Anda di halaman 1dari 12

TUGAS UTS TEORI MAKRO EKONOMI

Disusun oleh :
RIMA MELATI ANGGRAENI

Kelas FA

MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
1. Penjelasan Gambar Perekonomian terbuka

5 4
6 3

1
2
7
9
8
10

Gambar di atas merupakan Circular Flow pada 4 pelaku (sector) ekonomi, yang
terdiri dari sektor Rumah Tangga, sektor Bisnis/Perusahaan, sektor Pemerintah, dan
sektor Internasional/Luar Negeri. Perekonomian yang melibatkan 4 sektor tersebut
dinamakan perekonomian terbuka sebab melibatkan sector internasional/Luar
Negeri.
a) Interaksi pelaku ekonomi rumah tangga – produsen
Sesuai dengan gambar panah no 1 bahwa terjadi aliran uang dari rumah tangga
ke produsen. Pada posisi ini perusahaan menjual barang atau jasa yang mereka
miliki di pasar barang atau jasa. Kedudukan rumah tangga yaitu sebagai
konsumen (pembeli) barang barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan
(produsen). Untuk membayar barang atau jasa yang dibeli tentu sektor rumah
tangga akan menggunakan uang. Aktivitas ini menyebabkan uang beralih dari
rumah tangga ke perusahaan. Pada pasar modal, sector rumah tangga
melakukan saving dan investasi yang digunakan untuk membiayai proyek
Perusahaan maupun Pemerintah. Sebagai hasil dari saving dan investasi yang
dilakukan rumah tangga, terdapat aliran uang masuk berupa bunga dan dividen.
b) Interaksi pelaku ekonomi produsen – rumah tangga
Arah aliran no 2 dalam circular flow diagram diatas memperlihatkan adanya
aliran uang/pembayaran dari sektor perusahaan ke sektor rumah tangga.
Perusahaan (produsen) harus membayar kepada sektor rumah tangga karena
sektor rumah tangga adalah penyedia faktor produksi. Perusahaan
membutuhkan faktor produksi untuk dapat menghasilkan barang atau jasa.
Perusahaan harus membayar kepada sektor rumah tangga sebagai balas jasa
karena sektor rumah tangga telah menyediakan faktor produksi untuk
perusahaan.
Ada 4 jenis balas jasa yang diberikan perusahaan kepada sektor rumah tangga
yaitu gaji dan upah, bunga, sewa, dan dividen. Balas jasa dari perusahaan ini
akan menjadi sumber penghasilan bagi rumah tangga. Perusahaan akan
membayarkan balas jasa berupa gaji dan upah untuk rumah tangga yang telah
menjadi tenaga kerja (labor) diperusahaan. Sedangkan bunga akan dibayarkan
perusahaan karena rumah tangga telah menyediakan faktor produksi berupa
peminjaman modal (uang). Adapun sewa dibayarkan untuk persewaan (gedung,
tanah, dll) yang diberikan rumah tangga. Yang terakhir yaitu dividen atau
pembagian laba perusahaan yang diperuntukkan bagi pemilik saham
perusahaan.
Pada pasar modal, perusahaan juga melakukan saving dan investasi untuk
memperoleh imbal hasil berupa bunga maupun dividen.
c) Interaksi pelaku ekonomi pemerintah – rumah tangga
Garis panah ketiga menggambarkan aliran uang/pembayaran mengalir dari
pemerintah kepada sektor rumah tangga. Ada 3 jenis aliran pembayaran (uang)
yang mengalir dari sektor pemerintah kepada sektor rumah tangga yaitu gaji,
bunga dan transfer. Gaji dibayarkan kepada rumah tangga yang bekerja sebagai
pegawai pemerintah. Bunga dibayarkan sebagai balas jasa kepada sektor rumah
tangga yang menyediakan pinjaman dana untuk pemerintah. Contohnya yaitu
surat utang (obligasi) pemerintah. Sedangkan transfer atau subsidi yaitu bantuan
yang diberikan pemerintah kepada rumah tangga.
d) Interaksi pelaku ekonomi rumah tangga – pemerintah
Aktivitas perekonomian sebagaimana tergambar garis aliran no 4 bahwa uang
mengalir dari sektor rumah tangga ke pemerintah. Interaksi ini dapat terjadi
karena sektor rumah tangga memiliki kewajiban membayar pajak kepada
pemerintah. Contoh sektor rumah tangga memiliki kewajiban membayar pajak
penghasilan. Penghasilan didapatkan rumah tangga harus dibayarkan sehingga
uang mengalir dari rumah tangga ke pemerintah
e) Interaksi pelaku ekonomi perusahaan – pemerintah
Aliran uang dapat mengalir dari perusahaan ke pemerintah (no. 5) dalam bentuk
pajak. Pajak yang dapat dikenakan pada perusahaan bermacam-macam
semisalnya pajak penghasilan atau pajak bumi dan bangunan. Sehingga uang
dari sektor perusahaan akan mengalir ke sektor pemerintah.
f) Interaksi pelaku ekonomi pemerintah – perusahaan
Aliran pembayaran sebagaimana ditunjukkan garis no 6 yaitu mengalir dari
sektor pemerintah kepada sektor perusahaan. Aktivitas ini terjadi karena adanya
interaksi pembelian barang atau jasa oleh pemerintah kepada perusahaan.
Pemerintah didalam menjalankan aktivitas pemerintahan sehari-hari
membutuhkan barang dan jasa dari perusahaan. Misalnya, di kantor pemerintah
butuh printer, kertas, pulpen, pensil dan lainnya. Barang-barang tersebut tidak
dapat dihasilkan sendiri oleh pemerintah. Barang-barang tersebut dihasilkan
oleh perusahaan. Oleh sebab itu pemerintah harus membeli barang kepada
perusahaan. Akhirnya, uang mengalir dari sektor pemerintah kepada
perusahaan.
g) Interaksi pelaku ekonomi rumah tangga – luar negeri (internasional)
Pada garis no 7 tergambar interaksi rumah tangga dengan luar negeri berupa
pembayaran impor. Rumah tangga mengkonsumsi barang impor dari luar negeri
dan barang impor tersebut harus dibayar oleh rumah tangga. Hal tersebut yang
dilihat dari garis no 7 yang menunjukkan uang mengalir ke luar negeri sebagai
pembayaran barang atau jasa impor. Sedangkan pada garis no 10, sector rumah
tangga memperoleh transfer payment dari pihak luar negeri dengan adanya jasa
yang dijual ke luar negeri.
h) Interaksi pelaku ekonomi internasional – perusahaan
Interaksi yang tergambar pada garis no 8 bahwa adanya hubungan antara dunia
internasional dengan perusahaan dalam negeri. Panah garis no 8 pada diagram
pelaku ekonomi 4 sektor (circular flow diagram 4 sektor) menunjukkan adanya
aliran uang masuk dari luar negeri ke perusahaan dalam negeri. Pada kondisi ini
perusahaan dalam negeri menjual barangnya ke luar negeri atau melakukan
ekspor. Pihak luar negeri selanjutnya melakukan pembayaran atas barang atau
jasa yang diekspor perusahaan dalam negeri sehingga terjadi aliran uang dari
sektor luar negeri kepada perusahaan dalam negeri. Di sisi lain, panah garis no 9
menunjukkan adanya aliran uang masuk ke luar negeri/internasional dari sector
perusahaan dalam negeri karena perusahaan dalam negeri melakukan impor
atau pembelian barang dari luar negeri.

2. Penjelasan arti persamaan berikut :


a) C = a + b.Yd
Persamaan tersebut merupakan fungsi konsumsi (C) yang menunjukkan
bahwa konsumsi utamanya dipengaruhi oleh disposable income /pendapatan
yang siap dibelanjakan (Yd). Persamaan ini menunjukkan bahwa ketika
pendapatan meningkat, pengeluaran konsumen juga akan meningkat.
Namun, pengeluaran akan meningkat pada tingkat yang lebih rendah
daripada pendapatan. Selain itu, konsumsi juga dipengaruhi oleh
autonomous consumption (a), yaitu angka yang menunjukkan besarnya
pengeluaran konsumsi pada saat pendapatan sama dengan nol/tidak
mempunyai pendapatan dan juga dipengaruhi oleh MPC (b), yaitu angka yang
menunjukkan besarnya tambahan pengeluaran konsumsi karena adanya
tambahan pendapatan.
b) Yd = Y – Tx + Tr
Persamaan tersebut merupakan persamaan disposable income yang
menunjukkan bahwa disposable income (Yd) merupakan pendapatan yang
dikurangi dengan pajak (Tx) dan ditambah dengan Transfer payment /subsidi
yang diberikan oleh pemerintah (Tr). Semakin tinggi tarif pajak yang
dibayarkan, maka semakin rendah disposable income. Sebaliknya, semakin
tinggi nilai transfer payment yang diberikan, maka semakin besar nilai
disposable income.
c) Tx = Txo
Persamaan yang menunjukkan bahwa pajak bersifat fixed/tetap atau
pengaruhnya konstan
d) Tr = Tro
Persamaan yang menunjukkan bahwa transfer payment bersifat fixed/tetap
atau pengaruhnya konstan
e) I = Io
Persamaan yang menunjukkan bahwa investasi bersifat fixed/tetap atau
pengaruhnya konstan
f) G = Go
Persamaan yang menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah bersifat
fixed/tetap atau pengaruhnya konstan
g) X = Xo
Persamaan yang menunjukkan bahwa ekspor bersifat fixed/tetap atau
pengaruhnya konstan
h) M = Mo + m.Y
Persamaan tersebut merupakan fungsi impor yang menunjukkan bahwa
impor berkorelasi dengan pendapatan nasional (Y). Semakin besar
pendapatan nasional suatu negara, semakin besar pula kebutuhan atau
Hasrat akan barang-barang dari luar negeri. M adalah simbol impor, Mo=
Impor tetap, m= marginal propensity to impor ((∆ M / ∆ Y ), Y= Pendapatan
Nasional
i) Y = C + I + G + (X-M)
Persamaan tersebut merupakan fungsi dari Pendapatan Nasional, dimana Y=
Pendapatan Nasional, C= Konsumsi, I= Investasi, G= Pengeluaran
pemerintah, X= Ekspor, M= Impor. Pendapatan Nasional dipengaruhi oleh
beberapa factor, diantaranya Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah,
serta Ekspor dan Impor. Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah, serta
Ekspor memiliki korelasi positif dengan pendapatan nasional sedangkan
Impor berkorelasi negative dengan Pendapatan Nasional.

3. Penyebab dan implikasi pergeseran kurva aggregate demand (AD)


Kurva Permintaan agregat (aggregate demand curve) adalah suatu kurva yang
menjelaskan hubungan antara jumlah output agregat yang diminta oleh suatu
konsumen dengan tingkat harga tertentu ketika semua variabel lainnya dianggap
konstan.

Faktor-faktor yang menyebabkan pergeseran kurva permintaan agregat adalah :


a. Pendapatan disposable (Yd) atau pengeluaran konsumsi (C)
b. Tingkat bunga (i)
c. Kepercayaan dunia bisnis (business confidence) atau investasi (I)
d. Jumlah uang beredar riil (real money supply atau Ms/P)
e. Pengeluaran pemerintah (G)
f. Pajak (T)
g. Pendapatan luar negeri (Yf)
h. Harga luar negeri (Pf)
i. Nilai tukar riil (exchange rate atau ER)

Kenaikan di dalam faktor-faktor Yd, C, I, Ms/P, G, Yf, Pf, dan penurunan di i, T, dan ER
akan membuat kenaikan di dalam kurva permintaan agregat (AD), atau menggeser
kurva permintaan agregat ke kanan. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan di dalam
faktor-faktor Yd, C, I, Ms/P, G, Yf, Pf, dan kenaikan di dalam i, T, dan ER akan
menurunkan AD atau menggeserkan kurva AD ke kiri.

Pergeseran AD ke AD1 terjadi akibat adanya kenaikan di dalam Yd, C, I, G, Yf, Pf, dan
Ms/P, dan penurunan di dalam i, T, dan ER. Sebaliknya, pergeseran dari AD ke AD2
terjadi sebagai akibat dari penurunan di dalam Yd, C, I, G, Ms/P, Yf, dan Pf, dan
kenaikan dari i, T dan ER.

Kiri
Seperti pada tabel diatas maka Implikasi dari pergeseran kurva permintaan agregat
yaitu:

a) Kebijakan Moneter Ekspansioner dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah uang


beredar (Ms) yang nantinya kan membuat Kurva AD bergeser ke kanan.

b) Kebijakan Fiskal Ekspansioner dilakukan dengan cara meningkatkan pengeluaran


pemerintah (G) dan menurunkan pajak (T). Hal ini akan menyebabkan kurva AD
bergeser ke kanan.

c) Kebijakan Moneter Kontraksioner dilakukan dengan cara menurunkan jumlah uang


beredar (Ms) yang nantinya akan membuat Kurva AD bergeser ke kiri.

d) Kebijakan Fiskal Kontraksioner dilakukan dengan cara menurunkan pengeluaran


pemerintah (G) dan menaikkan pajak (T). Ini akan menyebabkan kura AD bergeser
ke kiri.

4. Dalam jangka panjang, faktor terpenting yang menggeser kurva aggregate supply
(AS) adalah pertumbuhan produktivitas. Produktivitas berarti berapa banyak output
yang dapat diproduksi dengan sejumlah input tertentu. Kurva penawaran agregat
akan bergeser ke kanan seiring dengan meningkatnya produktivitas karena
perusahaan dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar pada setiap tingkat
harga. Apabila produktivitas mengalami pertumbuhan, maka jumlah tenaga kerja
yang sama dapat menghasilkan lebih banyak output, sehingga penawaran agregat
juga mengalami kenaikan. Ilustrasinya adalah sebagai berikut :
Kurva AS0 bergeser ke kanan menjadi AS2 disebabkan oleh kenaikan produktivitas.
Pergeseran kurva AS0 ke AS2 menunjukkan output bertambah dan harga turun.

Faktor perubahan harga input juga dapat menggeser kurva penawaran agregat.
Apabila harga-harga faktor produksi seperti bahan baku dan modal mengalami
kenaikan, maka produsen akan menaikkan harga jualnya, sehingga kurva penawaran
agregat pun akan ikut bergeser seperti gambar kurva dibawah ini:

Kurva penawaran agregat bergeser ke kiri dari AS1 ke AS2 karena harga faktor
produksi naik, dan menyebabkan naiknya harga jual sehingga menggeser kurva AS
menjadi AS2.

5. Fase siklus bisnis dapat digambarkan kurva AD-AS. Resesi terjadi sebagai akibat dari
guncangan permintaan atau penawaran negatif, yang menyebabkan tingkat
keseimbangan PDB riil turun secara substansial di bawah PDB potensial. Ketika
secara agregat tingkat konsumsi berkurang, maka output juga akan berkurang. Bila
pergeseran agregat demand ini terus berlanjut dan menyebabkan sektor bisnis
menjadi lemah, maka akan menyebabkan perekonomian mengalami resesi. Seperti
pada kurva dibawah ini. Kurva AD2 bergeser ke kiri yaitu menjadi AD1 karena Y
berkurang dan harga pun turun, sedangkan ekspansi adalah ketika perekonomian
mulai membangun atau menaikkan perekonomiannya. Untuk menaikkan
perekonomian, pemerintah harus menaikkan salah satu faktor di dalam faktor-faktor
Yd, C, I, Ms/P, G, Yf, Pf, dan penurunan di i, T, dan ER akan membuat kenaikan di
dalam kurva permintaan agregat (AD), atau menggeser kurva permintaan agregat ke
kanan. Oleh karena itu, secara keseluruhan dapat menjadikan keadaan ekonomi
ekspansi. Setelah keadaan ekonomi ekspansi lama kelamaan pertumbuhan ekonomi
akan terbentuk seiringnya perubahan kurva aggregat demand yang bergeser ke
kanan.
6. Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan
terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Penyebab inflasi dapat dijelaskan
dengan menggunakan kurva AD-AS seperti gambar berikut.
 Demand Pull Inflation

Demand Pull inflation merupakan inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan
pada permintaan agregat. Dari kurva diatas dapat dijelaskan bahwa, inflasi dapat
terjadi karena adanya kenaikan permintaan terhadap sejumlah barang.
Permintaan masyarakat meningkat secara agregat (Aggregat Demand/AD).
Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena adanya peningkatan belanja
pemerintah, penurunan pajak, peningkatan permintaan barang untuk diekspor,
dan lain-lain. Akan tetapi, naiknya permintaan tidak diikuti dengan naiknya
penawaran (penawaran tetap). Oleh karena itu, terjadi ketidakseimbangan. Agar
terbentuk kurva keseimbangan, maka harga-harga mengalami kenaikan.
Dalam gambar kurva diatas, Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan
permintaan total dari AD1 ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang
tidak dapat dipenuhi oleh penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2
dan output naik menjadi QFE. Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3
menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang output tetap pada QFE. Kenaikan
harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap. Proses kenaikan harga ini akan
berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik (misalnya menjadi AD4).

 Cost Push Inflation


Cost Push Inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan biaya
produksi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam aggregate
supply sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan produksi akan
menaikkan harga dan turunnya produksi. Serikat buruh yang menuntut kenaikan
upah, manajer dalam pasar monopolistis yang dapat menentukan harga (yang
lebih tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis minyak adalah
faktor yang dapat menaikkan biaya produksi, atau terjadi penawaran total
(aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.

Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik karena
berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga
bahan baku untuk industri) akan menggeser kurva penawaran total dari AS1
menjadi AS2. konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi
Q1. Kenaikan harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik
dan produksi turun menjadi Q2.

7. Kurva AD-AS atau permintaan agregat dan penawaran agregat adalah cara untuk
menggambarkan penentuan pendapatan nasional dan perubahan tingkat harga
menjadi dalam bentuk kurva. Kita dapat menggunakan kurva AD-AS untuk
menggambarkan fase siklus bisnis dan bagaimana peristiwa yang berbeda dapat
menyebabkan perubahan dalam dua indikator ekonomi makro yang utama yaitu
PDB riil dan inflasi. Jadi, dengan melihat kurva AD-AS, kita dapat melihat
bagaimana tingkat inflasi dan PDB riil, dan keadaan perekonomian suatu negara
pada periode tahun tertentu. Model penawaran dan permintaan agregat sering
digunakan untuk membantu menganalisis fluktuasi ekonomi.

Fluktuasi dalam keseluruhan perekonomian berasal dari perubahan penawaran


agregat atau permintaan agregat. Para ekonom menyebut perubahan dalam
penawaran dan permintaan agregat ini sebagai guncangan (shock) terhadap
perekonomian. Kerangka kerja penawaran dan permintaan agregat bertujuan
untuk mengevaluasi bagaimana kebijakan makroekonomi dapat menanggapi
guncangan yang terjadi pada penawaran dan permintaan agregat. Para pembuat
kebijakan memiliki dua kelompok besar alternatif kebijakan yang digunakan untuk
mempengaruhi kehidupan ekonomi, yaitu kebijakan moneter yang diatur oleh
bank sentral. Instrumen kebijakan moneter adalah perubahan cadangan uang
yang beredar, perubahan tingkat suku bunga – tingkat diskonto dan pengawasan
terhadap sistem perbankan. Kebijakan fiskal adalah bidang kewenangan parlemen
dan biasanya dibuat oleh lembaga eksekutif. Instrumen kebijaksanaan fiskal
adalah tarif pajak dan besarnya tingkat pengeluaran pemerintah. Dalam kondisi
perekonomian yang lesu, pengeluaran pemerintah dapat memberi stimulasi
kepada perekonomian untuk bertumbuh melalui kebijakan fiskal yang ekspansif
melalui peningkatan pengeluaran pemerintah (G) atau pengurangan tarif pajak (T)
untuk meningkatkan permintaan agregat (AD) di dalam perekonomian
menyebabkan pendapatan naik yang akan mengurangi pengangguran. Guncangan
yang mempengaruhi komponen permintaan agregat dapat berasal dari variabel
moneter domestik maupun luar negeri. Variabel moneter tersebut antara lain
berupa jumlah uang beredar, suku bunga, inflasi maupun nilai tukar.

Internal Monetary Shock atau guncangan pada variabel moneter domestik


tersebut bisa berupa adanya perubahan kebijakan oleh otoritas moneter, seperti
kebijakan moneter ekspansif atau kontraktif, yang dapat berpengaruh terhadap
timbulnya money supply shock dan interest rate shock. Selain itu adanya inflation
shock, turut berpengaruh terhadap penerapan kebijakan moneter yang diambil,
yaitu apakah bank sentral menerapkan kebijakan moneter ekspansif atau
kontraktif. Selanjutnya, tingginya tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap
kenaikan output. Hal ini karena inflasi berpengaruh terhadap keputusan konsumsi
masyarakat, pemerintah maupun bisnis. Dimana konsumsi adalah salah satu
komponen penyusun permintaan agregat. Sehingga bila inflasi naik, maka akan
menurunkan daya beli masyarakat. Ketika secara agregat tingkat konsumsi
berkurang, maka output juga akan berkurang. Bila pergeseran agregat demand ini
terus berlanjut dan menyebabkan sektor bisnis menjadi lemah, maka akan
menyebabkan perekonomian mengalami resesi. Dan tentunya akan
memperngaruhi nilai tukar. Adanya guncangan pada nilai tukar bisa disebabkan
oleh pertumbuhan jumlah uang beredar yang tinggi sehingga menyebabkan
inflasi, konsekuensi dari inflasi yang tinggi adalah mata uang akan mengalami
depresiasi (Mankiw, 2003:132).

Anda mungkin juga menyukai