Anda di halaman 1dari 19

PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNG API DENGAN

METODE PROBLEM SOLVING MODEL ROTASI BERBANTU BUKU SAKU


DIGITAL DI SMP N 1 SELO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2021

ARTIKEL SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Anggita Aprilia Rahmawati

(3201417056)

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Artikel ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,
Ketua Jurusan Geografi Pembimbing Skripsi

Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si Ariyani Indrayati, S.Si, M.Sc


NIP. 196210191988031002 NIP. 197806132005012005

1
Edu Geography (2021)

Edu Geography
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo
PEMBELAJARAN MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNG API DENGAN METODE
PROBLEM SOLVING MODEL ROTASI BERBANTU BUKU SAKU DIGITAL DI SMP N
1 SELO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2021

Anggita Aprilia Rahmawati, Ariyani Indrayati


Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ________________________________________________________________
Sejarah Artikel:
Pelaksanaan pembelajaran mitigasi bencana saat ini mengalami kendala terutama dengan adanya
Diterima
Disetujui pandemi covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan dan menganalisis proses pembelajaran

Dipublikasikan daring yang diintegrasikan dalam mata pelajaran IPS menggunakan metode problem solving berbantu
________________
Keywords: buku saku digital. Dengan sub bab kesesuain proses pembelajaran dengan sintak metode problem
Volcanic Eruption Disaster
Mitigation, Problem solving, keaktifan belajar siswa, dan hasil belajar siswa. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas VII di
Solving, Digital Pocket
Book SMP N 1 Selo Kabupaten Boyolali. Pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling yaitu
____________________
mempertimbangkan kelas yang memiliki kemiripan kurikulum, jam pelajaran, dan pengajar. Kelas VII

B sebagai eksperimen pertama dan kelas VII A sebagai eksperimen kedua. Metode pengumpulan data

berupa wawancara, tes, dokumentasi, dan observasi. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil

penelitian menunjukkan kedua kelas mendapatkan nilai rata-rata kesesuaian sintak problem solving

77,5% dan 72,5% termasuk dalam kategori “baik”. Kelas eksperimen pertama mendapatkan hasil

keaktifan siswa yaitu 79% lebih besar daripada kelas kontrol yaitu 64%. Dengan nilai chi-square hitung

6,300 > chi-square tabel 5,99, sehingga Ha diterima. Artinya kedua kelas memiliki perbedaan hasil

belajar yang signifikan. Setelah dilakukan rotasi pembelajaran pada minggu kedua didapatkan hasil

yaitu, kelas eksperimen mendapatkan hasil keaktifan siswa 71% lebih besar daripada kelas kontrol 64%.

Nilai chi-square hitung 0,008 < chi-square tabel 3,845, sehingga Ha ditolak. Artinya kedua kelas tidak

memiliki perbedaan nilai hasil belajar kognitif yang berbeda.

Abstract
___________________________________________________________________
The implementation of disaster mitigation learning is currently experiencing obstacles, especially with
the covid-19 pandemic. This study aims to implement and analyse the online learning process that is
integrated in social studies subjects using problem solving methods based on digital pocket books. With
the sub-chapter of the suitability of the learning procces with problem solving syntax, student learning
activities, and learning outcomes. The population of this research is the seventh grade students at SMP
N 1 Selo, Boyolali Regency. Sampling using purposive sampling is considering classes that have similar
curriculum, lesson hours, and teachers. Class VII B as the first experiment and class VII A as the
second experiment. Data collection methods in the form of interviews, tests, documentation, and
observation. Data analysis using chi-square test. The results showed that both classes got an average

1
value of 77.5% problem solving syntax suitability and 72.5% was included in the "good" category. The
first experimental class got the results of student activity which was 79% greater than the control class,
which was 64%. With a chi-square value of 6.300 > chi-square table of 5.99, so Ha is accepted. This
means that the two classes have significant differences in learning outcomes. After the learning rotation
was carried out in the second week, the results showed that the experimental class got 71% more active
students than the control class 64%. The calculated chi-square value is 0.008 < chi-square table 3.845,
so Ha is rejected. This means that the two classes do not have different values of different cognitive
learning outcomes.
© 2021 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6684
Gedung C1 Lantai 2 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com

PENDAHULUAN II) menjadi siaga (level III). Jumlah


Gunung Merapi menjadi salah satu penduduk beberapa dusun kawasan
gunung api aktif yang berada di terdampak di Kecamatan Selo berjumlah
Kabupeten Boyolali dan juga merupakan 4.280 jiwa berada di Desa Jrakah yaitu
salah satu gunung api teraktif di dunia. pada Dusun Jarak dan Sepi. Desa
Selain memberikan manfaat bagi alam dan Tlogolele berjumlah 2.595 jiwa, di Dusun
makhluk di sekitarnya, Gunung Merapi Stabelan, Takeran dan Belang. Serta Desa
juga memberikan ancaman yang dapat Klakah berjumlah 2.882 jiwa, di Dusun
menyebabkan bencana (Khasanah, 2016). Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah dan
Salah satu daerah yang menjadi kawasan Nduwur. Dusun-dusun tersebut menjadi
rawan bencana erupsi Gunung Merapi di kawasan rawan bencana III serta daerah
Kabupaten Boyolali yaitu Kecamatan bahaya lontaran material dan awan panas.
Selo. SMP N 1 Selo dipilih karena lokasi Selaras dengan Konsep
sekolah dan tempat tinggal siswa berada pengarusutamaan pengurangan risiko
di kawasan rawan bencana erupsi Gunung bencana (PRB) di dalam sistem
Merapi yaitu di Kecamatan Selo. pendidikan, proses pendidikan
Pada 5 November 2020 pukul kebencanaan dapat diintegrasikan ke
12.00, PVMBG Yogyakarta dan BPS dalam kurikulum mata pelajaran yang
menerbitkan data Perkiraan Daerah relevan. Mata pelajaran IPS menjadi salah
Bahaya Merapi. Dari data tersebut satu mata pelajaran yang relevan, karena
didaptkan informasi bahwa status Gunung berdasarkan analisis kurikulum di jenjang
Merapi ditingkatkan dari Waspada (level SMP sebagian besar standar isi dan

2
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

kompetensi dasar IPS dapat disisipkan dan White dalam Meisaroh et al., (2020)
muatan mitigasi bencana (Maryani, 2010). metode problem solving (pemecahan
Berdasarkan keterangan yang masalah) merupakan salah satu strategi
diberikan oleh guru IPS di SMP N 1 Selo, pembelajaran berbasis masalah yang
SMP N 1 Selo belum menjadi sekolah menyediakan kondisi untuk meningkatkan
siaga bencana sehingga pendidikan dan keterampilan berpikir kritis dan analitis
simulasi siaga bencana di sekolah tersebut serta memecahkan masalah kompleks
belum dilaksanakan secara berkelanjutan. dalam kehidupan nyata sehingga akan
Tidak adanya kegiatan pendidikan memunculkan “budaya berpikir” pada diri
kebencanaan menyebabkan kurangnya siswa.
pemahaman bencana yang dimiliki oleh Media merupakan salah satu faktor
siswa (Winarni, 2016). Sebagian besar penunjang tercapainya tujuan
siswa hanya memahami upaya pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan
penanganan ketika bencana sudah terjadi penggunaan media yang tepat dan
(Hayati et al., 2019). Pengetahuan bervariasi dalam proses pembelajaran
mengenai pengurangan risiko bencana dapat meningkatkan minat belajar serta
maupun upaya mitigasi saat terjadi dapat mengurangi sikap pasif siswa
bencana masih kurang. Terutama siswa (Hardianto, 2005: 102). Pemanfaatan
kelas VII yang selama awal masuk aplikasi buku saku digital dipilih karena
sekolah belum pernah mendapatkan berdasarkan observasi awal diketahui
pendidikan mitigasi bencana dari sekolah bahwa para siswa di SMP N 1 Selo telah
maupun dari pihak lain. menggunakan smartphone, oleh karena itu
Metode pembelajaran yang variatif media pembelajaran berbasis android
dapat diterapkan dalam pembelajaran seperti ini akan lebih mudah di terapkan
tatap muka, namun selama pembelajaran disana. Buku saku digital berisi materi
dilaksanakan secara daring metode yang tentang edukasi bencana erupsi gunung
dapat digunakan terbatas. Menurut api yang berasal dari buku saku BNPB
Maryani (2010) metode problem solving (Badan Nasional Penanggulangan
adalah metode yang tepat dalam Bencana, 2017).
pembelajaran IPS terutama pada materi Penelitian ini bertujuan untuk
mitigasi bencana. Menurut Duch, Allen, menerapkan dan menganalisis proses

3
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

pembelajaran daring yang diintegrasikan Quasi-eksperiment model rotasi adalah


dalam mata pelajaran IPS menggunakan eksperimen yang dilakukan beberapa
metode pembelajaran problem solving tahap, status dua kelompok eksperimen
berbantu buku saku digital dengan sub bab dan kelompok pembanding atau kontrol
kesesuain dengan sintak metode problem berganti-ganti. Populasi penelitian ini
solving, keaktifan siswa, dan hasil belajar adalah siswa kelas VII SMP N 1 Selo.
siswa. Manfaat penelitian dapat dibedakan Teknik sampling yang digunakan dalam
menjadi dua, yaitu: 1) Manfaat teoritis: penelitian ini, termasuk dalam jenis non-
memberikan sumbangan pemikiran dan probability sampling yaitu menggunakan
memperkaya wawasan tentang purposive sampling. Teknik purposive
pengembangan media pembelajaran sampling dipilih karena peneliti ingin
pendidikan kebencanaan. 2) Manfaat mengambil dua kelas yaitu kelas kontrol
praktis: bagi pemerintah, membantu dan kelas eksperimen. Sehingga
pemerintah dalam meningkatkan kapasitas dibutuhkan dua sampel yang mempunyai
kesiapsiagaan masyarakat, khususnya karakteristik hampir sama, kurikulum
anak usia sekolah menengah pertama. yang sama, diajar oleh guru yang sama
Bagi guru diperoleh pedoman untuk dan di waktu belajar relatif sama. Sampel
pelaksanaan pembelajaran terintegrasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
yang sistematis dan berkesinambungan, siswa kelas VII B yang berjumlah 28
serta penggunaan metode dan media siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas
pembelajaran menarik serta inovatif dalam VII A yang berjumlah 29 siswa sebagai
pembelajaran. Bagi siswa, memperoleh kelas kontrol, pada tahap pertama. Pada
pengetahuan dan meningkatkan tahap kedua, kelas VII B sebagai kelas
kesiapsiagaan menghadapi bencana erupsi kontrol dan kelas VII A sebagai kelas
Gunung Merapi serta dapat meningkatkan eksperimen.
kemampuan mengkomunikasikan ilmu Dalam penelitian ini variabel
pengetahuan yang telah diperoleh melalui bebasnya adalah kesesuaian dengan sintak
media buku saku digital. metode problem solving dalam
pembelajaran dan keaktifan belajar siswa
METODE PENELITIAN
dalam proses pembelajaran mitigasi
Jenis penelitian ini menggunakan
bencana erupsi gunung api dengan metode
penelitian quasi-eksperiment model rotasi.

4
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

problem solving berbantu buku saku minggu pertama pembelajaran di kelas


digital, sedangkan variabel terikatnya VII B sebagai kelas eksperimen
adalah hasil belajar siswa. Metode dilaksanakan pada tanggal 9 Agustus
pengumpulan data dalam penelitian ini 2021. Dan pada minggu kedua dilakukan
adalah dengan menggunakan observasi, rotasi pembelajaran kelas eksperimen di
wawancara, dokumentasi, dan tes. Teknik laksanakan di kelas VII A pada tanggal 31
analisis data yang digunakan pada Agustus 2021.
penelitian adalah teknik analisis analisis Pada pembelajaran problem
data dengan cara analisis data kuantitatif solving, langkah pertama guru memantik
dengan deskriptif presentase serta uji beda siswa untuk bersama-sama
menggunakan chi-square dan uji-gain. mengidentifikasi dan memaparkan
masalah berupa bahaya-bahaya yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
disebabkan oleh bencana erupsi gunug api
Hasil Penelitian
yang sering terjadi di Kecamatan Selo
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
karena merupakan salah satu daerah rawan
Lokasi penelitian ini adalah SMP
bencana erupsi Gunung Merapi. Selain itu
N 1 Selo Boyolali, yang beralamat di Desa
siswa juga diminta untuk mengidentifikasi
Selo, Kecamatan Selo, Kabupaten
langkah-langkah mitigasi pra bencana,
Boyolali, Prov. Jawa Tengah. Secara
saat bencana, serta pasca bencana erupsi
astronomis SMP N 1 Selo terletak pada
gunung api. Untuk siswa dengan nomor
7º29’50,5” LU dan 110º28’0,83” BT.
absen 1 sampai dengan 10
Desa Selo merupakan salah satu desa
mengidentifikasi apa saja bahaya primer
rawan bencana erupsi Gunung Merapi di
dan bagaimana langkah-langkah untuk
Kabupaten Boyolali. SMP Negeri 1 Selo
meminimalisir dampak negatifnya.
merupakan salah satu sekolah yang berada
Kemudian untuk siswa nomor absen 11
di Lereng Gunung Merapi dan Merbabu.
sampai dengan 20 mengidentifikasi

Pelaksanaan Pembelajaran Mitigasi bahaya sekunder erupsi gunung api


Bencana Erupsi Gunung Api dengan beserta langkah-langkah untuk
Metode Problem Solving Berbantu
Buku Saku Digital meminimalisir dampak negatifnya. Dan
Penelitian ini dilaksanakan dalam untuk siswa dengan nomor absen 21
empat kali pertemuan baik di kelas sampai dengan 28 mengidentifikasi
eksperimen maupun kelas kontrol. Pada

5
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

bahaya bencana Eruspi Gunung Merapi erupsi gunung api beserta langkah-
yang pernah terjadi sebelumnya serta langkah mitigasinya. Kemudian, guru
bagaimana langkah mitigasi sebelum bersama dengan siswa menetntukan
terjadi bencana atau prabencana. kesimpulan dari proses pembelajaran yang
Setelah para siswa memahami telah dilaksanakan. Sebelum mengakhiri
secara kontekstual mengenai pembelajaran, guru mengabsen kehadiran
permasalahan bencana erupsi gunung api, siswa untuk mengetahui apakah siswa
langkah kedua yang dilakukan guru yaitu mengikuti kegiatan pembelajaran sampai
meminta siswa untuk mencari informasi dengan selesai dan siswa diminta untuk
dan data yang berguna untuk memcahkan mengumpulkan jawaban berbentuk foto.
masalah tersebut, yaitu dengan membaca Sebelum mengakhiri kegiatan
buku saku mitigasi bencana erupsi gunung pembelajaran guru mengadakan posttest
api. Siswa menetapkan jawaban sementara untuk mengetahui hasil belajar siswa
dari permasalahan yang telah dicari, setelah melaksanaan kegiatan
dengan ditulis tangan pada buku tulis pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
masing-masing. Jawaban sementara di kelas eksperimen dilakukan oleh
didasarkan pada data yang telah diperoleh, peneliti dan dinilai oleh guru pengampu
pada langkah kedua diatas. mata pelajaran IPS kelas VII di SMP N 1
Langkah yang ke empat yaitu, Selo dan satu rekan peneliti.
menguji kebenaran dari jawaban Berdasarkan pengambilan data,
sementara yang telah dicari dan ditulis. dapat diketahui bahwa kesesuian
Menguji kebenaran dari jawaban pembelajaran yang diterapkan dengan
sementara, dilakukan dengan siswa Sintak Metode Problem Solving di kelas
memaparkan secara bergantian hasil dari VI B dan VII A sudah dapat dikategorikan
jawaban yang telah mereka tuliskan dalam berjalan baik dengan nilai rata-rata 77,5%
buku tulis masing-masing. dan 72,5% Jika diperinci, dari penilaian
Langkah selanjutnya yaitu menarik Irma Hayati S.Pd kedua kelas
kesimpulan dari pemaparan jawaban yang mendapatkan nilai 65% atau kriteria
telah disampaikan oleh siswa. cukup baik dan penilaian oleh teman
Sebelumnya guru menyampaikan sedikit sejawat kelas VII B 90% dan di kelas VII
pembahasan dari permasalahan bencana A 80%. Jadi pembelajaran yang

6
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

diterapkan sudah sesuai dengan Sintak pembelajaran. Pembelajaran daring juga


Metode Problem Solving. berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
Dalam pembelajaran problem kesesuaian sintak metode problem solving
solving yang sudah dilakukan di kelas VII dalam pembelajaran. Sayangnya, dalam
B dan VII A, terlihat sebagian besar siswa pembelajaran daring yang telah dilakukan,
sudah mempunyai tingkat kepercayaan terdapat beberapa aktivitas yang terbatas
diri tinggi, sedangkan beberapa siswa dan tidak bisa dilakukan. Seperti kegiatan
masih memiliki kepercayaan diri yang diskusi kelompok yang hanya bisa
rendah dan belum optimal dalam kegiatan dilakukan secara tatap muka.
Tabel 1. Kesesuaian Sintak Metode Problem Solving dalam Pembelajaran

Kelas
Rat-Rata (%) Rat
Eksperimen Kriteri
a-Rata
Observer Observer a
(%)
1 2
77.
VII B 65 90 5 Baik
72.
VII A 65 80 5 Baik

Sumber: Data Primer 2021


yang menunjukkan bahwa pada minggu
Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
pertama kelas VII B sebagai kelas
dengan Metode Problem Solving Berbantu
Buku Saku Digital eksperimen mendapatkan nilai rata-rata
Data keaktifan siswa dalam sebesar 79% termasuk dalam kategori
pembelajaran mitigasi bencana dengan keaktifan tinggi. Sedangkan kelas VII A
metode problem solving berbantu buku sebagai kelas kontrol hanya mendapatkan
saku digital dilakukan dengan penilaian nilai 64% termasuk dalam kategori
dari hasil observasi yang dilakukan oleh keaktifan sedang. Pada pembelajaran
tiga observer rekan peneliti. Data analisis minggu kedua, setelah dilakukan rotasi
keaktifan belajar ssiwa menunjukkan kelas VII A yang menjadi kelas
bahwa siswa di kelas eksperimen VII B eksperimen juga mendapatkan nilai rata-
dan VII A memiliki keaktifan belajar yang rata yaitu 71% termasuk dalam kategori
lebih baik daripada siswa di kelas kontrol. sedang lebih baik daripada kelas kontrol
Hal ini dapat diketahui dari hasil penilaian

7
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

VII B yang mendapatkan nilai rata-rata 64%.

Tabel 2. Keaktifan Belajar Siswa

Minggu 1 Minggu 2
Aktivitas
Eksperim Kontr Eksperim Kontr
Belajar
en VII B ol VII A en VII A ol VII B
Visual 77 64 69 65
Writing 87 79 80 75
Oral 78 59 69 59
Rata-Rata 79 64 71 64
Sedan Sedan
Kriteria Tinggi g Sedang g
Sumber: Olah Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil tersebut dapat lainnya sudah mendapatkan hasil yang
diketahui bahwa lebih dari setengah dari baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa
jumlah siswa keseluruhan di kelas sudah memiliki antusias tinggi pada saat
eksperimen VII B dan VII A sudah proses penulisan jawaban sementara dari
mempunyai keaktifan belajar yang tinggi permasalahaan yang akan diselesaikan.
pada saat proses pembelajaran mitigasi Keaktifan belajar di kelas kontrol
bencana erupsi gunung api dengan metode belum ada setengah dari setengah dari
problem solving berbantu buku saku jumlah siswa keseluruhan di kelas kontrol
digital. Hal ini dipengaruhi oleh VII A yang memiliki keaktifan belajar
antusiasme siswa yang baik selama proses pada kategori tinggi pada saat proses
pembelajaran daring. Walaupun belum pembelajaran mitigasi bencana erupsi
semua siswa memiliki nilai keaktifan gunung api dengan metode konvensional.
belajar yang tinggi, namun selama proses Hal ini dipengaruhi oleh antusiasme siswa
pembelajaran susasana kelas (room google yang kurang baik selama proses
meet) menjadi lebih hidup. pembelajaran daring. Selama proses
Siswa yang mendapatkan nilai pembelajaran belajar suasana kelas (room
keaktifan yang rendah umumnya masih google meet) menjadi belum hidup. Siswa
mendapatkan nilai yang rendah pada lebih banyak diam dan hanya
aktivitas visual dan berbicara. Hal ini mendengarkan penjelasan dari guru.
dikarenakan siswa belum percaya diri Media dokumen file word yang berisi
dalam menyampaikan pendapat maupun materi pembelajaran edukasi bencana
menjawab pertanyaan saat proses menurut siswa juga kurang menarik
pembelajaran. Namun untuk aktivitas antusiasme siswa dalam belajar.

8
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

Siswa lebih banyak diam dan pembelajaran dilakukan secara tatap


hanya mendengarkan penjelasan dari muka.
guru. belum banyak siswa yang Hasil Belajar Siswa
menyampaikan pertanyaan ataupun Hasil Belajar Kognitif Siswa
memberikan pendapat mereka. Hal ini Hasil belajar kognitif
menjadi salah satu kekurangan pembelajaran mitigasi bencana erupsi
pembelajaran dengan metode ceramah gunung api di kelas eksperimen dan kelas
Tanya jawab yang dilakukan secara kontrol didapat dari hasil pretest dan
daring. Guru tidak bisa mengetahui dan posttest. Hasil belajar kognitif siswa dapat
mengontrol aktivitas siswa secara dilihat pada tabel 3.
langsung berbeda dengan pada saat
Tabel 3. Hasil Belajar Kognitif Siswa Minggu Pertama

Chi-
Data Kelas X Square N-Gain Ket.
Eksperimen 64,5 0,3 Sedang
Pretest 0,543
Kontrol 62
Eksperimen 76,4 0,21 Rendah
Posttest 6,300
Kontrol 70,7
Sumber: Olah Data Primer (2021)
Berdasarkan tabel 3, diketahui perbedaan hasil belajar kognitif yang
bahwa rata-rata hasil pretest kelas relatif sama.
eksperimen dan kelas kontrol tidak Setelah dilakukan proses
memiliki perbedaan yang signifikan yaitu pembelajaran pada kedua kelas yaitu kelas
64,5 dan 62. Hal ini berarti bahwa eksperimen VII B dengan pembelajaran
pemilihan sampel di kedua kelas tersebut problem solving berbantu buku saku
tepat, karena pengetahuan awal siswa digital dan kelas kontrol VII A dengan
terhadap materi pembelajaran sebanding. pembelajaran ceramah Tanya jawab
Hal tersebut juga terlihat dari hasil nilai berbantu file word, masing-masing kelas
chi-square hitung kelompok pretest yang mengalami peningkatan. Hal ini dapat
mendapatkan nilai sebesar 0,543 < chi- terlihat dari hasil posttest yang telah
square tabel 7,815, jadi dapat disimpulkan dilakukan pada kedua kelas. Peningatan
bahwa Ho diterima dan Hi ditolak. belajar tertinggi terjadi dikelas
Artinya, kedua kelas mempunyai eksperimen. Rata-rata hasil posttest pada
kelas eksperimen yaitu 76,4 sedangkan di

9
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

kelas kontrol nilai rata-rata hasil posttest 0,3 dan termasuk dalam peningkatan hasil
yaitu sebesar 70,7. Nilai chi-square hitung belajar dengan kriteria sedang. Artinya
kelompok posttest kelas eksperimen VII B bahwa pembelajaran problem solving
dan kelas kontrol VII A sebesar 6,300 > berbantu buku saku digital dapat
chi-square tabel 5,99, jadi dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Hi Kemudian adanya buku saku digital dapat
diterima. Artinya, kedua kelas mempunyai meningkatkan antusiasme siswa dalam
perbedaan hasil belajar kognitif yang belajar serta dapat memberikan peran
berbeda. yang lebih baik dalam proses
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat
setelah pembelajaran mitigasi bencana dari hasil belajar kognitif siswa yang
erupsi gunung api berbantu buku saku mengalamai peningkatan dari sebelum dan
digital minggu pertama pada kelas setelah perlakuan dalam proses
eskperimen VII B terdapat peningkatan pembelajaran.
hasil belajar kognitif siswa yaitu sebesar
Tabel 4. Hasil Belajar Kognitif Siswa Minggu Kedua
Chi-
Data Kelas X Square N-Gain Ket.
Eksperimen 74,1 1,054 0,26 Sedang
Pretest 76,4
Kontrol
Eksperimen 81,7 0,008 0,16 Rendah
Posttest
Kontrol 80,9
Sumber: Olah Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil perhitungan Jadi menurut guru IPS kelas VII di SMP
diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran mitigasi bencana erupsi
gunung api di kelas eksperimen dan kelas
kontrol sama-sama memiliki perbedaan
hasil belajar yang relatif sama. Namun,
dari hasil perihitungan rata-rata hasil
belajar di kelas eskperimen mempunyai
hasil nilai yang lebih tinggi daripada rata-
rata nilai hasil belajar di kelas kontrol.

10
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

N 1 Selo selaku observer 1 dalam mendapatkan hasil belajar yang lebih


pelaksanaan penelitian, memberikan saran optimal.
bahwa untuk penggunaan buku saku
Hasil Belajar Afektif Siswa
digital perlu adanya penambahan gambar-
Hasil belajar afektif siswa
gambar sesuai dengan kejadian nyata
didapatkan melalui hasil observasi yang
seperti bahaya-bahaya yang ditimbulkan
dilaksanakan selama proses pembelajaran
akibat adanya bencana erupsi gunung api.
berlangsung. Hasil belajar afektif
Kemudian metode problem solving harus
merupakan data ordinal yang menyatakan
sering diterapkan dalam pembelajaran
sikap. Hasil belajar afektif siswa di
agar dalam pelaksanaan pembelajaran
sajikan dalam tabel 5.
Tabel 5. Hasil Belajar Afektif Siswa

Minggu 1 Minggu 2
Kategori Eksperim Kontr Eksperim Kontr
en VII B ol VII A en VII A ol VII B
Disiplin 78 68 72 71
Perhatian 81 65 74 66
Tanggung
Jawab 84 72 76 79
Ketelitian 78 72 72 73
Rata-Rata 80 69 74 73
Cuku
Kriteria Baik p Baik Baik Baik
Sumber: Olah Data Primer (2021)
Tabel 5 menunjukkan bahwa kelas A. karena dalam kegiatan pembelajaran
eksperimen baik di kelas VII B maupun guru mampu menciptakan suasana belajar
kelas VII A memiliki rata-rata hasil yang mneyenangkan. Dengan siswa
belajar afektif yang baik yaitu masing- mencari permasalahan dan memecahkan
masing 80% dan 74%. Pada minggu permasalahan tersebut dapat
pertama dan minggu kedua kelas kontrol meningkatkan sikap disiplin serta
memiliki hasil belajar kognitif yang lebih tanggung jawab siswa. Siswa berperan
rendah dari kelas eksperimen yaitu kelas aktif dan menunjukkan antusiasme yang
VII A 69% dan kelas VII B 73 %. Hasil tinggi. Adanya buku saku digital edukasi
belajar afektif siswa menunjukkan bahwa bencana juga menambah minat siswa
tidak ada siswa yang masuk ke dalam dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
kategori “kurang baik” maupun “tidak menunjukkan bahwa sudah banyak siswa
baik” di kelas eksperimen VII B dan VII

11
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

mampu mengikuti kegiatan pembelajaran menentukan jawaban sementara


secara daring dengan baik. mendapatkan rata-rata nilai terendah dari
Hasil belajar afektif siswa di kelas rata-rata nilai di tahap lainnya yaitu kelas
kontrol menunjukkan bahwa masih VII B mendapatkan rata-rata nilai 75%
terdapat siswa yang memiliki hasil belajar dan kelas VII A 62,5%.
afektif yang kurang baik. Karena dalam Dari hasil tersebut dapat diketahui
kegiatan pembelajaran banyak siswa yang bahwa saat proses pembelajaran pada
mematikan kamera dan tidak tahap merumuskan masalah masih banyak
menampilkan wajah. Siswa belum banyak siswa kebingungan dengan peran yang
memberikan pertanyaan maupun pendapat harus dilakukan, hal ini dikarenakan
mereka pada saat proses pembelajaran. metode problem solving sebelumnya
Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum belum pernah diterapkan dalam proses
berperan aktif dan menunjukkan pembelajaran terutama saat pembelajaran
antusiasme yang kurang baik selama dilakukan secara daring. Selain itu pada
proses pembelajaran. tahap menentukan jawaban sementara,
yang seharusnya dilakukan secara
PEMBAHASAN
berkelompok melalui tahap diskusi, pada
Berdasarkan hasil penelitian yang
pembelajaran daring kegiatan diskusi
dilakukan di kelas eksperimen yaitu VII B
kelompok tersebut sulit untuk dilakukan
pada minggu pertama dan kelas VII A
karena pembelajaran tidak dilakukan
pada minggu kedua diketahui bahwa
secara tatap muka.
pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai
Hal tersebut sesuai dengan hasil
dengan lima tahapan yang terdapat dalam
penelitian yang dilakukan oleh Lestari
sintak metode problem solving, sesuai
(2018) dengan hasil bahwa pada langkah
dengan penilaian yang telah dilakukan
pertama dalam pembelajaran berbasis
oleh kedua observer yaitu mendapatkan
masalah masih terdapat kendala yang
rata-rata nilai dalam kategori baik.
dihadapi oleh siswa yaitu sebagian besar
Walaupun pelaksanaan pembelajaran
siswa masih bingung terhadap peran
sudah berjalan baik sesuai dengan sintak
mereka dalam pembelajaran, dikarenakan
metode problem solving namun belum
metode pembelajaran yang baru pertama
optimal. Pelaksanaan pembelajaran tahap
kali diterapkan. Maka pembelajaran
merumuskan masalah dan tahap

12
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

metode problem solving harus sering minggu pertama maupun kelas


diterapkan dalam pembelajaran agar eksperimen VII A minggu kedua,
berjalan lebih optimal. diketahui bahwa kedua kelas tersebut
Kemudian nilai rata-rata tertinggi sama-sama mengalami peningkatan hasil
dalam kedua kelas tersebut berada pada belajar. Peningkatan hasil belajar siswa di
tahap kedua yaitu proses pencarian data kelas eksperimen VII B tergolong pada
yang digunakan untuk memecahkan kategori “sedang” dengan nilai n-gain
masalah yang sebelumnya telah sebesar 0,3 dan kelas eksperimen VII A
dilakukan. Kedua kelas sama-sama tergolong peningkatan pada kategori
mendapatkan nilai rata-rata pada kategori “rendah” dengan nilai n-gain sebesar 0,26.
tinggi yaitu sebesar 87,5%. Hal tersebut Sedangkan di kelas kontrol peningkatan
dipengaruhi oleh adanya media buku saku hasil belajar kognitif siswa berada dalam
digital edukasi bencana yang berperan kategori “rendah” dengan nilai n-gain
meningkatkan antusiasme siswa dalam kelas VII B sebesar 0,16 dan kelas VII A
kegiatan pembelajaran dan membantu sebesar 0,21. Hasil belajar di kelas
siswa dalam proses pencarian data eksperimen mengalami peningkatan yang
maupun informasi dalam penyelesaian lebih besar karena dalam proses
masalah. pembelajaran siswa lebih berperan aktif
Sesuai dengan pendapat Ainul dalam menemukan konsep materi
Yaqin (2017) yang menyatakan bahwa pembelajaran hingga mengaplikasikan
buku saku digital memiliki konten yang konsep tersebut terhadap identifikasi
ringkas sehingga lebih meningkatkan permasalahan yang ada.
antusias belajar siswa daripada buku cetak Dalam proses pembelajaran
yang tebal. Antusiasme siswa yang tinggi terdapat respon yang berbeda antara kelas
dalam kegiatan pembelajaran tersebut juga eksperimen dan kelas kontrol. Kelas
berpengaruh terhadap keaktifan belajar eksperimen memiliki antusiasme yang
siswa sehingga dapat meningkatkan hasil lebih besar dalam pembelajaran. Sebagian
belajar kognitif maupun afektif. besar siswa aktif dalam mengikuti proses
Berdasarkan analisis peningkatan pembelajaran meskipun guru telah
hasil belajar kognitif siswa (normalize memberikan stimulus kepada siswa.
gain) baik di kelas eksperimen VII B Berbeda dengan pembelajaran yang

13
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

dilaksanakan di kelas kontrol, siswa seperti diskusi kelompok sulit untuk


cenderung pasif dalam pembelajaran dilakukan.
sehingga siswa hanya menerima materi Berdasarkan penjelasan tersebut,
dari apa yang disampaikan oleh guru diketahui bahwa hasil belajar siswa di
tanpa berperan langsung dalam kelas eksperimen secara statistik
pembelajaran. Kondisi tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik di
mempengaruhi hasil belajar dimasing- bandingkan dengan kelas kontrol.
masing kelas. Terbukti bahwa kelas Sehingga dapat disimpulkan bahwa
eksperimen mencapai ketuntasan hasil pembelajaran dengan menggunkan
belajar kognitif yang lebih besar daripada metode problem solving berbantu buku
hasil belajar di kelas kontrol. saku digital lebih meningkatkan hasil
Pembelajaran mitigasi bencana belajar siswa pada materi mitigasi
dengan menggunakan metode problem bencana erupsi gunung api. Maka
solving menurut Brunner dalam Rusman pembelajaran dengan menggunkan
(2010) merupakan pembelajaran yang metode problem solving berbantu buku
menerapkan konsep scaffolding interaksi saku digital pada materi mitigasi bencana
sosial di kelas maupun di luar kelas. Hal erupsi gunung api harus sering diterapkan
ini berarti dalam pembelajaran berbasis dalam proses pembelajaran. Namun dalam
masalah siswa secara mandiri mampu penggunaan buku saku digital menurut
mengembangkan keterampilan dan guru IPS di SMP N 1 Selo selaku observer
kemampuan psikomotoriknya dalam dalam penelitian masih harus dilakukan
berinteraksi dengan lingkungan sosial di penambahan gambar-gambar sesusai
dalam kelas. Sayangnya, dalam dengan kehidupan nyata, menggambarkan
pembelajaran daring ini kegiatan kejadian erupsi beserta bahaya-bahaya
psikomotorik siswa tidak bisa diterapkan yang ditimbulkan. Hal tersebut perlu
secara baik, dikarenakan kegiatan dilakukan agar siswa lebih memahai
pembelajaran yang tidak bisa dilakukan materi sehingga hasil belajar lebih
secara tatap muka dan tidak bisa secara meningkat lagi.
langsung berinteraksi antara guru dengan
SIMPULAN
siswa maupun antara siswa dengan siswa
1. Proses pembelajaran mitigasi bencana
lainnya. Sehingga kegiatan psikomotorik
erupsi gunung api di kelas

14
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

eksperimen VII B minggu pertama eksperimen yaitu 81,7 lebih besar


dan kelas VII A minggu kedua daripada kelas kontrol yaitu 80,8.
berjalan baik sesuai dengan sintak
SARAN
metode problem solving dalam
1. Pendidikan kebencanaan di SMP N 1
pembelajaran. Kedua kelas
Selo perlu dilaksanakan secara
mendapatkan nilai rata-rata 77,5%
berkelanjutan terutama karena lokasi
dan 72,5% termasuk dalam kategori
sekolah dan tempat tinggal siswa
“baik”.
berada di kawasan rawan bencana
2. Data penelitian keaktifan siswa
erupsi Gunung Merapi.
setelah dilaksanakan pembelajaran
2. Peneliti mengajukan saran agar siswa
mitigasi bencana erupsi gunung api
dapat berbagi pengetahuan
pada minggu pertama dan kedua
kebencanaan erupsi gunung api bagi
diperoleh hasil nilai kekatifan siswa
lingkungan sekitarnya, sekolah dapat
kelas eksperimen VII B 79% dan
menerapkan pembelajaran problem
kelas VII A 71%. Sedangkan kelas
solving berbantu buku saku digital
kontrol memiliki keaktifan lebih
pada proses pembelajaran, dan
rendah yaitu 64% baik di kelas VII A
stakeholder terkait dapat bekerjasama
maupun VII B.
menyelenggarakan training of trainer
3. Terdapat perbedaan hasil belajar
pada pembelajaran mitigasi bencana
kognitif yang signifikan pada kelas
menggunakan buku saku digital.
eksperimen VII B minggu pertama
dengan nilai chi-square hitung 6,300 DAFTAR PUSTAKA
> chi-square tabel 5,99. Setelah Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
dilakukan rotasi pembelajaran pada (2017). Buku Saku Tanggap Tangkas
minggu kedua didapatkan hasil yaitu, Tangguh Menghadapi Bencana.
tidak terdapat perbedaan hasil belajar Badan Nasional Penanggulangan
kognitif yang signifikan pada kelas Bencana, 62.
eksperimen VII A minggu kedua Hayati, R., Irwan, A., Bayu, H., & Kahfi,
dengan nilai chi-square hitung 0,008 A. (2019). Penilaian Pengurangan
< chi-square tabel 3,84, namun rata- Risiko Bencana Erupsi Gunung
rata hasil belajar kognitif kelas Merapi Berdasarkan Aspek Kapasitas
Masyarakat di Kecamatan Selo

15
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

Kabupaten Boyolali. Jurnal in Response To Globalization Era.


Geografi : Media Informasi International Journal of Education
Pengembangan Dan Profesi and Research, 4(11), 385–394.
Kegeografian, 16(2), 105–110. Pembriati, E. Z., Santosa, S., & Sarwono.
Khasanah, I. (2016). Kajian Pengetahuan, (2015). Pengaruh Model
Sikap dan Tindakan Kesiapsiagaan Pembelajaran Terpadu pada
Siswa SMP dalam menghadapi Pengintegrasian Materi Pengurangan
Bencana Erupsi Gunung Merapi di Risiko Bencana dalam Mata Pelajaran
Kabupaten Magelang. IPS SMP terhadap Pengetahuan dan
Maryani, E. (2010). Model Pembelajaran Kesiapsiagaan Bencana. In Geoeco S2
Mitigasi Bencana Dalam Ilmu PKLH UNS (Vol. 1, Issue 2, pp. 170–
Pengetahuan Sosial Di Sekolah 179).
Menengah Pertama) Oleh: Enok Rahma, A. (2018). Implementasi Program
Maryani) Abstrak. Jurnal Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
Geografi, 10(1). Melalui Pendidikan Formal. Jurnal
Memperoleh, U., Sarjana, G., & Pratama, VARIDIKA, 30(1), 1–11.
B. W. (2016). Aktivitas Belajar Siswa Septikasari, Z., & Ayriza, Y. (2018).
Dalam Metode Problem Solving Pada Strategi Integrasi Pendidikan
Mata Pelajaran Ips Di Smp 2 Kesesi Kebencanaan Dalam Optimalisasi
Kabupaten Pekalongan. In Jurnal Ketahanan Masyarakat Menghadapi
Geografi : Media Informasi Bencana Erupsi Gunung Merapi.
Pengembangan dan Profesi Jurnal Ketahanan Nasional, 24(1),
Kegeografian (Vol. 13, Issue 1). 47.
Mulyasa, E. (2016). Improved Quality Setyowati, D. L. (2019). Pendidikan
Management Based Learning for Kebencanaan. Urgensi Pendidikan
Preparing the Character of Graduates Mitigasi Bencana, 1–14.

16
Anggita Aprilia Rahmawati/ Edu Geography

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian


Sumber: SHP Kabupaten Boyolali

17

Anda mungkin juga menyukai