Anda di halaman 1dari 9

Edu Geography 5 (3) (2017)

Edu Geography

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo

Pelaksanaan Program Siaga Bencana Di Sekolah Menengah Pertama Pada


Kawasan Rawan Bencana

Akhmad Ervin F  , Apik Budi Santoso, Juhadi

Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga sekolah, kebijakan sekolah,
Diterima September 2017 perencanaan kesiapsiagaan warga sekolah, dan mobilisasi sumberdaya sekolah dalam Pelaksanaan
Disetujui Oktober 2017 program sekolah siaga bencana. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Cangkringan Kecamatan
Dipublikasikan Cangkringan Kabupaten Sleman. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes,
November 2017 wawancara, kuesioner, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis menggunakan deskriptif
________________ kuantitatif. Hasil Penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan tentang bencana dalam upaya
Keywords: menghadapi bencana erupsi gunung merapi termasuk sangat baik, kebijakan sekolah yang
Implementation, Disaster mendukung program sekolah siaga bencana termasuk kurang baik dengan sub variabel yang
preparedness school prgram, terpenihi 40 %, perencanaan kesiapsiagaan warga sekolah dalam upaya pengurangan dan
volcano eruption menghadapi risiko erupsi gunung merapi termasuk baik dengan sub variabel yang terpenuhi 88,89%
____________________ dan mobilisasi sumberdaya sekolah dalam upaya pengurangan risiko bencana erupsi gunung merapi
termasuk baik dengan sub variabel yang terpenuhi 85,71%.

Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of research to know the level of knowledge of school residents, school policy, planning school
community preparedness, and mobilization of school resources in the implementation of standby school programs
disaster. This research was conducted in SMP Negeri 2 Cangkringan Subdistrict Cangkringan Sleman. Data
collection techniques used were tests, interviews, questionnaires, observations, and documentation. The analysis
technique uses quantitative descriptive. The research results show the level of knowledge about disaster in the
effort to face the eruption of Mount Merapi incident is very good, the school policy supporting disaster
preparedness school programs including unfavorable sub-variables with 40% disruption, planning of school
community preparedness in reducing and facing the risk of eruption of the mountain merapi including good with
sub variable which fulfilled 88,89% and mobilization of school resources within disaster risk reduction efforts
eruption of Mount Merapi including good with sub variable that fulfilled 85.71%.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6684
Gedung C1 Lantai 2 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com

86
Akhmad Ervin F, dkk / Edu Geography 5 (3) (2017)

PENDAHULUAN pengurangan risiko bencana dari bahaya erupsi


gunung merapi, (2) Untuk mengetahui kebijakan
Sejarah mencatat erupsi terbesar Gunung sekolah yang mendukung program sekolah siaga
Merapi terjadi pada tahun 1872, erupsi tersebut bencana di SMP N 2 Cangkringan, (3) Untuk
berlangsung 120 jam tanpa jeda. Awan panas dan mengetahui perencanaan kesiapsiagaan warga
material jatuh memusnahkan seluruh sekolah dalam upaya pengurangan risiko
pemukiman yang berada di ketinggian diatas bencana dari bahaya erupsi gunung merapi, (4)
1000 mdpl. Untuk mengetahui mobilisasi sumberdaya
Erupsi Gunung Merapi besar kembali sekolah dalam upaya pengurangan risiko
terulang pada tahun 2010. Pada saat itu, dampak bencana dari bahaya erupsi gunung merapi.
dari letusan Merapi sangat besar. Aliran awan Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat
panas menyapu daerah yang berada di lereng diketahui kesiapsiagaan warga sekolah dalam
Gunung Merapi, Sapuan awan panas tersebut upaya menghadapi dan pengurangan risiko
juga menimbulkan korban baik meninggal bencana Erupsi Gunung Merapi, sehingga
ataupun luka-luka. nantinya dapat digunakan untuk referensi bagi
Erupsi pada tahun 2010 menyebabkan sekolah-sekolah lain yang berada di daerah
banyak korban jiwa dan merusak aset rawan bencana untuk melakukan upaya yang
pembangunan yang ada, baik yang diakibatkan sama agar terhindar dari dampak bahaya yang
erupsi maupun dari bencana ikutan Erupsi selama ini mengancam
Gunung Merapi. Upaya selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah bagaimana kita melakukan METODE
kesiapsiagaan menghadapi bencana karena
potensi bencana tetep terjadi di wilayah yang Penelitian ini merupakan penelitian
sebelumnya terdampak erupsi. deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang
Sekolah siaga bencana merupakan upaya melakukan analisis hanya sampai pada taraf
yang dapat dilakukan untuk menghadapi potensi deskripsi, fakta dianalisis dan disajikan secara
bencana yang mungkin terjadi. Sekolah siaga sistematik sehingga dapat lebih mudah difahami
bencana bertujuan untuk membangun budaya dan disimpulkan.
siaga dan budaya aman di sekolah serta Populasi dalam penelitian ini adalah
membangun ketahanan dalam menghadapi seluruh warga sekolah SMP N 2 Cangkringan
bencana oleh warga sekolah (Konsorsium yang terdiri dari kepala sekolah, guru, karyawan
Pendidikan Bencana, 2011:8). dan siswa. Berdasarkan data sekolah jumlah
SMP N 2 Cangkringan berada di Kawasan warga sekolah tahun ajaran 2015/2016 adalah
Rawan Bencana (KRB) Gunung Merapi yang 299 orang, dengan rincian 267 siswa, 23 orang
memiliki potensi terkena dampak dari bencana guru dan 9 orang karyawan.
erupsi gunung merapi yang diperkirakan masih Teknik Pengambilan sampel pada
mungkin terjadi. penelitian ini adalah proportionate stratified random
Memandang potensi bencana diatas maka sampling. Perhitungan ukuran sampel
diperlukan upaya kesiapsiagaan, peringatan dini, mengunakan rumus Slovin. Perhitungan jumlah
dan mitigasi bencana. BPBD bekerjasama sampel diambil dari masing- masing strata,
dengan Pemerintah Kabupaten Sleman dan dengan diketahui jumlah sampel adalah 75
stakeholder yang lain menyusun dokumen orang. Proporsi sampel untuk setiap starata =
Rencana Kontinjensi Bencana Sekolah SMP 75/299= 0,25. Kemudian jumlah populasi pada
Negeri 2 Cangkringan Sleman untuk menghadapi setiap strata dikalikan proporsi sampel pada
bencana Erupsi Gunung Merapi. setiap strata dengan hasil rincian sampel siswa
Tujuan penelitian ini yaitu: (1) sebanyak 67 orang, guru sebanyak 6 orang dan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan karyawan sebanyak 2 orang.
warga sekolah tentang bencana dan upaya

87
Akhmad Ervin F, dkk / Edu Geography 5 (3) (2017)

Teknik Pengumpulan data yang bencana dan upaya pengurangan risiko bencana
digunakan yaitu tes pengetahuan, kuesioner, erupsi gunung merapi sebagai berikut 61,19%
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis siswa pengetahuan sangat baik, 25,37% siswa
data mengunakan analisis deskriptif kuantitatif. berpengetahuan baik 13,44% siswa
berpengetahuan kurang baik dengan rata-rata
HASIL DAN PEMBAHASAN pencapaian 63,88% dan seluruh guru dan
karyawan berpengetahuan sangat baik dengan
Wilayah penelitian berada di Kecamatan rata-rata pencapaian 87%.
Cangkringan Kabupatan Sleman. Objek yang
diteliti dalam penelitian ini adalah SMP N 2 Kebijakan Sekolah yang Mendukung Program
Cangkringan merupakan sekolah yang sudah Sekolah Siaga Bencana
menjalankan program sekolah siaga bencana. Kebijakan sekolah adalah keputusan yang
SMP N 2 Cangkringan menjadi sekolah siaga dibuat secara formal mengenai hal-hal yang perlu
bencana sudah 4 tahun yang mulai tetapkan pada didukung dalam pelaksanaan pengurangan risiko
tahun 2013. SMP N 2 Cangringan secara bencana (PRB) di sekolah, baik secara khusus
administratif berada di Dusun Pagerjurang dalam maupun terpadu. Keputusan tersebut bersifat
wilayah Desa Kepuharjo Kecamatan mengikat, namun setiap kebijakan yang dibuat
Cangkringan Kabupaten Sleman. SMP Negeri 2 memiliki tujuan yang baik bagi seluruh warga
Cangkringan merupakan salah satu sekolah yang sekolah. Kebijakan sekolah diukur dengan
terpapar bencana erupsi Gunung Merapi dengan mengajukan pertanyaan seputar kebijakan yang
katagori rusak sedang. Lokasi sekolah berada di sudah berlaku dan yang mendukung PRB di
kawasan rawan bencana II Erupsi Gunung sekolah, yaitu meliputi (1) pernyataan visi, misi,
Merapi dan berada di saping kanan dan kiri dan tujuan sekolah, (2) kebijakan sekolah yang
Sungai Boyong dan Gendo dimana sengai memuat dan mendukung upaya PRB (3)
tersebut dilalui lahar. dokumen persyaratan konstruksi bangunan, (4)
media informasi kebencanaan, dan (5)
Tingkat Pengetahuan Warga sekolah tentang keikutsertaan warga sekolah dalam kegiatan
Bencana dan Upaya Pengurangan Risiko PRB.
Bencana Erupsi Gunung Merapi Hasil penelitian yang dilakukan peneliti
Menumbuhkan budaya sadar untuk kebijakan sekolah yang mendukung
pengurangan risiko bencana (PRB) di sekolah, program sekolah siaga bencana yaitu kurang baik
perlu adanya pengintegrasian materi dengan pemenuhan sub variabel hanya 40%.
kebencanaan dalam bidang pendidikan di
sekolah untuk meningkatkan pengetahuan warga Perencanaan Kesiapsiagaan Warga Sekolah
sekolah tentang kebencanaan. Tes pengetahuan dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana
untuk mengetahui tingkat pengetahuan Erupsi Gunung Merapi
kesiasiagaan warga sekolah dalam upaya Perencanaan kesiapsiaagaan bertujuan
pengurangan risiko bencana erupsi gunung untuk menjamin adanya tindakan cepat dan tepat
merapi terdiri dari tiga indikator yaitu (1) guna pada saat terjadi bencana dengan
Pengetahuan warga sekolah mengenai bahaya, memadukan dan mempertimbangkan sistem
kerenanan, kapasitas, risiko dan sejarah bencana, penanggulangan bencana di daerah dan
(2) Pengetahuan warga sekolah mengenai upaya disesuaikan kondisi wilayah setempat. Bentuk
yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko atau produk dari perencanaan ini adalah
bencana di sekolah, (3) keterapilan seluruh warga dokumen-dokumen, seperti protap
sekolah dalam menjalankan rencana tanggap kesiapsiagaan, rencana kedaruratan, dan
darurat. dokumen pendukung kesiapsiagaan
Berdasarkan Penelitian yang telah terkait, termasuk sistem peringatan dini yang
dilakukan diperoleh hasil pengetahuan mengenai disusun dengan mempertimbangkan akurasi dan

88
Akhmad Ervin F, dkk / Edu Geography 5 (3) (2017)

kontektualitas lokal (Konsorsium Pendidikan dilakukan peningkatkan baik itu melalui


Bencana Indonesia, 2011). pendidikan formal, pendidikan nonformal,
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi media masa atau melakukan pelatihan
hasil perencanaan kesiapsiagaan warga untuk dengan dinas atau lembaga-lembaga yang terkait
menghadapi bencana erupsi gunung merapi kebencanaan.
sangat baik dengan pencapaian 88,89%.
Kebijakan Sekolah yang Mendukung Program
Mobilisasi Sumberdaya dalam Upaya Sekolah Siaga Bencana
Pengurangan Risiko Bencana Bahaya Erupsi Hasil penelitian tentang kebijakan yang
Gunung Merapi mendukung program sekolah siaga bencana
Sekolah harus menyiapkan sumberdaya hanya mencapai 40% dengan katagori kurang
manusia, sarana dan prasarana serta finansial baik. Hasil itu diperoleh dari lima indikator
dalam pengelolaan untuk menjain kesiapsiagaan kebijakan kesekolah yang mendukung program
bencana sekolah. mobilisasi sumberdaya SSB hanya ada dua indikator yang terpenuhi.
didasarkan pada kemampuan sekolah dan Kebijakan sekolah yang mendukung program
pemangku kepentingan sekolah. mobilisasi ini SSB sebagai berikut :
juga terbuka peluang pertisipasi dari para
pemangku kepentingan lainya (Korsosium 1. Sudah terdapat kebijakan sekolah yang
Pendidikan Bencana Indonesia, 2011:12-13). mendukung upaya PRB yang tercantum
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dalam rencana kontijensi erupsi gunung
mobilisasi sumberdaya sekolah dalam upaya merapi SMP N 2 Cangkringan. rencana
pengurangan risiko bencana bahaya katagori baik kontijensi ini berkaitan rencana yang di
dengan hasil pemenuhan sub variabel 85,71%. perkirana akan dilakukan jika terjadi
bencana.
PEMBAHASAN 2. Warga sekolah telah banyak mengikuti
kegiatan dalam pengurangan risiko
Tingkat Pengetahuan Warga sekolah tentang bencana. kegiatan-kegiatan itu antara lain
Bencana dan Upaya Pengurangan Risiko (1) geladi posko dan geladi lapangan
Bencana Erupsi Gunung Merapi bersama masyarakat sekitar yang di pandu
hasil penelitian didapatkan rata-rata oleh BPBD, (2) latihan pelaksanaan
tingkat pengetahuan siswa tentang bencana rencana kontijensi yang telah disusun
mencapai 63,88% dengan katagori baik dan rata- sekolah, (3) latihan rutin yang dilakukan
rata pengetahuan guru dan karyawan mencapai sekolah untuk siswa dari pemberian materi
87% dengan katagori sangat baik. dan latihan evakuasi, (4) sosialisasi
Hasil tersebut tidak terlepas dari usaha tentang keadaan sekolah berada di daerah
sekolah untuk meningkatkan pengetahuan warga rawan bencana dan perkenalan tentang
sekolahnya mengenai upaya pengurangan risiko program SSB pada saat masa orintasi
bencana di sekolah. upaya tersebut berupa (1) peserta didik baru.
memasukkan matreri mitigasi bencana kedalam Hasil penelitian menunjukkan kebijakan
kurikulum sekolah (2) menghimbau guru untuk sekolah yang belum mendukung program SSB
memasukkan materi mitigasi bencana kedalam variabel tersebut sebagai berikut :
mata pelajaran (3) pemberian materi mitigasi 1. Sekolah belum mencantumkan mitigasi
bencana dan memperkenalkan sekolah sebagai bencana dalam visi, misi dan tujuannya.
SSB pada saat masa orientasi peserta didik baru Hal ini perlu dievaluasi berkaitan loksi
(4) pelatihan pelatihan mitigasi bencana dan sekolah berada di kawasan rawan bencana
simulasi tanggap darurat di sekolah. 2. Sekolah belum mempunyai dokumen
usaha-usaha yang telah dilakukan tersebut yang memuat persyaratan kontruksi
perlu dilakukan terus menerus dan perlu bangunan yang berlaku. Selama ini

89
Akhmad Ervin F, dkk / Edu Geography 5 (3) (2017)

pembangunan gedung sekolah dibuat Setelah dilakukan pemantauan dan


sesuat kontruksi bangunan pada terlihat gejala peningkatan aktifitas baru
umumnya dan tidak melihat dari pihak sekolah diberi himbauan untuk
persyaratan standar kontruksi yang melaksanakan evakuasi.
berlaku. 5. Alat peringatan dini yang digunakan
Media informasi sekolah yang memuat untuk memberikan informasi kewarga
pengetahuan dan informasi pengurangan risiko sekolah yaitu sirine atau bel sekolah yang
bencana belum banyak. Mading sekolah hanya dinyalakan secara terus menerus.
berisi informasi umum yang di buat oleh anggota Selanjutnya menghimbau guru yang ada
osis sekolah dan buku bacaan tentang bencana di kelas atau walikelas untuk memerintah
jumlahnya hanya sedikit. siswa berkemas dan menuju titik kumpul.
6. Petugas yang bertanggung jawab
Perencanaan Kesiapsiagaan Warga Sekolah mengoperasikan alat peringatan dini yaitu
dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana tim komunikasi dan peringatan dini. Tim
Erupsi Gunung Merapi ini akan berkoordinasi berdasarkan
Hasil penelitian tentang perencanaan karakteristik ancaman dan melaporkan
kesiapsiagaan didapatkan hasil 88,89% dengan pada pemimpin komando darurat.
katagori sangat baik. Hasil ini didapatkan karena 7. Sekolah sudah menetapkan titik kumpul
perencanaan kesiapsiagaan yang dibuat sekolah berada di lapangan basket dan
sudah sangat baik, hal itu diketahui dari menyepakati bersama lokasi evakuasi/
berbagai variabel yang dipenuhi oleh sekolah. shelter sebagai titik akhir pengungsian
Adapun rincian variabel kesiapsiagaan yang yaitu di barak pengunsian Desa Wukirsari
sudah terpenuhi yaitu : Cangkringan.
1. Sudah ada dokumen penilaian risiko 8. Sekolah sudah membuat prosedur tetap
bencana yang mengancam warga sekolah. kesiapsiagaan menghadapi bencana
Risiko bencana tersebut yaitu erupsi dengan membuat rancana tanggap darurat
Gunung Merapi dengan material erupsi dari berbagai skenario. Seperti apabila
berupa lahar panas, awan panas, gas evakuasi jika siswa ada didalam ruangan
vulkanik dan lahar dingin. kelas, apabila ada siswa di ruang
2. Sekolah belum pernah dilakukan penilaian perpustakaan, apabila siswa diluar
kerentanan gedung sekolah baik oleh ruangan, setelah siswa sampai dititik
pemerintah maupun pihak swasta. Selama kumpul dan pengungsian serta prosedur
ini jika ada pemeriksaan dan perbaikan pelaporan dan pelepasan.
gedung sekolah atas dasar pengaduan 9. Sekolah sudah mempunyai peta evakuasi
pihak sekolah terlebih dahulu. dan tanda jalur evakuasi yang terpasang di
3. Sekolah sudah membuat rencana aksi lingkungan sekolah.
dalam penanggulangan bencana. Rencana
aksi sekolah dibuat sebagai dasar tindakan Mobilisasi Sumberdaya dalam Upaya
warga sekolah menghadapi bencana Pengurangan Risiko Bencana Bahaya Erupsi
tindakan itu dibuat sebelum saat dan Gunung Merapi
susudah terjadi bencana. Hasil penelitian tentang mobilisasi
4. Akses informasi bahaya baik tanda alam sumberdaya didapatkan hasil 85,71% dengan
informasi dari lingkungan dan pihak katagori sangat baik. hasil ini didapat dari
berwenang. Sekolah mendapatkan sumberdaya yang telah di siapkan oleh sekolah
informasi peringatan bencana dari untuk mendukung program sekolah siaga
BPPTKG sebagai lembaga yang bencana sudah memadahi. Adapun rincian
memantau tanda-tanda alam dan gejala mobilisasi sumberdaya yang telah telah dipenuhi
peningkatan erupsi gunung merapi. sekolah yaitu :

90
Akhmad Ervin F, dkk / Edu Geography 5 (3) (2017)

1. Struktut bangunan sekolah mendekati beberapakali dengan malakukan pelatihan


sesuai dengan standar bangunan aman baik dari sekolah maupun bekerja sama
bencana. Hal itu dilihat dari 48 verifikasi dengan pihak lain.
sekolah sudah memenuhi 39 verifikasi
kontruksi bangunan aman bencana. SIMPULAN
Kontruksi yang sudah terpenuhi yaitu Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sudah terdapat fondasi di bawah pelaksanaan sekolah siaga bencana di SMP N 2
bangunan, adanya balok slof, balok ring Cangkringan sudah optimal. Hal itu ditunjukkan
serta kolom yang kokoh. Terdapat atap sebagai berikut :
dengan material yang ringan serta pintu 1. pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan
dan jendela terbuka keluar. menghadapi bencana mencapai 63,88
2. Gugus siaga sekolah atau tim siaga dengan katagori baik dan pengetahuan guru
bencana. sekolah sudah memiliki gugus dan karyawan tentang kesiapsiagaan
siaga bencana yang beranggotakan guru menghadapi bencana mencapai 87% dengan
dan karyawan. Saat ini belum ada gugus katagori sangat baik.
siaga dari siswa karena kemampuan siswa 2. Kebijakan sekolah dalam mendukung
untukk tanggap darurat belum siap. program sekolah siaga bencana masih
3. Kerjasama diantara gugus guru dan farum kurang baik dengan masih banyak indikator
MGMP. Pihak SMP N 2 Cangkringan kebijakan sekolah yang belum terpenuhi.
sudah menjalin kerjasama dengan 3. kesiapsiagaan sekolah menghadapi bencana
sekolah- sekolah yang berdekatan dan sangat baik dengan sudah dimilikinya
berlokasi aman. Kerjasama tersebut dokumen rencana kontijensi untuk
bertujuan untuk penyelenggaraan sekolah menghadapi bencana.
darurat pada saat bencana. Sekolah yang 4. mobilisasi summberdaya sekolah sangat
diajak kerjasama yaitu SMPN 1 baik dengan terpenuhinya standar bangunan
Cangkringan, SMP Muhammaduah aman, adanya kerja sama dengan pihak luar
Ngemplak dan SMPN 1 Ngemplak. serta terbentuknya gugus siaga sekolah.
4. Sekolah sudah menjalin kerjasama dengan
pihak terkait penanggulangan bencana. DAFTAR PUSTAKA
sekolah berkejasama dengan pihak BPBD
sebagai lembaga yang bertanggung jawab BNPB. 2013. Indeks Rawan Bencana Indonesia.
terhadap penanggulangan bencana. Jakarta.
Konsorsium Pendidikan Bencana Indonesia.
5. Pemantauan berkaitan kesapsiagaan dan
2011. Kerangka Kerja sekolah Siaga Bencana.
keamanan sekolah. Setelah ditetapkan
Jakarta.
sebagai sekolah siaga bencana sekolah
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan
masih dipantau oleh BPBD dan
Instrumen Tes Dan Non Tes. Yogyakarta:
Pemerintah setempat berkaitan
Mitra Cendekia.
kelangsungan kegiatan SSB di sekolah.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif,
6. Sekolah sudah melakukan evaluasi
Kuantitatif dan R&D. Bandung: CV
partisipasi kesiapsiagaan sekolah secara
Alfabeta
berkala. Evaluasi pertisipasi dilakukan

91
Akhmad Ervin F, dkk / Edu Geography 5 (3) (2017)

Gambar 1. Peta Evakuasi

Gambar 2. Rambu jalur Evakuasi

92
Akhmad Ervin F, dkk / Edu Geography 5 (3) (2017)

Gambar 4. Peta Administrasi Kecamatan Cangkringan Kebupaten Sleman

93
Akhmad Ervin F, dkk / Edu Geography 5 (3) (2017)

Gambar 5. Peta Rawan Bencana Kecamatan Cangkringan Kebupaten Sleman

94

Anda mungkin juga menyukai