Anda di halaman 1dari 7

Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000 (to be inserted by publisher)

EQUILIBRIUM JOURNAL OF
CHEMICAL ENGINEERING
Homepage:https://jurnal.uns.ac.id/
equilibrium

EFEKTIVITAS ARANG AKTIF KULIT BUAH DURIAN YANG


DIAKTIVASI DENGAN ASAM FOSFAT (H3PO4) UNTUK
ADSORPSI ION Fe3+ SECARA SISTEM KOLOM
Hastami Murdiningsih*, Sri Maharani, Jusnaeni, Nur Madina
Program Studi D-4 Teknologi Rekayasa Kimia Berkelanjutan, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar,
Indonesia 90245
*
Corresponding author: hastamimurdiningsih@gmail.com
DOI:

Article History
Received: DD-MM-YYYY, Accepted: DD-MM-YYYY, Published: DD-MM-YYYY

Kata kunci: ABSTRAK. Penelitian ini mendeskripsikan kulit buah durian sebagai bahan alternatif baru
pembuatan arang aktif, serta mengidentifikasi kapasitas adsorpsinya menggunakan sistem kolom.
adsorpsi, arang Kulit buah durian mengalami proses pemanasan hingga menjadi arang, dilanjutkan dengan proses
aktif, kulit buah aktivasi kimia menggunakan larutan H3PO4 5%. Produk arang aktif dianalisis kondisi adsorpsi
durian, sistem optimumnya menggunakan sistem kolom dengan variasi massa arang aktif dan laju alir. Selanjutnya
kolom, Fe3+ . pada kondisi optimal dilakukan pengujian kapasitas adsorpsi arang aktif terhadap ion Fe3+.
Konsentrasi ion Fe3+ sebelum dan sesudah adsorpsi dideteksi menggunakan spektrofotometer UV-
vis dengan menambahkan pereaksi tiosinat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak
massa adsorben yang digunakan maka efisiensi adsorpsinya semakin baik. Efisiensi adsorpsi arang
aktif tertinggi diperoleh sebesar 91,97% pada massa 0,7 g. Sebaliknya, dengan menurunnya laju
aliran, efisiensi adsorpsi meningkat. Efisiensi adsorpsi tertinggi diperoleh sebesar 70,06% pada laju
alir 0,16 mL/menit. Berdasarkan kondisi optimum tersebut, kapasitas adsorpsi adsorben untuk
menghilangkan ion Fe3+ dapat ditentukan sebesar 9 mg/g. Reaksi kimia adsorpsi ini mengikuti
persamaan Langmuir dengan kapasitas adsorpsi sebesar 35,97 mg/g dan konstanta sebesar 0,02.

Keywords: ABSTRACT. This research describes durian fruit peel as a new alternative material for making
activated charcoal, as well as identifying its adsorption capacity using a column system. Durian fruit
adsorption,
skin undergoes a heating process until it becomes charcoal, followed by a chemical activation
activated charcoal,
process using a 5% H3PO4 solution. The product of activated charcoal is analyzed for optimum
durian fruit peel,
adsorption conditions using a column system with variations of the mass of activated charcoal and
column system,
flow rate. Next, under optimal conditions, the adsorption capacity of activated charcoal on Fe3+
Fe3+.
ions was tested. The concentration of Fe3+ ions before and after adsorption were detected using a
UV-vis spectrophotometer by adding thiosinate reagent. The results of this research show that the
more adsorbent mass used, the better the adsorption efficiency. The highest adsorption efficiency of
activated charcoal found was 91.97% at a mass of 0.7 g. In the other hand, as the flow rate
decreasing, the adsorption efficiency increasing. The highest adsorption efficiency was found
70.06% at flow rate of 0.16 mL/minute. Based on these optimum conditions, the adsorption capacity
of the adsorbent for removal of Fe3+ ions can be determined to be 9 mg/g. The Chemical reaction
of this adsorption follows the Langmuir equation with an adsorption capacity of 35.97 mg/g and a
constant of 0.02.

1. PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-
sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran yang
mengakibatkan turunnya kualitas air dapat berasal dari limbah seperti limbah industri, limbah peternakan, limbah
rumah sakit, limbah domestik, dan lain sebagainya. Air buangan atau limbah cair yang berasal dari kegiatan
industri merupakan penyebab utama pencemaran. Berbagai polutan telah dilaporkan sebagai bahan berbahaya,
salah satu diantaranya adalah logam berat [1].
Logam berat adalah unsur-unsur yang umumnya digunakan dalam industri, bersifat toksik bagi makhluk
hidup dalam proses aerobik maupun anaerobik. Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat

1
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

dibagi dalam dua jenis yaitu logam berat esensial, dan logam berat non esensial. Logam berat esensial, dimana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebihan
dapat menimbulkan efek racun, contohnya yaitu Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Sedangkan logam
berat non esensial atau beracun dimana keberadaannya dalam tubuh belum diketahui manfaatnya atau bahkan
bersifat racun seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain sebagainya.
Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan, karena dapat mengendap pada dasar perairan dan
terakumulasi dalam organisme air. Logam berat dapat mengendap di perairan dan menyerap masuk kedalam
tanah sehingga menyebabkan pencemaran tanah dan pencemaran air tanah. Logam berat juga dapat
menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia, tergantung pada bagian mana logam berat terikat pada
tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja enzim sehingga
mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, karsinogen bagi manusia atau hewan
[2].
Pengurangan dampak negatif yang ditimbulkan oleh pencemaran air limbah diperlukan pengolahan limbah
sebelum dibuang ke lingkungan agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan dan makhluk hidup. Ada
beberapa metode untuk menghilangkan logam berat dalam air limbah, salah satunya yaitu dengan proses
adsorpsi. Adsorpsi adalah proses fisik atau kimia dimana senyawa berakumulasi di permukaan (Interface) antar
dua fase. Interface merupakan suatu lapisan yang homogen antara dua permukaan yang saling berkontak.
Substansi yang diserap disebut adsorbat, sedangkan material yang berfungsi sebagai penyerap disebut
adsorben. Logam berat yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah logam besi (Fe). Logam Fe hanya
dibutuhkan <100 mg/hari bagi tubuh manusia yang apabila melebihi dan terakumulasi di oragn tubuh akan
menimbulkan penyakit hemokromatosis. Keberadaan logam Fe yang banyak dalam tubuh manusia merupakan
bencana bagi individu yang terkena, sehingga keberadaannya dalam limbah cair sangat perlu dilakukan
pemantauan bahkan kandungannya dalam limbah cair harus dihilangkan sebelum limbah tersebut dilepaskan ke
badan air agar tidak merugikan lingkungan dan organisme yang hidup di sekitarnya.
Durian merupakan buah yang memiliki seluruh bagian yang dapat dimanfaatkan baik biji serta kulitnya.
Kulit buah durian dapat diolah serta dimanfaatkan menjadi suatu bahan yang memiliki tingkat ekonomi yang
tinggi. Kulit buah durian bisa diolah sebagai arang bahan bakar maupun dapat dijadikan sebagai adsorben
dalam pengolahan air. Kandungan yang terdapat dalam kulit buah durian terdiri dari carboxy methyl cellulose
sebesar 50-60% dan lignin sebesar 5%. Kandungan selulosa berfungsi untuk mengikat Logam berat misalnya
Mn dan Fe, selain itu, kulit buah durian memiliki kandungan pati yaitu sebesar 5% yang menyebabkan
kandungan karbon yang dihasilkan dari kulit buah durian cukup dikategorikan tinggi yaitu sebesar 80-85% [3].
Penelitian kali ini bermaksud untuk lebih mengembangkan variasi yang dilakukan, yaitu dengan
memvariasikan massa arang aktif serta variasi laju alir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar efektivitas karbon aktif dari kulit buah durian ini dalam mengadsorpsi logam berat dengan variasi tersebut
dengan harapan penelitian ini akan menemukan hasil dan solusi yang tepat terhadap kasus-kasus pencemaran
logam berat yang sering terjadi dan juga menemukan manfaat yang lebih efisien dari limbah kulit buah durian.

2. BAHAN DAN METODE


2.1 Bahan
Bahan yang digunakan adalah kulit buah durian, FeCl3 (p.a Merck), H3PO4 5 %, KSCN (p.a Merck), asam
nitrat (HNO3) 65%, dan aquades. Bahan-bahan kimia yang digunakan memiliki tingkat kemurnian analisis dan
tidak dilakukan pemurnian lebih lanjut

2.2 Alat
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: Spektrofotometer UV-Vis, kolom
berdiameter 1,5 cm panjang 1 m, timbangan analitik, pH meter, dan peralatan gelas kimia.

2.3 Cara Kerja


2.3.1 Refluks Arang Aktif dari Kulit Buah Durian
Paragraf Kulit buah durian dibersihkan durinya, kemudian dipotong kecil-kecil lalu dikeringkan di bawah
sinar matahari hingga kering. Selanjutnya, kulit yang sudah kering diarangkan dengan tungku pengarangan

Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-3430


Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

pada suhu 500 oC selama 45 menit. Setelah itu arang dihaluskan dan diayak pada 60 mesh. Arang yang lolos
ayakan kemudian diaktivasi kimia dengan menggunakan larutan H3PO4 5 % [9].

2.3.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Fe(III)-Tiosianat


Larutan standar ion Fe3+ 274 mg/L sebanyak 2,0 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan
1,5 mL larutan KSCN 1000 ppm, ditambahkan 1 tetes HNO3 65% sehingga pH ~2 dan ditambahkan aquades
hingga batas. Larutan campuran dikocok dan didiamkan selama 15 menit dan diukur absorbansi pada panjang
gelombang 400 nm-700 nm.

2.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Fe3+-Tiosianat


Sebanyak 5 mL larutan standar ion Fe3+ 274 mg/L dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, kemudian
ditambah 1,5 mL larutan KSCN 1000 ppm dan 1 tetes HNO3 65% sehingga pH 2 dan ditambah aquades hingga
batas. Campuran dikocok dan didiamkan selama 15 menit kemudian diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 460 nm menggunakan Spektrofotometer visibel. Prosedur di atas diulang dengan volume larutan
standar ion Fe3+ sebanyak 10 mL, 15 mL, 20 mL, dan 25 mL. Selanjutnya, dibuat kurva kalibrasi antara nilai
absorbansi (y) dan konsentrasi (x).

2.3.4 Identifikasi Pengaruh Massa Adsorben terhadap Efisiensi Adsorpsi Arang Aktif pada Ion Fe3+
Sebanyak 0,3 g arang aktif yang telah diaktivasi dimasukkan ke dalam gelas beker. Larutan diaduk dan
dimasukkan ke dalam kolom yang telah diisi spons pada bagian dasar. Selanjutnya 25 mL larutan ion Fe3+
dengan konsentrasi 274 mg/L dimasukkan ke dalam kolom dengan laju alir 0,2 mL/menit. Filtrat yang keluar
kolom direaksikan dengan pengompleks tiosianat dan dianalisis dengan spektrofotometer UV-vis pada λmaks
460 nm. Konsentrasi ion Fe3+ dalam filtrat dihitung menggunakan kurva kalibrasi. Langkah tersebut diulang
untuk massa adsorben sebanyak 0,4 g, 0,5 g, 0,6 g, dan 0,7 g.

2.3.5 Identifikasi Pengaruh Laju Alir terhadap Efisiensi Adsorpsi Arang Aktif pada Ion Fe3+
Sebanyak 0,7 g arang aktif teraktivasi H3PO4 5 % dimasukkan ke dalam gelas beker. Kemudian larutan
diaduk dan dimasukkan ke dalam kolom yang telah terisi spons pada bagian dasar. Selanjutnya larutan ion
Fe3+ dengan konsentrasi 334 mg/L sebanyak 50 mL dialirkan ke dalam kolom dan diinteraksikan dengan
arang aktif. Larutan yang dialirkan keluar dari kolom diatur menggunakan keran kolom. Laju alir diatur
sebesar 0,2 mL/menit dengan 0,16 mL/menit. Setelah interaksi, filtrat ditampung dan direaksikan dengan
pengompleks tiosinat kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada λmaks 460 nm.

2.4 Penentuan Nilai Efisiensi Adsorpsi dan Daya Adsorpsi


Efisiensi adsorpsi dihitung menggunakan rumus:

%Ep = (1)
Dimana, C0 merupakan konsentrasi ion logam mula-mula (mg/L) dan Ca merupakan konsentrasi ion logam
setelah proses adsorpsi (mg/L). Daya adsorpsi dihitung dengan menggunakan rumus:

q= (2)

Dimana, q = daya adsorpsi maksimum (mg/g); V = volume larutan (L); C0 = konsentrasi ion logam awal
(mg/L); Ca = konsentrasi ion logam setelah proses adsorpsi (mg/L).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Arang aktif telah dikenal secara meluas sebagai bahan penjerap yang baik karena mempunyai kapasitas
adsorpsi yang tinggi. Jenis aktivator, kondisi aktivasi dan waktu dari proses aktivasi mempengaruhi sifat fisik
dari arang aktif [4]. Karakteristik arang aktif hasil penelitian ini memiliki kadar air dan daya adsorpsi terhadap
iodium yang sudah memenuhi SNI No.06- 3730-1995 [5]. pembentukan senyawa kompleks Fe-tiosianat
ditambahkan larutan HNO3 65% sebanyak 1 tetes. Hal ini berfungsi untuk menjaga kestabilan senyawa

3
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

kompleks [Fe(SCN)6]3- agar tetap pada kondisi optimum (suasana asam). Larutan kompleks [Fe(SCN)6]3-
relatif stabil pada pH 2 dan waktu optimum untuk pencampuran larutan ion Fe3+ dengan tiosianat adalah 15
menit [6,7]. Reaksi yang terjadi pada pembentukan kompleks Fe3+- tiosianat adalah sebagai berikut.
Fe3+ (aq) + 6SCN-(aq) [Fe(SCN)6]3- (aq)
Data efisiensi adsorpsi ion logam Fe3+ terhadap varisasi massa adsorben dapat diamati pada Tabel 1
sehingga dapat dibuat kurva hubungan antara efisiensi adsorpsi dengan massa adsorben seperti yang
ditunjukkan Gambar 1.

Tabel 1. Data perhitungan efisiensi adsorpsi ion logam Fe3+ terhadap variasi massa adsorben
Massa Konsentrasi awal Konsentrasi akhir Konsentrasi yang Effisiensi adsorpsi
(gr) (mg/L) (mg/L) diadsorpsi (mg/L) (%)
0.3 274 236.67 37.33 13.63
0.4 274 231.33 42.67 15.57
0.5 274 220.00 54.00 19.71
0.6 274 120.67 153.33 55.96
0.7 274 22.00 252.00 91.97

Gambar 1. Kurva hubungan efisiensi adsorpsi ion logam Fe3+


dengan massa adsorben (gr)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dinyatakan bahwa pada rentang massa adsorben 0,3 g sampai 0,7 gr,
semakin besar massa adsorben arang aktif, efisiensi adsorpsi semakin tinggi. Nilai efisiensi adsorpsi terbesar
pada massa adsorben 0,7 gr yaitu sebesar 91,97% dengan konsentrasi yang terjerap sebanyak 252 mg/L.
Nilai efisiensi adsorpsi terkecil pada massa adsorben 0,3 gr yaitu sebesar 13,63% dengan konsentrasi yang
terjerap sebanyak 37,33 mg/L. Pengaruh massa adsorben terhadap ion Fe3+ menunjukkan semakin besar
massa adsorben arang aktif, efisiensi adsorpsi semakin tinggi. Berdasarkan nilai tersebut, massa sebanyak 0,7
gr dinyatakan sebagai massa optimum. Pertambahan massa adsorben akan menyediakan pori adsorben yang
banyak sehingga semakin banyak ion-ion logam yang teradsorp.
Selain itu, bertambahnya massa adsorben akan meningkatkan panjang kolom atau panjang lintasan yang
dilalui ion logam sehingga mempengaruhi laju alir larutan ion di dalam kolom menjadi lebih lambat,
akibatny, waktu kontak antara adsorben dan analit menjadi lebih lama sehingga potensi analit teradsorp
adsorben juga akan meningkat. Rentang waktu adsorpsi ion Fe3+ melalui kolom yang berisi adsorben dengan
massa 0,3-0,7 gr sebesar 60-80 menit. Akan tetapi, pelipatgandaan massa adsorben tidak dapat meningkatkan
efisiensi adsorpsi hingga 100%. Hal ini dimungkinkan karena interaksi atau kontak antar molekul dengan
adsorben masih belum sempurna.
Pada penelitian ini dilakukan dua variasi laju alir yaitu sebesar 0,2 mL/menit dengan 0,16 mL/menit.
Laju alir adalah kecepatan keluarnya larutan ion logam yang telah mengalami kontak dengan arang aktif
yang terdapat dalam kolom. Perlakuan variasi laju alir ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh laju alir
terhadap efisiensi adsorpsi arang aktif secara kolom.

Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-3430


Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

Proses adsorpsi arang aktif terhadap ion-ion logam dilakukan menggunakan kolom. Kolom yang
digunakan pada penelitian ini berdiameter 1,5 cm dengan panjang 1 m. Arang aktif dimasukkan ke dalam
kolom, kemudian dialirkan larutan ion logam ke dalamnya. Laju alir diatur menggunakan keran kolom.
Larutan yang telah melalui kolom (effluent) ditampung dan dicatat waktunya secara berkala untuk selanjutnya
dianalisa menggunakan spektrofotometri visibel pada panjang gelombang maksimum 460 nm. Data efisiensi
adsorpsi ion Fe3+ dengan variasi laju alir ditunjukkan Tabel 2.

Tabel 2. Data efisiensi adsorpsi ion Fe3+ dengan variasi laju alir
Mass Laju Alir Konsentrasi Konsentras Konsentrasi Efisiensi
a (gr) (mL/menit) Awal i Akhir Diadsorpsi Adsorpsi
(mg/L) (mg/L) (mg/L) (%)
0.2 334 189.33 144.67 43.31
0.7
0.16 334 100.00 234.00 70.06

Analisis efisiensi adsorpsi ion Fe3+ pada laju alir 0,2 mL/menit menghasilkan efisiensi adsorpsi sebesar
43,31%, sedangkan pada laju alir 0,16 mL/menit menghasilkan efisiensi adsorpsi sebesar 70,06%. Berdasarkan
data tersebut dapat dinyatakan, semakin kecil laju alir yang keluar dari kolom, semakin besar efisiensi adsorpsi
yang didapatkan. Hal ini dimungkinkan semakin lambat laju alir, waktu kontak antar analit semakin lama,
sehingga semakin banyaknya peluang analit terjebak di dalam rongga arang aktif [8]. Demikian, laju alir
optimum larutan ion Fe3+ terjadi pada laju alir 0,16 mL/menit dengan nilai efisiensi adsorpsi sebesar 70,06%.
Berdasarkan variasi massa yang digunakan dapat ditentukan daya adsorpsi arang aktif (Tabel 3).
Selanjutnya dapat dibuat kurva hubungan daya adsorpsi dengan massa adsorben seperti yang dapat diamati
pada Gambar 2.

Tabel 3. Identifikasi daya adsorpsi arang aktif kulit buah durian terhadap Ion Fe3+
Massa (gr) Konsentrasi yang Daya Adsorpsi
diadsoprsi (mg/L) (mg/gr)
0.3 37.33 3.11
0.4 42.67 2.67
0.5 54.00 2.70
0.6 153.33 6.39
0.7 252.00 9.00

Gambar 2. Kurva hubungan daya adsorpsi ion Fe3+ dengan


massa adsorben

Berdasarkan Gambar 2 dapat dinyatakan bahwa semakin banyak massa adsorben yang digunakan, daya
adsorpsi yang diperoleh semakin besar. Nilai daya adsorpsi adsorben terhadap Fe 3+ terbesar pada massa 0,7 gr
sebesar 9 mg/g, sedangkan daya adsorpsi terkecil pada massa 0,4 gr sebesar 2,67 mg/g.
Arang dengan variasi massa yang berbeda tidak akan memiliki pola isoterm adsorpsi yang sama.
Walaupun memiliki pola isoterm yang sama, bukan berarti arang tersebut juga memiliki kapasitas (daya)
adsorpsi yang sama. Pada percobaan ini dilakukan proses adsorpsi dengan mengontakkan beberapa variasi
massa arang aktif yaitu 0,3 g; 0,4 g; 0,5 g; 0,6 g; dan 0,7 g dengan sampel larutan simulasi. Berdasarkan
5
Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

variasi massa yang digunakan dapat ditentukan model kinetika adsorpsinya (Tabel 4). Selanjutnya dapat dibuat
kurva hubungan antara Ce/Q dengan Ce (persamaan langmuir), kemudian kurva hubungan antara log Q
dengan Log Ce seperti yang dapat diamati pada Gambar 3 dan 4.

Tabel 4. Data Penentuan Kinetika Adsorpsi


Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
Massa
awal (C) akhir (Ce) diadsopsi Q (x/m) Log Q Ce Q Log Ce
(gr)
(mg/L) (mg/L) (x)(mg/L)
0.3 274 236.67 37.33 37.33 1.57 6.34 2.37
0.4 274 231.33 42.67 42.67 1.63 5.42 2.36
0.5 274 220.00 54.00 54.00 1.73 2.07 2.34
0.6 274 120.67 153.33 153.33 2.19 0.79 2.08
0.7 274 22.00 252.00 252.00 2.40 0.09 1.34

Gambar 3. Kurva Hubungan Antara Ce/Q dengan Ce

Gambar 4. Kurva Hubungan Antara Log Q dengan Log Ce

Mengikuti persamaan langmuir, adapun persamaannya:


Ce 1 1
y = 0.0278x – 1.2746 ~ = + Ce
Q K .b b
sehingga,
1 1
=¿0.0278 = 1.2746
b Kb
1 1
b= K=
0.0278 1.2746 X 35.97
= 35,97 mg/g = 0.02
Hasil yang didapatkan, yaitu nilai R 2 lebih baik ditunjukkan oleh kurva persamaan Langmuir (0,872)
sehingga dapat disimpulkan bahwa kinetika adsorpsi menggunakan variasi massa arang aktif mengikuti

Equilibrium Journal of Chemical Engineering, e-ISSN 2622-3430


Last name of rirst author / Equilibrium Journal of Chemical Engineering 0(0) (2024) 000–000

persamaan Langmuir. Dari persamaan yang didapatkan, daya adsorpsi maksimum dan konstanta
kesetimbangannya dihitung dan didapatkan daya adsorbsinya sebesar 35.97 mg/g dan konstantanya adalah 0,02.

4. KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan semakin besar massa adsorban yang digunakan
menghasilkan efisiensi adsopsi yang besar, sedangkan penggunaan laju alir yang lebih kecil mengahasilkan
efisiensi adsorpsi lebih tinggi. Hasil adsorpsi variasi massa arang dalam penentuan kinetika adsorpsi persamaan
Langmuir menghasilkan nilai konstanta 0,02 lebih baik dibanding persamaan Freundlich.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada Direktur Politeknik Negeri Ujung Pandang, Ketua Jurusan Teknik Kimia,
Koordinator Program Studi D-4 Teknologi Rekayasa Kimia Berkelanjutan, Pembimbing penelitian, Pranata
Laboratorium Pendidikan (PLP) yang telah membantu penelitian ini.

PUSTAKA
[1] Hasrianti. 2012. Adsorpsi Ion Cd2+ Dan Cr6+ Pada Limbah Cair Menggunakan Kulit Singkong. Thesis.
Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
[2] Apriliani Ade. 2010. Pemanfaatan Arang Ampas Tebu Sebagai Adsorben Ion Logam Cd, Cr, Cu dan Pb
dalam Air Limbah. Skripsi. Program Studi Kimia Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
[3] Sanjaya, A., Sultan, N., & Kasim, S. (2020). Skripsi Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Okra ( Abelmoschus
Esculentus ) Dengan Pemberian Kompos Kulit Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Okra (Abelmoschus
Esculentus) Dengan Pemberian Kompos Kulit. Jurnal Artikel, 1–113.
[4] Yacob, A. R., Majid, Z. A., Sari, R., & Dasril, D. (2008). Comparison of various sources of high surface
area carbon prepared by different types of activation. The Malaysian. Journal of Analytical Sciences, 12(1),
264-271.
[5] Kristianingrum, S., Siswani, E. D., & Fillaeli, A. (2019). Identification of activated NaOH carbon of
synthesis of sea pandanus leaves (P. odorifer) for Fe3+ and Cu2+ ions adsorption. In Journal of Physics:
Conference Series (Vol. 1156, No. 1, p. 012005). IOP Publishing.
[6] Nashukha, H. L., Sulistyarti, H., & Sabarudin, A. (2014). Uji linieritas, selektivitas, dan validitas metode
analisis merkuri (ii) secara spektrofotometri berdasarkan penurunan absorbansi kompleks besi (iii) tiosianat.
Jurnal Ilmu Kimia Universitas Brawijaya, 2(2), pp-492.
[7] Indrianti, N. (2014). Optimasi Pengukuran besi dengan pereaksi tiosianat dan 1, 10- fenantrolin serta
gangguan beberapa ion secara spektrofotometri sinar tampak. Kimia Student Journal, 7(2), 55-60.
[8] Rahman, A., & Hartono, B. (2004). Penyaringan air tanah dengan zeolit alami untuk menurunkan kadar
besi dan mangan. Makara Kesehatan, 8(1), 1-6.
[9] Azis, Abdul, dkk. (2022). Karkaterisasi dan Penentuan Luas Permukaan Arang Aktif Kayu Mahoni Hasil
Sonikasi dalam Larutan Asam Fosfat. Prosiding ke 6 th Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Anda mungkin juga menyukai