Anda di halaman 1dari 53

Endapan Mineral oleh Pelapukan Batuan:

Tipe Residu (Residual Deposits) dan


Pengkayaan Sekunder (Secondary Enrichment)

Setijadji
Klasifikasi Genetik Endapan Mineral Logam

1. Internal Processes
 Magmatic crystallisation
 Magmatic segregation
 Hydrothermal processes
 Lateral secretion
 Metamorphic processes
2. Surface processes
 Exhalative processes
 Residual processes
 Supergene enrichments
 Mechanical accumulation
 Sedimentary precipitation
Surface atau Surficial Processes
 Surficial processes adalah fenomena fisika dan kimia
yang berlangsung di dekat permukaan bumi (regolith)
yang menghasilkan pengkonsentrasian endapan
mineral (ore)
 Proses-proses pembentukan endapan mineral di dekat
permukaan meliputi: pelapukan (weathering) melalui
oksidasi batuan, erosi, transportasi dan pengendapan
oleh proses sedimentasi
 Jenis-jenis endapan mineral ekonomis bisa berupa
endapan residu, endapan laterit, dan endapan
letakan (placer deposits)
Surficial Deposits: Modes of
Element Concentration
Tiga model konsentrasi unsur yang berbeda dapat terjadi
(Valeton, 1994):
• Pengayaan residu (pengayaan relatif) dari unsur-unsur yang
memiliki mobilitas kimia lebih rendah daripada unsur-unsur
lain yang dihilangkan melalui proses pelindian (endapan in
situ). Juga, akumulasi mutlak elemen dalam profil in situ
berlimpah.
• Akumulasi absolut dari unsur-unsur yang relatif bergerak
sering terjadi di luar profil in-situ (sedimen kimia turunan
laterit).
• Redeposisi mekanis material yang bersifat individual karena
stabilitas kimianya yang tinggi (mineral berat, lempung,
pisolit, dan klastik produk pelapukan) mengarah pada
sedimen klastik turunan laterit.
Surface or Supergene Deposits
• The most important supergene ore or
mineral deposits are those of AI, Fe, Mn, Cu,
Ni, Co, and in-situ residual minerals
(placer): Au, PGE, REE, Nb, W, Sn, Cr, Zr, Ti
minerals, phosphates, diamond.
• Beside this sedimentary clays, oolitic Fe- or
Mn-ores may be of high economic value.
Pelapukan (Weathering)
q Pelapukan batuan tidak hanya menghancurkan batuan secara fisik, namun
juga mengubah komposisi batuan. Material penyusun batuan yang sifatnya
mobile akan cenderung berpindah tempat selama proses pelapukan,
sedangkan material yang sifatnya immobile cenderung tinggal.
Pengkonsentrasian material akibat berpindahnya material yang mobile dapat
menghasilkan endapan mineral ekonomis.
q Efek dari pelapukan pada batuan umumnya tidak lebih daripada beberapa
meter dari permukaan, namun di tempat tertentu dapat mencapai kedalaman
30 sampai 60 meter. Pelapukan batuan yang paling besar terjadi di daerah
beriklim tropis dan sub-tropis. Pada kondisi ini pelapukan kimia berlangsung
lebih intensif, mineral-mineral silikat mengalami penghancuran total, air
permukaan menyingkirkan silika, dan material rombakan terbawa jauh dari
sumbernya
q Pengkonsentrasian material residu yang immobile umumnya terjadi akibat
pengurangan volume batuan akibat berpindahnya material yang mudah larut
(soluble). Material residu dapat terus-menerus mengalami pengkonsentrasian
sampai akhirnya mencapai kadar kemurnian dan volume/tonase yang
ekonomis untuk dieksploitasi
Pelapukan Batuan Granitik di Kalimantan Barat

Regolith

Granit

LDS 2012/03/05
Regolith
 Regolith (Greek: "blanket rock") is a layer of loose, heterogeneous
material covering solid rock. The origins of regolith are weathering
and biological processes; if it contains a significant proportion of
biological compounds it is more conventionally referred to as soil.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Regolith )

 Regolith is the residual weathered profile together with transported


overburden that overlies bedrock

 In some countries like Australia, regolith is the dominant sample


media because the landmass is old

 The regolith-landform relationship must be understood to design a


successful exploration program
SOIL Vs REGOLITH HORIZONS

• O: Organic matter
• A: Horizon near the surface
characterized by eluviation of
materials in solution or
accumulation of organic
matter
• B: horizon characterized by
illuviation (enrichment) of
clay, organic matter, and iron
and aluminum oxides or by in
situ weathering.
• C: Slightly weathering parent
material
• D or R: Unweathered parent
rocks http://www.landfood.ubc.ca/soil200/classification/soil_horizon.htm
Laterites
 Laterit adalah jenis tanah yang kaya akan besi dan
aluminium, terbentuk di daerah tropis yang panas dan basah
(Wikipedia)
 Lapisan tanah yang kaya akan oksida besi dan berasal dari
berbagai macam batuan yang mengalami pelapukan di
bawah kondisi pengoksidasi dan pelindian yang kuat
(http://www.britannica.com).
 Laterit berwarna merah karat karena oksida besi. Laterit
berkembang melalui pelapukan intensif dan berlangsung
lama dari batuan induknya.
 Pelapukan tropis (laterisasi) adalah proses pelapukan kimia
yang berkepanjangan yang menghasilkan berbagai
ketebalan, kadar, kimia dan mineralogi bijih dari tanah yang
dihasilkan.
Laterites
Deeply weathered terrain
Regolith Profile

(Evans, 1993)
Residual vs Supergene Enrichment
Ada dua jenis kelompok endapan mineral akibat proses
pelapukan batuan:

Residual Deposit: Deposit mineral yang terbentuk oleh


akumulasi in situ material yang tidak mudah larut, setelah
material-material yang mudah larut (soluble) mengalami
tansportasi selama proses pelapukan. Contoh: endapan bauksit
(aluminium), nickel laterit, besi laterit

Secondary Enrichment Deposit: endapan mineral


ekonomis yang terbentuk oleh karena pengendapan mineral
yang soluble di zona dekat dengan muka air tanah, sebagai hasil
pencucian endapan mineral yang berada di dekat permukaan.
Contoh: endapan Cu supergen dalam sistem Porfiri Cu-Au
Pengkayaan residual atau Pengkayaan sekunder atau
Residual Enrichment (deposit) Supergene Enrichment

Bateman (1964)
Endapan Residu (Residual Deposits)
 Endapan/material yang terbentuk oleh proses kimiawi,
biasanya oleh pelarutan atau pencucian (leaching)
(Whitten & Brooks, 1988)
 Endapan yang terbentuk oleh proses pelapukan dan
dekomposisi kimiawi terhadap batuan induknya
(Jensen & Bateman, 1986)
 Syarat terbentuknya:
 Terdapat batuan/lode sumber unsur/mineral
valuable
 Iklim yang favorable tejadinya dominan pelapukan
kimia
 Relief rendah/landai
 Kestabilan kerak yang lama
Group 1: In-situ (Residual) Deposits
1. Bauksit (endapan bauksit laterit)
 Bauksit  bauxite: Les Baux (Prancis)
 Bauksit  soil/batuan yang utamanya tersusun oleh
mineral-mineral hidroksida alumunium (hasil pelapukan
kimiawi batuan ‘silicate aluminium’ yang sedikit
mengandung Fe dan kuarsa
 Bauksit adalah sumber logam aluminium yang utama
 Batuan asal:
Endapan bauksit dapat berasal dari berbagai jenis
batuan yang kaya akan mineral pembawa aluminium (Al-
bearing minerals):
 syenit nefelin (Arkansas, USA)
 batugamping (Jamaika),
 batu lempung, serpih (Gove, Australia),
 batupasir kaolinitik (Brazil, Weipa-Australia) dan
 granit (Los Pijiguaos, Venezuela, Indonesia).
Geology of Bauxite

Bauxite ore is used to


describe any material
that contains more than
32 percent alumina
(Al2O3)
Bateman, 1964
 Bijih bauksit (ekonomis ditambang), bila:
 Al2O3 > 45%
 Fe2O3<20%
 SiO2<5%
 Mineralogi:
 Mineral bijih :
 Gibbsit (Al2O3.3H2O)
 Boehmit (Al2O3.H2O)
 Diaspor (Al2O3.H2O)
 Gangue:
 Oksida (Fe2O3)
 Kuarsa (SiO2)
 Titanium (TiO3)
 Air (water)
 KLASIFIKASI ENDAPAN BAUKSIT
 Endapan Karstik 14% produksi
 Endapan Lateritik 85% produksi
 Endapan Allochthonous 1% produksi

Endapan bauksit lateritik (residual)


 Pelapukan kimia
 Desilisikasi
 Pengkayaan Alumina dalam soil
Alumina: Oksida alumina murni (Al2O3)
Al = 52,9%
O = 47,1%
Bentuk endapan bauksit residual

 Blanket: dekat permukaan horisontal


 Inter-stratified bedding
 Lenses
 Pocket deposits atau irregular masses
 Endapan klastik ‘transported deposits’
Key Area Selection for Bauxite

1. Source rocks that is rich in aluminum elements


2. Subtropics region with high precipitation environment

3. Daily temperatures > 25oC


4. Undulating topography
5. Stable area (old stadium)
Lokasi Area Eksplorasi di Indonesia tahun 1967-1976
(van Leeuwen, 1994), di mana sebagian besar deposit bauksit berhasil diidentifikasi khususnya di
sekitar Pulau Bintan dan Kalimantan Barat
KETERANGAN
KETERANGAN
KETERANGAN
Perubahan
Perubahan
Perubahan
Daerah
Daerah
Daerah
Laterite
Laterite
Laterite
Singkawang
Singkawang
Singkawang
Pontianak
Pontianak
Pontianak
050
050
050
prospek
prospek
prospek
belt
belt
belt
:
:
:
SKALA
SKALA
SKALA
kilometres
kilometres
kilometres
laterit
laterit
laterit
belt
belt
belt
100
100
100
Kendawangan
Kendawangan
Kendawangan
Tayan
Tayan
Tayan
Gn.Tuba
Gn.Tuba
Gn.Tuba
Balai
Balai
Balai
&
&
&
M.Pasir
M.Pasir
M.Pasir
Berkuak
Berkuak
Berkuak
Pantas
Pantas
Pantas
Serawak
Serawak
Serawak
Simpang
Simpang
Simpang
KALIMANTAN
KALIMANTAN
KALIMANTAN
Dua
Dua
Dua
KALIMANTAN
KALIMANTAN
KALIMANTAN
0

KETERANGAN :
50

Singkawang
SKALA

Pontianak
kilometres

Previous Laterite belt


100

Bauxite areas prospect

Extended of laterite belt


Kendawangan
Gn.Tuba
Tayan & M.Pasir
Pantas

Balai Berkuak
Serawak

Simpang Dua
KALIMANTAN
KALIMANTAN
Jalur Bauksit di Kalimantan Barat

Surata et al. (2010)


Bauksit di Tayan

Overburden (OB)

Bauksit

Kong / kaolin

LDS 2012/03/06
Bauksit dari batuan granitik

Overburden (OB)

Bauksit

LDS 2012/03/06
Bedrock granitoid di Tayan
Diagram of volume and mineral changing from granitoids to bauxite at Tayan
– West Kalimantan

Gibbsite
(52.70%)
Overburden
Plagioclase and T-Al2O 3
(48%)
Feldspars (53.29%) (43.50%)

Mineral lempung
(12,8%)
Iron oxides
(19.52%)
Quartz
(10.56%)
Quartz (18.57%) Crude Bauxite etc. (4.6%) T-SiO2
(48%) (25.66%)

Mafic Fraction -12 #


minerals (25.71%)
(50%) Fe2 O3
(7. 57%)
Caolinite
etc.(1.86%) (4%)
TiO 2 (0 .5%)

Diorite
Granodiorit Bauxite Mineralogy composition Chemical composition
of bauxite of bauxite

Surata et al. (2010)


Diagram of volume and mineral changing from gabbro to bauxite
at Tayan – West Kalimantan

Gibbsite
Overburden (62.20%)
Plagioclase and (48%)
Feldspars (53.29%)
T-Al2O 3
(47.88%)

Iron Oxides
(17.99%)
Quartz (0.90%)
Quartz (18.57%) Crude Bauxite etc. (3.28%)
(50%)
T-SiO2
(4.13%)
Mafic Fraction -12 #
minerals (25.71%) Fe2 O3
(46%)
(19.69%)
etc. (1.86%) Caolinite
(4%) TiO2 (1.40%)

Gabro
Diorite Bauxite Mineralogy composition Chemical composition
of bauxite of bauxite

Surata et al. (2010)


Bauksit from Gabbro

Gabbro
Bauksit

LDS 2012/03/06
Bauksit from Gabbro

Gabbro

Bauksit

LDS 2012/03/06
Bauksit from Gabbro

Bauksit

Kong/kaolin

LDS 2012/03/06
Bauksit dari gabbro
Bauksit Kong / kaolin

LDS 2012/03/06
KIMIA MINERAL
2. Kaolinitic saprolite

• Alterasi baik batuan beku maupun batuan


sedimen menghasilkan profil pelapukan dengan
saprolit kaolinit tebal yang membentuk
endapan kaolin in-situ yang penting.
• Transformasi diagenesa di bawah pelindian
intensif dan ekstraksi besi menyebabkan
lempung Al tinggi yang keras dengan rekahan
conchoidal yang disebut flintclay.
• Tanah liat kaolinitik dan flintclays merupakan
bahan baku penting untuk keramik dan bahan
tahan api suhu tinggi.
3. Lateritic iron ores
 Pada batuan induk yang kaya zat besi, pelapukan laterit dapat
menghasilkan konsentrasi besi tambahan yang signifikan karena
pelindian silika.
 Alterasi tertua ditunjukkan oleh Morris (1985) dan lainnya berusia
sekitar 2000 Ma, diikuti oleh pelipatan, patahan dan sebagian erosi
dalam. Mineralogi dari BIF yang sudah ada sebelumnya sangat
monoton, terutama terdiri dari magnetit kuarsa. Endapan Hamersley
yang khas terdiri dari bijih bermutu tinggi dengan tekstur peninggalan
yang diawetkan dengan baik. Itu terlipat dan sebagian terkikis dan
dipotong oleh permukaan tanah Mesozoikum Akhir.
 Tiga periode utama pembentukan bijih besi supergen disarankan,
sekitar 2000 Ma, Proterozoikum Akhir Tengah hingga Kambrium
Akhir, dan Meso-Cenozoikum
4. Manganese laterites

 Mirip dengan besi, konsentrasi sekunder mangan sangat


dikontrol oleh prakonsentrasi pada batuan induk.
 Laterit mangan terutama terbentuk pada jenis batuan induk
mangan Prakambrium berikut, pada (1) oksida mangan suhu
tinggi berpita, (2) Mn-karbonat (rhodochrosite) dan (3) gondit
yang merupakan batuan metamorfik yang sangat mengandung
Mg-silikat dengan braunite, tephroite, rhodonite, spessartite, (4)
jarang Mn-sulfida dengan alabandite, hauerite.
 Laterit mangan dikembangkan di permukaan tanah Tersier
Bawah Afrika di atas batuan Prakambrium: Volta Atas, Kongo,
Gabon, Pantai Gading, Ghana (Grandin, 1976; Grandin dan
Perseil, 1983), di perisai Brasil: Lafaiete, Amapa, Azul
( Beauvais et al., 1987), Bahia, dan perisai Guyana, dan pada
perisai Prakambrium Deccan di India.
5. Nickel laterites

Endapan bijih nikel sekunder (laterit), dikarakterisasi


oleh silika nikel (nickeliferous silicates) seperti garnierit
((Ni,Mg)6(OH)8Si4O10) yang mengandung Ni dengan variasi
4-36 %.

Ø Terbentuk oleh proses pelapukan dan pengkayaan


kimiawi terhadap batuan ultramafik, seperti peridotit,
harzburgit dan lherzolit yang mengalami proses
serpentinisasi.
Ø Zona pelapukan kimiawi yang kaya akan bijih nikel
berada pada zona saprolit

Ø Contoh: endapan nikel laterit di Soroako, Sulawesi.


Proses pembentukan
PT INCO, Sorowako

Limonitic horizon

Saprollitic horizon

LDS 2006/04
Limonitic horizon

Saprollitic horizon

LDS 2006/04
Bedrock horizon

LDS 2006/04
Garnierit di zona transisi
saprollitic-bedrock horizon
Bedrock Ultramafics
Endapan Ni laterit

Profil endapan bijih nikel laterit, (a) endapan Exmibal, Guatemala, dan (b)
endapan nikel Soroako (Edwards dan Atkinson, 1986). Bijih nikel kaya terjadi
pada zona saprolit.
KIMIA MINERAL

Nikel tidak hanya berasosiasi dengan garnierit, tapi Ni juga dapat mensubstitusi
Fe dan Mg pada mineral silika, khususnya olivin.
6. Supergene concentration over primary Cu deposits

South Australian Museum, Adelaide


Supergene concentration over primary
Cu deposits (Supergene Enrichment)
• Profil pelapukan untuk alterasi supergen badan bijih
sulfida secara umum adalah sebagai berikut.
• Profil ini dimulai dengan protore atau zona hipogen,
dan profil di atas dibangun dari zona pereduksi pucat
dan abu-abu yang lebih rendah, yang juga
merupakan zona pengayaan supergen atau sementasi
di bawah permukaan air tanah, dan
• zona oksidasi warna-warni atas, dominan merah dan
coklat, atau zona pencucian, di atas permukaan air
(juga disebut "gossan" atau "topi besi").
Pengkayaan sekunder atau
Supergene Enrichment
Secondary Enrichment umumnya terbentuk pada daerah dataran tinggi yang arid,
seperti di dataran tinggi Atacama di Amerika Selatan dan di Asia Tengah (Mongolia,
Iran, Pakistan)

(Gambar ini dari El Pachon Project, Argentina)


Supergene enrichment

Oxidation can upgrade low grade resources


7. Phosphate laterites
• Tiga jenis utama batuan induk tersedia untuk pembentukan
laterit fosfat:
• batuan magmatik yang mengandung fosfat,
• fosfat oolitik dalam asosiasi fosfat rijang kapur sedimen laut
terutama di Afrika utara dan khatulistiwa (Senegal), dan
deposit guano pulau.

• Mineral baru yang terbentuk selama alterasi supergen


mewakili berbagai macam Al-fosfat, Fe-fosfat, Ca-fosfat,
dengan sejumlah kecil Mg-fosfat atau alkali fosfat.

Anda mungkin juga menyukai