departemen Mesin
Proses Proses Utama Cadangan
1 Mencampur I II C–220 C–110/CT
2 Mencetak III B –1 B –2/B –3
3 Press IV P –220 P –110/P .T
4 Polas F–1 F.T

Gambar 4.9.
Kartu Proses Produksi (RoutSheet)

B. Skedul Produksi

Proses produksi perlu direncanakan secara terperinci sebelum proses tersebut


dimulai. Penyusunan rencana tersebut adalah menjadi wewenang dari bagian
pengendalian produksi. Dalam pembuatan rencana ini perlu dipikirkan mengenai
jumlah pesanan, tanggal jatuh tempo pesanan, di samping tersedianya bahan tenaga
serta mesin-mesinnya. Suatu pesanan yang masuk tersebut harus disusun urutan
pekerjaannya atau urutan proses produksinya, disamping itu kemudian perlu ditentukan
skedul-skedul kerjanya bagi tiap-tiap kegiatan dalam proses produksi tersebut.
Hal ini berarti bahwa perlu ditentukan jalur-jalur urutan-urutan kegiatan dalam
proses pembuatan barang itu dan perlu diperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan setiap kegiatan dalam penentuan jalur-jalur urutan kegiatan proses
produksi ini sering disebut routing, sedangkan penentuan skedul waktu dari masing-
masing kegiatan disebut scheduling.
Dalam sebuah Fakultas atau Akademi, scheduling ini adalah berupa kalender
akademis, atau jadwal kuliah. scheduling atau rencana skala waktu bagi suatu industri
sering dinyatakan dalam suatu bagan balok. Setelah kedua hal tersebut telah ditentukan
maka perintah produksi dapat dilaksanakan, dan begitu proses produksi berjalan maka
perlu dilakukan monitoring atau pengawasan terhadap kelancaran proses itu. Hal ini
berarti bahwa perlu diawasi bahwa pekerjaan berjalan seperti dalam rencana di atas dan
sesuai dengan skedul pula. Untuk keperluan ini maka perlu diadakan monitoring pada
setiap saat untuk dapat mengetahui sedini mungkin terjadinya penyimpangan-

38
penyimpangan dan kemudian secepat mungkin dapat dicarikan jalan keluarnya dan
kualitasnya pun cukup baik.

C. Gantt Chart

Teknik perencanaan tertua mengenai skala waktu proyek adalah penggunaan


bagan balok yang kadang-kadang disebut bagan“Gantt”sesuai dengan nama
penciptanya, Henry Gantt. Bagan ini dipergunakan secara luas selama bertahun-tahun
sebagai sarana pembantu perencanaan yang sangat berharga. Bagan balok ini bukan
hanya mudah dibuat dan ditafsirkan, tetapi juga mudah diterima oleh sejumlah besar
syarat perencanaan yang beraneka ragam. Sebagian besar pabrik bagan balok ini
terdapat paling tidak pada satu dinding, dan mengendalikan fungsi seperti program
pengembangan, giliran tugas, pembebanan mesin, program pendidikan dan sebagainya.
Dalam menangani proyek-proyek yang kompleks suatu penyajian dalam bentuk
gambar (pictorial) yang mampu menunjukkan berbagai tugas yang harus dikerjakan
serta jangka waktu dan jumlah uang yang terlibat akan sangat membantu. Henry Gantt
sekitar tahun 1900 telah mengembangkan daftar dalam bentuk gambar (pictorial chart)
semacam itu yang dikenal juga sebagai Ganttcharts. Ganttchart terdiri dari dua sumbu
koordinat, yang satu menyatakan waktu yang dibutuhkan dan sumbu yang lain
menyatakan tugas-tugas atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tugas-tugas itu
dinyatakan sebagai balok. Dan panjangnya balok menyatakan tugas atau kegiatan.
Pada umumnya, dalam setiap proyek terdapat beberapa tugas yang dapat
dilaksanakan secara bersamaan waktu dan ada beberapa lainnya yang harus
diselesaikan terlebih dulu sebelum tugas-tugas berikutnya dapat dimulai. Oleh sebab
itu dalam Gantt chart yang menggambarkans uatu proyek, beberapa balok berjalan
paralel atau saling tumpang tindih sesuai jadwal waktu, dan ada beberapa yang berjalan
dalam seri atau sambung- menyambung. Contoh suatu bagan balok ditunjukkan dalam
Gambar 4.3. Bagan tersebut menggambarkan suatu perencanaan proyek yang sangat
sederhana, dimana yang harus dikontrol adalah skala waktu dari suatu kegiatan proyek
penelitian.
Untuk bagan yang lebih rumit, sering kali digunakan balok dengan warna yang
berbeda-beda untuk menunjukkan kegiatan dari berbagai departemen atau orang.
Tetapi perlu diperingatkan disini, ada bahaya bahwa suatu sistem akan kehilangan
efektivitasnya, jika dibiarkan menjadi berlebih- lebihan. Sebab suatu bagan terutama

39
bermaksud memberi penyajian visual dari suatu rencana dan sampai mempergunakan
lebih dari enam warna yang berbeda, maka tekanan visual yang dimaksudkan akan
kehilangan pengaruhnya,dan metode ini menjadi sulit untuk dikuasai.
Beberapa supplier alat perkantoran membuat bagan balok dengan merek keluaran
mereka sendiri. Bagan ini dapat digantungkan di dinding dan terdiri dari sejumlah
bagan yang terpisah-pisah, yang dapat dipasang menjadi satu sesuai dengan kebutuhan.
Beberapa diantaranya mempergunakan lempengan magnet untuk garis-garisnya, yang
dapat menempel pada suatu papan baja. Tetapi kelemahan utama dari cara ini ialah
bahwa seseorang yang kebetulan melewati dinding tempat bagan ini digantung dapat
mengacaukan seluruh jadwal yang ada jika ia menyinggung papan tersebut dan
menyebabkan garis-garis berubah tempatnya. Bagan-bagan lain mempergunakan
lempengan plastik dengan kaki-kaki yang dicocokkan pada papan bagan atau
lempengan dari karton yang dimasukkan ke dalam tempat-tempat khusus untuk karton
itu. Kadang-kadang suatu kegiatan dikehendaki untuk dapat diselesaikan pada suatu
batas waktu tertentu. Hal ini terutama bagi proses produksi untuk pesanan.
Dalam hal ini maka kita harus selalu memperoleh informasi tentang waktu yang
dibutuhkan oleh suatu proses produksi tertentu. Hal ini sangat penting untuk membuat
suatu jadwal kerja (skedul kerja) tentang kapan suatu kegiatan harus dimulai dan kapan
kegiatan yang lain dapat dimulai pula. Hal ini berlaku untuk segala proyek, baik berupa
persiapan untuk suatu jamuan makan malam ataupun berupa pembangunan jalan raya.
Dalam hal pertama, adalah tidak bijaksana untuk mengumumkan kepada para tamu
bahwa makan malam akan diadakan pada jam tujuh tetapi nasinya baru akan dipasak
pada jam setengah delapan. Demikian pula halnya, sia-sialah kedatangan Menhankam
untuk menyelenggarakan upacara peresmian jalan raya yang baru jika salah satu
jembatannya masih merupakan palang-palang besi belaka, lengkap dengan arus
sungai yang mengalir deras dibawahnya dan masih terganggu serta belum dapat dilalui.
Jadi dapat kita asumsikan dengan yakin bahwa selalu diperlukan suatu
perencanaan jika kita ingin menyelesaikan suatu proyek tepat pada waktunya. Dalam
contoh makan malam di atas, perencanaannya dapat bersifat sangat tidak resmi, hanya
terdiri dari bayangan dalam otak kokinya. Proyek pembangunan jalan raya bersifat
lebih sulit, dan oleh karenanya harus direncanakan di atas kertas.
Sekali timbul keharusan untuk menyatakan rencana di atas kertas, kita perlu
mengambil cara penulisannya yang cocok. Setiap rencana, gambar atau spesifikasi
yang hendak dibaca oleh lebih dari satu orang harus dianggap sebagai suatu sarana

40
untuk menyalurkan sarana informasi. Informasi ini harus dinyatakan dalam suatu
bahasa yang dimengerti oleh semua penerimanya, jika kita ingin membentuk dan
memelihara suatu sistem komunikasi yang efektif.
D. Karakteristik Proses Produksi

Pengendalian produksi pada hakikatnya harus selalu mengusahakan agar proses


produksi dapat selalu berjalan lancar. Untuk mengendalikan kelancaran proses
produksi ini maka kita tidak boleh lepas perhatian kita terhadap teknologi yang
dipergunakan oleh suatu perusahaan. Setiap produk memerlukan suatu proses yang
berbeda dengan produk yang lain. Hal ini dapat dipahami misalnya barang-barang
kimia menghendaki proses yang berbeda dengan barang-barang tenun. Proses pada
produksi jasa kesehatan berbeda dengan proses pada jasa pendidikan. Proses produksi
barang-barang mebel juga berbeda dengan proses produksi barang-barang pertanian,
bahkan lebih dari itu dalam satu jenis industri tertentu pun dapat terjadi pula perbedaan
dalam proses produksinya, yaitu apabila peralatan yang dipergunakan berbeda-beda,
hal ini karena perbedaan teknologi yang dipergunakan. Oleh karena itu, kita perlu
mempelajari spesifikasi dari karakteristik proses dari masing-masing perusahaan
Karakteristik proses produksi tersebut akan mengakibatkan perbedaan pada
kebutuhan akan pengendalian produksinya. Dalam hal ini kita dapat membedakan
teknologi dalam beberapa cara, misalnya dalam hal ini terdapat proses dalam produksi
pertanian, pertambangan dan sebagainya. Disamping itu perlu pula diperhatikan apakah
proses tersebut dilakukan dengan cara padat modal (capital intensive). Dengan
mengenal kekhususan-kekhususan proses tersebut maka dapatlah kita menerapkan
prinsip-prinsip umum (prinsip-prinsip dasar) dalam pengendalian proses produksi
tersebut agar tujuan kita dapat terjamin. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan perlu
diperhatikan sifat-sifat umum dari proses produksi selain dari teknologinya.
Pengertian proses produksi adalah membuat bahan baku menjadi barang jadi.
Yang menjadi persoalan proses pembuatan barang yang diprosesnya bersifat mekanis,
mudah diamati. Tetapi pada proses pembuatan barang- barang kimia, rahasia proses ini
sedemikian rumitnya untuk dipecahkan dengan pengamatan mata saja.
Mencari rahasia proses sama halnya dengan mencari jawab dari: bahan- bahan
apa saja yang digunakan, berapa besar proporsi masing-masing bahan tersebut, berapa
derajat harus dipanaskan didinginkan, berapa atmosfer harus ditekan, dan lain-lain. Jadi
dalam hal ini harus dikemukakan rahasia dari pembuatan barang. Jika perlu harus

41
dilengkapi dengan gambar-gambar serta skema urut-urutan pekerjaan, sejak bahan
baku sampai menjadi barang, seperti telah dibahas di muka.
Informasi ini berguna untuk memberikan penilaian apakah proses yang akan kita
laksanakan masih “uptodate” atau sudah ketinggalan zaman. Proses yang ketinggalan
jaman, selain menghasilkan mutu yang tidak sesuai harapan juga efisiennya rendah.
Akibatnya akan makin membuat sulit bersaingdi pasar.
Seseorang tidak mungkin dapat mendirikan usaha industri tanpa tahu lebih dulu
rahasia pembuatan barang yang akan dibuat. Dalam analisis segi teknis teknologis,
maka, hanya evaluasi proses produksi saja yang mampu merekomendasi gagasan usaha
tidak dapat dilaksanakan. Sebab bagaimana bisa melaksanakan jika rahasianya tidak
tahu. Disamping hal itu perlu juga dipikirkan tentang pembuangan sisa proses produksi.
Sebuah pabrik paku akan membuang sisa prosesnya berupa potongan baja atau paku
bengkoknya sedangkan industri pencelupan akan membuang sisa prosesnya berupa
cairan kimia yang kotor. Hampir seluruh industri mempunyai sisa proses yang
memerlukan tempat pembuangan. Kadang-kadang sisa proses membahayakan
lingkungan hidup. Pernah kita baca dalam surat kabar, tentang tercemarnya air sungai
Brantas di JawaTimur oleh industri kimia yang ada di pinggir aliran sungai tersebut.
Sisa proses yang dibuang ke dalam sungai, menyebabkan anyirnya air minum untuk
Kota Surabaya. Berita tersebut disiarkan dibanyak medi amasa. Tindak lanjut
pemerintah daerah adalah menutup industri tersebut sementara masih dilakukan
penelitian. Apa yang dapat ditangkap dari keterangan di atas adalah sisa proses
memerlukan perhatian, artinya harus dipikirkan berbagai alternatif pembuangannya,
atau pemanfaatan dari sisa proses tersebut. Mungkin sekali sisa dari proses laku dijual,
seperti halnya potongan-potongan baja yang masih laku dijual, dalam hal ini biasanya
lalu disebut by product (produk sampingan).

E. Rangkuman
Urutan proses produksi harus dituangkan dalam sebuah dokumen yang disebut Rout
Sheet (Operation Sheet), yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar dan desain
produk, yang kemudian dianalisis bagaimana hubungannya antar komponen yang ada
dan bagaimana proses pemasangan (assembling-nya). Dengan demikian rancangan
proses produksi terdiri dari desain produk, perencana proses dan pengendalian produksi

42
F. Latihan

1. Jelaskan pengertian pengertian perencanaan produksi?


2. Jelaskan adan berikan contoh tentang perencanaan produksi?
3. Jelaskan dan berikan contoh tentang langkah-langkah perencanaan proses
produksi!

DaftarPustaka

Indriyo Gitosudarmo. (1992). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Edisi


Revisi.Yogyakarta:BPFE.

SofianAssauri,(1993).ManajemenProduksidanOperasi,Edisikeempat. Jakarta: Lembaga


Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

T. Hani Handoko, (1993). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama.
Yogyakarta:BPFE.

43

Anda mungkin juga menyukai