Anda di halaman 1dari 3

Dewan hakim yang arif dan bijaksana kaum muslimin sebangsa dan setanah air yang kami

banggakan

Perdamain di atas kursi-kursi keluhuran, budi bagi orang-orang berintelektual, berjas dan
berdasi. Ketentraman dalam menjaga rohani dan jasadi antara konglomerat dan kaum duafa
merupakan cerminan dari terciptanya negeri yang mendamba. Namun sayang kenyataan tidak
sesuai dengan hayalan. Apabila para pemimpinnya tidak teguh dengan iman. Kondisi krisis
keimanan inilah yang menyebabkan bergulirnya kepemimpinan yang tidak sesuai dengan
pedoman Al Qur’an dan membahayakan sebuah Negara.

Dalam terminology pendidikan, Negara merupakan micro organizer of education. Pendidikan


dengan skala yang sangat besar dimana pemimpin adalah gurunya, masyarakat adalah muridnya
sedangkan kebijkan pemimpin adalah materi pembelajarannya. Walhasil seluruh perilaku
pemimpin akan di gugu dan ditiru oleh masyarakatnya. Namun, hadirin syahril qur’an yang kami
muliakan, berbicara tentang kepemimpinan di Indonesia sungguh aneh, tapi nyata berawal kan
tukang tambal ban tiba-tiba menjadi anggota dewan. Bermodalkan tim sukses dan pergaulan
seorang preman mendapatkan jabatan. Kehadiran mereka semua sebagai seorang pemimpin
bagaikan di sulap saja tanpa ilmu dan pengalaman sebab jauh dari bimbingan Al Qur’an. Para
investor jadi backingan, money politik dan pencitraan menjadi andalan besarnya cost politik
yang di keluarkan mengakibatkan jabatan bagaikan dagangan. Semakin besar modal yang di
keluarkan maka semakin besar pulalah untung yang harus di dapatkan halal atau haram hantam
saja. Na’udzubillahi mindzalik….. lantas bagaiman idealnya pemimpin dalam islam? Maka pada
kesempatan kali ini kami akan menyampaikan sebuah pensyarahan Al Qur’an yang kami beri
judul “ IDEALISME PEMIMPIN DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN” dengan landasan Al
Qur’an surah Al- Ahzab ayat 21:

laqad kâna lakum fî rasûlillâhi uswatun ḫasanatul limang kâna yarjullâha wal-yaumal-âkhira wa
dzakarallâha katsîrâ

Artinya : Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu,
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang
banyak mengingat Allah.

Dewan hakim yang arif dan bijaksana, jamaah syarhil Qur’an yang berbahagia…..

Ayat tersebut menginformasikan kepada kita sekaligus menegaskan sungguh pada diri Rasullah
itu terdapat suri tauladan yang baik bagi diri kita. Kita kaji lebih dalam makna uswatun hasanah
dalam ayat tersebut. Menurut imam Ali Asshobuni dalam shofwatut tafassir adalah bahwa
Rasulullah merupakan figur yang paling luhur yang wajib kita ikuti setiap perkataan dan
perbuatannya. Ucapan beliau menjadi hadits qauli, perbuatannya menjadi hadist fi’li bahkan
diamnya beliau menjadi hadits taqriri. Dengan demikian kita bisa simpulkan bahwa Rasullullah
SAW, merupaka figure yang patut kita teladani termasuk dalam hal kepemimpinan sebab beliau
merupakan sosok pemimpin ideal yang sangat berhasil dalam sejarah dunia bahkan menjadi
rahmatanlinnas, rahmat bagi mausia dan rahmatallil Alamin, rahmat bagi alam. Jadi wajar jika
astrofisikwan Michel Hart mengabadikan dalam bukunya The 100 ranking of the most influential
person in history, dia menempatkan Nabi Muhammad SAW di ranking yang pertama sebagai
tokoh yang sangat berpegaruh di dunia baik dari segi akhlak maupun gaya kepemimpinannya.

Namun sayang saat ini umat Islam seperti Kehilangan Arah tuntunan dan bimbingan hidup,
sebagai bukti di kalangan anak-anak telah disuguhkan tokoh-tokoh kartun khayalan sehingga
mereka lebih kenal dengan sosok Batman, spider-man, Superman, x-men Upin dan Tom and
Jerry dibandingkan kenal dengan Rasul dan Nabi nya sendiri. Di kalangan remaja dan pemuda
tidak sedikit yang mengidolakan artis serta selebriti sehingga mereka lebih kenal dengan sosok
Ria ricis, Fajar sadboy, thoriq fuji serta artis dan selebriti lainnya dibandingkan kenal dengan
nabi dan Rasulnya. Di kalangan para birokrat kita Tengah dipertontonkan oleh ulah sebagian
para oknum pemimpin yang bermental nakal, berjiwa binal dan bermental provokator berjiwa
koruptor. Di depan rakyat menjanjikan lagu-lagu Indah mendendangkan syair syair syair merdu,
tetapi di belakang rakyat tidak segan-segan mencengkram, mencekik, menginjak-injak, bahkan
membunuh hak rakyat aksesnya pembangunan nasional yang diimpikan tetapi bencana rasional
yang menjadi kenyataan, reformasi yang dicita-citakan tetapi restruksi yang sekarang kita
rasakan. Itulah potret akibat tidak adanya teladan.

Dewan hakim dan jamaah muslimin yang berbahagia……

Kita yakin bumi Indonesia akan selamat, bumi ini akan terhormat jikalau memiliki karakter
bangsa yang kuat dan bermoral hasanah. Tapi kalau seandainya sebaliknya kita tengok sejarah
Jerman hancur karena kekejaman Adolve Hitler, Romania binasa kebejatan Nicholas Suzesco,
kemajuan Uni Soviet macet karena kebejatan Michel Gorbachev bahkan hadirin bumi indonesia
ini merana, bumi Indonesia akan sengsara tatkala di pegang oleh kaum-kaum penikmat rakyat
jelata hanya untuk kepentingan kursi dan jabatan semata. Maka dari itu pemimpin harus menjadi
pemimpin yang bertanggung jawab secara dhohir dan batin, dengan rujukan Al Qur’an surah Al
Imran ayat 159

fa bimâ raḫmatim minallâhi linta lahum, walau kunta fadhdhan ghalîdhal-qalbi lanfadldlû min
ḫaulika fa‘fu ‘an-hum wastaghfir lahum wa syâwir-hum fil-amr, fa idzâ ‘azamta fa tawakkal
‘alallâh, innallâha yuḫibbul-mutawakkilîn

Maka, berkat rahmat Allah engkau (Nabi Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari
sekitarmu. Oleh karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam segala urusan (penting). Kemudian, apabila engkau
telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-
orang yang bertawakal. (Q.S Al Imran; 159)

Hadirin seiman sebangsa dan sekeyakinan…….

Pada ayat tersebut 5 sikap dan sifat kepemimpinan Rasulullah yang harus kita tiru untuk
mengatasi krisis kepemimpinan. Pertama, lintalahum bersikap santun dan lemah lembut. Yang
kedua, fa‘fu ‘an-hum senantiasa memaafkan ummat nya yang salah. Yang ketiga, wastaghfir
lahum memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat kesalahan. Keempat, wa syâwir-hum
selalu bermusyawarah dalam segala urusan. Dan kelima, fa idzâ ‘azamta fa tawakkal ‘alallâh
memantapkan rencana dan bertawakkal kepada Allah.

Dari uraian di atas kita dapat simpulkan tentu saja untuk menjadi pemimpin dengan karakter
yang ideal tidaklah mudah. Jika ita berharap mempunyai pemimpin yang baik, sudahkah kita
menjadi rakyat yang baik? Jika kita berharap nantinya akan dipimpi oleh seorang muslim yang
peduli dengan islam, sudahkah kita menjadi masyarakat yang perhatian dengan agamanya?
Semoga presiden Indonesia yang akan terpilih nanti bisa menjadi pemimpin sesuai dengan
tuntutan dan ketentuan dari Rsulullah SAW.

Anda mungkin juga menyukai