Perencanaan Fondasi Dangkal DANDUNG NOVIANTO
Perencanaan Fondasi Dangkal DANDUNG NOVIANTO
DANGKAL
Dandung Novianto
Moch.Sholeh
Novita Anggraini
Perencanaan Fondasi Dangkal
Penulis:
Dandung Novianto
Moch.Sholeh
Novita Anggraini
Penyunting:
Dhega Febiharsa
ISBN :
Cetakan Pertama : 2022
Penerbit :
Cerdas Ulet Kreatif
Jl. Manggis 72 RT 03 RW 04 Jember Lor - Patrang
Jember - Jawa Timur 68118
Telp. 0331-4431347, 412387 Faks. 4431347
e-mail : info@cerdas.co.id
Distributor Tunggal:
Cerdas Ulet Kreatif
Jl. Manggis 72 RT 03 RW 04 Jember Lor - Patrang
Jember - Jawa Timur 68118
Telp. 0331-4431347, 412387 Faks. 4431347
e-mail : info@cerdas.co.id
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
4.2 Penurunan Seketika (Immediate Settlement)........................................... 80
4.3 Penurunan Seketika Fondasi pada Lempung (Immediate Settlement of
Foundations on Saturated Clay) .......................................................................... 83
4.4 Penurunan Seketika pada Tanah Berpasir (Immediate Settlement of Sandy
Soil) 85
4.5 Penurunan Seketika Beban Fondasi Eksentrisitas (Immediate Settlement of
Eccentrically Loaded Foundations) ...................................................................... 90
4.6 Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement) .................................. 93
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1............................................................................................................ 57
Gambar 3. 2 Tegangan Geostatik pada tanah tidak berair ............................. 57
Gambar 3. 3 Tegangan Geostatik pada tanah berair....................................... 58
Gambar 3. 4 Tegangan Geostatik pada tanah jenuh air .................................. 59
Gambar 3. 5 Diagram tegangan dalam tanah................................................... 60
Gambar 3. 6 Tegangan vertikal di titik A akibat beban terpusat ..................... 62
Gambar 3. 7 Tegangan vertikal di titik A akibat beban garis ........................... 63
Gambar 3. 8 Variasi I2 terhadap m dan n ......................................................... 64
Gambar 3. 9 Kenaikan tegangan pada segala titik di bawah suatu luasan
lentur berbentuk empat persegi panjang yang menerima beban merata ...... 66
Gambar 3. 10 Isobar tegangan vertikal di bawah suatu luasan berbentuk
bujur sangkar yang menerima beban merata ................................................... 66
vii
Gambar 3. 11 Kenaikan tegangan di bawah titik pusat suatu luasan lentur yang
menerima beban merata .......................................................................................... 67
Gambar 3. 12 (a) Tegangan vertikal di bawah titik pusat suatu luasan lentur
berbentuk lingkaran yang menerima beban merata. ........................................ 72
Gambar 3. 13 Beban merata berbetuk segitiga ................................................ 72
viii
BAB. I
FONDASI DANGKAL
(SHALLOW FOUNDATIONS)
1.1 Pendahuluan
Fondasi merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi.
Fungsi Fondasi adalah meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah
yang berada di bawah Fondasi. Perencanaan Fondasi yang benar
apabila beban yang diteruskan oleh Fondasi ke tanah tidak melampaui
kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui,
maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan
terjadi, kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakkan konstruksi
yang berada di atas Fondasi. Oleh karena itu, para ahli teknik
(Engineer) yang merencanakan Fondasi harus mengevaluasi daya
dukung tanah yang Fondasinya akan dibangun.
Secara umum, yang dinamakan Fondasi dangkal adalah Fondasi
yang mempunyai perbandingan antara kedalaman dengan lebar
Fondasi sekitar kurang dari 4 apabila perbandingan antara kedalaman
dengan lebar Fondasi lebih besar dari 4, Fondasi tersebut
diklasifikasikan sebagai Fondasi dalam. Bentuk Fondasi ini bermacam-
macam.
Bentuk Fondasi biasanya dipilih sesuai dengan jenis bangunan
dan jenis tanahnya. Secara umum fondasi dikelompokkan menjadi 2
(dua), yaitu:
1
a. Fondasi Dangkal (Shallow footing)
❑ Fondasi telapak (square footing)
❑ Fondasi menerus (continus footing)
❑ Fondasi lingkaran (circle footing)
❑ Fondasi rakit (raft footing)
b. Fondasi Dalam (Depth footing)
❑ Fondasi sumuran
❑ Fondasi tiang
❑ Fondasi kaison
Fondasi tiang dan Fondasi kaison (Caisson) digunakan untuk
konstruksi yang lebih berat, yaitu bila kedalaman Fondasi yang
dibutuhkan untuk memikul beban sangat besar. Fondasi tiang biasanya
terbuat dari kayu, beton atau besi yang berfungsi untuk meneruskan
beban dari konstruksi bagian atas ke lapisan tanah yang paling bawah.
Bagaimana Fondasi tiang ini meneruskan beban ke lapisan-lapisan
tanah dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori :
a. Tiang yang kekuatannya didasarkan pada lekatan antara tanah dan
tiang (Friction Pile). Beban konstruksi bagian atas ditahan oleh gaya
geser yang timbul sepanjang permukaan selimut tiang.
b. Tiang yang kekuatannya didasarkan pada daya dukung ujung tiang
(End-Bearing Pile). Beban yang diterima oleh tiang diteruskan oleh
ujung tiang ke lapisan tanah keras.
Fondasi kaison (Caisson) dapat dibuat dengan cara memasukkan
batang pipa ke dalam tanah dan kemudian diisi dengan beton. Pipa
tersebut dapat ditinggalkan di dalam tanah atau ditarik keluar selama
pengeoran beton berlangsung. Pada umumnya, diameter kaison
(Caisson) ini jauh lebih besar dari pada diameter Fondasi tiang.
Perbedaan antara Fondasi tiang dan kaison (Caisson) menjadi kabur
bilamana diameternya sekitar 3 ft (0,9 m), sehingga definisi serta
batasan istilah yang dipakai menjadi tidak tepat lagi.
2
Fondasi dangkal digunakan apabila lapisan tanah keras yang
mampu mendukung beban bangunan di atasnya, terletak dekat dengan
permukaan, sedangkan fondasi dalam dipakai pada kondisi yang
sebaliknya. Suatu Fondasi akan aman apabila :
a. Penurunan (Settlement) tanah yang disebabkan oleh beban masih
dalam batas yang diperbolehkan.
b. Keruntuhan geser dari tanah di mana Fondasi berada tidak terjadi.
Selain itu masih banyak lagi jenis-jenis konstruksi yang erat
hubungannya dengan teknik fondasi, seperti :
• Dinding penahan tanah atau turap
❑ dinding kantilever turap kaku
❑ turap kayu, turap baja, turap beton dll turap lentur
• Bendung elak sementara
❑ penurapan pada pembuatan pilar jembatan di dasar sungai
3
Secara umum, yang dinamakan fondasi dangkal adalah fondasi
yang mempunyai perbandingan antara kedalaman dengan lebar
fondasi sekitar kurang dari 4 (Df/B < 4) seperti pada Gambar 1.1, dan
bentuk fondasi biasanya dipilih sesuai dengan jenis bangunan dan jenis
tanahnya dan secara umum fondasi dangkal dapat berbentuk:
▪ Fondasi telapak (Square Foudations)
▪ Fondasi menerus (Continus Foudations)
▪ Fondasi lingkaran (Circle Foudations)
▪ Fondasi rakit (Raft Foudations)
B
Gambar
Gambar1 1.1
1 Syarat
Syaratperbandingan
perbandinganantara
antarakedalaman
kedalamandengan
denganlebar
lebarfondasi
fondasi
Gambar 1lainnya
Bangunan 2 Bentuk fondasi
yang dangkalGambar
dikategorikan sebagai1 3konstruksi
Syarat perbandingan
yang erat antara
kedalaman dengan lebar fondasi
hubungannya dengan fondasi dangkal, seperti :
▪ Dinding penahan tanah atau turap
▪ Bendung elak sementara (penurapan pada pembuatan pilar
jembatan di dasar sungai
▪ Bentuk segi-empat
4
▪
- Bentuk Trapesium
Gambar Gambar
1 4 Bentuk
1.2fondasi
Bentukdangkal
fondasi dangkal
5
• Fondasi yang terbuat dari kayu harus terletak pada muka air
tanah terendah.
3. Syarat yang berhubungan dengan stabilitas dan deformasi, adalah :
• Kedalaman Fondasi harus cukup untuk menghindari kerusakan
tanah dalam arah lateral di bawah Fondasi.
• Kedalaman Fondasi harus di bawah daerah yang mempunyai
sifat kompresibilitas yang tinggi.
• Konstruksi harus aman terhadap guling, geser, rotasi dan
keruntuhan geser tanah.
• Konstruksi harus aman terhadap korosi atau kegagalan akibat
bahan-bahan kimia yang ada di dalam tanah.
• Konstruksi diharapkan mudah untuk dimodifikasi jika terdapat
perubahan geometri konstruksi.
• Fondasi harus dapat memberikan toleransi terhadap pergerakan
diferensial akibat pergerakan tanah.
• Fondasi harus memenuhi persyaratan standar.
• Fondasi harus ekonomis dalam pelaksanaan.
6
b. Bila lapisan tanah keras terletak pada kedalaman 10-20 m di
bawah permukaan tanah lunak (soft soil), maka digunakan :
• Fondasi tiang beton atau tiang kayu.
• Fondasi tiang apung.
• atau perbaikan tanah dasar.
c. Bila lapisan tanah keras terletak pada kedalaman 20-30 m di
bawah permukaan tanah lunak (soft soil), maka digunakan :
• Fondasi tiang gesek (bila penurunan yang terjadi masih
diijinkan).
• Fondasi tiang baja, tiang beton yang dicor ditempat.
• Fondasi kaison (caisson).
d. Bila lapisan tanah keras terletak pada kedalaman 30-40 m di
bawah permukaan tanah lunak (soft soil), maka digunakan :
• Fondasi kaison (caisson).
• Fondasi tiang baja atau tiang beton yang dicor ditempat.
e. Jika lapisan tanah keras terletak pada kedalaman > 40 m, maka
yang lebih baik untuk hal ini adalah pemakaian Fondasi baja atau
tiang beton yang dicor ditempat.
7
8
BAB. II
DAYA DUKUNG TANAH
(BEARING CAPACITY)
9
Beban per
qu q satuan luas
q ’
B II I
(a Keruntuhan Keruntuhan
geser
) geser
menyeluruh
Penurun
an (b
)
Gambar 2.1 Daya dukung batas tanah untuk kondisi dangkal.
(a) Model Fondasi
(b) Grafik hubungan antara beban dan
penurunan
Gambar 2 1 Daya dukung batas tanah untuk kondisi dangkal
10
2. Keruntuhan geser setempat (Local Shear Failure), Gambar 2.3.
a. Muka tanah disekitar fondasi tidak terlalu mengembang,
karena dorongan kebawah dasar fondasi lebih besar
b. Kondisi kesetimbangan plastis hanya terjadi pada sebagian
tanah saja
c. Miring yang terjadi pada fondasi tidak terlalu besar terjadi
d. Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas tinggi yang
ditunjukkan dengan penurunan yang relatif besar
e. Kapasitas dukung batas (qu) sulit dipastikan sulit dianalisis,
hanya bisa diamati penurunannya saja.
11
d. Terjadi pada tanah dengan kompresibilitas tinggi dan
kompresibilitas rendah jika kedalaman fondasi agak dalam
12
Berat volume tanah =
q = .Df
Df
Df B
13
Gambar 2 6 Analisis Daya Dukung menurut Terzaghi
Apabila beban per satuan luas qu, diletakkan di atas Fondasi dan
keruntuhan geser menyeluruh (General Shear Failure) terjadi, maka
tekanan pasif Pp akan bekerja pada tiap-tiap permukaan massa tanah
ADC. Keadaan ini dapat dengan mudah dipahami apabila kita
mengumpamakan bahwa AD dan CD adalah dua tembok yang
mendorong massa-massa tanah ADFH dan CDEG yang menyebabkan
keruntuhan di daerah pasif. Pp seharusnya miring dengan sudut (yang
merupakan sudut geser antara tembok dan tanah) terhadap normal dari
14
permukaan bidang AD dan CD. Dalam kasus ini, sama dengan sudut
geser tanah . Karena AD dan CD miring dengan sudut terhadap
horisontal, maka Pp adalah vertikal.
Perhatikan diagram beban bebas (Free Body) dari massa tanah
ACD seperti dalam Gambar 2.6b. Tinjaulah keseimbangan dari satu-
satuan panjang Fondasi sebagai berikut :
15
Tanda-tanda I, II dan III dalam Persamaan (2.5) secara
berurutan merupakan kontribusi dari kohesi, beban luar
(Surcharge) dan berat volume tanah untuk daya dukung batas.
Karena cara untuk mengevaluasi harga Kc, Kq dan K adalah
sangat rumit, maka Terzaghi menggunakan suatu metode
pendekatan untuk menentukan daya dukung batas qu. Prinsip
metode pendekatannya adalah sebagai berikut :
16
Dengan cara superposisi, apabila pengaruh berat volume tanah,
kohesi dan beban luar (surcharge) diperhitungkan, maka diperoleh :
1
q u = q c + q q + q = c.N c + q.N q + . .B.N ......................................... (2.9)
2
dimana :
B = lebar Fondasi atau diameter Fondasi untuk bentuk lingkaran
2
c' = .c ............................................................. (2.14)
3
2
tan ' = tan ..................................................(2.15)
3
Daya dukung batas dari tanah, sebagai berikut :
17
1
𝑞𝑢 ′ =. 𝑐′. 𝑁𝑐 ′ + 𝑞. 𝑁𝑞 ′ + . 𝛾. 𝐵. 𝑁𝛾 ' (strip foundation) ........ (2.16)
2
18
Tabel 2 1Faktor-faktor daya dukung Terzaghi’s, Nc, Nq, dan N
19
Tabel 2 2Faktor-faktor daya dukung Terzaghi’s, Nc’, Nq’, dan N
20
Contoh 2.1 :
Suatu rencana Fondasi dengan ukuran 4 x 4 ft seperti gambar di
bawah. Tentukan beban gross yang diijinkan, Qijin (Qijin = qijin x luasan
Fondasi) yang dapat dipikul oleh Fondasi. Angka keamanan (FS) = 3.
= 110 lb/ft3
= 20 0
3 ft c = 200 lb/ft2
4 ft
Penyelesaian :
Anggaplah bahwa tanah mengalami keruntuhan geser menyeluruh
21
Contoh 2.2 :
Kerjakan kembali Soal 2.1 anggaplah bahwa tanah mengalami
keruntuhan geser setempat.
Penyelesaian :
Contoh 2.3 :
Suatu Fondasi bentuk bujur sangkar seperti gambar di bawah. Fondasi
tersebut akan memikul beban sebesar 30.000 kg. Dengan faktor
keamanan (FS) = 3. tentukanlah ukuran lebar Fondasi (B)
Penyelesaian :
Diketahui : tanah = 1850 kg/m3, jadi
1850 x 9,81
= = 18,15 kN/m 3
1000
Beban total yang dipikul Fondasi :
30.000 x 9,81
Qijin = = 294,3 kN
1000
Dari persamaan :
qu = 1,3.c.N c + q.N q + 0,4. .B.N
22
= 1850 kg/m3
= 35 0
1m c = 0 lb/ft2
B=?
Qijin 294,3
Jadi : qijin = =
B2 B2
= .(1,3.c.N c + q.N q + 0,4. .B.N )
294,3 1
B2 3
Untuk = 35o, didapat : Nc = 57,75; Nq = 41,44; N = 45,41
= .(1,3)(
. 0 )(
. 57,75) + (18,15)(
. 1)(
. 41,44 ) + (0,4 )(
. 18,15)( . 45,41)
. B )(
294,3 1
B2 3
294,3
= 250,7 + 109,9.B
B2
Dari hasil perhitungan didapat : B = 0,9152 m
23
2.3 Pengaruh Permukaan Air Tanah
Diawal telah dibahas persamaan daya dukung tanah yang
mengasumsikan bahwa permukaan air tanah berada pada kedalaman
lebih besar dari lebar Fondasi (B). Akan tetapi, bila permukaan air tanah
berada dekat dengan dasar Fondasi, kita membutuhkan beberapa
perubahan dalam suku kedua dan ketiga dari Persamaan (2.9) sampai
dengan (2.13), dan Persamaan (2.16) sampai dengan (2.19). Dalam
kasus ini, ada 3 (tiga) keadaan yang berbeda mengenai lokasi
permukaan air tanah terhadap dasar Fondasi seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.8.
• Keadaan I (Gambar 2.8a)
Apabila permukaan air tanah terletak pada jarak D di atas dasar
Fondasi, harga q dalam suku kedua dari persamaan daya dukung
harus dihitung, sebagai berikut
24
1
rata-rata = 𝐵 . [𝛾. 𝐷 + 𝛾 ′ . (𝐵 − 𝐷)] (untuk D ≤ 𝐵) ............ (2.21a)
25
Contoh 2.4 :
Suatu Fondasi bentuk lingkaran seperti pada gambar di bawah.
Tentukan beban gross yang cukup aman (FS = 3) agar dapat dipikul
oleh Fondasi yang bersangkutan.
= 18,08
0,61 kN/m3
m
= 32 0
sat = 21,07
0,61 kN/m3
m
1,22
m
Penyelesaian :
Dari Persamaan (2.28) :
1
q u = c.N c .Fcs .Fcd .Fci + q.N q .Fqs .Fqd .Fqi + . .B.N .Fs .Fd .Fi
2
Catatan : Fci, Fqi dan FI semuanya adalah sama dengan satu sebab
bebannya tegak Untuk = 32o dari Tabel 2.3 didapat Nc = 35,49, Nq =
23,18 dan N = 30,22
𝑁𝑞 23,18
𝐹𝑐𝑠 = 1 + =1+ = 1,65
𝑁𝑐 35,49
𝐹𝛾𝑑 = 1
1−𝐹𝑞𝑑 1−1,273
𝐹𝑐𝑑 = 𝐹𝑞𝑑 − = 1,273 − (23,18).(0,62) = 1,292
𝑁𝑞 𝑡𝑎𝑛 𝜑
Dari Gambar diatas kita ketahui bahwa permukaan air tanah terletak
di atas dasar Fondasi. Dengan demikian :
26
𝑞 = (0,61). (18,08) + (0,61). (21,07 − 9,81) = 11,029 + 6,869
= 17,898 kN/m2
Jadi :
𝑞𝑢 = (17,898). (1,62). (1,273). (23,18)
+ (0,5). (0,6). (21,07 − 9,81). (1,22). (30,22)
= 855,58 + 124,54 ≅ 980,12 kN/m2
Sehingga :
qu 980,12
qijin = = = 326,71 kN/m 2
3 3
Maka :
2
Beban total gross = .B .qijin = .(1,22) .(326,71) = 381,78 kN
2
4 4
2.4 Angka Keamanan (Safety Factor)
Pada umumnya, suatu angka keamanan (Fs), yang besarnya
sekitar 3 digunakan untuk menghitung daya dukung yang diijinkan
untuk tanah di bawah Fondasi. Hal ini dilakukan mengingat bahwa
dalam keadaan yang sesungguhya, tanah tidak homogen dan tidak
isotropis sehingga pada saat mengevaluasi parameter-parameter
dasar dari kekuatan geser tanah ini kita menemukan banyak
ketidakpastian.
Kini kita tinjau 3 definisi yang berbeda mengenai daya dukung yang
diijinkan untuk Fondasi dangkal, yaitu :
a. Daya dukung ijin gross (qijin).
Dapat dihitung sebagai berikut :
𝑞𝑢
𝑞𝑖𝑗𝑖𝑛 = ................................................................ (2.22)
𝐹𝑆
27
• Beban mati (Dead load) dan beban hidup (Life load) di atas
permukaan tanah, W(D+L)
• Berat Fondasi itu sendiri (WF)
• Berat tanah yang terletak tepat di atas Fondasi (WS)
Jadi :
qu W( D + L ) + WF + WS 1
qijin = = . ....................... (2.23)
FS A FS
dengan :
A = luas dasar Fondasi
b. Daya dukung ijin netto.
Daya dukung ijin netto dari Fondasi adalah beban per satuan luas
yang diijinkan untuk suatu Fondasi tanpa memasukkan berat tanah
di sebelah kanan dan kiri Fondasi dari permukaan tanah sampai
dengan kedalaman dasar Fondasi (surcharge) yang besarnya
adalah q = .Df. Jadi beban batas netto, adalah :
𝑞𝑢 (net) = 𝑞𝑢 − 𝑞 .......................................................... (2.24)
WS + WF
q = .D f = ............................(2.26)
A
maka :
W( D + L ) qu − q
qijin (net ) = = .......................................... (2.27)
A FS
28
W(D+L)
WS /2 WS /2
WF
29
1
q ijin = c d .N c + q.N q + . .B.N .................................. (2.30)
2
dengan :
Nc, Nq, dan N = faktor daya dukung untuk sudut geser tanah d
Contoh 2.5 :
Seperti contoh Soal 2.1. Tentukan beban ijin netto, Qijin(netto), dengan
angka keamanan (FS) = 3 terhadap daya dukung batas netto.
Penyelesaian :
qu = 7695,2 lb/ft2
qu (net) = qu – q = 7695,2 – 330 = 7365,2 lb/ft2
qu (net ) 7365,2
qijin (net ) = = = 2455,1 lb/ft 2
FS 3
Jadi :
𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 (net) = (𝑞𝑖𝑗𝑖𝑛 (net) ). (𝐵2 ) = (2455,1). (42 ) = 39.281,6 lb
= 17,82 ton
30
Catatan :
Bandingkan harga Qijin (net) dengan Qijin yang dihitung pada contoh soal
2.1 untuk semua keadaan [Qijin > Qijin (net)].
Contoh 2.6 :
Seperti contoh soal 2.1. Tentukan beban ijin gros dengan memakai FS
= 3, terhadap keruntuhan geser.
Penyelesaian :
Diketahui : c = 200 lb/ft2 dan = 20o
c 200
cd = = = 66,67 lb/ft 2
FS 3
tan −1 tan 20
d = tan −1 = tan = 6,9
FS 3
Untuk = 6,9o, dengan cara interpolasi didapat : Nc = 8,11; Nq = 1,98;
N = 0,26
qijin = (1,3)(. 66,67 )(. 8,11) + (330)(. 1,98) + (0,4)(. 110)(. 4)(. 0,26)
( ) ( )
Qijin = (qijin ). B 2 = (1402,1). 42 = 22.433,6 lb = 10,17 ton
Catatan :
Bandingkan dengan hasil Contoh soal 2.1. Apabila kita diharuskan
memakai FS = 3 terhadap daya dukung batas gross dan juga FS = 3
terhadap keruntuhan geser, maka kita harus memilih Qijin = 10,17 ton,
karena harga terkecil dari jawaban dari dua jawaban yang kita hitung.
31
2.5 Persamaan Umum Daya Dukung
Beberapa peneliti telah mengembangkan dan memperbaiki
persamaan daya dukung untuk Fondasi menerus, segi empat dan
lingkaran dan tidak berlaku untuk Fondasi yang mempunyai dimensi
0 < B/L < 1, antara lain oleh : Meyerhof (1951). Agar persamaan daya
dukung tanah untuk Fondasi lahur dapat dipakai secara umum, maka
persamaan tersebut harus disempurnakan dengan cara memasukkan
faktor-faktor :
a. Faktor kedalaman (Depth Factor), untuk memasukkan perlawanan
geser yang terjadi sepanjang permukaan bidang runtuh dalam
tanah yang berada di atas dasar Fondasi.
b. Faktor bentuk (Shape Factor), untuk menentukan daya dukung dari
Fondasi yang berbentuk persegi dan lingkaran.
c. Faktor kemiringan (Inclimation Factor), untuk menentukan daya
dukung Fondasi di mana arah dari beban membentuk sudut
tertentu dengan vertikal.
Jadi, persamaan umum daya dukung batas yang telah dimodifikasi
dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑞𝑢 = 𝑐. 𝑁𝑐 . 𝐹𝑐𝑠 . 𝐹𝑐𝑑 . 𝐹𝑐𝑖 + 𝑞. 𝑁𝑞 . 𝐹𝑞𝑠 . 𝐹𝑞𝑑 . 𝐹𝑞𝑖
1
+ . 𝛾. 𝐵. 𝑁𝛾 . 𝐹𝛾𝑠 . 𝐹𝛾𝑑 . 𝐹𝛾𝑖 ……………………… (2.31)
2
dimana :
c = kohesi
q = tegangan efektif di bawah Fondasi
= berat volume tanah
B = lebar Fondasi ( = diameter Fondasi lingkaran)
Fcs, Fqs, Fs = faktor bentuk (shape factors)
Fcd, Fqd, Fd = faktor kedalaman (depth factors)
Fci, Fqi, FI = faktor kemiringan (inclination factors)
32
Nc , Nq , N = faktor daya dukung (bearing capacity factors) Tabel
2.1.
Tipe mekanisme keruntuhan ditunjukkan dalam Gambar 2.10. Tipe
keruntuhan ini terdiri dari zona aktif menurut Rankine (Zona I), dua
zona geser radial (Zona II), dua zona pasif menurut Rankine (Zona III).
45 + 45 +
/2 /2
I
II II
I II II I
33
Tabel 2 3 Faktor daya dukung
34
Tabel 2 4 Faktor bentuk, kedalaman dan kemiringan
35
Tabel 2 5 Faktor bentuk, kedalaman, dan kemiringan
36
pusat fondasi atau jika fondasi menerima momen selain beban vertikal.
Adapun dalam perhitungan, Meyerhof (1953) menggolongkan
pengaruh eksentristas beban terhadap kapasitas dukung fondasi segi
empat menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu seperti Gambar 2.11.
37
a. Eksentrisitas satu arah
Pada Gambar 2.12 terlihat pengaruh eksentrisitas beban satu arah
pada fondasi segiempat terhadap distribusi tekanan tanah dan
dimensi efektif fondasi.
38
M
e= (2.37)
Q
Memasukkan Pers. (2.37) dalam Pers. (2.35) dan Pers. (2.36),
maka
𝑄 6.e
𝑞max = (1 + ) (2.38)
B.L 𝐵
𝑄 6.e
𝑞min = (1 − ) (2.39)
B.L 𝐵
Jika e > B/6, maka qmin adalah negatif artinya adalah daerah tarik.
Karena tanah tidak dapat menerima gaya tarik, maka terdapat
perubahan perhitungan qmax sebagai berikut :
4.Q
𝑞max = (2.40)
3.L.(𝐵−2.e)
39
b. Eksentrisitas dua arah
Keadaan sebuah fondasi yang mengalami beban batas maksimum
(Qult) dan sebuah momen (M) seperti pada Gambar 2.13a. dan
Gambar 2.13b. Sedangkan fondasi yang mengalami pembebanan
batas maksimum dan momen dua arah (M x dan My) seperti pada
Gambar 2.13c. Ekivalen dari dua momen tersebut membentuk dua
eksentrisitas (x = eB = ex dan y = eL = ey) seperti pada Gambar 2.13d.
Gambar 2 13 Analisis momen satu arah dan dua arah dari fondasi
dangkal
Jika beban eksentris dua arah (e B dan eL) maka lebar efektif fondasi
(B′) ditentukan sedemikian rupa sehingga resultan beban terletak di
pusat berat luas efektifnya (A′) dengan L′ adalah sisi terpanjang pada
luas efektif tersebut.
My Mx
dengan : eB = dan e L = (2.46)
Q ult Q ult
Beban total maksimum (Qult) seperti halnya pada fondasi eksentrisitas
satu arah :
Qult = qu′. A′ = qu′. (B′).(L′) (2.47)
40
Sedangkan luas, panjang dan lebar efektif (A′, L′ dan B′) ditentukan
dengan menggunakan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Jika eL/L ≥ 1/6 dan eB/B ≥ 1/6, seperti pada Gambar 2.14, maka :
A′ = ½.B′. L′ (2.48)
3.𝑒𝐵
𝐵1 = 𝐵. (1,5 − ) (2.49)
𝐵
3.𝑒𝐿
𝐿1 = 𝐿. (1,5 − ) (2.50)
𝐿
Gambar 2 14 Area efektif untuk kasus eL/L ≥ 1/6 dan eB/B ≥ 1/6
Gambar 2.14 Area efektif untuk kasus eL/L ≥ 1/6 dan eB/B ≥ 1/6
41
2. Jika eL/L < ½ dan 0 < eB/B < 1/6, seperti pada Gambar 2.15, maka
A′ = ½.(L1 + L2).B (2.52)
L′= L1 atau L2 (dipakai yang terbesar, L1 dan L2 dari Gbr 1.15b (2.53)
B′= A′ / L′ (2.54)
Gambar 2 15 Area efektif untuk kasus eL/L < ½ dan 0 < eB/B < 1/6
Gambar 2.15 Area efektif untuk kasus eL/L < ½ dan 0 < eB/B < 1/6
3. Jika eL/L < 1/6 dan 0 < eB/B < ½, seperti pada Gambar 2.16, maka
A′ = ½.(B1 + B2).L ; (B1 dan B2 dari Gambar 2.16b) (2.55)
L′ =L (2.56)
A'
B' = (2.57)
L
Gambar 2 16 Area efektif untuk kasus eL/L < 1/6 dan 0 < eB/B < ½
Gambar 2.16. Area efektif untuk kasus eL/L < 1/6 dan 0 < eB/B < ½
42
4. Jika eL/L < 1/6 dan eB/B < 1/6, seperti pada Gambar 2.17., maka :
A′ = L2.B + ½.(B + B2).(L – L2) (2.58)
L′ = L (2.59)
A'
B' = (2.60)
L
Gambar 2 17 Area efektif untuk kasus eL/L < 1/6 dan eB/B < 1/6
Gambar 2.17. Area efektif untuk kasus eL/L < 1/6 dan eB/B < 1/6
43
Gambar 2 18 Luasan efektif fondasi lingkaran
Tabel 2.6 Variasi nilai A′ /R2 dan B′/R dengan eR/R untuk fondasi
lingkaran
eR/R A′/R2 B′/R
0.1 2.8 1.85
0.2 2.4 1.32
0.3 2.0 1.2
0.4 1.61 0.80
0.5 1.23 0.67
0.6 0.93 0.50
0.7 0.62 0.37
0.8 0.35 0.23
0.9 0.12 0.12
1.0 0 0
Tabel 2 6 Variasi nilai A′ /R2 dan B′/R dengan eR/R untuk fondasi lingkaran
44
tanah, juga dalam penentuan besarnya angka keamanan yang
biasanya mempunyai interval cukup besar.
dimana :
qijin(net) = kapasitas dukung ijin netto untuk penurunan 1” (2,54 cm)
qc = tahanan ujung rata-2 konus pd kedalaman 0 sampai B dari
dasar fondasi
𝑞𝑐 𝐵+0,3 2
qijin(net) = [ ] 𝐾𝑑 (kg/cm²) → untuk lebar pondasi B ≥ 1,20 m ... (2.65)
33 𝐵
dimana :
Kd = faktor kedalaman fondasi = 1 + 0,33.Df/B ≤ 1,33….............. (2.66)
45
Fondasi menerus qu = 28 – 0,0052 (300 – qc)1.5 [kg/cm2 / ton/ft2]
Fondasi bujur sangkar qu = 48 – 0,009 (300 – qc) 1.5 [kg/cm2 /
ton/ft2]
dimana :
qu = daya dukung batas
qc = tahanan ujung rata-rata konus yang dibaca pada kedalaman
0,5 B di atas dasar Fondasi dan 1,1 B di bawah dasar Fondasi
[kg/cm2]
Untuk jenis tanah pada umumnya (c - soils) besarnya daya dukung
ijin bisa dihitung dengan menggunakan persamaan dari Meyerhof yang
menganggap bahwa penurunan yang diijinkan sebesar 25 mm.
𝑞𝑐
𝑞𝑎𝑙𝑙 = jika B < 1,2 m ..........…....................... (2.67)
30
2
𝑞𝑐 𝐵 + 0,3
𝑞𝑎𝑙𝑙 = .[ ] jika B > 1,2 m .................................... (2.68)
50 𝐵
dimana :
qall = daya dukung tanah yang diijinkan [kpa]
qc = pembacaan tahanan ujung dalam satuan [kpa]
2.7.2 Daya Dukung Berdasarkan SPT (Standard Penetration Test)
Meyerhof (1956, 1974) mengusulkan kapasitas dukung ijin netto
(qijin(net)) untuk tanah pasir sebagai berikut :
𝑞ijin(net) = 12.N (kN/m²) → untuk lebar B ≤ 1,2 m (2.69)
𝐵+0,3 2
𝑞ijin(net) = 8.N. ( ) (kN/m²) untuk lebar B > 1,2 m (2.70)
𝐵
46
𝑞ijin(net) = 20.N.K𝑑 (kN/m²) → untuk lebar B ≤ 1,2 m (2.71)
𝐵+0,3 2
𝑞ijin(net) = 12,5.N. ( ) .K𝑑 (kN/m²) untuk lebar B > 1,2 m (2.72)
𝐵
dimana :
qijin(net) = kapasitas dukung ijin netto untuk penurunan 1” (2,54
cm)
Kd = faktor kedalaman fondasi = 1 + 0,33.Df/B ≤ 1,33.
N = CN . N´ (2.74)
dengan :
N´ = nilai N tercatat dari uji di SPT di lapangan
CN = faktor koreksi overburden
dengan :
47
p0´ = tekanan overburden efektif (kg/cm²) pada kedalaman yang diuji
dengan nilai tidak lebih 2,81 kg/cm² (1 kg/cm² = 98,1 kN/m²).
dengan :
p0´ = tekanan overburden efektif (ksf) [1 k/ft² = 47,94 kN/m²]
dengan :
p0´ = tekanan overburden efektif (ton/ft²) [1 ton/ft² = 1 kg/cm²],
persamaan ini tidak valid, jika p0´ < 0,25 ton/ft²
Skempton (1986), mengkoreksi tekanan overburden, berdasarkan
macam pasirnya:
2
𝐶𝑁 = 𝑝 ′ → untuk pasir halus normally consolidated (2.79)
1+ 0
𝑝𝑟
3
𝐶𝑁 = 𝑝 ′
0
→ untuk pasir kasar normally consolidated (2.80)
2+ 𝑝𝑟
1,7
𝐶𝑁 = 𝑝 ′
0
→ untuk pasir overconsolidated (2.81)
0,7+ 𝑝𝑟
dengan :
p0’ = tekanan overburden efektif (kN/m²)
pr = 100 kN/m² = tekanan efektif referensi
48
CN > 2. (2.82)
dimana :
Nf = nilai N-SPT lapangan pada kedalaman 0,75.B di bawah dasar
fondasi
Df dan B = kedalaman dan lebar fondasi
Untuk mendapatkan sampel tanah pasir yang tidak terganggu
(undistrubed) sangat sulit, maka uji penetrasi yang baku (SPT) yang
dilakukan selama penyelidikan bawah tanah umumnya digunakan
untuk memprakirakan besarnya daya dukung ijin dari tanah pasir di
bawah Fondasi. Daya dukung batas dengan menggunakan data SPT
oleh Parry (1977) memberikan rumus, sebagai berikut :
𝑞𝑢 (𝑀𝑁/𝑚2 )
𝐷𝑓 + 0,73. 𝐵
= 0,24. 𝑁𝑓 . ( ) ........................................ (2.85)
𝐷𝑓 + 0,75. 𝐵
dimana :
Nf = nilai SPT yang diambil pada kedalaman 0.75 B di bawah dasar
Fondasi
Df dan B = kedalaman dan lebar Fondasi
Untuk Df /B < 1, maka :
Dari harga penetrasi yang baku, telah dikoreksi oleh Peck, Hansen dan
Tharuburn (1974) dan telah dibuat suatu grafik yang dapat digunakan
49
untuk menentukan besarnya daya dukung ijin netto per satuan luas
Fondasi, dapat dilihat pada Gambar 2.19.
Gambar 2 19 Koreksi daya dukung ijin netto tanah pasir dengan nilai
SPT
50
Contoh 2.7 :
Suatu Fondasi dengan kolom bujur sangkar terletak di atas tanah pasir,
kedalaman Fondasi (Df) = 0,7 m dengan kemiringan beban () = 20o
terhadap vertikal, berat volume tanah = 18 kN/m3. Lebar Fondasi (B) =
0,7 m, jika faktor keamanan (FS) = 3. Tentukan beban gross (Qijin) pada
Fondasi tersebut ?
Qijin = ?
= 18,0 kN/m3
20o = 30 0
c=0
0,70
m
0,70 m
Penyelesaian :
1
𝑞𝑢 = 𝑞. 𝑁𝑞 . 𝐹𝑞𝑠 . 𝐹𝑞𝑑 . 𝐹𝑞𝑖 + . 𝛾. 𝐵. 𝑁𝛾 . 𝐹𝛾𝑠 . 𝐹𝛾𝑑 . 𝐹𝛾𝑖
2
Fd = 1
𝛽𝑜 2 20𝑜 2
𝐹𝑞𝑖 = (1 − ) = (1 − ) = 0,605
90𝑜 90𝑜
51
𝛽𝑜 2 20𝑜 2
𝐹𝛾𝑖 = (1 − ) = (1 − ) = 0,11
𝜑 30𝑜
Sehingga :
𝑞𝑢 = (12,6). (18,4). (1,577). (13,99). (0,605)
+ (0,5). (18). (0,7). (22,4). (0,6). (1). (0,11)
= 3094,52 + 9,31 = 3103,83 kN/m2
Maka :
qu 3103,83
qall = = = 1034,61 kN/m 2
3 3
Untuk Qijin = qall x B2 = (1034,61) x (0,7)2 = 506,96 kN
Latihan Soal
1. Suatu fondasi segi empat dengan lebar (B) = 0.91 m dan panjang
(L) = 1.83 m, dasar fondasi Df terletak 0.91 m dari muka tanah. Nilai
kohesi c = 0 dan = 18.08 kN/m3. Dengan angka keamanan 4
tentukan daya dukung ijin.
2. Suatu fondasi plat setempat dengan ukuran 5 ft x 5ft. Fondasi
tersebut terletak diatas tanah dengan data sudut geser dalam =
20o; c = 320 lb/ft2 dan berat isi tanah 115 lb/ft3. Tentukan daya
dukung ijin tanah dengan SF = 4, sedangkan kedalaman fondasi
terletak pada kedalaman 3 ft dan kondisi keruntuhan geser umum
(geneal shear failure)
3. Fondasi memanjang menerima beban terbagi rata di atas
permukaan (qo) sebesar 20 kN/m. Dari hasil pengujian lapisan
tanah terdiri dari:
- Tanah 1 : Elv. 0.00 – 1.00 ; 1 = 19 kN/m3, c1 = 20 kN/m2, 1 = 25°
- Tanah 2 : Elv. > 1.00 ; 2 = 19,9 kN/m3, c2 = 50 kN/m2, 2 = 30°
Berapa kapasitas dukung ultimit (qu), jika kedalaman fondasi Df = 1
m, lebar B = 1,8 m dan`kedudukan muka air tanah sangat dalam?
52
Bagaimana pengaruhnya terhadap kapasitas dukung ultimit jika
tidak terdapat beban terbagi rata?
4. Fondasi berbentuk memanjang dengan B = 1,6 m dan kedalaman
Df = 1,50 m, terletak pada tanah homogen dengan :
c = 160 kN/m2, =20°; t = 18 kN/m3, sat = 20,81 kN/m3
Ditanyakan:
(a) Pada tinjauan keruntuhan geser umum, berapakah kapasitas
dukung ultimit, jika muka air tanah terletak :
(1) pada 4 m dari permukaan tanah?
(2) pada kedalaman 0,50 m di bawah dasar fondasi?
(3) pada dasar fondasi ?
(b) Pada kasus (a.l), berapakah kapasitas dukung ultimit jika
ditinjau menurut keruntuhan geser lokal ?
(c) Jika faktor aman FS = 3, berapakah tekanan fondasi
maksimum agar memenuhi kriteria keamanan terhadap
keruntuhan kapasitas dukung? (Dianggap terjadi keruntuhan
geser umum dan muka air tanah pada kedalaman 4 m dari
permukaan).
53
BAB. III
TEGANGAN PADA MASSA TANAH
54
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝜎𝑍 =
(𝐵 + 𝑍)𝑥𝐿
𝜎𝑜 . (𝐵𝑥𝐿)
= ......................................................... (3.1)
(𝐵 + 𝑍)𝑥𝐿
dimana :
σo = tegangan terbagi rata yang bekerja diatas fondasi menerus dengan
lebar B.
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝜎𝑜 . 𝐵. 𝐿
𝜎𝑍 = = ....................................... (3.2)
(𝐵 + 𝑍). (𝐿 + 𝑍) (𝐵 + 𝑍). (𝐿 + 𝑍)
55
Gambar 3.1b 1 Fondasi Persegi panjang dengan beban P
56
• Distribusi tegangan dari luar tidak tergantung pada jenis material.
• Berat tanah diabaikan pada perhitungan tegangan akibat beban
luar.
Gambar 3. 1
Lapisan 1 Z1
Lapisan 2 Z2
σv
𝜎𝑉 = 𝛾1 . 𝑍1 + 𝛾2 . 𝑍2 ................................................................. (3.3)
dimana:
v = tegangan vertikal dalam tanah [kN/m2)
1 = berat isi tanah lapisan 1 [kN/m3]
2 = berat isi tanah lapisan 2 [kN/m3]
z = kedalaman [m]
57
2. Tegangan geostatik di dalam tanah yang berair.
Lapisan 1
Z1
Lapisan 2
Z2
σv
dimana :
v′ = tegangan vertikal effektif tanah [kN/m2]
1 = berat isi tanah lapisan I [kN/m3]
sat = berat isi tanah jenuh lapisan II [kN/m3]
w = berat isi air [kN/m3]
z = kedalaman [m]
58
3. Tegangan geostatik di dalam tanah jenuh air.
Z
1
Z
2
σ
Gambar 3.4 Tegangan Geostatik pada tanah
jenuh air.
Gambar 3. 4 Tegangan Geostatik pada tanah jenuh air
dimana:
v′ = tegangan vertikal effektif tanah [kN/m2]
sat = berat isi tanah jenuh [kN/m3]
w = berat isi air [kN/m3]
z = kedalaman [m]
59
3.3 Tegangan Tanah Akibat Beban Luar
Tegangan tanah di setiap bidang horisontal di bawah fondasi, dari
pusat pembebanan ke arah luar, besarnya akan berkurang atau hilang,
besarnya tegangan itu juga akan berkurang dengan meningkatnya
kedalaman.
d1
d2
d3
d4
60
𝑃 3. 𝑦 2 . 𝑧 𝑦2 − 𝑥2 𝑥2. 𝑧
𝛥𝑝𝑦 = . { 5 − (1 − 2. 𝜇). [ 2 + 3 2 ]} ............ (3.6b)
2. 𝜋 𝐿 𝐿. 𝑟 . (𝐿 + 𝑧) 𝐿 . 𝑟
3. 𝑃 𝑧 3 3. 𝑃 𝑧3
𝛥𝑝𝑧 = . 5= . 2 ............................................. (3.6c)
2. 𝜋 𝐿 2. 𝜋 (𝑟 + 𝑧 2 )5/2
dimana :
r = x2 + y2
L= x2 + y2 + z 2 = r 2 + z 2
= angka Poisson
𝑝 3 1 𝑃
𝛥𝑝𝑧 = .{ . } = 2 . 𝐼1 ....................................... (3.7)
𝑧 2 2.𝜋 [(𝑟⁄𝑧)2 + 1] ⁄2
5 𝑧
𝐼1
3 1
= . 𝑟 2 ................................................................... (3.8)
2. 𝜋 [( ⁄𝑧) + 1]5⁄2
dimana :
r = x2 + y2
x, y, z = koordinat titik A
61
y
x
L
z
r/z I1 r/z I1
0,01 0,4775 0,9 0,1089
0,1 0,4657 1,0 0,0844
0,2 0,4329 1,5 0,0251
0,3 0,3849 1,75 0,0144
0,4 0,3295 2,0 0,0085
0,5 0,2733 2,5 0,0034
0,6 0,2214 3,0 0,0015
0,7 0,1762 4,0 0,0004
0,8 0,1386 6,0 0,0014
Tabel 3 1 Variasi I1 [Persamaan (3.8)]
62
Kenaikkan (perubahan) tegangan vertikal, p, di dalam massa tanah
tersebut dapat dihitung dengan menggunakan dasar-dasar teori
elastis, sebagai berikut :
2.𝑞.𝑧 3
𝛥𝑝 = .............................................................. (3.9)
𝜋.(𝑥 2 +𝑧 2 )2
q (kN/m’)
y
x
r
z
p
x
z
3qz 3 (dxdy )
B L
p = dp = = qo .I 2 ...........................(3.10)
y =0 x =0 (
2 x 2 + y 2 + z 2 )5/ 2
1 2.m.n. m 2 + n 2 + 1 m 2 + n 2 + 2
−1 2.m.n. m + n + 1
2 2
I2 = . 2 . + tan
4. m + n 2 + m 2 .n 2 + 1 m 2 + n 2 + 1 m 2 + n 2 + 1 − m 2 .n 2
dimana :
m = B/z ; n = L/z
p = tegangan tanah yang terjadi [kN/m 2]
qo = beban merata segi empat [kN/m 2]
63
I2 = koefisien Boussinesq
B&L = sisi-sisi segi empat; z = kedalaman
64
Kenaikan tegangan pada suatu titik sembarang di bawah sebuah
luasan berbentuk empat persegi panjang dapat dicari dengan
menggunakan Persamaan (3.10) dan Gambar 3.8. Hal ini dapat
diterangkan dengan Gambar 3.9. Marilah kita tentukan tegangan
pada sebuah titik di bawah titik A, yang mempunyai kedalaman z.
Luasan beban tersebut dapat dibagi menjadi empat buah segi
empat. Kenaikan tegangan pada kedalaman z di bawah titik A,
akibat beban segi empat tersebut sekarang dapat dicari dengan
menggunakan Persamaan (3.10). Kenaikan tegangan vertikal
total akibat seluruh beban pada luasan tsb adalah :
dimana :
I2(1), I2(2), I2(3), I2(4) = harga-harga I2 untuk masing-masing empat
persegi panjang 1, 2, 3 dan 4
65
1 3
B
A
2 4
L
Gambar 3.9 Kenaikan tegangan pada segala titik di bawah suatu luasan lentur
berbentuk empat persegi panjang yang menerima beban merata.
Gambar 3. 9 Kenaikan tegangan pada segala titik di bawah suatu
luasan lentur berbentuk empat persegi panjang yang menerima beban
merata
66
Gambar 3.11 Kenaikan tegangan di bawah titik pusat
suatu luasan lentur yang menerima beban
merata. tegangan di bawah titik pusat suatu luasan lentur
Gambar 3. 11 Kenaikan
yang menerima beban merata
67
68
Tabel 3 3 Angka pengaruh I untuk menentukan penambahan tegangan
vertikal di dalam tanah akibat beban merata berbentuk segi empat
69
b. Beban merata berbentuk lingkaran.
Dengan menggunakan penyelesaian Boussinesq untuk tegangan
vertikal pz yang diakibatkan oleh beban terpusat Persamaan
3.6c, kita juga dapat menentukan besarnya tegangan vertikal di
bawah titik pusat lingkaran lentur yang mendapat beban terbagi
rata.
Pada Gambar 3.12, dimisalkan bahwa intensitas tekanan pada
suatu lingkaran berjari-jari R adalah q. Beban total pada suatu
elemen luasan (berwarna hitam pada Gambar 3.12 tersebut)
adalah = qo.r d. dr. Tegangan vertikal, dp pada titik A akibat
beban pada elemen luasan tersebut (yang dapat dianggap
sebagai beban terpusat karena dr → 0 dan d → 0) dapat
diperoleh dari Persamaan 3.6c :
70
3. (𝑞𝑜 . 𝑟. 𝑑𝜃. 𝑑𝑟)
𝑑𝑝 = 5⁄ ............................................. (3.12)
𝑟 2 2
2.𝜋.z . [1 + ( ) ]
2
𝑧
1
𝛥𝑝 = 𝑞𝑜 . 1 − 3/2
.................…...................... (3.13)
𝐵 2
[1 + ( ) ]
{ 2𝑧 }
dimana:
p = tegangan vertikal di bawah pusat lingkaran [kN/m2]
qo = beban merata berbentuk lingkaran [kN/m2]
B/2 = Jari-jari lingkaran (R)
z = kedalaman
Variasi harga p/qo terhadap perubahan harga z/(B/2) yang
didapat dari Persamaan (3.13) dapat dilihat pada Gambar 3.12b.
Harga-harga p tersebut akan berkurang secara cepat menurut
kedalaman ; dan pada z = 5.R harga p ini hanya 6 % dari q, yang
merupakan besarnya intensitas tekanan pada permukaan tanah.
71
Gambar 3.12 (a) Tegangan vertikal di bawah titik pusat suatu luasan lentur
berbentuk lingkaran yang menerima beban merata.
(b) Grafik untuk menentukan penambahan tegangan di bawah
beban merata lingkaran.
b
q
z a
x
Δp
72
Untuk beban berbentuk segitiga yang merata seperti pada
gambar di atas, maka nilai penambahan tegangan tanah pada
kedalaman z dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
p = q. I (3.14)
dimana :
q = beban merata pada tinggi segitiga
I = angka pengaruh
p = q x m x I (3.15)
73
dimana :
p = tegangan yang terjai
I = angka pengaruh
q = besarnya beban merata pada luasan yang ditinjau
m = jumlah total elemen luasan
Besarnya angka pengaruh I dan panjang satuan grafik tertera di
dalam setiap diagram pengaruh seperti pada Grafik 3.8.
r = x 2 + y 2 = 32 + 4 2 = 5 ft
Perhitungan berikutnya ditabelkan, sebagai berikut :
r
(ft)
z
(ft) r/z I1*
p =
P
z2
(
.I lb/ft 2 ) **
5,0 0 0 0
2 2,5 0,0034 0,85
4 1,25 0,0424 2,65
6 0,83 0,1295 3,60
10 0,5 0,2733 2,73
15 0,33 0,3713 1,65
20 0,25 0,4103 1,03
* Persamaan (3.8)
** Persamaan (3.7); catatan : P = 1000 lb.
74
Gambar variasi kenaikkan tegangan vertikal (p)
p (lb/ft2)
0 1 2 3 4
0
z (ft) 12
16
20
24
75
Contoh Soal 3.2 :
Sebuah beban garis dengan panjang tak terhingga memiliki intensitas
beban q = 500 lb/ft. Tentukan tegangan vertikal pada titik A yang
mempunyai koordinat x = 5 ft dan z = 4 ft. Seperti pada Gambar di
bawah ini.
q /satuan panjang
z = 4 ft
p
A
x = 5 ft
z
Penyelesaian :
Dari Persamaan (3.9) :
2.q.z 3
p =
.(x 2 + z 2 )
2
p =
(2)(
. 500 )(
. 4)
2
= 12,12 lb/ft 2
( ).(5 2 + 4 2 )2
76
Contoh Soal 3.3 :
Dua beban garis di atas tanah seperti pada Gambar di bawah.
Tentukan kenaikkan tegangan pada titik A.
p
z = 4 ft
x1 x2
p 1 p 2
z = 4 ft z = 4 ft
+
A A
x = 5 ft x = 10 ft
z z
Penyelesaian :
p = p1 + p2 = 12,12 + 3,03 = 15,15 lb/ft2
p1 =
2.q1 .z 3
=
(2)(. 500)(. 4)3 = 12,12 lb/ft 2
.(x + z
2
1
2 2
) .(5 + 4
2
)
2 2
p1 =
2.q 2 .z 3
=
(2)(. 1000)(. 4)3 = 3,03 lb/ft 2
.(x + z
2
2
2 2
) .(10 + 4
2 2 2
)
77
Contoh Soal 3.4 :
Sebuah beban merata empat persegi dengan luas (A) = 2,5 x 5 m
terletak di atas permukaan tanah dengan berat (qo) = 145 kN/m2. Hitung
kenaikkan tegangan (p) pada titik pusat dari luasan empat persegi,
akibat beban dengan kedalaman (z) = 6,25 m.
x qo
B
y
L
Penyelesaian :
2,5 5
B1 = = 1,25 m ; L1 = = 2,5 m
2 2
B1 1,25 L1 2,5
m1 = = = 0,2 ; n1 = = = 0,4
z 6,25 z 6,25
Dari Tabel 3.2, untuk m1 = 0,20 dan n1 = 0,40 didapat nilai I1 = 0,0328
Sama juga nilainya I1 = I2 = I3 = I4.
Jadi :
p = qo.(4.I1) = (145).(4).(0,0328) = 19,02 kN/m
78
BAB. IV
PENURUNAN FONDASI DANGKAL
(SETTLEMENT OF SHALLOW FOUNDATIONS)
79
4.2 Penurunan Seketika (Immediate Settlement)
Pada Gambar 4.1 menunjukkan suatu fondasi dangkal yang
mendapat beban per satuan luas sepadan dengan qo. Poisson’s ratio
dan modulus elastisitas dari tanah pendukung adalah s dan Es. Secara
teoritis, jika Df = 0, H = dan fondasi sempurna fleksibel, menurut Harr
(1966) penurunan dinyatakan seperti :
▪ Pada bagian tepi fondasi :
Se =
B.q0
Es
( 2
)
. 1 − s . ................................................................(4.1)
2
▪ Pada bagian tengah bentang fondasi :
Se =
B.q0
Es
( )
. 1 − s . ................................................................(4.2)
2
dimana :
1 √1 + 𝑚2 + 𝑚
𝛼= . [𝑙𝑛. ( )
𝜋 √1 + 𝑚2 − 𝑚
√1 + 𝑚2 + 1
+ 𝑚. 𝑙𝑛 ( )] ............... (4.3)
√1 + 𝑚2 − 1
m = L/B
B = lebar fondasi
L = panjang fondasi
80
Gambar 4.1 Penurunan elastis dari fondasi fleksibel dan kaku.
81
Nilai-nilai dari r untuk berbagai perbandingan L/B dari fondasi
ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Penyelesaian terdahulu untuk penurunan segera diperoleh dengan
pengintegrasian regangan pada berbagai kedalaman dibawah fondasi
untuk batas z = 0 sampai z = , jika ditempatkan pada suatu lapisan
keras yang kedap, terletak pada suatu kedalaman yang dibatasi,
penurunan yang nyata mungkin kurang dari perhitungan terdahulu.
Bagaimanapun, jika kedalaman H dalam Gambar 4.1 adalah lebih
besar dari 2B sampai 3B, penurunan yang nyata tidak akan berubah.
Juga catat bahwa yang lebih dalam dari Df semakin sedikit adalah
penurunan elastis total.
82
4.3 Penurunan Seketika Fondasi pada Lempung (Immediate
Settlement of Foundations on Saturated Clay)
83
Gambar 4.3 Nilai-nilai dari A1 dan A2 untuk perhitungan penurunan
seketika. Persamaan (4.6), after Christian and Carrier, 1978.
84
4.4 Penurunan Seketika pada Tanah Berpasir (Immediate
Settlement of Sandy Soil)
dimana :
Iz = faktor tegangan
𝑞
C1 = faktor koreksi untuk kedalaman dari fondasi = 1 − 0,5. [(𝑞−𝑞)]
time in years
C2 = fakor koreksi untuk keretakan tanah = 1 + 0,2 𝑙𝑜𝑔. ( )
0,1
q = .Df
85
( (b)
a
Gambar 4.4 Perhitungan Penurunan Elastis.
86
Untuk nilai-nilai dari L/B antara 1 sampai dengan 10, dapat dibuat
interpolasi. Digunakan pada Persamaan (4.7), memerlukan evaluasi
dari pendekatan variasi dari Modulus Elastisitas (Es) dengan
kedalaman (lihat Gambar 4.4b). evaluasi ini dapat dibuat dengan
menggunakan kerucut penetrasi atau angka-angka standar penetrasi.
lapisan tanah dapat dibagi menjadi beberapa lapisan pada suatu
kedalaman dari z = z2, dan penurunan seketika dari tiap lapisan dapat
diperkirakan. penjumlahan dari penurunan dari semua lapisan yang
sama (Se).
Besarnya nilai-nilai Es dan untuk keperluan praktis dapat dicari
dengan menggunakan bantuan Tabel 4.1. Tetapi biasanya angka-
angka tersebut diperoleh dari hasil pengujian tanah di laboratorium.
Selain itu harga Es dan dapat juga diperoleh berdasarkan besarnya
nilai N (dari pengujian SPT) atau nilai tahanan penetrasi ujung qc (hasil
pengujian sondir di lapangan) dengan menggunakan rumus yang
diberikan Schmertmann, Mitchell dan Gardner (1975) seperti di bawah
ini :
dimana :
N = nilai standar penetrasi
qc = perlawanan nilai tahanan konus
87
Untuk lempung nilai Modulus of elasticity (Es), adalah :
• Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi normal (normally
consolidated clays)
Es = 250.c – 500.c ……………………………………………. (4.12)
• Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi berlebihan
(overconsolidated clays)
Es = 750.c – 1000.c …………………...……...........………… (4.13)
dimana :
c = undrained cohession of clayed soil
88
Tabel 4.1 Nilai pendekatan parameter elastik dari variasi tipe tanah.
Type of soil Modulus of elasticity (Es) Poisson’s
Lb/in2 MN/m2 Ratio (s)
Loose sand 1.500 – 3.500 10,35 – 24,15 0,20 – 0,40
Medium dense 2.500 – 4.000 17,25 – 27,60 0,25 – 0,40
sand
Dense sand 5.000 – 8.000 34,50 – 55,20 0,30 – 0,45
Silty sand 1.500 – 2.500 10,35 – 17,25 0,20 – 0,40
Sand and 10.000 – 69,00 – 0,15 – 0,35
gravel 25.000 172,50
Soft clay 600 – 3.000 4,10 – 20,70 -
Medium clay 3.000 – 6.000 20,70 – 41,40 0,20 – 0,50
Stiff clay 6.000 – 41,40 – 96,60 -
14.000
Tabel 4 1 Nilai pendekatan parameter elastik dari variasi tipe tanah
Fleksibel Kaku
Bentuk Pusat Titik Rata-rata r
sudut av
Lingkaran 1,00 0,64 0,85 0,88
(tepi)
Bujursangkar 1,12 0,56 0,95 0,82
Empat persegi
panjang
B/L = 1,5 1,36 0,68 1,15 1,06
= 2,0 1,53 0,77 1,30 1,20
= 5,0 2,1 1,05 1,83 1,70
= 10,0 2,54 1,27 2,25 2,10
= 100,0 4,01 2,00 3,69 3,40
Tabel 4 2 Faktor pengaruh untuk bagian-bagian fondasi dengan berbagai bentuk
89
4.5 Penurunan Seketika Beban Fondasi Eksentrisitas (Immediate
Settlement of Eccentrically Loaded Foundations)
Eccentricity = e
Se
Rotation = t
90
Gambar 4.6 Variasi dari 1, 2, dan C dengan L/B.
A’
dimana : A’ = luas efektif
91
3. Menentukan faktor keamanan untuk beban fondasi eksentris
(Eccentrically) :
𝑄𝑢𝑙𝑡(𝑒)
𝐹𝑆 = = 𝐹1 ........................................................................
𝑄
(4.15)
4. Menentukan beban batas Qult(e=0) untuk fondasi yang sama dengan
eksentrisitas e = 0 (fondasi dengan beban terpusat) :
1
qu = c.N c .Fcs .Fcd .Fci + q.N q .Fqs .Fqd .Fqi + . .B.N .Fs .Fd .Fi ....(4.16)
2
5. Menentukan :
𝑄𝑢𝑙𝑡(𝑒=0)
= 𝑄(𝑒=0) .................................................................... (4.17)
𝐹1
catatan :
Qult(e=0) adalah beban yang diijinkan untuk fondasi dengan suatu
faktor keamanan (FS) = F1 untuk kondisi beban pusat.
6. Untuk beban Q(e=0) di fondasi, perhitungan penurunan dengan
menggunakan teknik diperkenalkan pada Sub.bab 4.2 - 4.5.
Penurunan yang ditentukan oleh masing-masing dengan metode
yang sama, Se(e=0).
7. Sekarang, gunakan yang berikut persamaan untuk menentukan Se
dan t :
𝑒 2
𝑆𝑒 = 𝑆𝑒(𝑒=0) . [1 − 2. ( )] ..................................................... (4.18)
𝐵
𝑒 ⁄𝐵
𝑡 = 𝑡𝑎𝑛−1 . [𝐶. 𝑆𝑒 . ( )] ..........….......................................... (4.19)
√𝐵.𝐿
dimana :
𝐶 = 𝛽1 . 𝛽2 ............................................................................ (4.20)
1, 2 = faktor bergantung dari perbandingan L/B (Lee, 1963;
Whitman and Richart, 1967)
92
4.6 Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement)
Seperti pembahasan sebelumnya, penurunan konsolidasi terjadi
dari waktu ke waktu, dan itu terjadi di tanah lempung yang dipenuhi
ketika mereka diperlakukan untuk kenaikkan beban oleh konstruksi
fondasi (Gambar 4.7). Penyelesaian penurunan konsolidasi
didasarkan pada satu dimensi, dapat ditulis :
dimana :
e
v = vertical strain → v =
1 + eo
e = change of void ratio = f (po, pc, and p)
Jadi :
𝐶𝑐 . 𝐻𝑐 𝑝𝑜 + 𝛥𝑝𝑎𝑣
𝑆𝑐 = . 𝑙𝑜𝑔 (for Normally Consolidated Clays) .... (4.22)
1 + 𝑒𝑜 𝑝𝑜
𝐶𝑠 . 𝐻𝑐 𝑝𝑜 + 𝛥𝑝𝑎𝑣
𝑆𝑐 = . 𝑙𝑜𝑔 (for OverConsolidated Clays with p𝑜 + 𝛥𝑝𝑎𝑣
1 + 𝑒𝑜 𝑝𝑜
< 𝑝𝑐 ) …(4.23)
𝐶𝑠 . 𝐻𝑐 𝑝𝑐 𝐶𝑐 . 𝐻𝑐 𝑝𝑜 + 𝛥𝑝𝑎𝑣
𝑆𝑐 = . 𝑙𝑜𝑔 + . 𝑙𝑜𝑔 .....................…....... (4.24)
1 + 𝑒𝑜 𝑝𝑜 1 + 𝑒𝑜 𝑝𝑐
(for overconsolidated clays with p𝑜 < 𝑝𝑐 < 𝑝𝑜 + 𝛥𝑝𝑎𝑣 )
dimana :
po = tekanan rata-rata efektif di lapisan lempung sebelum
konstruksi fondasi
pav = kenaikkan tekanan rata-rata di lapisan lempung sebelum
konst. Fondasi
pc = tekanan pra konsolidasi
eo = angka pori awal dari lapisan lempung
93
Cc = indeks compression
Cs = indeks pengembangan (swelling)
Hc = tebal dari lapisan lempung
Catatan :
Bahwa peningkatan-tekanan, p, di lapisan lempung tidaklah tetap
dengan kedalaman. Penting besarnya p akan berkurang dengan
peningkatan dari kedalaman diukur dari dasar fondasi itu.
Bagaimanapun, rata-rata kenaikkan dari tekanan mungkin mendekati :
1
𝛥𝑝𝑎𝑣 = . (𝛥𝑝𝑡 + 4. 𝛥𝑝𝑚 + 𝛥𝑝𝑏 ) ......................…......................... (4.24)
6
dimana :
pt, pm, dan pb adalah kenaikkan tekanan ada di atas, tengah dan
dasar dari lapisan lempung yang disebabkan oleh konstruksi fondasi.
Hc Clay layer
94
Tabel 4.3 Angka pori e dan berat isi kering d dari beberapa contoh tanah.
Q = 180 kN
M = 27 kN.m
Sand
=18 kN/m3
0,7 m
= 30o
c=0
s = 0,3
1,5 x 1,5 m Es = 15.000 kN/m2
95
Penyelesaian :
Langkah 1
Untuk Q = 180 kN dan M = 27 kN.m
B' 1,2
Fqs = 1 + . tan = 1 + . tan 30 = 1,462
L' 1,5
B' 1,2
Fs = 1 − 0,4. = 1 − 0,4. = 0,68
L' 1,5
Fd = 1
Jadi :
qu' = (12,6)(
. 18,4)(
. 1,462)(
. 1,135) + .(18)(
. 1,2)(
. 22,4)(
. 0,68)(
. 1)
1
2
= 384,3 + 164,5 = 548,8 kN/m 2
Karenanya :
( )
Qult (e ) = B ' .L' . qu = (1,2)(
. 1,5)(
. 548,8) = 988 kN
96
Langkah 3
Menentukan faktor keamanan (F1)
Qult (e ) 988
F1 = = = 5,49
Q 180
Langkah 4
Menentukan Qult(e=0), karena c = 0
1
qu = q.N q .Fqs .Fqd + . .B.N .Fs .Fd
2
q = 12,6 kN/m2
Untuk : = 30o, dari Tabel 2.3, didapat : Nq = 18,4 dan N = 22,4,
lalu :
Dari Tabel 2.4 :
B 1,5
Fqs = 1 + . tan = 1 + . tan 30 = 1,577
L 1,5
B 1,5
Fs = 1 − 0,4. = 1 − 0,4. = 0,60
L 1,5
Fd = 1
Jadi :
qu = (12,6)(
. 18,4)(
. 1,577 )(
. 1,135) + .(18)(
. 1,5)(
. 22,4)(
. 0,60)(
. 1)
1
2
= 414,97 + 181,44 = 596,41 kN/m 2
Jadi :
Qult(e=0) = (596,41).(1,5 x 1,5) = 1342 kN
97
Langkah 5
Menentukan Q(e=0)
Qult (e =0 ) 1342
Q(e =0 ) = = = 244,4 kN/m 2
F1 5,49
Langkah 6
Menentukan Se(e=0) dari Persamaan (4.5) :
B.(Qe=0 )
S e (e = 0 ) = .(1 − s2 ). r
E s .(B L )
Untuk L/B = 1, r 0,82 (lihat pada Gambar 4.2), dan untuk s =
0,3 dan Es = 15.000 kN/m2.
1,5.(244,4)
S e (e =0 ) =
(15.000)(. 1,5 1,5)
( )
. 1 − 0,32 .0,82 = 0,0081 m = 8,1 mm
Langkah 7
Menentukan Se dari Persamaan (4.12):
2 2
e 150
S e = S e (e=0 ) .1 − 2. = (8,1).1 − 2. = 5,18 mm
B 1500
Dari Persamaan (4.13) :
e B
t = tan −1 .C.S e .
B.L
Untuk B/L = 1, C 3,95 (dari Gambar 4.6), jadi :
5,18
t = tan −1 .(3,95).
0,1 = 0,078 derajat
.
1000 (1,5)(. 1,5)
98
Contoh Soal 4.2 :
Sebuah fondasi persegi panjang direncanakan seperti pada gambar di
bawah ini. Tentukan total penurunan elastis dan konsolidasi pada
fondasi tersebut?
Sand
1x2m =16,5 kN/m3
1,5 m s = 0,3
Es = 10.000 kN/m2
Ground water table
Sand
0,5 m sar =17,5 kN/m3
Normally consolidated clay
=16 kN/m3
2,5 m s = 0,5; eo = 0,8
Es = 6.000 kN/m2
Cc = 0,32; Cs = 0,09
Penyelesaian :
a. Penurunan Elastis (Elastic Settlement) :
Lapisan tanah lempung terletak pada suatu kedalaman dari
2 m - adalah, 2B dibawah fondasi.
.(1 − s2 ). r
B.qo
Se =
Es
Bila, qo = 150 kN/m2, Es = 10.000 kN/m2, s = 0,3 dan r =
1,2 (Gambar 4.2), jadi :
Se =
(1)(. 150) .(1 − 0,3 2 ).(1,2) = 0,0163 m = 16,38 mm
10.000
b. Penurunan Konsolidasi (Consolidation Settlement) :
99
Tanah lempung Normally Consolidated (NC)
C c .H p + p av
Sc = . log o
1+ e po
Po = (16,5).(2,5) + (0,5).(17,5 - 9,81) + (1,25).(16 – 9,81)
= 41,25 + 3,85 + 7,74 = 52,84 kN/m2
Dari Persamaan (4.24) :
.(p t + 4.p m + p b )
1
p av =
6
Gunakan metode 2 : 1
qo B L
p =
(B + z )(. L + z )
Untuk lapisan atas dari tanah lempung, z = 2 m, jadi :
pt =
(150)(. 1)(. 2) = 25 kN/m 2
(1 + 2)(. 2 + 2)
Dengan cara yang sama :
pm =
(150)(. 1)(. 2) = 13,45 kN/m 2
(1 + 3,25)(. 2 + 3,25)
pb =
(150)(. 1)(. 2) = 8,39 kN/m 2
(1 + 4,5)(. 2 + 4,5)
Lalu :
Sc =
(0,32)(. 2,5) . log 52,84 + 14,53 = 0,0469 m = 46,90 mm
1 + 0,8 52,84
100
DAFTAR PUSTAKA
101
10. Das, B.M. 2009. Shallow Foundation Bearing Capacity and
Setllement. 2nd ed. Thomson, CRC Press Taylor & Francis Group.
Boca Raton.FL.
11. Gibbs, H. J. (1961). Properties Which Divide Loose and Dense
Uncemented Soils, Earth Laboratory Report EM-658, Bureau of
Reclamation, U.S. Department of the Interior, Washington, DC.
12. Janbu, N. 1953. An Energy Analysis of Pile Driving with the Use of
Dimensionless Parameters,Norwegian Geotechnical Institute,
Oslo, Publication No. 3.
13. Liu, C & Evett, J. B. 1992. Soils and Foundations. Prentice-Hall, Inc
14. Meyerhof, G. G. 1953. “The Bearing Capacity of Foundations
Under Eccentric and Inclined Loads,” Proceedings, Third
International Conference on Soil Mechanics and Foundation
Engineering, Zürich, Vol. 1, pp. 440–445.
15. Meyerhof, G. G. 1963. “Some Recent Research on the Bearing
Capacity of Foundations,” Canadian Geotechnical Journal, Vol. 1,
No. 1, pp. 16–26.
16. Meyerhof, G. G. 1974. “Ultimate Bearing Capacity of Footings on
Sand Layer Overlying Clay,” Canadian Geotechnical Journal, Vol.
11, No. 2, pp. 224–229.
17. Peck, R. B., Hanson,W. E., And Thornburn, T. B.1974. Foundation
Engineering,Wiley, New York.
18. Schmertmann, J. H., Hartman, J. P., And Brown, P. R. 1978.
“Improved Strain Influence Factor Diagrams,” Journal of the
Geotechnical Engineering Division, American Society of Civil
Engineers, Vol. 104, No. GT8, pp. 1131–1135.
19. Schmertmann, J. H. 1978. Guidelines for Cone Penetration Test:
Performance and Design, Report FHWA-TS-78-209, Federal
Highway Administration,Washington, DC.
102
20. Skempton, A. W. 1986. “Standard Penetration Test Procedures
And The Effect In Sands Of Overburden Pressure, Relative
Density, Particle Size, Aging and Overconsolidation,”
Geotechnique, Vol. 36, No. 3, pp. 425–447.
21. Vesic, A. S. (1977). Design of Pile Foundations, National
Cooperative Highway Research Program Synthesis of Practice No.
42, Transportation Research Board,Washington, DC.
22. Vijayvergiya,V. N., And Focht, J. A., JR.1972. A New Way to
Predict Capacity of Piles in Clay, Offshore Technology Conference
Paper 1718, Fourth Offshore Technology Conference, Houston.
103
GLOSARIUM
Daya dukung batas netto [qnet] (Net Ultimit Bearing Capacity). Daya
dukung batas [qult] dikurangi tekanan overburden.
104
Faktor Keamanan (SF). Perbandingan antara daya dukung Ultimit
Netto terhadap daya dukung ijin neto yang biasanya diambil antara
1.5 sampai 5.
Daya dukung ujung tiang (End Bearing or Point Bearing Pile, Qp).
Tranfer beban yang diterima diujung tiang
105
106
INDEKS
A
L
Angka pori awal, 101
Lingkaran, 14, 16, 28, 36, 42, 43, 45, 54, 55,
80, 81, 94, 95
B Local Shear Failure, 22
Beban garis, 72, 85, 86
Beban merata, 73, 75, 81, 83, 84, 87 M
Beban terpusat, 70, 80, 84, 99
Berat isi air, 68, 69 Menerus, 14, 16, 19, 28, 42, 56, 65, 66, 95
Berat isi tanah, 63, 68, 69 Modulus elastisitas, 89
Berat isi tanah jenuh, 68, 69
Bujur sangkar, 28, 33, 45, 56, 61, 75, 94, 95, N
103
Normally consolidated, 95
D
O
Daya dukung tanah, 23, 34, 42, 56, 57
Overc onsolidated, 59, 95, 100
Daya dukung ujung tiang, 14
P
E
Penurunan, 15, 19, 20, 22, 40, 55, 56, 57, 58,
Eksentrisitas, 47, 48, 50, 51, 88, 99, 103
67, 88, 89, 90, 91, 94, 97, 98, 99, 100, 103,
Eksentrisitas satu arah, 51
107, 112
Penurunan elastis, 88, 90, 107
F Penurunan konsolidasi, 88, 100
Fakor koreksi untuk keretakan, 93 Penurunan seketika, 88, 94
Faktor bentuk, 43, 45 Persegi, 20, 42, 45, 55, 66, 73, 75, 76, 87, 94,
Faktor kedalaman, 43, 56, 57, 58 96, 107
Faktor kemiringan, 43, 45
Faktor koreksi untuk kedalaman, 93 S
Faktor tegangan, 93, 94
Sudut geser dalam, 44, 63
Fondasi, 14, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 23, 47, 48,
49, 50, 51, 54, 55, 56, 57, 58, 60, 63, 64, 65,
66, 67, 69, 88, 89, 90, 91, 93, 94, 95, 96, 97, T
98, 99, 100, 101, 103, 107, 112 Tanah lunak, 19
Fondasi dalam, 15, 16 Tegangan vertikal, 68, 69, 72, 75, 80, 81, 84,
Fondasi dangkal, 16, 17, 20, 50, 55, 89 85
Tegangan vertikal effektif, 68, 69
G
General Shear Failure, 21
K
Kenaikan tegangan, 65, 75, 84
Keruntuhan geser lokal, 64
Keruntuhan geser umum, 63, 64
Kohesi, 26, 27, 40, 43, 63
Konsolidasi, 88, 100, 101, 107
107
Biodata Penulis Buku
“Perencanaan Fondasi Dangkal”
(Shallow Foundation Design)
108