Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masamlah

Dalam sistem pendidikan nasional telah mengakomodir semua

anak bangsa yang ingin bersekolah termasuk yang berkebutuhan khusus.

Dengan kata lain pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan

berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung hak asasi

manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan

bangsa.Berdasarkan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan tidak

membeda-bedakan siapapun dapat memperoleh pendidikan baik anak

normal maupun anak berkebutuhan khusus semua berhak mendapatkan

pendidikan yang sama.

Tercantum sesuai Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1 yang

berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”.

Negara sudah memberikan jaminan kepada semua warga negara Indonesia

untuk mendapatkan pendidikan tidak terkecuali, termasuk juga warga

negara yang mempunyai keterbatasan fisik, mental, maupun ekonomi‟‟.1

Hal tersebut dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 yang berbunyi: “Jenis

pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,

vokasi, keagamaan, dan khusus”.2

1
Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1.
2
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

1
2

Dilihat dari penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 tentang pendidikan khusus

disebutkan bahwa “Pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk

peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki

kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa

satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah‟‟3

pasal inilah yang memungkinkan membentuk suatu terobosan dalam

pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus berupa

penyelenggaraan pendidikan inklusif terutama pada Pendidikan Anak Usia

Dini. Secara lebih operasional, hal ini diperkuat dengan peraturan

pemerintah tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.

Dengan demikian pelayanan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) tidak lagi hanya di SLB tetapi terbuka di setiap satuan dan jenjang

pendidikan baik sekolah luar biasa maupun sekolah reguler maupun umum

Adapun hal tersebut dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 yang berbunyi:

“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik


yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan
atau memiliki potensi kecerdasan dari bakat istimewa. Pendidikan
layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah
terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan
atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu
dari segi ekonomi. Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan
khusus dan pendidikan layanan khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah”.4

3
Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
4
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
3

Sekolah inklusif memungkinkan anak berkebutuhan khusus belajar

bersama dengan anak normal, dan diperlakukan selayaknya anak normal,

hal tersebut menunjukkan dampak positif sekolah inklusi terhadap anak

berkebutuhan khusus dari sikologis Untuk pelaksanaan diatur dalam

Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 1 yang berbunyi: “Pendidikan

inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan

memilki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti

pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara

bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya”.5

‟‟Adapun aturan tersebut dalam Permendiknas Nomor 70 tahun


2009 menyatakan bahwa seluruh sekolah di provinsi ataupun
kabupaten/kota wajib menyediakan pendidikan inklusif. Pendidik
inklusif harus tersedia di tingkat SD, SMP dan SMA. Keberadaan
sekolah inklusif dapat meningkatkan akses pendidikan bagi anak
penyandang disabilitas karena jumlah sekolah luar biasa (SLB)
masih sangat terbatas. Namun, masih banyak sekolah regular yang
menolak menerima anak-anak penyandang disabilitas‟‟.6

Mts Thoriqul Huda adalah Madrasah yang memberikan peluang yang

sama untuk memperoleh pendidikan yang layak bagi anak difabelitas. Di

sekolah MTs Thorikul Huda siswa inklusif ada yang tunagrahita, ganguan

pemusatan perhatian. Setiap kelas terdapat siswa ABK yang terdiri dari

kelas XI ada 2 siswa inklusif dan kelas VIII terdapat 1 siswa inklusif.

Adapun salah satu siswa inklusif di MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

yang kini duduk di kelas VIII bernama

5
Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 1
6
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 32 dan Permendiknas Nomor 70
tahun 2009
4

Arkan maulana Ia mempunyai kelainan yaitu cendurng tidak bisa

duduk diam didalam kelas saat pembelajran beralngsung sehingga

terkesan menggangu terhadap peserta didik yang ada dalam satu kelas,

ada juga anak dengan kelainan lamban dalam belajar tunagrahita. Dengan

memberikan perlakuan yang sama terhadap anak berkebutuhan khusus,

serta usaha memberikan sarana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Selain memberikan sarana, Madrasah Thoriqul Huda mengdakan pelatihan

juga dibarengi dengan evalusai bagi guru-guru. Ini untuk memaksimalkan

pelayanan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang ada di Mts Thoriqul

Huda.

MTs Thoriqul Huda secara tidak langsung telah menerima peserta

didik dengan latar belakang kebutuhan kusus sejak 2015 meskipun tidak

setiap tahun ada peserta didik dengan berkebutuhan kusu di Mts Thoriqul

Huda dilaksanakanya program ini untuk menumbuhkan sikap kebersamaan

dalam menghargai perbedaan memperkecil perilaku diskriminasi juga

memperbesar sikap toleran. Program pendidikan inklusif ini dirintis karena

adanya orang tua siswa yang ingin sekali untuk menyekolahkan anaknya

seperti anak-anak lainnya.

Dengan segala pengetahuan yang terbatas tentang anak

berkebutuhan khusus guru mengajar dengan sebaik mungkin dengan

pembelajar yang senang tiyasa dapat mudah di pahami oleh peserta didik

yang berkebutuhan khusus juga dibarengi dengan metode pembelajaran

yang dapat memperkecil terjadinya bulliying di lingkungan MTs.


5

Pimpinan Madrasah Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur memutuskan

menjadikan sekolah tersebut sebagai sekolah yang terbuka menerima

siswa yang berkebutuhan khusu. Sedangkan dalam pembinaan akhlak

yang diberikan guru-guru terhadap siswa-siswi di madrasah ini juga

tampak berdampak pada pergaulan siswa di madrasah ini. Peneliti

mengambil permasalahan yang ada di MTs Thoriqul Huda Pagelaran

Cianjur karena di sekolah ini memiliki program pendidikan inklusif bagi

Anak Berkebutuhan Khusus.

Alasan peneliti mengambil permasalahan ini yaitu adanya motivasi

guru Pendidigan Agama Islam (PAI) terhadap anak berkebutuhan khusus

sehingga dengan diselenggarakannya pendidikan inklusif di sekolah

regular dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak berkebutuhan

khusus tersebut. Selain itu, siswa dapat menanamkan sikap simpati dan

empati terhadap anak berkebutuhan khusus, dalam menumbuhkan rasa

kepercayaan diri pada Anak Berkebutuhan khusus (ABK) agar dirinya

mempunyai kebermaknaan dalam kehidupan ini untuk terus percaya diri

berkembang untuk menjadi manusia yang seutuhnya dan mereka pun layak

untuk bahagia. Oleh karena itu, peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

sangatlah berperan penting untuk meningkatkan rasa percaya diri anak

berkebutuhan khusus (ABK). Adapun faktor yang menghambat seorang

guru dalam menangani anak berkebutuhan khusus tersebut yaitu banyak

sekali kesulitan bagi guru tersebut karena guru-guru disini tidak seperti

guru sekolah lainnya yang dapat menangani anak berkebutuhan tersebut.


6

Dikarenakan pemerintah menyarankan agar setiap sekolah dapat

menerima anak berkebutuhan khusus tersebut dan tidak boleh ada yang

menolak nya. Untuk di setiap sekolah sudah ada beberapa yang menerima

anak berkebutuhan khusus, namun untuk di tingkat madrasah Mts Thoriqul

Huda menerima Anak Berkebutuhan Khusus. Berdasarkan latar belakang

permasalahan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul: “PERANAN GURU PAI DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF

DI MTS THORIQUL HUDA PAGELARAN CIANJUR

B. Identipikasi Masalah

a. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas maka masalah yang dapat di

identifikasi adalah sebagai berikut .

1. Kurangnya metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk

Anak Berkebutuhan khusus

2. Pentingnya pendidikan inklusif untuk membangun rasa percaya diri

Anak berkebutuhan khusus

3. Kurangnya Fasilitas pelayanan pendidikan untuk Anak berkebutuhan

Khusus

4. Dalam proses pembelajaran guru masih mengalami kesulitan dalam

menangani anak berkebutuhan khusus

b. Pembatasan Masalah

Dengan segala keterbatasan penelitian permasalahn yang diteliti ini


7

Tidak terlalu meluas dan dapat terarah, Maka untuk memfokuskan

permasalahan, penulis membatasi penelitian ini hanya untuk “ PERANAN

GURU PAI DALAM PENDIDIKAN INKLUSIF DI MTs THORIQUL

HUDA PAGELARAN CIANJUR

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah, peneliti merumuskan

tentang permaslahan pokok sebagai berikut :

1. Bagaimana peranan guru PAI dalam pendidikan Inklusif di Mts

Thorikul Huda Pagelaran Cianjur

2. Bagaimana pembelajaran pendidikan Inklusif di Mts Thoriqul Huda

Pagelaran Cianjur

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan inklusif

di Mts Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peranan guru PAI dalam pendidikan inklusif di

Mts Thorikul Huda Pagelaran Cianjur

2. Untuk mengetahui pembelajaran pendidikan inklusif di Mts

Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam

pendidikan inklusif di Mts Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur


8

E. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Menjelaskan bahwa hasil penelitian tersebut bermanfaat dalam

memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya terhadap ilmu

pengetahuan dan dapat menjadi acuan selanjutnya bagi yang ingin

melakukan penelitian.

2. Kegunaan Praktis

Menjelaskan bahwa hasil penelitian bermanfaat memberikan

sumbangan khazanah ilmu pengetahuan pemikiran bagi pemecah

masalah yang berhubungna dengan topik atu tema dari suatu

penelitian, memperbaiki, meningkatkan suatu keadan berlandaskan

penelitian

F. Kerangka Pemikiran

a. Guru pendidikna Agama islam

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,

dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau

dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan ”pendidik

profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya

menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang

terpikul di pundak para orang tua‟‟.7

7
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), h. 39
9

Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggunjawab

untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif

pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggungjawab

terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan

perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif,

kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.8

Guru disebut juga pendidik dan pengajar, tetapi kita tahu tidak semua

pendidik adalah guru, sebab guru adalah suatu jabatan profesional

yang pada hakikatnya memerlukan persyaratan keterampilan teknis

dan sikap kepribadian

b. Pendidikan Inklusif

Menurut Skjorten “pendidikan inklusif adalah konsep pendidikan

yang merangkul semua anak tanpa kecuali, Inklusi berasumsi bahwa

hidup dan belajar bersama adalah suatu cara yang lebih baik, yang

dapat memberikan keuntungan bagi setiap orang, bukan hanya anak-

anak yang diberi label sebagai yang memiliki suatu perbedaan‟‟.9

Pendidikan inklusif melibatkan perubahan dan modifikasi isi,

pendekatan, struktur dan strategi, dengan suatu visi bersama yang

meliputi semua anak yang berada pada rentangan usia yang sama dan

suatu keyakinan bahwa inklusi adalah tanggung jawab sistem regular

yang mendidik semua.

8
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press,
Cetakan II, 2005), h. 41.
9
Skjorten, Menuju Inklusi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar (Bandung:
Program Pascasarjana UPI, 2003), h. 117.
10

Pendidikan inklusif berkenaan dengan aktivitas memberikan

respon yang sesuai kepada spektrum yang luas dari kebutuhan belajar

baik dalam setting pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan

inklusifmerupakan pendekatan yang memperhatikan bagaimana

mentransformasikan sistem pendidikan sehingga merespon

keragaman siswa. Pendidikan inklusif bertujuan dapat memungkinkan

guru dan siswa untuk merasa nyaman dengan keragaman dan

melihatnya sebagai suatu tantangan dan pengayaan dalam lingkungan

belajar, dari pada suatu problem.

Befring, Edward, dalam Mudjito menjelaskan nilai penting yang

melandasi suatu sekolah inklusif adalah penerimaan, pemilikan, dan

asumsi lain yang mendasari sekolah inklusif adalah, bahwa mengajar

yang baik adalah mengajar yang penuh gairah sehingga peserta didik

merasa nyaman dan aman , yang mendorong agar setiap anak dapat

belajar, memberikan lingkungan yang sesuai, dorongan, dan aktivitas

yang bermakna.”Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan

pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik

tanpa terkecuali Aanak Berkebutuhan Khusus (ABK)”10 yang

memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam

lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik

pada umumnya.
10
Befring, Edward “Special educational Approach to an Inclusive School” dalam
Mudjito, Masyarakat Inklusif (Jakarta: Direktorat PKLK, 2010), h. 76
11

G. Telaah Pustaka

Setelah menindak lanjut ke perpustakaan, penelitian belum

menemukan penelitian yang membahas tentang perana guru pai dalam

pendidikan inklusif. Namun terdapat beberapa penelitian yang relevan

dengan tema tersebut diantaranya sebagi berikut:

Tesis yang ditulis oleh Muhamad Nur Rofiq, Mahasiswa Pasca

Sarjana Fakultas Skripsi Waluyo, mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta Tahun 2011, yang berjudul “Peran Guru Agama

dan Sekolah Dalam Membangun Sikap Keberagamaan Yang Inklusif

Siswa SMP N 1 Kalasan”. Dalam skripsi tersebut menjelaskan adanya

masalah tentang upaya guru dan sekolah dalam membangun sikap

keberagamaan yang inklusif. Waluyo menganalisis dengan tehnik flow

model analisis. Skripsi ini menyimpulkan bahwa upaya guru dalam

membangun sikap keberagamaan yang inklusif bagi siswa SMP N 1

Kalasan11.Persamaan penelitian Waluyo dengan penelitian yang akan

dilaksanakan oleh peneliti adalah obyek penelitian guru pendidikan

agama. Perbedaannya terletak pada fokus masalah. Fokus masalah dalam

skripsi Waluyo adalah kurangnya program pengembangan sikap

keberagamaan yang inklusif, sedangkan fokus masalah penelitian peneliti

terletak pada peranan Guru PAI dalam pengembangan sifat inklusif

sisiwa pada anak ABK. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa
11
Waluyo,” Peran Guru Agama dan Sekolah Dalam Membangun Sikap
Keberagamaan Yang Inklusif Siswa SMP N 1 Kalasan”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah & Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011
12

peneliti belum menemukan penelitian yang serupa dengan penelitian yang

akan dilaksanaka peneliti. fokus masalahnya adalah pada kompetensi

pedagogik Guru PAI yang baik pada pembelajaran inklusif, sedangkan

masalahnya terletak pada kurangnya program pengembangan sifat

keberagamaan yang inklusif.

Skripsi Alfin Nurussalihah, tahun 2016. Mahasiswi Program Studi

Pendidikan Agama Islam Pascasarjana. Universitas Islam Negeri Malang.

Dengan Skripsi yang berjudul “ Implementasi Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Pendidikan

Inklusi Pada Sekolah Dasar (Studi Multisitus di SDN Mojorejo 01 dan

SDN Junrejo 01 Kota Batu). Adapun penelitian yang dilakukan oleh Alfin

Nurussalihah adalah pembelajaran PAI. Pihak sekolah berkewajiban

untuk memberikan pelajaran agama Islam baik kepada anak normal

maupun anak berkebutuhan khusus dengan tujuan memberikan

pembelajaran yang sesui bagi Anak Berkebutuhan Khusu dan anak

normal tanpa adanya membedakan satu sama lain. Adapun persamaan

skripsi Alfin Nurussalihah dengan penelitian penulis adalah persamaan

yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam dalam pendidikan anak

ABK. Sedangkan perbedaan antapra skripsi Alfin Nurussalihah dengan

penelitian penulis adalah skripsi Alfin Nurussalihah bertujuan untuk

mengimplementasikan pembelajaran pendidikan Agama Islam Terhadap

anak berkebutuhan khusus dalam pendidikan inklusi dan penelitian

penulis fokus pada Peran guru Agama dalam Pendidikan Inklusif .


13

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan pendekatan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dimana

hasil kajiannya merupakan sebuah deskripsi mengenai peran guru PAI

dalam pendidikan Inklusif di MTs Thoriqul Huda pagelaran cianjur

maka untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Hal ini berekanaan dengan status subjek

penelitian yang dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan

personalitas. Subjek penelitian dapat saja individu, kelompok,

Lembaga, maupun masyarakat. Penelitian ini mempelajari secara

intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial

yang menjadi subjek. penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah

mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan

mereka, berusaha memahami Bahasa dan menafsirkan mereka tentang

dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus terjun kelapangan dan berada

disana serta mengamati keseluruhan proses sosial yang terjadi. Selain

itu, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskrptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati di lingkungan Madrasah

tersebut

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau keterangan yang berkaitan dengan

penelitian ini, maka ditempuh dengan cara :


14

a. Pengamatan langsung (observasi)

Observasi peneliti melakukan pengamatan langsung di lokasi

penelitian atau melihat langsung aktivitas yang berjalan pada lokasi

penelitian. Hal ini untuk mengetahui obyektifitas dari kenyataan yang

ada berdasarkan pada perencanaan yang sistematis. Adapun insturmen

yang digunakan dalam teknik observasi partisipasif yaitu Guru di Mts

Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

b. Wawancara (interview)

Wawancara, yakni Teknik yang digunakan untuk memperoleh

informasi langsung dan lebih mendalam sehingga dipastikan dari suatu

fakta, sehingga didapatkan penjelasan secara langsung dan lebih akurat

mengenai penelitian ini. Wawancara tidak terstruktur bersifat luwes,

susunan kata-kata dalam setiap pertanyaannya dapat diubah saat

wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya agama, suku, gender,

usia, tingkat Pendidikan, pekerjaan dan sebaginya. Dengan demikian,

persepsi dan makna perubahan serta makna simbolis dibalik realitas

yang terjadi dapat diketahui. Wawancar dilakukan secara tersetruktur

denngan menggunakan pedoman wawancara oleh peneliti yang akan

dilakukan di Mts Thoriquk Huda Pagelaran Cianjur

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan Teknik pengumpulan data dan dokumen-

dokumen penting pada setiap obyek penelitian yang terkait di Mts

Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur


15

3. Teknik analisis data

Analisis data atu proses mengatur urusan data, mengorganisasikan

kedalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Terutama data yang

dikumpulkan dari MTs Thoriqul Huda, dilakukan analisis dengan

menggunakan Teknik kualitatif, yaitu menggambarkan bagaimana

peran Guru PAI. Setelah memperoleh data dari informan akan

dilakukan analisis data sederhana, dilanjutkan dengan pemaparan dari

wawancara, pengamatan yang tekah dilakukan untuk diambil

kesimpulan.

4. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan focus dan

tujuan penelitian. Dalam penelitian ini sumber data ada dua yaitu :

a. Data Primer

Sumber data utama atau data primer dapat diperoleh langsung dari

setiap informan yang diamati atau diwawancarai dilokasi penelitian

Sumber data primer pada penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama

Islam MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur. Yang menjadi sumber

data primer dalam penelitian

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data pendukung yang

dapat menambah informasi yang berkaitan dengan penelitian Sumber

dapat berupa buku, atau dokumen-dokumen lainnya yang bisa

membantu atau melengkapi pembahasan dari penelitian.


BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN

A. Peranan Guru Pai

1. Pengertian Guru Pai

Setiap orang dapat menjadi guru, guru bagi keluarganya

dan guru bagi orang banyak. Namun tidak semua orang dapat menjadi

pendidik yang melaksanakan pendidikan maupun pengajaran. Yang

dimaksud dengan pendidik di sini adalah orang dewasa yang

bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak

didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya.

„‟Sedangkan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu upaya


sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengebal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, dan
berakhlakul mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari
sumber utamanya yaitu Al-Qur‟an dan Hadist melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.‟‟12

Guru adalah tenaga profesional yang bertanggung jawab untuk

mendidik, membangun dan mengajarkan anak didik dengan

pengalaman yang dimilikinya, baik dalam wadah formal maupun

wadah non formal, dan melalui upaya ini maka di harapkan peserta

didik tadi bisa menjadi orang yang cerdas dan beretika tinggi. Menurut

pendapat lain, Guru adalah kurikulum berjalan, sebaik apapun

kurikulum dan sistem pendidikan yang ada, tanpa didukung oleh mutu

guru yang memenuhi sarat.

12
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran PAI, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
(2012), h. 11

16
17

Pendidikan sendiri tidak cukup hanya melalui pembenahan di

bidang kurikulum saja, juga harus diikuti dengan peningkatan mutu

guru dijenjang tingkat dasar dan menengah, tanpa upaya meningkatkan

mutu guru, semangat tersebut tidak akan mencapai harapan yang

diinginkan.

“Guru PAI adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan menengah”.13 Sebagai

tenaga profesional pada jenjang pendidikan menengah, guru adalah

seseorang yang harus mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi

dan sertifikat pendidikan sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya

guru PAI adalah orang yang secara sadar melakukan kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan latihan kepada peserta didik untuk

mencapai tujuan pendidikan dalam agama Islam. Serta bertanggung

jawab atas ilmu yang telah diamalkannya.

2. Peranan Guru PAI

“Peran adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

peristiwa‟‟.14 Dalam arti lain peran adalah merupakan aspek dinamis

dalam kedudukan, pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang sesuai

dengan porsinya, peran sendiri.

13
Undang-Undang RI no 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dilengkapi Putusan
Mahkamah Konstitusi Tentang Pengujian UU Sistem Pendidikan Nasional, UN Tahun Pelajaran
2005/2006, (Jakarta: Bip Cipta, 2006), h. 2-3
14
www.Lampungpost.com diunduh pada 20 desember 2017
18

Menentukan hal apa yang harus dilakukan oleh seseorang bagi

masyarakat dan kesempatan apa yang diberikan kepadanya serta

mengatur pemrilaku seseorang, yang dimaksud dengan peran guru

sendiri yaitu “keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan oleh

guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.”15 Peran guru PAI

dalam menanamkan akhlakul karimah peserta didik juga sama dengan

guru pada umumnya, yaitu sama-sama mempunyai tanggung jawab

dan kewajiban dalam menanamkan akhlakul karimah peserta didik

dengan cara memberi contoh atau teladan, memberi motivasi, memberi

teguran, memberikan bimbingan, dan latihan pembiasaan baik dari segi

ucapan maupun dalam bertingkah laku, hanya berbeda dalam aspek-

aspek tertentu saja terutama yang erat kaitannya dengan misinya

sebagai pendidik pada umumnya.

Diantara peran guru tersebut antara lain:

1. Sebagai pendidik dan pengajar, bahwasannya setiap guru berperan

melakukan transfer ilmu pengetahuan terhadap peserta didiki,

mengajarkan, dan membimbing anak didiknya serta mengajarkan

tentang segala sesuatu yang berguna untuk di kemudian hari, bagi

mereka dimasa depan. Secara tidak langsung pendidik juga adalah

seseorang yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya

proses pertumbuhan, pembelajran dan perkembangan potensi anak

didik.

15
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), h. 165
19

2. Sebagai anggota masyarakat, guru berperan membangun interaksi

dan hubungan sosial masyarakat, dan menjadi bagian dari

masyarakat.

3. Sebagai administrator, seorang guru berperan melaksanakan semua

administrasi sekolah yang berkaitan dengan pendidikan dan

pembelajaran.

4. Sebagai pengelola pembelajaran, bahwasannya guru berperan aktif

dalam menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami

situasi belajar mengajar di dalam maupun di luar sekolah‟‟.16

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran guru

PAI yaitu apabila seseorang memiliki sebuah status dalam sebuah

profesi maka secara otomatis seseorang tersebut akan menjalankan

perannya masing-masing sesuai dengan status profesi yang

dimilikinya. Misal seorang guru PAI, maka peran yang harus

dilakukan adalah menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai

seorang guru yaitu: mendidik, mengarahkan, memberi contoh/teladan,

memberi nasehat, teguran, membimbing, memberi motivasi.

“Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam


membentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi peserta
didik. Kehadiran guru tidak tergantikan oleh unsur yang lain lebih-
lebih dalam masyarakat kita yang multikultural dan
multidimensional, dimana peranan teknologi untuk menggantikan
tugas-tugas guru sangat minim. Guru sebagai ujung tombak dalam
implementasi kurikulum di kelas dan memiliki peranan yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan dalam sebgi
pendidikan”. 17
16
Imam Wahyudi, Mengejar Frofesionalisme Guru, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), h.
45-46
17
Onandi Saonandi, dan Aris Suherman, Etika Profesi Guru dan Siswa, h.41
20

Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan

pembimbing maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri

guru, peran guru ini akan menggambarkan pola tingkah laku yang

diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan peserta didik,

sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Berikut terdapat

beberapa peranan guru diantaranya

a. Guru sebagai pendidik yaitu: pada dasarnya guru adalah seorang

pendidik yang mendidik anak didiknya, guru sebagai seorang

pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para

peserta didik dan lingkungannya.“Guru ebagai pendidik

seharusnya guru tidak mengabaikan begitu saja aspek

kepribadian dan sikap mental peserta didik, tetapi membina dan

mengembangkan melalui pesan-pesan dalam pembelajaran,

keteladanan, pembiasaan tingkah laku yang terpuji”.18

b. Guru sebagai pengajar yaitu: guru melaksanakan pembelajaran

dan membantu peserta didiknya yang sedang berkembang untuk

mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk

kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.

c. Guru sebagai pembimbing yaitu: dalam menjalankan perannya

sebagai pembimbing, guru mengarahkan peserta didik dalam

menatap masa depan yang lebih baik dengan hasil pembelajaran,

membekali mereka, dan bertanggung jawab terhadap

18
Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, h. 41
21

bimbingannya. “Pembimbing dalam artian mengusahakan

kemudahan anak untuk belajar, peran seperti inilah yang disebut

membelajarkan peserta didik”.19 Dalam hal ini seorang guru

berkewajiban untuk membantu pesera didik ketika ia mengalami

kesulitan dalam memahami suatu pelajaran.

d. Guru sebagai pelatih yaitu: dalam hal ini berkaitan dengan

melatih peserta didik, seorang Guru harus berupaya

mengembangkan kemampuan dan keterampilan mereka secara

kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Maksudnya adalah guru

harus berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap atau

emosional dan keahlian atau keterampilan dari peserta didik itu

sendiri.

e. Guru sebagai penasehat yaitu: seorang guru berperan aktif dalam

hal memberi arahan bimbingan dan konseling terhadap peserta

didik yang menghadapi permasalahan serta membantu

menyelesaikannya.

f. Guru sebagai pembaharu (innovator) yaitu: guru berperan penting

dalam membangun gagasa juga memberi ide-ide dan pandangan

masa depan pada peserta didik, sehingga hal tersebut nantinya

mereka akan berfikir kreatif dan kelak bisa memberikan

pembeharuan yang positif melalui karya yang mereka buat unutk

jenjang waktu yang akan datang.

19
Ibid., h. 42
22

g. Guru sebagai model dan teladan yaitu: peserta didik secara tidak

langsung akan meniru apa-apa yang ada pada seorang guru, guru

pula menjadi cermin bagi mereka dalam memperbaiki diri

(akhlak).

h. Guru sebagai peneliti yaitu: seorang guru secara sadar atau tidak

sadar selalu mencari tahu tentang kebenaran, menelitinya dan

mengajarkannya pada peserta didiknya.

i. Guru sebagai pendorong kreatifitas yaitu: seorang guru berperan

besar dalam mendorong dan meningkatkan kreatifitas peserta

didiknya agar mereka mampu mengoptimalkan bakat dan

kreatifitas mereka sehingga bermanfaat bagi perkembangan

mereka.

j. Guru sebagai pembangkit pandangan yaitu: guru memiliki

peranan dalam merubah dan membangkitkan pandangan yang

salah di masa lalu, dan memperbaiki pandangan yang ada dimata

peserta didiknya dan membimbing mereka dalam menatap

kebenaran. Hal ini sangat penting dilakukan oleh seorang guru,

dengan demikian pola fikir seorang peserta didik akan berubah

dan menjadi lebih terarah.

k. Guru sebagai pekerja rutin yaitu: guru bekerja dalam pendidikan

secara aktif sesuai dengan jadwal yang ada, yang semuanya

dilakukan dengan peranan dan tugas dengan serangkaian

administrasi mereka.
23

l. Guru sebagai pemindah kemah yaitu: guru membawa peserta

didiknya untuk berpindah dari gaya hidup yang lama ke dalam

masa depan kompleks dengan berbagai tantangan dan membekali

mereka dalam menghadapi masa depan yang akan datang. Dalam

hal ini seorang guru harus berupaya merubah bahkan

membangun menset atau pola fikir peserta didik menjadi lebih

luas dan berfikir lebih jauh terkait dengan kehidupan dan masa

depan.

m. Guru sebagai emansipator yaitu: seorang guru mampu

memahami potensi peserta didiknya, menghormati dan memberi

kebebasan bertanya berekspresi serta mengajukan pendapatnya.

Seorang guru tidak boleh membeda bedakan antara peserta didik

satu dengan yang lainnya, semua peserta didik harus

mendapatkan hak yang sama.

n. Guru sebagai evaluator yaitu: dalam peranannya guru

melaksanakan evaluasi atau penilaian secara terus menerus

terhadap hasil belajar peserta didik, keterampilannya mengajar

dan juga hasil yang diperoleh untuk mengetahui sejauh mana

proses pembelajaran berhasil.

o. Guru sebagai pengawet yaitu: guru telah mampu mengawetkan

ilmu pengetahuan dan budaya dari waktu ke waktu dan

mengajarkan kepada peserta didiknya secara terus-menerus

sampai generasi berikutnya.


24

p. Guru sebagai kulminator yaitu: mengarahkan proses belajar

mengajar secara bertahap dari awal hingga akhir. “Guru sebagai

seorang yang menujukan arah kehidupan di masa depan,

pengaruh tersebut akan membekas selamanya‟‟. 20

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa,

keberhasilan suatu pembelajaran tergantung bagaimana peranan

seorang guru dalam mengaplikasikan tanggung jawabnya sebagai

seorang pendidik (menanamkan nilai-nilai agama) sekaligus pengajar

(mentransfer ilmu pengetahuan) dalam dunia pendidikan. Karena

proses pendidikan merupakan salah satu upaya untuk

mengembangkan seluruh aspek pribadi dalam mempersiapkan suatu

kehidupan yang mulia dan berhasil dalam suatu masyarakat, tentunya

dengan proses yang berjalan secara terus menerus dan

berkesinambungan.

Guru tidak hanya memberikan materi begitu saja. Namun, guru

juga berperan membimbing dan mengarahkan peserta didik agar dapat

memahami dan mengerti maksud dari materi pelajaran, menurut

pendapat lain peranan guru dalam pembelajaran tatap muka didalam

kelas adalah sebagai berikut:

a. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas,

perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan peserta didik,

komprehensif dan sistematis, dan fungsional efektif

20
Imam Wahyudi, Mengejar Frofesionalisme., h. 47-52
25

b. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

peserta didik

c. Sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator

dalam pengajaran

d. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan

memperhatikan relevansi (seperti juga materi) efektif dan efisien,

kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis‟‟.21

Berdasarkan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa peran guru sangat

penting dalam keberhasilan pendidikan di sekolah. Pentingnya peran

guru tersebut terlihat dari peran guru sebagai pelaksana kurikulum di

kelas, dengan mengajarkan materi dan mengelola pembelajaran yang

belum tergantikan oleh kemajuan teknologi.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Pada dasarnya seperangkat tugas dan tanggung jawab guru

dalam pembelajaran harus dilaksanakan oleh guru yang terkait,

sesuai dengan profesinya sebagai pendidik dan pengajar. Menurut

pendapat lain, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan,

membersihkan dan menyucikan serta membawa hati manusia untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah

SWT dalam Al- Qur‟an:

َ ‫ََ َمب َكبنَ ْال ُمؤْ ِمىُ ُْنَ ِليَ ْى ِف ُس َْا َك ۤبفَّ ًۗة فَلَ ُْ ََل وَفَ َس ِم ْه ُك ِّل فِ ْسقَ ٍة ِ ّم ْى ٍُ ْم‬
‫ط ۤب ِٕىفَةٌ ِلّيَتَفَقَّ ٍُ ُْا فِى ال ِدّي ِْه‬
‫ََ ِليُ ْىر ُِز َْا قَ ُْ َم ٍُ ْم اِذَا َز َجعُ ُْْٓا اِلَ ْي ٍِ ْم لَ َعلَّ ٍُ ْم يَحْ رَ ُز َْن‬

21
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 22
26

Artinya:
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke
medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara
mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya”. (Q.S At-Taubah ayat:
122).22

Kemudian diperkuat kembali dengan Q.S Ali-Imran ayat: 187

ُ‫بس ََ ََل ت َۡكت ُ ُم ُۡوًَٗ فَىَبَرُ َۡي‬ َ ‫ّٰللاُ ِم ۡيثَبقَ الَّر ِۡيهَ ا ُ َۡت ُ ُۡا ۡال ِك ٰت‬
ِ َّ‫ب لَتُبَ ِيّىُىًَّٗ ِللى‬ ‫ََا ِۡذ ا َ َخرَ ه‬
َ‫س َمب يَ ۡشت َُس َۡن‬ َ ‫اشت ََس َۡا بِ ًٖ ث َ َمىب قَ ِل ۡيًلؕ فَبِ ۡئ‬ ۡ ََ ‫ظ ٍُ ُۡ ِزٌ ِۡم‬ ُ ‫ََ َزآْ َء‬
Artinya:
“Dan ingatlah ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang
diberi kitab (yaitu): ‘hendaklah kamu benar-benar menerangkan isi al-
kitab itu kepada manusia dan janganlah kamu menyembunyikannya,
lalu mereka melemparkan janji mereka ke belakang punggung mereka
dan menjualnya dengan harga murah, maka itulah seburuk-buruk jual
beli yang mereka lakukan.” (Q.S Ali- Imran ayat: 187). 23

Kedua ayat di atas memiliki pesan yang sama yang memerintahkan

umat manusia untuk senantiasa berilmu dan mengajarkan ilmu yang ia

miliki kepada orang lain serta larangan untuk menyembunyikan ilmu.

Perintah dalam ayat tersebut dapat kita fahami baik makna secara

langsung maupun makna tersirat, ada 3 hal yang menjadi tugas pokok

para rosul sebagai pegangan bagi seorang guru yaitu:

1. Tilawah (membacakan ayat-ayat Allah)

2. Tadzkiyah (membersihkan jiwa)

3. Ta’lim (mengajarkan Al-Qur‟an dan As-sunnah).

Adapun tugas guru pendidik dalam pendidikan Islam adalah sebagai

berikut:

22
Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemah, (Bandung:
Percetakan Halim, 2012), QS. At-Taubah ayat: 122, h. 206
23
Ibid., QS. Ali- Imran ayat: 187, h. 75
27

1. Sebagai pengajar (intruksional), yang bertugas merencanakan

program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun

serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah rogram

dilakukan.

2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta ddidik pada

tingkat kedewasaan dan berkepribadian kemil seiring dengan tujuan

Allah SWT menciptakannya.

3. Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin, mengendalikan

diri sendiri, peserta didik dan masyarakatyang terkait pengawasan,

pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program

pendidikan yang dilakukan‟‟.24

Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa propesi guru dalam

perspektif pendidikan islam meliputi tugas penyucian, dan

pengembangan jiwa peserta didik. kewajiban tersebut sejalan dengan

amanah pendidikan yang tidak hanya dilihat dari aspek profesi tetapi

juga dari kewajiban seseorang yang memiliki ilmu untuk mengajarkan

kepada orang lain yang dilandasi oleh keikhlasan dan keinginan

mencapai ridho Allah SWT.

Tugas guru secara garis besar dapat ditinjau dari tugas-tugas yang

langsung berhubungan dengan tugas utamanya, yaitu menjadi pengelola

dalam proses pembelajaran, dan tugas-tugas lain yang tidak secara

langsung berhubungan dengan proses pembelajaran tetapi akan

24
Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010),
h.91
28

Menunjang hasilnya yakni menjadi guru yang handal dan dapat

diteladani.

Menurut pendapat lain, tugas guru PAI secara khusus adalah:

1. Sebagai pembimbing pendidik agama harus membawa peserta

didik kearah kedewasaan berfikir yang kreatif dan inovatif.

2. Sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat setelah peserta

didik tamat belajar disuatu sekolah pendidik agama harus

membantu agar alumni yang mampu mengabdikan dirinya dalam

lingkungan masyarakat.

3. Sebagai penegak disiplin pendidik agama harus menjadi contoh

dalam pelaksanaan peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah.

4. Sebagai administrator seorang pendidik agama harus pula mengerti

dan melaksanakan urusan tata usaha terutama yang berhubungan

dengan administrasi pendidikan.

5. Sebagai suatu profesi seorang pendidik agama harus bekerja

profesional dan menyadari benar-benar pekerjaannya sebagai

amanah Allah SWT.

6. Sebagai perencanaan kurikulum maka pendidik agama harus

berpartisipasi aktif dalam setiap penyusunan kurikulum karena dia

yang lebih tahu kebutuhan peserta didik dan masyarakat tentang

masalah keagamaan.

7. Sebagi pekerja yang memimpin guru agama harus berusaha

membingbing peserata didik dalam pengalaman belajar


29

8. Sebagai fasilitator pembelajaran pendidik agama bertugas

membimbing dalam mendapatkan pengalaman belajar memonitor

kemajuan belajar, membantu kesulitan belajar atau (melancarkan

pembelajaran)

9. Sebagai motivator pendidik agama harus dapat memberikan

dorongan dan niat yang ikhlas karena Allah SWT dalam belajar.

10. Sebagai orgnisator, pendidik agama harus dapat mengorganisir

kegiatan belajar peserta didik baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

11. Sebagai manusia sumber, maka pendidik agama harus menjadi

sumber nilai keagamaan, dan dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan oleh peserta didik terutama dalam aspek keagamaan.

12. Sebagai manager, pendidik agama harus berpartisipasi dalam

managemen pendidikan di sekolahnya baik yang bersifat

kurikulum maupun di luar kurikulum‟‟.25

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa peran guru PAI mencakup

seperangkat tugas dalam profesi kependidikan yang didasarkan pada

nilai-nilai ajaran agama Islam. Guru PAI seorang pendidik agama

harus bekerja profesional dan menyadari banar-benar pekerjaannya

sebagai amanah dari Allah SWT. Tugas guru PAI tersebut sejalan

dengan amanah pendidikan yang bukan hanya dilihat dari aspek

profesi tetapi juga dari kewajiban seseorang yang mengetahui

25
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 56
30

Pengetahuan untuk mengajarkan ilmunya kepada orang lain yang

dilandasi oleh keikhlasan dan keinginan mencapai ridho Allah SWT.

Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial,

intlektual, moral, dan spiritual, tanggung jawab pribadi dan

kemampuan dalam memahmi dirinya. Tanggung jawab sosial

perangakat sosial interaktif. Tanggung jawab intlektual penguasaan

berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

untuk menunjang tugastugasnya sebagai seorang gur. Tanggung jawab

spiritual dan moral penampilan seorang guru mencerminkan sebagai

seseorang yang beragama Islam yang perkataan, perbuatan, serta

tingkah lakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma

agama dan moral agar dapat menjadi suri tauladan bagi perserta didik.

Adapun mengenai tanggung jawab guru tersebut meliputi beberapa hal,

diantaranya

a. Guru bertanggung jawab sebagai pendidik

b. Guru bertanggung jawab sebagai profesinya

c. Guru bertanggung jawab sebagai pengajar

d. Guru bertanggung jawab sebagai pendamping dan pembimbing

peserta didik

e. Guru sebagai pengemban kurikulum, mulai dari silabus,

RPP, dan rekayasa yang lainnya

f. Guru bertanggung jawab terhadap pengelolaan kelas.26

26
Mulyana Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat, (Jakarta: Grasindo, 2013), h. 40
31

Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru

dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagi pendidik

merupakan sebuah tuntutan profesi serta kewajiban yang harus

dijalankan secara optimal, maksimal dan sebaik mungkin dalam rangka

mencapai tujuan, pendidikan di sekolah dan mencapai suatu

keberhasilan yang diharapkan bersama, baik bagi masyarakat, orang

tua, guru maupun peserta didik itu sendiri. Sehingga generasi yang

lahirkan yaitu generasi-generasi yang berkompeten dan berakhlak

mulia. Tugas dan tanggung jawab seorang guru tersebut tidak hanya di

tuntut di dunia saja tapi juga sampai akhirat, oleh karenanya hal

tersebut harus benarbenar di perhatikan dalam proses pembelajaran,

menjadi seorang guru tidaklah semudah yang kita bayangkan guru

harus mampuh menjadi suri tauladan bagi peserta didik, guru

mengemban sebuah amanah yang begitu besar, hal ini harus menjadi

kesadaran bagi seorang guru sebagai pendidik bahwa bagitu penting

dan mulianya tugas tersebut guru sendiri dapat dimaknai seagai

rangkaian proses mengajar memberikan dorongan, memuji,

menghukum dan melatih para peserta didik supaya menjadi pribadi

yang lebih baik, maka hendaknya dalam segala hal yang akan kita

kerjakan niatkanlah hanya untuk memperoleh pahala dan ridho dari

Allah SWT, dengan demikian segala sesuatu yang dikerjakan tersebut

akan memperoleh pahala yang berlipat dan memperoleh keberkahan

dalam hidup seseorang


32

B. Pendidikan Inklusif

1. Pengertian Pendidikan Inklusif

“Pendidikan inklusif adalah konsep pendidikan yang merangkul

semua anak tanpa kecuali, Inklusi berasumsi bahwa hidup dan belajar

bersama adalah suatu cara yang lebih baik, yang dapat memberikan

keuntungan bagi setiap orang, bukan hanya anak-anak yang diberi

label sebagai yang memiliki suatu perbedaan‟‟.27 Istilah pendidikan

inklusif atau pendidikan inklusi merupakan kata atau istilah yang

dikumandangkan oleh UNESCO berasal dari kata Education for All

yang artinya pendidikan yang ramah untuk semua, dengan pendekatan

pendidikan yang berusaha menjangkau semuaorang tanpa terkecuali.

Mereka semua memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk

meperoleh manfaat yang maksimal dari pendidikan. Hak dan

kesempatan itu tidak dibedakan oleh keragaman karakteristik individu

secara fisik, mental, sosial, emosional, dan bahkan status sosial

ekonomi. Pada titik ini tampak bahwa konsep pendidikan inklusif

sejalan dengan filosofi pendidikan nasional Indonesia yairu “Tidak

membatasi akses peserta didik kependidikan hanya karena perbedaan

kondisi awal dan latar belakangnya Inklusif pun bukan hanya bagi

mereka yang berkelainan atau luar biasa melainkan berlaku untuk

semua anak‟‟.28

27
Skjorten, Menuju Inklusi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar (Bandung:
Program Pascasarjana UPI, 2003), h. 117
28
David Smith, Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, (Bandung :Nuansa, 2006), h, l45
33

Pendidikan inklusif adalah sitem layanan pendidikan yang

mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah

terdekat di kelas biasa bersama temanteman seusianya. Sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung

semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program

pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan

kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan

dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anakanak

berhasilHarus diakui bahwa kemunculan pendidikan inklusif

berintegratif sesungguhnya diawali oleh ketidakpuasan sistem

segregasi dan pendidikan khusus yang terlebih dahulu mengiringi

perjalanan anak berkelaian dan ketunaan dalam memperoleh layanan

pendidikan sesuaidengan tingkat kemampuan dan kebutuhan mereka.

kenyataan menunjukkan bahwa pendidikan inklusif yang berintegrasi

tidak lepas dari sebuah ironi yang mengiris hati nurani para

penyandang cacat yang semakin termarginalkan dalam dunia

pendidikan formal. “Bahkan kesempatan untuk memperoleh

pendidikan saja semakin sulit diraih akibat kebijakan pemerintah yang

kurang mendukung fasilitas kalangan yang disebut different ability”.29

2. Tujan dan Manfaat Pendidikan Inklusif

Tujan Pendidikan Inklusif Pendidikan inklusif dimaksudkan sebagai

sistem layanan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan

29
Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif.. h, 29
34

Khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler

yang terdekat dengan tempat tinggalnya. ”Pendidikan inklusi menuntut

pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana

dan prasarana pendidikan maupun sistem pembelajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik”.30

Pendidikan inklusif di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan

untuk mberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta

didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau

memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa ” pendidikan

yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuaannya

mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai

keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.‟‟31

Manfaat pendidikan inklusif yaitu kesadaran dan konsensus

pentingnya pendidikan inklusi sekaligus menghilangkan sikap dan

nilai yang diskriminatif. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat

untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan

informasi semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan

mengapa mereka tidak sekolah.

a. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial

dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.

b. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan

monitoring mutu pendidikan bagi semua anak


30
Syaodih, Nana, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (PT Remaja Rosdakarya,
Bandung. 2010) h. 44
31
Op.cit.,. h, 40
35

Hal-hal yang harus diperhatikan sekolah penyelenggara pendidikan

inklusi :

a. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat

ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan.

b. Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan

menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual

c. Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.

d. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau

sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.”32

3. Karakteristik Pendidikan Inklusif

Kurikulum yang fleksibel Penyesuaian kurikulum dalam

penerapan pendidikan inklusi tidak harus terlebih dahulu menekankan

pada materi pelajaran, tetapi yang paling penting adalah bagaimana

memberikan perhatian penuh pada kebutuhan. Pendekatan

pembelajaran yang fleksibel memberikan kemudahan kepada ABK

untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan

potensi dan keterampilan mereka demi membangun masa depan yang

lebih cerah juga dibarengi dengan adanya istem evaluasi yang fleksibel

Sistem penilaian yang diharapkan di sekolah, yaitu sistem penilaian

yang fleksibel penilaian disesuaikan dengan kebutuhan Anak

Berkebutuhan Khusu ( ABK )Pembelajaran yang ramah proses

pembelajaran dalam konsep pendidikan inklusi harus mencerminkan

32
Op.cit.,, h. 45
36

Pembelajaran yang ramah bisa membuat Anak Berkebutuhan

Khusu ABK semakin termotivasi dan terdorong untuk terus

mengembangkan potensi dan skill mereka sesuai dengan tingkat

kemampuan yang dimiliki. “Anak disable sangat membutuhkan

dukungan dan motivasi yang mampu mendorong mereka berinteraksi

dengan lingkungannya komponen utama yang palng mereka butuhkan

di sekolah adalah sebuah keramahan, yang menerjemahkan kondisi

penerimaan terhadap diri mereka”.33

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusu (ABK)

“Istilah anak berkebutuhan khusus (ABK) bukan berarti hendak

menggantikan anak penyandang cacat atau anak luar biasa, melainkan

memiliki pandangan yang lebih luas dan positif bagi anak dengan

keberagaman yang berbeda‟‟.34Anak berkebutuhan khusus (Heward)

adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak

pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan

mental, emosi atau fisik. Sedangkan Lynch mendefinisikan anak yang

membutuhkan pendidikan khusus sebagai berikut‟‟.35

“Children with special educational needs as all those who


permanently or temporarity during their school careers have
need of special educational responses on the part of the
teacher, the institution and/or the system by dint of their
physical, mental or multiple impairment or emotional condition
or for reasons of situasional disadvantage”

33
Mohammad Takdir Ilahi, Pendidikan Inklusif , h, 42-48
34
Ibid, h.137
35
Mudjito. AK, Harizal, Elfindri. Pendidikan Inklusi: Tuntunan untuk Guru, Siswa dan
Orang Tua anak berkebutuhan Khusus dan layanan Khusus. (Jakarta: Baduose Media. 2012), h.
145
37

Pernyataan di atas memberikan makna bahwa anak yang

membutuhkan pendidikan khusus adalah anak yang secara permanen

(individu dengan hambatan sesori penglihatan, pendengaran,

perkembangan intelektual, fisik dan motorik, emosi dan perilaku,

individu berbakat, tunaganda, individu berkesulitan belajar individu

dengan autisme dan individu dengan hambatan konsenterasi dan

perhatian) atau temporer (kondisi sosial-emosi, ekonomi dan politik)

selama jenjang sekolah mereka memerlukan penanganan pendidikan

khusus dari pihak guru, institusi, dan/atau sistem sebagai akibat

kelainan mereka baik secara fisik, mental, atau gabungannya, atau

kondisi emosi karena alasan situasi yang kurang menguntungkan‟‟.36

ABK dulu disebut sebagai anak luar biasa, memiliki makna

“kata luar biasa merupakan julukan atau sebutan bagi mereka yang

memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan

penyimpangan yang tidak alami seperti orang normal pada

umumnya”.37

b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Klasifikasi ABK secara umum dibedakan dalam dua kelompok

besar yaitu ABK yang bersifat sementara (temporer) dan ABK yang

bersifat menetap (permanen). Kategori tersebut kemudian dijabarkan

oleh peneliti sebagai berikut:

36
Abdul salim choiri munawir yusuf. Pendidikan Anak Nerkebutuhan Khusus Secara
Inklusi. (FKIP .UNS, 2009) h. 31
37
Roby Naufal Arzaqi Pengelolaan Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(Studi Kasus di Paud Efata Kota Semarang)”, Skripsi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang,
2019), h, 25
38

a. ABK yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang

memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan

disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang

mengalami gangguan emosi karena trauma dan sebagainya.

Hambatan belajar dan perkembangan pada ABK ini masih bisa

dilakukan penyembuhan asalkan orangtua dan orang-orang

terdekatnya mampu memberikan terapi penyembuhan yang bisa

mengembalikan kondisi kejiwaan menjadi normal kembali

b. ABK yang bersifat tetap (permanen) adalah yang memiliki

hambatan belajar dan perkembangan akibat langsung karena

kecacatan atau bawaan sejak lahir. Karakteristik dan kebutuhan

pembelajaran ABK tersebut misalnya terdapat pada anak

tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, lamban belajar, anak

berkesulitan belajar, seperti anak yang mengalami gangguan

komunikasi, tunalaras atau gangguan emosi dan perilaku.

Jenis-jenis ABK ini membutuhkan layanan pendidikan inklusif yang

secara konsisten dan penuh perhatian sehingga mengatasi segala

hambatan belajar dan perkembangan kejiwaannya.38

c. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

1. Tunagrahita (Retardasi Mental)

Istilah tunagrahita sering disebut dengan istilah keterbelakangan

mental, lemah ingatan, feebleminded, mental subnormal.

38
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak, h, 139-140
39

‟‟Istilah tunagrahita sering juga disebut dengan istilah

keterbelakangan mental, lemah ingatan, feebleminded, mental

subnormal‟‟39. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk

menyebut Anak Berkebutuhan Khusu (Abk) yang mempunyai

kemampuan intelektual di bawah ratarata. Dalam kepustakaan bahasa

asing digunakan sebagi berikut :

istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency,

mental defective, sesungguhnya memiliki arti yang sama, kondisi anak

yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh

keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial

sama halnya yang di sampaikan seperti berikut‟‟.40 ‟‟Tunagrahita yaitu

anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan, dalam daya

fikir, ingatan serta seluruh kepribadiannya, sehingga mereka tidak

mampu hidup dengan kekuatan mereka sendiri di dalam masyarakat

meskipun dengan cara hidup sederhana‟‟.41

Adapun pengertian diatas dapat diketahui bahwa yang dimaksud

dengan anak tunagrahita yaitu anak yang memiliki kecerdasan dibawah

rata-rata dan mengalami gangguan dalam perkembangan daya

pikir,sosialisai sehingga memerlukan bantuan pendidik dalam program

pengembangan kemandirian maupun dalam mengatasi masalahnya

pada Anak Berkebutuhan Khusu( ABK)

39
Ibid, h, 88
40
Somantri Sutjihati, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Reffika Aditama, 2007),
h,103
41
Munzayanah, Tunagrahita, (Surakarta : Depdikbud, 2008), h, 13.
40

2. Kesulitan Belajar

pendidikan luar biasa masalah kesulitan belajar merupakan bidang

garapan yang masih relative mudah, belum menjdi bidang garapan

yang cukup kuat, kelebihan kelemahan baik secara fisik emosi, mental

sehingga membutuhkan pelayana khusu dan pendidikan khusu sesui

dengan kata gori Anak Berkebutuhan (ABK) itu sendiri, walaupun

perbedaan dan kontroversi dalam bidang ini sudah terjadi sejak lebih

dari 20 tahun yang lalu. “kesulitan belajar adalah suatu kondisi di

mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya

ancaman, hambatan atau gangguan belajar tertentu yang dialami oleh

siswa atau anak didik”.42 kesulitan belajar atau learning disabilities

sendiri merupakan “istilah yang merujuk pada keragaman kelompok

yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan

dalam kesulitan-kesulitan belajar yang signifikan yang dapat

menimbulkan gangguan proses belajar”.43 Dalam berbagai leteratur

psikologi, khususnya yang berkenaan dengan literature Anak

Berkebutuhan Khusu (ABK), istilah anak berkesulitan belajar lebih

sering disebut kelompok learning deabilities‟‟.44Karena kekeliruan

konsep dan pemahaman anak kesulitan belajar seperti itu sering

dijuluki sebagai anak teka-teki, anak berpenyakit aneh, atau suatu

penyakit aneh.

42
Rohmanila Wahab, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h, 191
43
Abin Samsyudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), h, 74
44
Sutjihati Sumantri , Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2007),
h,193
41

Secara garis besar, kesulitan belajar dapat di klasifikasikan

kedalam dua kelompok.:

1. kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

(developmentallearning disabilities)

2. kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities).

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup

gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa daan

komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.

“Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-

kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas

yang diharapkan”.45

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa

daan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku

sosial kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-

kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas

yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan

keterampilan dalam membaca, menulis aktor penyebab kesulitan

belajar secara garis besar faktor penyebab timbilnya kesulitan belajar

pada Anak Berkebutuhan Khusu terdiri rendahnya kapasitas intelektual

dan intelegensi anak , labilnya emosi anak , sikap Anak Berkebutuhan

Khusu ABK dan lingkungan keluarga, mampun masyarakt. .

45
Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h, 11
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Objektif Di MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

a. Profil MTs Toriqul Huda Pagelaran Cianjur

Berdasarkan data yang didapat oleh peneliti di MTs Thorikuqul

Huda sekolah ini berdiri pada 17 juli tahun 2003 oleh Para tokoh

Pendidikan, Ustadz dan Masyarakat, Sekolah Madarasah ini secara

georafis terletak di kp. Cilameta Desa Bunijaya Kecamatan

Pgelaran Kabupaten Cianjur Perovinis Jawa Barat merupakan

sekolah yang setrategis dan sangat mudah dijangkau baik dengan

kendaraan maupun berjalan kaki. Pada pelaksanaan sehari-hari di

pimpin oleh seorang kepala Madrasah dan dibantu oleh guru umum

sebanyak 12 orang, dan diantaranya ada 4 orang guru agama.

b. Visi dan Misi MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

a. Visi

1. Mewujudkan warga madrasah yang berkualitas, kompotitif

dan berahlak Mulia

b. Misi

1. Menanamkan pendidikan dasar agama aslam yang yakin dan

mantap

2. Meningkatkan mutu pendidikan sesuia dengan tuntutan

masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan.

42
43

c. Identitas MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

Nama Sekolah : MTs Toriqul Huda

No.Setatistik Sekolah : 121232030070

NPSN : 20278018

Bangunan sekolah : Milik Sendiri

Tahun Berdiri : 2003

Kegiatan Belajar : Pagi

Alamat Sekolah : kp. Cilameta Rt.01 Rw.05

Desa : Bunijaya

Kecamatan : Pagelaran

Kabupaten/Provinsi : Cianjur/Jawa Barat

Kode pos : 43266

Telepon/fax : 085793331270

Setatus : swasta

Email : admin@mtstoriqulhuda.sch.id

Nama Kepala Sekolah : H. Aang Saepul Mubarok, S.E

d. Keadaan Guru dan Pegawai Keadministrasian di MTs Thhoriqul

Huda pagelaran Cianjur

Guru pengajaar dan tenaga kependidikan, TU di MTs Thoriqul

Huda mendapat tugasa juga tanggung jawab untuk mengajar sesui

dengan yang sudah ditentukan dengan bidangnya masig-masing

dalam menjalankan tugasnya sebagi pendidik baik dan penuh rasa

tanggung jawab untuk menyampaikan ilmu pada peserta didik.


44

Tabel 3:1
Daftar Tenaga Kependidikan di MTs Thoiqul Huda
No L/P Tugas Pokok

Nama Mengajar Mapel

1 H Aang Saepul Mubarok S.E L Kepala Madrasah

2 Ridwan. S.pd. L IPA

3 Atep Suryana. S.pd. L Pkn

4 M Yusup. S.pd.I L Ips dan Ski

5 Noval Inayatuloh. s.kom L Informatika

6 Dindin Samsudin. S.pd. L B. Indonesia

7 Leni Susanti. S.pd. P Peramuka

8 Hasanudin. S.pd.I L B. Inggris, Akidah Ahlak

9 H Saepudin S.pd.I L Al-Qur‟an Hadist

10 Risma Sopianah. S.pd. P B. Sunda

11 Abdul Mukti. S.pd.I L B. Arab dan Piqih

13 Utis Sutisna. S.Pd L Olahraga

14 Nining Patimah. S.pd.I P Seni Budaya dan Piqih

15 Padrida. S.pd P Matematika

16 Rina Nurhayati.S.pd. P Matematika

17 Lina Marlina P TU

Sumber : Dokumen MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur


45

e. Keadaan keseluruhan Peserta Didik di MTs Thoriqul Huda

Pagelaran Cianjur

Tabel 3:2
keadaan peserta didik di MTs Thoriqul Huda
Kelas Kelas Kelas Kelas Total
Jenis VII VIII IX
Kelamin
L 13 16 20
P 16 19 19
Jumlah 29 35 39 103
Sumber Data: Dokumen MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

Tabel 3:3
keadaan peserta didik Inklusif di MTs Thoriqul Huda
No Nama Kel Nama Orang Tua Alamat Keterangan

1 Neng saskia IX Bpk. H. Jajang kp.Cilameta Tunagrahita


Ds.Bunijaya
kc.Pagelaran
2 M Abdul Fatah IX Erwan Munandi kp.Babakan Slow learner
Ds.Bunijaya
kc.Pagelaran
3 Arkan IIIV Haniawan, S.E Kp.sawah Tunagrahita
tengah
Maulana
Ds. Buniwangi
kc. Pagelaran
Sumber Data: Dokumen MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur
46

f. Sarana dan Prasarana di MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

Untuk memperlancar kegian pembelajaran di sekolah, diperlukan

sarana yang mendukung keberhasilan dalam pembelajaran sarana

pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

digunakan sebagi penunjang proses pendidikan. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan di MTs Thoriqul Huda, diketahui bahwa

sarana dan prasaran penunujang pendidikan yang ada di lingkungan

MTs Thoriqul Huda sudah cukup memadai, hal tersebut terlihat dari

beberapa ruang kelas,ruang perpustakan, ruangan guru dan peralatan

penunjang seperti komputer yang semuanya dalam keadaan yang baik.

Tabel 3:4
keadaan sarana dan prasarana di MTs Thoriqul Huda
No

Nama Ruangan Kondisi Ruangan

Baik Rusak Rusak


Ringan Berat
1 Ruang Guru 

2 Ruang Kelas 

3 Ruang pepustakan 

4 Lab Komputer 

5 Masjid 

6 Parkiran 

7 Lapangan upacara 

Sumber Data: Dokumen MTs Toriqul Huda Pagelaran


47

2. Peranan Guru PAI Dalam Pendidikan Inklusif Di MTs

Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

a. Peranan guru PAI dalam Pendidikan Inklusif di MTs Toriqul Huda

Pendidikan inklusif merupakan bagian integral dari

pendidikan Indonesia. Hal ini termuat dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 yang mengatur

bagaimana pendidikan sekolah inklusi itu diarahkan. Sebagaimana

dijelaskan dalam hasil wawancara dengan informan sebagai berikut

“sebenarnya tujuan dari pendidikan inklusi, tujuanya adalah


memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan
sosial atau kecerdasaan dan atau bakat istimewa untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya. Jadi cukup jelas di sana kita
sebagai guru memberikan kesempatan yang sama baik itu
kepada siswa yang normal atau siswa yang ABK. Jadi peran
yang paling utama adalah dengan memberikan kesempatan
belajar yang sama kepada seluruh siswa”.46

Dijelaskan pula oleh informan guru MTs Thoriqul Huda yang lain

yakni sebagai berikut:

“Ya peran yang pertama adalah peran sebagai guru untuk


membimbing dan mengajari anak dengan sama dan tanpa
membeda-bedakan anak yang satu dengan yang lain,
kemudian peran yang kedua adalah peran sebagai pengganti
orang tua di sekolah, jadi peran orang tua adalah dengan
memberikan pengawasan dan pembinaan kepada anak dalam
lingkup sekolah”47
“Kalau peran yang paling utama adalah perannya sebagai
guru untuk membimbing anak memahi pembelajaran dengan
baik, dengan apapun metode dan pendekatannya, karena
setiap anak itu beda-beda pendekatanya dalam
pembelajaran, antara anak yang satu dengan yang satunya

46
Abdul Mukti, GURU PAI MTs Toriqulhuda, wawancar di sekolah 2 Agustus 2023
47
Nining Patimah , GURU PAI MTs Toriqulhuda, wawancara di sekolah 4 Agustus 2023
48

berbeda sistem belajarnya, sehingga peran yang paling


utama adalah memahami metode apa yang tepat untuk anak,
kemudian peran yang kedua adalah memahami kondisi atau
keadaan anak sehingga dengan mengetahui kondisi anak kita
dapat lebih dekat untuk lebih mudah memahami mengenai
psikologi anak, apakah sedang baik-baik saja, apakah
terdapat masalah, sehingga dengan mengetahui hal tersebut
kita jadi lebih mudah untuk membantu menyelesaikan
permasalahan anak untuk mau lagi belajar, sehingga dengan
adanya peran tersebut adalah peran yang harus dikuasai oleh
setiap guru, bukan hanya sebagai pengajar”.48

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat penulis pahami bahwa

peran guru dalam pelaksanaan pendidikan inklusif di Mts Thoriqul

Huda adalah sebagai pengajar kepada siswa tanpa adanya membeda-

bedakan antara anak yang satu dengan yang lain. Kemudian kedua

adalah peran guru sebagai pengganti orang tua di sekolah, sehingga

dengan adanya peran orang tua di sekolah adalah untuk lebih

mengawasi dan membina anak, periaku anak serta kondisi anak.

Dalam penerapan pendidikan inklusif di berbagai sekolah haruslah

berpedoman pada model pendidikan inklusif itu sendiri. Adapun

dalam segi kesiapan untuk menerima anak berkebutuhan khusus

dengan karakter special, pihak sekolah memerlukan strategi yang

tepat agar dapat membantu dalam mengembangkan proses belajar

maupun keterampilan mereka. standar pendidikan yang digunakan

untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus dengan anak normal

lainya tentu berbeda, sebab kebutuhan dan tahap perkembangan yang

dilalui juga berbeda.

48
H. Saepudin, GURU PAI MTs Thoriqul Huda, wawancara di sekolah 2 Agustus 2023
49

3. Pembelajaran Pendidikan Inklusif di MTs Thoriqul Huda

Pagelaran Cianjur

a. Pembelajaran pendidikan inklusif di MTs Thoriqul Huda

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dapat

dijelaskan sebagai berikut :

“Kalau proses belajar mengajarnya untuk anak ABK


(tunagrahita) ini kita berikan pembelajaran khusus. Namun
kalau sistem belajar seperti biasanya normalnya tetap kita
campur anak yang normal kita gabung dengan anak yang
ABK maka komunikasinya akan terbangun. Kemudian cara
strateginya adalah denganm cara berulangulang dalam
mengajarnya. Misalnya kalau mengaji ya terus saja mengaji,
hapalan ya hapalan saja “Kalau kegiatan belajar pada anak
ABK belajarnya harus di pahami benar-benar keinginan dia
apa dan menyesuaikan moodnya anak ini, jadi kita harus
terus berkomunikasi dan memperhatikan anak tersebut untuk
kegiatan belajarnya itu dengan memahami apa keinginan
anaknya, seperti moodnya apa. Contohnya Arkan ini
anaknya hiperaktif, untuk menghadapi anak hiperaktif maka
gurunya harus kreatif, Arkan juga anaknya mod-mod an, jadi
kalau belajar dia maunya per paragraf, dia maunya kita yang
menulis, dia yang membaca baru mau49

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, dapat

dipahami bahwa strategi guru PAI dalam memberikan

pembelajaran kepada anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di

MTs Thoriqul Huda Pagelaran : jika strateginya untuk seluruh anak

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) harus diberikan pembelajaran

khusus, namun secara teknisnya sistem belajar seperti biasa normal

tetap dicampur kepada anak yang normal, namun pada dengan

tujuan komunikasinya akan tetap terbangun. strategi belajarnya

49
Ibid.,h.48
50

harus di pahami benar-benar keinginan si anak dan menyesuaikan

moodnya anak tersebut, guru harus lebih aktif dan kreatif dalam

belajar, serta menyesuaikan keinginan anak itu apa.

b. Materi Bahan Ajaran

Sumber bahan ajar atu materi PAI yang digunakan dalam

proses pembelajaran inklusi untuk ABK berasal dari buku paket

dan lingkungan sekitar. Pada pemberian materinya guru tidak sama

sekali melakukan modifikasi pada materi ajar di

kelasnya.Walaupun demikian, pada materi pembelajaran adanya

pencapaian indikator yang disesuaikan dengan kemampuan ABK.

Berdasarkan hasil wawacara yang dilakukan, didapatkan

pernyataan yang sama sebagai berikut:

“Untuk materi yang diberikan sama, namun adanya


perbedaan pada pencapaian indikator dengan pengurangan
beban yang akan dicapai oleh ABK yang disesuaikan
dengan kemampuan anak, yang nantinya akan berpengaruh
pada penilaian50

Berdasarkan penggalan wawancara di atas, dengan materi yang

diberikan sama Anak berkebutuhan Khusu (ABK) itu dengan anak

normal. Guru PAI sendiri menyesuikan indikator yang dapat

dicapai sesuai dengan kemampuan anak, dengan kata lain Anak

Berkebutuhan Khusu (ABK) menerima materi yang sama dengan

anak reguler, akan tetapi indikatornya disesuaikan dengan

kemampuan anak.

50
Op.cit.,h.47
51

c. Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan guru PAI dalam pembelajaran ini

diantaranya metode ceramah, pekerjaan mandiri, dan pekerjaan

rumah (takehome). Penggunaan metode diatas dirasakan oleh guru

sudah tepat dalam pembelajaran PAI di Madrasah Thoriqul Huda.

Siswa dianggap lebih mudah mengikutinya, karena adanya

pemaparan materi terlebih dahulu. Setelah itu, guru PAI

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apakah ada

hal yang belum jelas terkait dengan materi yang sudah

disampaikan, kemudian barulah anak diberikan pemberian tugas

mandiri sesuai dengan pemaparan materi yang sudah disampaikan

sebelumnya. Di samping itu, didukung dengan pendekatan secara

individual oleh guru kepada ABK (tunagrahita) agar dapat

mengikuti pembelajaran secara optimal dan penguasaan materi

sesuai dengan kemampuan anak. Hal tersebut, dapat dilihat dari

penggalan wawancara , diantaranya “Metode ceramah digunakan

pada kelas besar, pekerjaan mandiri, maupun pekerjaan rumah

(takehome) sedangkan untuk pendekatan dengan ABK adalah

dengan pendekatan secara individual”.51Hal serupa juga dinyatakan

salah satu Guru PAI yang Lain sebagai berikut: “Pendekatan secara

individual dan disesuaikan dengan kemampuan anak52

51
Abdul Muktii, Guru PAI MTs Thoriqul Huda, wawancar di sekolah 2 Agustus 2023
52
Nining Patimah, Guru PAI MTs Thoriqul Huda, wawancara di sekolah 4 Agustus 2023
52

Setiap kali melakukan pembelajaran, biasanya guru PAI

menjelaskan materi dengan bahasa yang sederhana dan dapat

dipahami oleh anak, kemudian memberikan semacam latihan soal

lalu dilakukan pembahasan soal dan memberikan pekerjaan rumah.

Sedangkan untuk pendekatannya, guru PAI menggunakan

pendekatan secara individual. Hal ini karena guru selalu

memperhatikan anak saat mengikuti proses pembelajaran di kelas

Pada proses pembelajaran, guru sering memberikan pujian ketika

anak mampu menjawab pertanyaan walaupun dalam waktu yang

lama dengan reward atau motivasi agar anak mampu

mengerjakannya latihan soalyang diberikan dengan baik. Interaksi

antara guru dan siswa saat pembelajaran berlangsung baik.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran PAI yang ada

di MTs Thoriqul Huda ini adalah tes tertulis. Hal tersebut berlaku

untuk semua anak, dengan mengacu pada kemampuan anak yang

bisa dijadikan acuan dalam pertimbangan terkait pencapaian

pemahaman terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Namun

disesuaikan terhadap indikator yang ditetapkan oleh masingmasing

ABK. Tugas rutin seperti pekerjaan rumah, tugas yang diberikan

setelah adanya penjelasan materi, untuk soal ulangan harian adanya

perbedaan soal yang dibagi yaitu soal A dan B, soal A diberikan

kepada anak reguler sedangkan soal B diberikan kepada siswa


53

reguler maupun ABK, yang disesuaikan dengan tingkat yang

dimiliki oleh anak dan dengan beban soal yang berbeda dengan

anak reguler serta dalam pengerjaan soal bagi ABK diberikan

waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak reguler. Berikut

ini hasil wawancara oleh guru :

“Untuk siswa reguler tes secara tertulis. Hal tersebut


berlaku untuk semua anak, kembali lagi pada kemampuan
anak.Namun di sesuaikan oleh indikator yang ditetapkan
oleh masing-masing ABK. Tugas rutin seperti PR, tugas
yang diberikan setelah adanya penjelasan materi, untuk soal
ulangan harian adanya perbedaan soal yang dibagi soal a
dan b, yang a biasanya untuk anak reguler sedangkan soal
yang b biasanya untuk ABK , dengan beban soal yang
berbeda dengan anak reguler karena soal tersebut di
sesuaikan dengan kemampuan anak dan diberikan waktu
yang lebih panjang dibanding dengan anak reguler dalam
mengerjakan soalnya.53

Berdasarkan hasil wawancara diatas Untuk evaluasi ABK ini

terkadang juga dilakukan dengan tes lisan.Karena dengan tes lisan

memudahkan guru kelas untuk mendapatkan penilaian yang akurat

dan jika menggunakan tes tertulis terkadang tidak murni dikerjakan

oleh anak. Selain itu, juga untuk memperhatikan dari

perkembangan ABK baik dari segi bahasa maupun perilakunya

selama mengikuti pembelajaran di kelas, untuk evaluasi bagi ABK

biasanya dilakukan secara lisan yang memperhatikan ABK baik

dari bahsa maupun prilakunya selama mengikuti proses

pembelajran.

53
Op.cit.,h.51
54

4. faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pendidikan

Inklusif Di Mts Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

a. Faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan Inklusif di

MTs Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

Hasil wawancara dengan kepala Madarsah Thoriqul Huda

menjelaskan sebagai berikut:

Faktor pendukung dalam pembelajaran anak Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) antara lain adalah:

1. Pihak sekolah masih berkomitmen untuk melaksanakan dan

mendukung pembelajaran bagi anak Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK);

2. Penyelenggaraan pembelajaran bagi anak Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) juga tidak terlepas masih ada

anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di MTs

Thoriqul Huda

3. Pemerintah kota masih mendukung terlaksananya program

dengan memberikan dana operasional;

4. Guru-guru masih konsisten melaksanakan kegiatan

pembelajaran bagi anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

5. Tersedia media pembelajaran yang dapat mendukung dalam

proses KBM,
55

6. Adanya komunikasi yang baik antara guru dan orang tua

Sedangkan faktor penghambat penyelenggaraan

pembelajaran di MTs Thoriqul Huda

Faktor penghambat penyelenggaraan pembelajaran di MTs

Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur.

1. Masih ada sebagian orang tua yang kurang perduli

terhadap pembelajaran bagi anak Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) terlebih anaknya yang mengalami

gangguan perkembangan,

2. Media pembelajaran yang masih kurang begitu

mendukung

3. Pengetahuan beberapa guru tentang cara mendidik dan

memahami karakter Anak Berkebutuhan Khusus masih

kurang,

4. Kurang konsistenya guru dalam memberikan pembelajaran

bagi anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

5. Sebagian orang tua belum konsisten dalam mendukung

kegiatan pembelajaran untuk anak Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK)‟‟.54

54
Aang Saepul Mubarok , Kepala MTs Toriqul Huda, wawancar di sekolah 2 Agustus 2023
56

B. PEMBAHASAN

1. Peranan Guru PAI Dalam Pendidikan Inklusif Di MTs

Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

Pendidikan inklusif sebagai sistem penyelenggaraan

pendidikan yang memberikan kesempatan bagi siswa normal

maupun siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) untuk mengikuti

proses pembelajaran dalam satu lingkungan yang sama Sistem

tersebut memungkinkan siswa yang merupakan Anak

Berkebutuhabn Khusus yang mengalami disabilitas intelektual

untuk tumbuh dan berkembang di lingkungan sekolah reguler,

bukan SLB. Kecenderungan inklusivitas ini diharapkan mampu

mengatasi kesenjangan pendidikan bagi siswa yang merupakan

ABK karena anak-anak berkebutuhan khusus juga memiliki potensi

serta kecerdasan yang patut dikembangkan oleh setiap pendidik

dalam dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian

maka dapat disimpulkan bahwa peran guru PAI dalam

melaksanakan pendidikan inklusi di Madrasah Toriqulhuda adalah

sebagai berikut; Memberikan pembelajaran dengan baik tanpa

membeda-bedakan siswa yang normal maupun siswa yang ABK.

Peran guru PAI dalam pelaksanaan pendidikan inklusi di sekolah

adalah sebagai pengajar kepada siswa tanpa adanya membeda-

bedakan antara anak yang satu dengan yang lain juga memberikan

pengawasan dan pembinaan, baik itu perilaku, sikap dan psikologi


57

Sehingga dengan memahami hal tersebut dapat lebih

mudah memahami kondisi psikologi anak di barengi dengan

memberikan pembelajaran khusus dan pembelajaran dengan di

barengi sistem belajar home visit yang disesuaikan dengan orang

tua anak serta terkhusus kepada anaknya. Dalam segi kesiapan

untuk menerima anak berkebutuhan khusus dengan karakter special,

sekolah memerlukan strategi yang tepat agar dapat membantu dalam

mengembangkan keterampilan mereka. Ini sesuai dengan yang

diutarakan oleh ahli, bahwa peran guru dalam melaksanakan

Pendidikan Inklusif guru PAI Sebagai pendidik dan pengajar,

bahwa setiap guru berperan melakukan transfer ilmu pengetahuan,

mengajarkan, dan membimbing anak didiknya serta mengajarkan

tentang segala sesuatu yang berguna bagi mereka dimasa depan.

Pendidik juga adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap

berlangsungnya proses pertumbuhan dan perkembangan potensi

anak didik, baik potensi kognitif maupun potensi psikomotoriknya.

guru berperan membangun interaksi dan hubungan sosial

masyarakat, dan menjadi bagian dari masyarakat. Sebagai

administrator, seorang guru berperan melaksanakan semua

administrasi sekolah yang berkaitan dengan pendidikan dan

pembelajaran. Sebagai pengelola pembelajaran, bahwasannya guru

berperan aktif dalam menguasai berbagai metode pembelajaran dan

memahami situasi belajar mengajar di sekolah.


58

2. Pembelajaran Pendidikan Inklusif Di Mts Thoriqul Huda

Pagelaran Cianjur

Berdasarkan hasil penelitian materi pembelajaran PAI

yang diberikan bagi anak reguler dan ABK adalah sama.

Contohnya dalam mata pelajaran SKI, tidak adanya modifikasi

pada materi yang diberikan kepada ABK baik secara administratif

di RPP maupun pada penyampaian materinya, namun hanya

memodifikasi dalam penggunaan bahasa yang dilakukan oleh guru

PAI dalam menyampaikan materi dengan bahasa yang anak

pahami. pertama yang dilakukan oleh guru adalah mengajak anak

untuk berdoa sebelum proses pembelajaran berlangsung,

kemudian baik guru memberikan semacam permainan yang

berkaitan dengan materi yang akan disampaikan sehingga anak

siap untuk memulai proses pembelajaran. Selain itu, guru PAI

juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan

apersepsi kegunaan materi yang akan dijelaskan. Guru PAI dalam

memberikan pembelajaran kepada anak Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) di MTs Toriqul Huda Pagelaran Cianjur

strateginya untuk seluruh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

harus diberikan pembelajaran khusus, namun secara teknisnya

sistem belajar seperti biasa normal tetap dicampur kepada anak

yang normal, agar komunikasi Anak Berkebutuhan Khusu (ABK)

akan tetap terbangun.


59

Anak tunaghrita proses belajarnya harus di pahami benar-

benar keinginan si anak dan menyesuaikan moodnya anak

tersebut, jadi harus terus berkomunikasi terus untuk mengtahui

anak tersebut bisa diajak belajar atau tidak. Guru harus lebih aktif

dan kreatif dalam belajar, serta menyesuaikan keinginan anak itu

apa. Ketika memberikan bimbingan kepada anak berkebutuhan

khusus seorang guru harus lebih bersikap sabar, selalu jeli, kreatif

dan tanggap dengan semua itu seorang guru dapat dengan mudah

mengetahui dan memahami, membaca dan terus mempelajari

perkembangan anak. Serta selanjutnya menyikapi dan

mengembangkan aspek-aspek kelebihan anak berkebutuhan

khusus. Karena pada kenyataannya setiap orang dikaruniai oleh

Allah kelebihan dan kekurangan, hanya kekurangan pada anak

berkebutuhan khusus ini lebih terlihat dibandingkan kelebihannya.

Oleh karena itu ketika berhadapan dengan anak berkebutuhan

khusus ini harus benar-benar sabar. Untuk proses evaluasi

pembelajaran terkadang juga dilakukan dengan tes lisan, karna

dengan tes lisan memudahkan guru PAI untuk memberikan

penilaian yang akurat dan jika menggunakan tes tertulis terkadang

tidak murni dikerjakan oleh Anak Berkebutuhan Khusu (ABK).

Selain itu untuk evaluasi ini memperhatikan perkembangan dari

Anak Berkebutuhan Khusu baik dari segi bahasa maupun

prilakunya selama mengikuti pembelajarn.


60

3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pendidikan

Inklusif di Mts Thoriqul Huda Pagelaran Cianjur

Faktor pendukung dan penghambat peran guru PAI dalam

Pendidikan Inklusi Di MTs Thoriqul Huda dari hasil penelitian

antara lain;

Faktor pendukung dalam terlaksananya pendidikan inklusif di Mts

Thoriqul Huda tidak terlepas dari adanya Pihak sekolah yang

masih berkomitmen untuk melaksanakan dan mendukung

pembelajaran bagi anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

karena program ini sangat membantu juga mempermudah peserta

maupun orang tua siswa untuk mengikuti pendidik dalam

bersosialisasi dengan peserta didik yang normal lainnya dan

secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar maupun

tingkat sosialisai Anak Berkebutuhan khusu tersebut,

pembelajaran bagi anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) juga

tidak terlepas masih ada orang tua yang mendaftarkan anknya

untu mengikuti kegiatan belajar dengan anak normal juga tidak

terlepas dibarengi dengan adanya dukungan dari pihak pemerintah

kota masih mendukung terlaksananya program dengan

memberikan dana operasional, guru-guru masih konsisten dan

senangtiyasa masih melaksanakan kegiatan pembelajaran bagi

anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adanya komunikasi yang

baik antara guru dan orang tua.


61

Adapun Faktor penghambat Peran Guru PAI dalam

Pendidikan Inklusi Di MTs Thoriqul Huda dari hasil penelitian

antara lain;

Tidak terlepas dari masih adanya sebagian orang tua siswa

yang kurang perduli terhadap perkembngan dan proses

pembelajran pendidikan Inklusif bagi anak Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) terlebih anaknya sendir yang mengalami gangguan

perkembangan tersebut, media pembelajaran yang terdapat di

MTs Thoriqul Huda dimana medi merupakan salah satu alat atu

peralatan yang menunjang untuk terselenggaranya proses belajar

mengajar bagi Anak Berkebutuhan Khusu (ABK) itu masih

kurang begitu mendukung, tidak adanya guru Pendamping Khusus

di Madrash Toriqul Huda menjadi salah satu hambatan tersendiri

bagi guru di sekolah ini, adanya keterbatasan beberapa guru di

MTs Thoriqu Huda dalam segi pengetahuan tentang cara

memahmi karakter dan menangani Anak Berkebutuhan Khusus

masih terbilang kurang begitu cekatan . Sebagian orang tua belum

begitu konsisten dalam mendukung terselenggaranya kegiatan

pembelajaran Penidikan Inklusif untuk anak Anak Berkebutuhan

Khusus.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penelitian Peranan Guru PAI dalam adalah

sebagai pendidik kepada siswa tanpa membeda-bedakan antara

anak yang satu dengan yang lain menciptakan lingkungan yang

inklusif dan mendukung dengan penuh perkembanagn, potensi

setiap siswa termasuk yang memiliki kebutuhan khusu . Kemudian

peranan Guru PAI mencakup adaptasi pembelajaran, individuali

pembelajaran, pengembangan kemampuan empati, kolaborasi

pembelajaran dan pemahaman anak ABK. Dalam segi kesiapan

untuk menerima anak berkebutuhan khusus dengan karakter

special, strategi yang tepat agar dapat membantu dalam

mengembangkan keterampilan mereka. Standar pendidikan yang

digunakan untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus dengan

anak normal lainya tentu berbeda, sebab kebutuhan dan tahap

perkembangan yang dilalui juga berbeda.

2. Pembelajaran Pendidikan Inklusif di Mts Thoriqul Huda Pagelaran

Cianjur pembelajaran. PAI yang diberikan bagi anak reguler dan

ABK adalah sama. Contohnya dalam mata pelajaran SKI, tidak

adanya modifikasi pada materi yang diberikan kepada ABK baik

secara administratif di RPP maupun pada penyampaian materinya,

namun hanya memodifikasi dalam penggunaan bahasa yang

62
63

dilakukan oleh guru PAI dalam menyampaikan materi dengan

bahasa yang anak pahami. Adapun cara guru dalam memberikan

pembelajaran kepada anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di

MTs Thoriqul Huda dengan memberikan pembelajaran khusus,

serta ditekannkan untuk memahami dengan baik karakter dan

memahami keinginan anak dengan baik.

3. Faktor pendukung dalam pendidikan inklusif di MTs Thoriqul

Huda. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) antara lain pihak

sekolah masih berkomitmen untuk melaksanakan dan mendukung

pembelajaran bagi anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) karena

program ini sangat membantu peserta didik dalam bersosialisasi

dengan peserta didik lainnya dan dapat meningkatkan hasil belajar

penyelenggaraan pembelajaran bagi anak Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) juga tidak terlepas masih ada anak berkebutuhan

khusus yang bersekolah di MTs Thoriqul Huda.

Faktor penghambat dalam Pendidikan Inklusif sendiri masih

adanya sebagian orang tua yang kurang perduli terhadap

pembelajaran bagi anak Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

terlebih anaknya yang mengalami gangguan perkembangan, media

pembelajaran yang masih kurang, kurangnya guru Pendamping

Khusus di sekolah ini, kemudian pengetahuan guru tentang cara

mendidik anak berkebutuhan khusus masih kurang, adanya kurang

konsistenya guru dalam memberikan pembelajaran bagi ABK


64

B. SARAN

1. Kepada lembaga sekolah diharapkan dapat mempersiapkan

program pendidikan inklusi dengan terencana dan

seharusnya mensosialisasikan pendidikan inklusif ini.

2. Kepada Guru PAI diharapkan dalam pelaksanaan program

pendidikan inklusi lebih mampu menyesuaikan diri dengan

keadaan siswa yang beraneka ragam baik dari segi

kemampuan kognitif, afektif, psikomotornya, agar dapat

dipergunakan bagi semua siswa yang ada di dalam lingkup

kelas tersebut.
65

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mukti, GURU PAI MTs Toriqulhuda, wawancar di sekolah 2 Agustus


2023

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Press,
Cetakan II, 2005

Arzaqi Roby Naufal, Pengelolaan Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan


Khusus Studi Kasus di Paud Efata Kota Semarang, Skripsi, Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2019

Befring, Edward “Special educational Approach to an Inclusive School” dalam


Mudjito, Masyarakat Inklusif Jakarta: Direktorat PKLK, 2010

Daradjat Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2011

Efendi Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak, 2008

H.Saepudin, GURU PAI MTs Thoriqul Huda, wawancara di sekolah 2 Agustus


2023

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011

Ilahi Takdir Mohamad, Pendidikan Inklusif , h, 42-48Mudjito. AK, Harizal,


Elfindri. Pendidikan Inklusi: Tuntunan untuk Guru, Siswa dan Orang
Tua anak berkebutuhan Khusus dan layanan Khusus. Jakarta: Baduose
Media. 2012

Kementrian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an dan Terjemah, Bandung:


Percetakan Halim, 2012, QS. At-Taubah ayat: 122,

Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan Siswa, Bandung: PT


Remaja Rosdakarya Offset, 2016

Kunandar, Guru Profesional, Implementasi KTSP, dan Sukses dalam Sertifikasi


Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011

Majid Abdul, Belajar dan Pembelajaran PAI, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2012

Mujib Abdul, dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana,
2010

Mulyana Z, Rahasia Menjadi Guru Hebat, Jakarta: Grasindo, 2013


66

Mulyono Abdurahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:


Rineka Cipta, 2010

Munzayanah, Tunagrahita, Surakarta Depdikbud, 2008

Nining Patimah , GURU PAI MTs Thoriul Huda, wawancara di sekolah 4 Juli
2023

Ondi Saondi, dan Aris Suherman, Etika Profesi Guru, Bandung: Refika Aditama,
2010

Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 1

Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Pengujian UU Sistem Pendidikan


Nasional, UN Tahun Pelajaran 2005/2006, Jakarta: Bip Cipta, 2006

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2010

Skjorten, Menuju Inklusi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar


Bandung: Program Pascasarjana UPI, 2003

Smith David , Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, Bandung :Nuansa, 2006

Sumantri Sutjihati , Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Refika Aditama, 2007

Syaodih, Nana, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, PT Remaja


Rosdakarya, Bandung. 2010

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali


Pers, 2011

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat 1.

Undang-undang Guru dan Dosen UU RI no 14 tahun 2005,Jakarta : Sinar Grafika,


2010

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 32 dan Permendiknas Nomor


70 tahun 2009

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

Undang-Undang RI no 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dilengkapi

Undang-Undang RI no 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dilengkapi


67

Vebriana Dyah A,”Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Dalam


Pembelajaran Pendidikan Inklusif di MAN Maguwoharjo Sleman
Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2008

Wahab Rohmanila , Psikologi Belajar Jakarta: Rajawali Pers, 2015

Waluyo,” Peran Guru Agama dan Sekolah Dalam Membangun Sikap


Keberagamaan Yang Inklusif Siswa SMP N 1 Kalasan”, Skripsi,
Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011

www.Lampungpost.com diunduh pada 20 desember 2017

Yusuf Munawir Choiri Salim Abdul. Pendidikan Anak Nerkebutuhan Khusus


Secara Inklusi. FKIP .UNS, 2009

Anda mungkin juga menyukai